EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
ELIZA FITRIA

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

SKRIPSI PENGINGKARAN PUTUSAN PERDAMAIAN OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan. berkembang dan berkehidupan yang adil dan berdaulat.

JAMINAN. Oleh : C

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan. ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. sehingga munculah sengketa antar para pihak yang sering disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. diantara mereka. Hal itu dikarenakan setiap manusia memiliki. kepentingannya, haknya, maupun kewajibannya.

PERANAN HAKIM DAN PARA PIHAK DALAM USAHA UNTUK MEMPERCEPAT PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo)

MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI PERDAMAIAN MEDIASI

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

III. PUTUSAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

BENI DHARYANTO C FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) (Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Karyawan)

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

TINJAUAN YURIDIS TENTANG IKUT SERTANYA PIHAK KETIGA ATAS INISIATIF SENDIRI DENGAN MEMBELA TERGUGAT (VOEGING) DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH

SKRIPSI PROSES BERPERKARA PERDATA SECARA PRODEO DALAM PRAKTEK (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI PURWODADI )

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. EKSEKUSI YANG TIDAK DAPAT DIJALANKAN MENURUT HUKUM ACARA PERDATA 1 Oleh: Rahmawati Kasim 2

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

EVITAWATI KUSUMANINGTYAS C

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (3)

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN HASIL MEDIASI. (Studi di Pengadilan Agama Kabupaten Malang) SKRIPSI. Oleh: Lailatul Qomariyah NIM

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

BERACARA DALAM PERKARA PERDATA Sapto Budoyo*

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROSES JUAL BELI PERUMAHAN SECARA KREDIT

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

[DEVI SELVIYANA, SH] BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang harus dihargai dan dihormati oleh orang lain.

PELAKSANAAN ASAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

TINJAUAN HUKUM TENTANG KENDALA-KENDALA EKSEKUSI YANG TELAH INKRACHT (Studi Pada Pengadilan Negeri Palu) TEGUH SURIYANTO / D

WEWENANG KURATOR DALAM PELAKSANAAN PUTUSAN PAILIT OLEH PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET

BAB I PENDAHULUAN. Terlebih-lebih di saat sekarang ini, di mana kondisi perekonomian yang tidak

PROSES PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN BAGI ANAK YANG TERLAMBAT MENDAFTARKAN KELAHIRANNYA DAN AKIBAT HUKUMNYA

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN

TINJAUAN PENYELESAIAN SENGKETA TANAH WAKAF SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Hakim merupakan pelaku inti yang secara fungsional melaksanakan. kekuasaan kehakiman. Hakim harus memahami ruang lingkup tugas dan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. melidungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan diantara mereka. Gesekan-gesekan kepentingan tersebut biasanya menjadi sengketa hukum

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

Transkripsi:

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Diajukan Oleh : MUHAMAD LILIK BASROWI C.100.030.192 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 i

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara perdata dipergunakan untuk menjamin ditaatinya hukum perdata materiil. Ketentuan hukum acara perdata pada umumnya tidak memberi hak dan kewajiban yang seperti dijumpai dalam hukum perdata materiil, tetapi melaksanakan dan mempertahankan atau menegakkan kaidah hukum perdata materiil yang ada, atau melindungi hak perseorangan. Karena pada hakekatnya hukum acara perdata adalah hukum yang mengatur bagaimana caranya dijamin diaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim. Dengan kata lain hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak. Di dalam kehidupan bermasyarakat, tiap-tiap individu atau orang mempunyai kepentingan yang berbeda antara orang satu dengan yang lainnya. Adakalanya kepentingan antar para pihak itu saling bertentangan sehingga menimbulkan suatu sengketa hukum. Sengketa hukum dapat diartikan sebagai sengketa mengenai segala sesuatu yang di atur oleh hukum. Dengan perkataan lain sengketa hukum adalah sengketa yang menimbulkan akibat-akibat hukum. Dalam melaksanakan hak dan kewajiban pada suatu hubungan hukum yang seringkali menjadi sumber timbulnya sengketa hukum adalah apabila hak seseorang yang diberikan oleh hukum materiil dilanggar, kepentingan seseorang yang dilindungi oleh hukum materiil diingkari. 1 1 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1993, hal. 2. 1

