PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

NILAI GIZI ECENG GONDOK DAN PEMANFAATAN SEBAGAI PAKAN ternak NON RUMINANSIA NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. Ayam broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang gemar

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

BAB III MATERI DAN METODE. Ransum terhadap Sifat Fisik Daging Puyuh Jantan dilaksanakan bulan Juni

PENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

MATERI DAN METODE. Materi

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

MATERI DAN METODE. Materi

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

PENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada 12 September 2014 sampai dengan 20 Oktober 2014

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber penyedia daging dan telur telah dipopulerkan di Indonesia dan juga

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tradisional Babah Kuya yang terletak di pasar baru. Pasak bumi yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

TINJAUAN PUSTAKA. Nangka memiliki nama latin artocarpus heteropyllus sedangkan dalam

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. peternakan ayam petelur dipengaruhi oleh faktor bibit dan pakan. Pakan

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN SIFAT SENSORIK KUE BOLU KUKUS

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Gathot (Ketela

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27

METODE PENELITIAN. Materi

Transkripsi:

PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 181

PENGARUH KOMPOSISI BUNGKIL BIJI KAPAS DALAM PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DAGING TERNAK UNGGAS M. Sholeh, Fitriningdyah T.K., dan Supriyadi T. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat ABSTRAK Produksi kapas berbiji di Indonesia sekitar 8.000 12.000 ton kapas berbiji per tahun. Proses ginning menghasilkan 40% serat kapas, sisanya 60% berupa biji kabu-kabu. Pengepresan biji kapas untuk diambil minyaknya (30,01 36,45%) akan menghasilkan limbah berupa bungkil biji kapas dimana hasil ini sebesar 60 70 persen atau sekitar 1.200 1.800 ton bungkil biji kapas per hektar per tahun. Jika potensi limbah bungkil biji kapas ini dimanfaatkan, maka akan memberi nilai tambah pada kegiatan agribisnis kapas. Tujuan kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi bungkil biji kapas yang dapat digunakan sebagai substitusi pakan ternak unggas. Penelitian ini dilaksanakan di kandang ayam di desa Langlang kecamatan Singosari Malang dari bulan April Juli 2011. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan yang diuji terdiri atas 5 tingkat komposisi/campuran pakan dengan bungkil biji kapas yaitu : 1). 0% (tanpa bungkil biji kapas), 2). 5% bungkil biji kapas, 3). 10% bungkil biji kapas, 4). 15% bungkil biji kapas, 5). 20% bungkil biji kapas, dan 6). 25 % bungkil buji kapas. Setiap perlakuan terdiri dari 10 ekor ayam sehingga total diperlukan sebanyak 240 ekor di dalam petak kandang bambu berukuran 1 m x 1,2 m beralaskan sekam. Penambahan bungkil biji kapas sampai 25% pada pakan ayam dapat mengurangi jumlah pakan dan menghemat biaya pakan, serta menurunkan.bobot ayam dan bobot karkas, bulu ayam meningkat, dan penerimaan uang turun. Penambahan 25% bungkil biji kapas pada pakan masih menguntungkan Rp 1.182,-/ekor, dimana dapat menghemat biaya pakan lebih besar dibanding penurunan penerimaan uang hasil jual ayam. Saran untuk penelitian berikutnya adalah meracik ransum sendiri dengan sumber protein yang berasal dari bungkil biji kapas. Kata Kunci : Bungkil biji kapas, pakan ternak, ayam, unggas PENDAHULUAN Penghasil utama tanaman kapas adalah serat sebagian bahan baku tekstil. Dari kebutuhan serat kapas untuk memenuhi industri TPT di Indonesia sebesar 454-762 ribu ton serat (Sulistyowati, 2007), hanya < 1% dipenuhi dari dalam negeri, sisanya masih diperoleh dari impor. Jika areal kapas nasional berkisar antara 10.000 15.000 ha per tahun, dengan produktivitas rata-rata 800 kg kapas berbiji per hektar, dihasilkan 8.000 12.000 ton kapas berbiji per tahun. Dari kapas berbiji yang dihasilkan tanaman kapas, proporsi biji adalah 60 persen, sehingga setiap tahun dihasilkan 4.800 7.200 ton biji kapas. Pada umumnya petani menjual dalam bentuk kapas berbiji kepada pengelola; selanjutnya pengelola akan memisahkan antara serat dengan biji kapas. Pemisahan serat dari biji kapas ini disebut ginning dan alatnya disebut ginnery yang berlokasi di pabrik pengolahan kapas berbiji.. 182 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