2 Misalnya saja apabila seseorang melaksanakan hak secara berlebihan yang mengakibatkan kerugian pada orang lain, masyarakat atau negara. Selain itu adanya kelalaian pemenuhan suatu kewajiban baik itu sengaja atau tidak sengaja dalam pemenuhan suatu kewajiban tarhadap sikap orang yang demikian apabila ada pihak lain yang tidak mau mengalahkan dapat menjadi sumber sengketa. Dalam hukum perdata materiil sengketa hukum dapat berupa wanprestasi, perbuatan melawan hukum maupun perbuatan yang menimbulkan kerugian pada orang lain, yang tidak termasuk perbuatan melawan hukum yaitu yang berupa penyalahgunaan keadaan. 2 Pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain apabila ingin mendapatkan kembali haknya maka ia harus mengupayakan melalui prosedur yang berlaku, baik melalui litigasi maupun melalui Alternative Dispute Resolution (ADR), seperti penyelesaian sengketa melalui arbitrase atau penyelesaian sengketa melalui perdamaian antar pihak, individu tidak boleh melakukan perbuatan main hakim sendiri (eigenrichting). 3 Penyelesaian sengketa tersebut tidak akan dicampuri oleh negara apabila para pihak yang berkepentingan dapat menyelesaikan sendiri melalui perdamaian yaitu dengan musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila upaya musyawarah untuk mencapai mufakat yang diusahakan oleh para pihak yang berkepentingan tidak tercapai maka dapat dimintakan bantuan pada negara yaitu dengan cara mengajukan gugatan ke pengadilan negeri. Dalam 2 Ibid, hal. 9 3 Wirjono R Prodjodikoro, Himpunan Peraturan Hukum Acara Perdata di Indonesia, Sinar Bandung: Bandung, 1988

3 hal demikian ini, Hukum Acara Perdata dapat menunjukkan jalan yang harus ditempuh agar sengketa dapat diperiksa dan diselesaikan melalui pengadilan. Penyelesaian perkara perdata melalui litigasi dimulai dengan pengajuan gugatan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang. Prosedur ini merupakan prosedur umum, berlaku untuk orang dan sengketa hukum pada umumnya sehingga setiap orang yang akan berperkara di pengadilan negeri harus mengetahui dan memahami tata cara beracara yang sesuai dengan prosedur dalam Hukum Acara Perdata dan sebagai konsekuensi maka perkara akan ditolak jika tidak memenuhi prosedur yang ditetapkan. Penyelesaian sengketa hukum melalui prosedur umum dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu tahap pendahuluan, tahap penentuan dan tahap pelaksanaan. Tahap pendahuluan dimulai dari diajukannya gugatan sampai dengan disidangkannya perkara. Selanjutnya tahap penentuan yaitu dimulai dari jawab menjawab sampai dengan dijatuhkannya putusan oleh hakim. Setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde), kecuali diputus dengan ketentuan dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun diajukan upaya hukum melawan putusan (uit voerbaar bij vooraad). Setelah itu barulah sampai pada tahap yang terakhir yaitu tahap pelaksanaan. 4 Dalam tahap putusan, suatu sengketa perdata itu diajukan oleh pihak yang bersangkutan kepada pengadilan untuk mendapatkan pemecahan atau penyelesaian. Pemeriksaan perkara memang diakhiri dengan putusan, akan tetapi dengan dijatuhkannya putusan saja belum tentu persoalannya akan selesai begitu saja tetapi putusan tersebut harus dapat dilaksanakan atau 4 Ibid, hal. 5.

4 dijalankan. Suatu putusan pengadilan tidak ada artinya apabila tidak dilaksanakan, oleh karena itu putusan hakim mempunyai kekuatan hukum eksekutorial yaitu kekuatan untuk dilaksanakan apa yang menjadi ketetapan dalam putusan itu secara paksa dengan bantuan alat-alat negara. Adapun yang yang memberi kekuatan eksekutorial pada putusan hakim adalah kepala putusan yang berbunyi Demi Keadilan Berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. 5 Pada prinsipnya hanya putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap dan dapat dijalankan. Suatu putusan itu dapat dikatakan telah mempunyai kekuatan hukum tetap apabila di dalam putusan mengandung arti suatu wujud hubungan hukum yang tetap dan pasti antara pihak yang berperkara sebab hubungan hukum tersebut harus ditaati dan harus dipenuhi oleh pihak tergugat. 6 Muhammad Abdul Kadir berpendapat bahwa putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap adalah putusan yang menurut ketentuan Undang-Undang tidak ada kesempatan lagi untuk menggunakan upaya hukum biasa untuk melawan putusan tersebut, sedang putusan yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap adalah putusan yang menurut ketentuan Undang-Undang masih terbuka kesempatan untuk menggunakan upaya hukum untuk melawan putusan tersebut misalnya verzet, banding dan kasasi. 7 5 Muhammad Abdul Kadir, Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bhakti, 1990, hal. 173. 6 M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1999, hal. 5. 7 Muhammad Abdul Kadir, Op. Cit. hal. 174.

5 Putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, memiliki 3 macam kekuatan, sehingga putusan tersebut dapat dilaksanakan, yaitu: 8 1. Kekuatan mengikat; 2. Kekuatan bukti; 3. Kekuatan untuk dilaksanakan. Pihak yang dihukum (pihak tergugat) diharuskan mentaati dan memenuhi kewajibannya yang tercantum dalam amar putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap secara sukarela. Putusan sukarela yaitu apabila pihak yang kalah dengan sukarela memenuhi sendiri dengan sempurna menjalankan isi putusan. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan putusan tersebut tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, karena dikemudian hari ada salah satu pihak yang merasa tidak puas dengan putusan tersebut, maka yang akan terjadi adalah pengingkaran atau mengingkari putusan tersebut. Suatu pengingkaran merupakan bentuk suatu perbuatan yang tidak mau melaksanakan apa yang seharusnya dilakukannya atau yang menjadi kewajiban. Cara melaksanakan putusan Hakim diatur dalam pasal 196 sampai dengan pasal 208 H.I.R. Putusan dilaksanakan di bawah pimpinan Ketua Pengadilan Negeri yang mula-mula memutus perkara tersebut. Pelaksanaan dimulai dengan menegur pihak yang kalah untuk dalam 8 hari memenuhi putusan dengan sukarela. Apabila pihak yang dihukum tidak mau melaksanakan putusan tersebut secara sukarela, maka putusan tersebut harus dilaksanakan dengan upaya paksa oleh pengadilan yang disebut dengan 8 Lilik Mulyadi, Hukum Acara Perdata Menurut Teori dan Praktek Peradilan Indonesia, Jakarta, Djambatan. 1998, Hal. 82

6 eksekusi. Salah satu prinsip dari eksekusi yaitu menjalankan putusan secara paksa. Putusan secara paksa merupakan tindakan yang timbul apabila pihak tergugat tidak menjalankan putusan secara sukarela. 9 Ada tiga macam eksekusi yang dikenal oleh hukum secara perdata: 10 1. Eksekusi yang diatur dalam pasal 197 H.I.R dan seterusnya dimana seorang dihukum untuk membayar sejumlah uang. 2. Eksekusi yang diatur dalam pasal 225 H.I.R., dimana seorang dihukum untuk melaksanakan suatu perbuatan. 3. Eksekusi riil, yang dalam praktek banyak dilakukan akan tetap tidak diatur dalam H.I.R. Dari hal tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap harus dilaksanakan oleh para pihak, apabila salah satu tidak dilaksanakan putusan hakim berarti pihak yang tidak melaksanakan keputusan hakim secara suka rela tidak menjalankan putusan hakim yang berakibat pihak yang tidak melakukan putusan tersebut secara dapat dilakukan tindakan paksa atau eksekusi. Pada kenyataannya, pelaksanaan eksekusi sering berjalan tidak lancar, ada hambatan-hambatan yang ditemui sehingga menggangu proses eksekusi pihak pengadilan dalam melaksanakan tugasnya. Hambatan-hambatan tersebut sering dilakukan oleh pihak yang kalah di peradilan, seperti: pihak yang kalah tidak mau pindah dari tempat yang akan dieksekusi, pihak yang kalah melakukan banding, pihak yang kalah mempersulit petugas dengan cara 9 Sudikno Mertokusumo, Op. Cit., Hal. 184. 10 Retnowulan Sutantio, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, Alumni, Bandung, 1999, hal. 116.

7 mogok di tempat yang akan diseksekusi. Keadaan ini menyulitkan pihak pengadilan dalam melaksanakan eksekusi. Dengan uraian tersebut di atas mendorong penulis untuk menyusun skripsi dengan judul PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP PENGINGKARAN KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA. B. Perumusan masalah Seperti telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka dapat disusun identifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Mengapa putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap tersebut tidak dilaksanakan oleh pihak yang kalah dalam peradilan? 2. Bagaimanakah proses pelaksanaan eksekusi barang atau tempat yang kalah dalam perkara perdata? 3. Hambatan-hambatan apa yang ditemui oleh pihak juru sita pengadilan dalam melaksanakan eksekusi dan bagaimana penyelesaiannya? C. Tujuan penelitian Dalam melakukan suatu penelitian supaya terdapat sasaran yang jelas dan sesuai dengan apa yang dikehendaki, maka perlu ditetapkan tujuan penelitian yaitu: 1. Untuk mengetahui putusan hakim yang telah mempunyai hukum tetap tersebut tidak dilaksanakan oleh pihak yang kalah dalam peradilan.