Dengan demikian di tempat tempat tersebut terakumulasi biji kapas dalam sekitar 800 1.200 ton per tahun. Jika potensi biji kapas ini dimanfaatkan, maka akan memberi nilai tambah pada kegiatan agribisnis kapas. Biji kapas mengandung minyak, protein, dan lemak (Winarto, 19 90). Kandungan minyak dalam inti biji kapas mencapai 30,01 36,45% (Saroso dan Damardjati, 1988). Pengepresan biji kapas untuk diambil minyaknya akan menghasilkan limbah berupa bungkil biji kapas dimana hasil ini sebesar 60 70 persen atau sekitar 1.200 1.800 ton bungkil biji kapas per hektar per tahun. Apabila potensi dapat dimanfaatkan maka akan memberi nilai tambah usahatani kapas dan dapat dimanfaatkan petani bila digunakan dalam skala kecil. Tetapi penggunaan biji kapas ini terbatasi karena adanya senyawa phenol yang terkandung di dalamnya, yaitu gosipol (Chandravanshi, 1984). Lebih lanjut dikatakan bahwa gosipol bersifat racun bagi hewan maupun manusia kecuali ruminansia. Limbah bungkil biji kapas berpeluang besar sebagai sumber protein pakan ternak dalam ransum pakan ternak unggas maupun ruminansia dan dapat menurunkan biaya ransum. Dari kegiatan ini diharapkan akan diperoleh keluaran berupa teknologi campuran pakan unggas dengan limbah bungkil biji kapas dalam ransum ternak unggas Tujuan kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi bungkil biji kapas yang dapat digunakan sebagai substitusi pakan ternak unggas. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di desa Langlang kecamatan Singosari Malang dari bulan April Juli 2011. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan yang diuji terdiri atas 5 tingkat komposisi/campuran pakan dengan bungkil biji kapas yaitu : 1). 0% (tanpa bungkil biji kapas), 2). 5% bungkil biji kapas, 3). 10% bungkil biji kapas, 4). 15% bungkil biji kapas, 5). 20% bungkil biji kapas, dan 6). 25 % bungkil buji kapas. Pakan yang digunakan adalah BR-1 produksi PT Wonokoyo Jaya Corporindo. Kandungan mineral BR-1 adalah kadar air 12%, protein kasar 20-22%, lemak kasar 5%, serat kasar 5%, abu 7,5%, Ca 0,9-1,2%, P 0,6-0,8%, coccidiostat positif, dan antibiotika positif. Dalam penelitian ini digunakan anak ayam pedaging Wonchick Broiler PT Wonokoyo Jaya Corporindo umur 1 hari. Setiap perlakuan terdiri dari 10 ekor ayam sehingga total diperlukan sebanyak 240 ekor di dalam petak kandang bambu berukuran 1 m x 1,2 m beralaskan sekam. Mulai umur sehari sampai 10 hari, ayam diberi pakan murni BR-1 yang sama yaitu pakan kontrol, tanpa bungkil biji kapas; selanjutnya diberi pakan berdasarkan perlakuan sampai umur 5 minggu. Pengamatan meliputi jumlah konsumsi pakan, pertumbuhan, dan berat badan ayam, berat karkas, mutu karkas dan biaya pakan. Setelah panen dilakukan analisis kandungan protein pada daging. Analisis data menggunakan sidik ragam pada tingkat kepercayaan 5% dan dilanjutkan dengan uji Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisa kandungan unsur mineral dan protein dalam bungkil biji kapas disajikan pada Gambar 1. Komposisi kandungan protein tertinggi mencapai 39% kemudian diikuti PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 183

minyak/lemak sebesar 14%, pati 6%, Nitrogen 6%, abu 4%, dan kalium 2%. Kandungan protein dan minyak/lemak cukup besar sehingga sangat potensial digunakan sebagai pakan ternak dari bahan nabati. KOMPOSISI BUNGKIL BIJI KAPAS N 6% P 0% K 2% Lainnya 29% Protein 39% Abu 4% Pati 6% Minyak/Lemak 14% Gambar 1. Komposisi kandungan unsur mineral dan protein dalam bungkil biji kapas Pengaruh perlakuan komposisi pakan ayam dan bungkil biji kapas terhadap perkembangan bobot ayam selama 5 minggu disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 2. Dari Gambar 2 terlihat bahwa umur 1 minggu sampai dengan 3 minggu pengaruh campuran bungkil biji kapas sampai dengan 25 % tidak memberikan pengaruh terhadap bobot ayam dengan hasil rata-rata antara 918 989 gram per ekor, Setelah umur 3 minggu menunjukkan adanya penurunan bobot ayam yang apabila komposisi bungkil 20 % (Tabel 1). Sedangkan mulai umur 4 sampai 5 minggu terlihat bahwa campuran bungkil sebesar 25 % menurunkan bobot ayam secara tajam yaitu dari 2.143 gram per ekor menjadi 1.868 gram per ekor. Hal ini memberikan gambaran bahwa pembentukan daging ayam terganggu dengan protein sumber pakan yang berasal dari bungkil biji kapas. Komposisi protein pada pakan ayam 20-22% berasal dari protein nabati kedelai dan pada masa sekarang lebih banyak digunakan protein hewani yang berasal dari ikan, udang dan sebagainya. Dengan bobot pakan yang sama (Tabel 2), semakin tinggi penambahan bungkil akan semakin tinggi kandungan protein dalam pakan. 184 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

Tabel 1. Pengaruh bungkil biji kapas terhadap perkembangan bobot ayam pedaging. Perlakuan Bobot ayam (g/ekor) No. Pakan Bungkil 1 1 2 3 4 5 (%) (%) hari minggu minggu minggu minggu minggu 1 100 0 39 166 516 989 1.607 2.143 2 95 5 39 166 519 978 1.559 2.121 3 90 10 39 166 516 942 1.568 2.081 4 85 15 39 166 512 971 1.464 1.966 5 80 20 39 166 513 914 1.451 1.963 6 75 25 39 166 514 918 1.530 1.868 Tabel 2. Kebutuhan pakan ayam Kebutuhan pakan Bobot pakan (g/ekor) 1 1 2 3 4 5 hari minggu minggu minggu minggu minggu Bobot pakan (g/minggu/ekor) - 146 368 770 1.099 1.529 Bobot pakan akumulatif (g/ekor) - 146 514 1.284 2.383 3.912 Penambahan limbah bungkil biji kapas dapat mengurangi jumlah pakan dan menghemat biaya pakan. Semakin banyak penambahan bungkil semakin berkurang biaya pakan, walaupun bobot ayam (Gambar 2) dan harga jual ayam semakin menurun (Tabel 3). Pemberian bungkil sampai 25% dari total pakan, ternyata masih menguntungkan Rp 1.182,- /ekor dalam usahatani ternak ayam pedaging ini (Tabel 3). Mengingat saat ini pemberian bungkil biji kapas sebagai limbah belum dihitung nilai barangnya. PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 185

Tabel 3. Kebutuhan pakan dan harga ayam No. Perlakuan Kebutuhan Biaya Selisih Biaya Pakan Bungkil Pakan Bungkil Pakan Bungkil pakan (%) (%) (kg/ ekor) (kg/ ekor) (Rp/ekor) (Rp/ (Rp/ ekor) ekor) Bobot ayam (kg/ ekor) Selisih Bobot ayam (kg/ ekor) Selisih Harga ayam (Rp ekor) Selisih Biaya pakanharga ayam 1 100 0 3.912-11.345 - - 2.143 - - - (Rp/ekor) 2 95 5 2.766 196 8.023-3.322 2.121 (22) (302) 3.020 3 90 10 2.621 391 7.600-3.744 2.081 (62) (864) 2.880 4 85 15 2.475 587 7.178-4.167 1.966 (177) (2.463) 1.704 5 80 20 2.330 782 6.756-4.589 1.963 (180) (2.502) 2.087 6 75 25 2.184 978 6.334-5.011 1.868 (276) (3.829) 1.182 Keterangan : Harga jual ayam di tingkat peternak di kandang Rp 13.900,-/kg. 186 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

Perkembangan Bobot Ayam Bobot (g) 1. P(100)+B(0) 2. P(95)+B(5) 3. P(90)+B(10) 4. P(85)+B(15) 5. P(80)+B(20) 6. p(75)+b(25) 1 hari 39 39 39 39 39 39 1 minggu 166 166 166 166 166 166 2 minggu 516 519 516 512 513 514 3 minggu 989 978 942 971 914 918 4 minggu 1607 1559 1568 1464 1451 1530 5 minggu 2143 2121 2081 1963 1868 1809 Keterangan : P(95)+B(5), artinya kombinasi perlakuan Pakan BR-1 (95%) ditambah Bungkil biji kapas 5%. Gambar 2. Pengaruh Komposisi pakan dan bungkil biji kapas terhadap perkembangan bobot ayam pedaging. Pengaruh perlakuan komposisi pakan ayam dari paket dan bungkil biji kapas terhadap bobot ayam, karkas dan bulu hasil panen ayam pada umur 5 minggu disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh komposisi pakan dan bungkil biji kapas terhadap Bobot ayam, karkas dan bulu pada umur panen 5 minggu. Perlakuan Bobot Ayam Karkas Bulu No. Paket Bungkil hidup Penurunan Bobot Persentase (%) (%) (g) (%) (g) (%) (g) (%) 1 100 0 2.143-1.460 68 199 9 2 95 5 2.121 1 1.420 67 205 10 3 90 10 2.081 3 1.374 66 232 11 4 85 15 1.966 8 1.303 66 207 10 5 80 20 1.963 8 1.290 66 231 12 6 75 25 1.868 13 1.179 63 230 12 Dari Tabel 4 dan Gambar 3 terlihat bahwa penurunan bobot ayam tertinggi sebesar 13 %, akan tetapi penurunan karkas hanya sebesar 5 %. Nampaknya pengaruh bungkil biji kapas tidak terlalu menurunkan berat karkas akan tetapi lebih ke berat bulu. Bungkil biji PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 187

kapas banyak mengandung serat daripada kedelai dan adanya serat yang tinggi pada pakan menyebabkan bulu ayam lebih tebal. 2.500 Bobot ayam Hidup dan karkas 2.000 Bobot (g) 1.500 1.000 500-1. P(100)+B (0) 2. P(95)+B( 5) 3. P(90)+B( 10) 4. P(850)+B (15) 5. P(80)+B( 20) 6. p(75)+b( 25) Bobot Hidup (g) 2.143 2.121 2.081 1.966 1.963 1.868 Bobot Karkas (g) 1.460 1.420 1.374 1.303 1.290 1.179 Gambar 3. Pengaruh Komposisi pakan dan bungkil biji kapas terhadap bobot ayam pedaging dan hasil karkas Pengaruh komposisi pakan dan bungkil biji kapas terhadap mutu daging dilakukan analisa proksimat. Semakin banyak penambahan bungkil biji kapas dalam pakan ayam, maka kandungan protein daging ayam relatif sama, kandungan lemak semakin tinggi, kadar air semakin rendah, kadar abu relatif sama dan karbohidrat meningkat (Tabel 5 dan Gambar 4). Pakan ayam BR-1 mengandung protein kasar sebesar 20-22%. Penambahan bungkil biji kapas yang mengandung 39% protein tentunya akan memperkaya kandungan protein pakan. Namun hasil analisa proksimat pada daging ayam berkisar 21,2-23,94%, relatif sama dengan kandungan protein pakan BR-1. Artinya protein yang tersedia pada bungkil biji kapas tidak mempengaruhi protein daging ayam. Saran untuk penelitian berikutnya adalah meracik ransum sendiri dengan sumber protein yang berasal dari bungkil biji kapas. Tabel 5. Pengaruh komposisi pakan dan bungkil biji kapas terhadap hasil analisa proksimat. Perlakuan Kadar No. Paket Bungkil Protein Lemak Air Abu Karbohidrat (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) 1 100 0 22,33 1,52 72,20 1,09 2,87 2 95 5 22,42 3,52 69,95 1,15 2,98 3 90 10 23,94 0,91 72,73 1,11 1,31 4 85 15 21,61 0,82 74,34 1,15 2,08 5 80 20 21,20 4,06 69,65 1,08 4,02 6 75 25 21,91 3,56 64,39 1,11 9,03 188 PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011

Kadar (%) 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00-1. P(100)+B( 0) HASIL ANALISA PROKSIMAT 2. P(95)+B(5 ) 3. P(90)+B(1 0) 4. P(85)+B(1 5) 5. P(80)+B(2 0) 6. p(75)+b(2 5) Protein (%) 22,33 22,42 23,94 21,61 21,20 21,91 Lemak (%) 1,52 3,52 0,91 0,82 4,06 3,56 Air (%) 72,20 69,95 72,73 74,34 69,65 64,39 Abu (%) 1,09 1,15 1,11 1,15 1,08 1,11 Krbhidrat (%) 2,87 2,98 1,31 2,08 4,02 9,03 Gambar 4. Pengaruh Komposisi pakan dan bungkil biji kapas terhadap hasil analisa proksimat dalam daging ayam KESIMPULAN DAN SARAN Penambahan bungkil biji kapas sampai 25% pada pakan ayam dapat mengurangi jumlah pakan dan menghemat biaya pakan, serta menurunkan.bobot ayam dan bobot karkas, bulu ayam meningkat, dan penerimaan uang turun. Penambahan 25% bungkil biji kapas pada pakan masih menguntungkan Rp 1.182,-/ekor, dimana dapat menghemat biaya pakan lebih besar dibanding penurunan penerimaan uang hasil jual ayam. Saran untuk penelitian berikutnya adalah meracik ransum sendiri dengan sumber protein yang berasal dari bungkil biji kapas. DAFTAR PUSTAKA Chandravanshi, B.S. 1984. Spectrophotometric determination of total gossypol in cottonseeds and cottonseed meals. Anal. Chem.56:30-32. Handreck K. 1993. Gardening Down Under. Better soils and Potting Mixes for Better Gardens. CSIRO. Australia. Saroso B. dan D.S. Damardjati. 1988. Evaluasi sifat dan mutu protein tepung biji kapas. Media Penelitian Sukamandi No.6. Sulistyowati E. 2007. Prospek Pengembangan Kapas Nasional. Bahan Raker di Direktoratn Jendral Perkebunan tahun 2007. 13p. Winarto, B.W. 1990. Pengaruh pelarut pada ekstraksi biji kapas terhadap sifat minyak dan bungkilnya. Jurnal Penelitian Tanaman tembakau dan Serat Vol 5 No.2. PROSIDING SEMINAR NASIONAL INOVASI PERKEBUNAN 2011 189