8 2. Untuk mengetahui proses eksekusi barang atau tempat yang kalah dalam perkara perdata. 3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui oleh pihak juru sita pengadilan dalam melaksanakan eksekusi dan penyelesaiannya D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian adalah: 1. Bagi masyarakat Memberi sumbangan pemikiran kepada masyarakat jika mengalami kasus pengingkaran terhadap putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan pelaksanaan eksekusi. 2. Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi hukum perdata. 3. Bagi pengadilan Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan referensi bagi Pengadilan Negeri Surakarta tentang putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan pelaksanaan eksekusi. E. Metode penelitian Suatu metode penelitian di harapkan mampu untuk menemukan, merumuskan, menganalisis, mampu memecahkan masalah-masalah dalam

9 suatu penelitian dan agar data-data di peroleh lengkap, relevan, akurat, dan reliabel, diperlukan metode yang tepat yang dapat di andalkan (dependable). Maka penulis gunakan metode penelitian: 1. Metode pendekatan. Pada penelitian ini mengunakan pendekatan normatif, yang mempunyai maksud mengungkapkan legalitas berupa aturan-aturan asas hukum, aspek hukum tentang pengingkaran putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 2. Jenis penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif 11, dengan menggunakan jenis penelitian ini, penulis ingin memberi gambaran seteliti mungkin secara sistematis dan menyeluruh tentang pengingkaran terhadap putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 3. Bahan hukum penelitian a. Penelitian Kepustakaan Untuk memperoleh data sekunder dengan cara mempelajari dan menganalisa bahan hukum. Dalam penelitian kepustakaan di kelompokan menjadi 3 (tiga) bahan yaitu: 1) Bahan hukum primer Yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari; a) KUH Perdata b) HIR 11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 1998, hal. 10.

10 c) UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman d) Yurisprudensi 2) Bahan Hukum Sekunder Yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum yang terdiri dari buku-buku yang membahas tentang pengingkaran terhadap putusan hakim. 3) Bahan Hukum Tersier Yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yaitu: a) Kamus Hukum b) Kamus Bahasa Indonesia b. Penelitian lapangan 1) Lokasi penelitian Lokasi penelitian di pengadilan Negeri Surakarta. 2) Subyek Penelitian Hakim yang pernah menangani perkara perdata terhadap putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dilaksanakan eksekusi dan petugas juru sita di pengadilan. 4. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang di gunakan adalah sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan yaitu untuk mengumpulkan data sekunder yang di lakukan dengan mengacu pada tiga bahan hukum di atas

11 dengan pokok permasalahan tentang pengingkaran terhadap putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. b. Penelitian Lapangan Data yang diperoleh dari lapangan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian secara langsung pada obyek penelitian adalah dengan cara interview (wawancara). Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung atau tertulis dengan responden. Responden dalam penelitian ini adalah hakim dan juru sita di Pengadilan Negeri Surakarta. c. Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini menggunakan teknik non random sampling (purposive sampling) artinya tidak semua individu dipakai atau diwawancarai dalam hal ini adalah hakim yang pernah memeriksa, mengadili serta memutus perkara mempunyai kekuatan hukum tetap tetapi putusan tersebut dilakukan dengan cara eksekusi dan juru sita yang melaksanakan eksekusi. 5. Analisa Data Dari data yang diperoleh dalam penelitian ini, didasarkan pada peraturan perundang-undangan (yurisprudensi) dan buku-buku literature yang berkaitan dengan permasalahan yang ada, kemudian akan dipadukan dengan pendapat responden (nara sumber), selanjutnya di analisis secara kualitatif dengan mengungkapkan dan mengambil kebenaran yang diperoleh dari peraturan-peraturan dan yurisprudensi tentang pengingkaran terhadap putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan

12 hukum tetap, dan mencari atau menemukan pemecahannya. Kemudian akan ditarik suatu kesimpulan yang dipergunakan untuk menjawab permasalahan yang ada. F. Sistematika Skripsi Untuk lebih mengetahui dan mempermudah dalam memperoleh gambaran dalam hasil skripsi ini, maka secara umum penulis mengemukakan urutan (sistematika) skripsi seperti di bawah ini: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Putusan Hakim 1. Pengertian Putusan Hakim 2. Macam-Macam Putusan 3. Bentuk Putusan B. Tinjauan Putusan Hakim yang telah Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap 1. Putusan Hakim yang telah Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap

13 2. Isi Putusan Hakim yang telah Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap 3. Pelaksanaan Putusan Hakim yang telah Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap C. Tinjauan Tentang Eksekusi 1. Pengertian Eksekusi 2. Macam-macam Eksekusi 3. Proses Pelaksanaan Eksekusi BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian 1. Putusan hakim yang tidak dilaksanakan oleh pihak yang kalah dalam pradilan 2. Proses pelaksanaan eksekusi barang atau tempat 3. Hambatan-hambatan yang ditemui oleh pihak juru sita dalam melaksanakan eksekusi dan cara penyelesaiannya B. Pembahasan 1. Putusan hakim yang telah mempunyai hukum tetap tetapi tidak dilaksanakan oleh pihak yang kalah dalam peradilan. 2. Proses pelaksanaan eksekusi barang atau tempat yang kalah dalam perkara perdata 3. Hambatan-hambatan yang ditemui oleh pihak juru sita pengadilan dalam melaksanakan eksekusi dan cara penyelesaiannya

14 BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan. B. Saran-saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN