BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

2015 PELAKSANAAN PROGRAM BINA KELUARGA BALITA D ALAM PENINGKATAN PERAN PENGASUHAN IBU UNTUK ANAK USIA D INI D I BKB D AHLIA PURWAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, baik Pemerintah,

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS

BAB V. keberlangsungan program atau kebijakan. Tak terkecuali PKH, mengingat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Strategi yang dilaksanakan oleh masing-masing pengelola dalam

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA NOMOR : 03/BPM FIK UI/III/2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan upaya yang lebih sinerji, memadai, terpadu dan berkesinambungan

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROPOSAL PERMOHONAN BANTUAN DANA HIBAH LKKS PROVINSI BANTEN DARI APBD PERUBAHAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2018

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. model kecakapan hidup terintegrasi dengan nilai-nilai budaya lokal dalam

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB V PENUTUP. LXI selama 1 bulan pada tanggal 24 Januari 22 Februari 2017 di Dusun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. standar akreditasi dalam asuhan keperawatan spiritual. Hasil penelitian ini sudah terjawab

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi

Penguatan Peran Keluarga dan Pekerja Sosial untuk Anak dengan Disabilitas. Rini Hartini Rinda A. (Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Indonesia)

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai propinsi dengan jumlah penduduk tiga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. ujicoba, analisis, proses dan hasil dapat ditarik kesimpulan, implikasi, dan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sepenuhnya berhasil dan menjawab kebutuhan anak-anak di jalanan. Strategi yang

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

MANAJERIAL BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi

2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 9 - No. Permasalahan Tujuan Tantangan Indikator Keberhasilan Fokus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Retsa Husaeni, 2014

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dan analisa data pada bab bab sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menghadapi era-

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 3 TAHUN 2004 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BEBAS PASUNG PUSKESMAS TELUK LUBUK

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN MASYARAKAT

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PERKAWINAN USIA ANAK

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari seluruh pembahasan sebelumnya, maka kajian tentang pemberdayaan

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan hasil pembahasan dari permasalahan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

V PERANAN UNSUR-UNSUR DALAM PENGEMBANGAN

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

LAPORAN EKSEKUTIF KONTRIBUSI PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PENGELOLAAN DAN PENGUATAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD), 2010

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak lazim atau tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada.

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helga Annisa, 2013

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

KESIMPULAN DAN TEMUAN KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indra Dwi Handoko, 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung merupakan unsur pelaksana. bertanggung jawab kepada Walikota Bandar Lampung melalui Sekretaris

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KOTA LAYAK ANAK

BAB V PENUTUP. bantuan. Bantuan tersebut diwujudkan melalui bantuan tunai bersyarat yang diberik an

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

pendidikan dari segi tujuan perkembangan kepribadian saja kurang lagi

Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan dalam masyarakat mengalami kemerosotan,baik di tingkat

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

117 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Secara umum penelitian ini telah mencapai tujuan akhirnya, yaitu menemukan suatu model pemberdayaan masyarakat yang aplikatif untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat sehingga kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas di Desa Mekarlaksana Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung dapat terpenuhi. Model tersebut didasarkan pada temuan obyektif di lapangan dan kajian konseptual. Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, dikaitkan dengan hasil penelitian dan pembahasannya maka secara garis besar dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kondisi Objektif Gambaran kondisi objektif pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas di Desa Mekarlaksana sebelum dilakukan implementasi model pemberdayaan masyarakat, yaitu diketahui bahwa hampir sebagian besar anak dengan disabilitas di Desa Mekarlaksana tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Hal ini dikarenakan pada umumnya keluarga anak dengan disabilitas berada pada kondisi ekonomi yang terbatas, akses menuju sekolah cukup jauh, ditambah dengan keterbatasan pengetahuan, pemahaman dan minimnya informasi menyebabkan terkendalanya keluarga dalam menangani anak dengan disabilitas dan membuat keluarga hanya merawat anak seadanya di rumah. Minimnya informasi dan pengetahuan, mengakibatkan keluarga tidak memiliki kemampuan dalam melakukan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan pendidikan serta pelatihan keterampilan secara baik dan berkelanjutan sebagaimana yang dibutuhkan anak. Negara memiliki kewajiban untuk

118 menjamin, melindungi serta menyediakan pelayanan sosial dasar bagi seluruh warganya termasuk penyandang disabilitas. Pelayanan dasar tersebut di antaranya adalah pelayanan akan kebutuhan pendidikan. Di saat yang sama, keluarga dan masyarakat juga memiliki tanggung jawab yang relatif serupa. Perspektif ekologis meyakini bahwa keluarga, pihak sekolah, pemerintah desa, masyarakat sekitar serta masyarakat dalam artian luas merupakan unsur-unsur yang berpengaruh besar bagi anak. Berdasarkan data faktual dan kondisi empirik di lapangan kemudian peneliti membuat model pemberdayaan masyarakat dengan tujuan membuat masyarakat di Desa Mekarlaksana menjadi berdaya dalam melakukan upaya pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas. 2. Rumusan Model Model konseptual pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas di Desa Mekarlaksana dikembangkan untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat agar pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disababilitas di Desa Mekarlaksana dapat terpenuhi. Komponen dari model pemberdayaan ini mencakup: rasional, tujuan, komponen pemberdayaan, langkah-langkah pemberdayaan, struktur dan isi pemberdayaan, program pemberdayaan, evaluasi dan indikator keberhasilan. Kerjasama antara peneliti dan masyarakat Desa Mekarlaksana yang dilakukan dalam pembuatan dan pengembangan model telah memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam menguatkan kelayakan model. 3. Model Pemberdayaan Masyarakat Model pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan dapat diimplementasikan dalam meningkatkan keberdayaan masyarakat sehingga kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas di Desa Mekarlaksana

119 Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung dapat terpenuhi. Model ini telah teruji kelayakannya melalui uji keterlaksanaan model di lapangan. Model pemberdayaan yang dikembangkan telah menghasilkan dampak positif terhadap lingkungan masyarakat Desa Mekarlaksana dan berdampak positif terhadap pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas di desa. Sehingga dapat dikatakan bahwa model yang ditemukan adalah aplikatif. Model pemberdayaan masyarakat ini telah memberikan perubahan dan dampak yang besar serta berkelanjutan bagi pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas di daerah pedesaan, khususnya di Desa Mekarlaksana. Model ini diyakini dapat diterapkan di tempat-tempat lain yang memiliki karakteristik hampir serupa dengan lokasi penelitian. Sesuai dengan filosofi pemberdayaan masyarakat, masyarakat tidak hanya menjadi objek tetapi juga menjadi pelaku dari perbahan-perubahan yang dilakukan melalui diterapkannya model pemberdayaan ini. Beberapa perubahan yang diketahui telah terjadi pada masyarakat di Desa Mekarlaksana, diantaranya yaitu: meningkatnya pemahaman masyarakat terkait dengan jenis disabilitas, karakteristik dan kebutuhankebutuhan anak dengan disabilitas, masyarakat memiliki kesadaran akan perlunya penanganan khusus dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas, munculnya kepedulian masyarakat untuk bergerak dan membuat suatu perencanaan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas di Desa Mekarlaksana diantaranya masyarakat menyediakan akses sekolah yang ramah, membuat kelompok belajar dan melakukan kunjungan ke rumah anak secara rutin, masyarakat khususnya RBM dapat melakukan identifikasi, asesmen dan intervensi terkait dengan pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas di Desa Mekarlaksana, keluarga mulai menyadari pentingnya pendidikan bagi anak sehingga merubah pola pengasuhannya pada anak serta turut terlibat dalam

120 kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat, dan pemerintah mulai tersadarkan mengenai hak anak dengan disabilitas dalam mengases pendidikan serta turut mendukung dalam pelaksanaan dan pengembangan kegiatan-kegiatan berikutnya. Dampak positif yang dirasakan oleh anak dengan disabilitas di Desa Mekarlaksana saat ini yaitu mereka sudah dapat mengakses pendidikan yang lebih layak. Anak disabilitas yang ada di Desa Mekarlaksana dapat terakomodasi mengikuti pelayanan pendidikan baik formal, informal dan nonformal, diantaranya yaitu: anak disabilitas mendapat pendidikan yang layak dari keluarga. Hal tersebut dibuktikan dengan keluarga yang semakin menyadari bahwa pendidikan merupakan hal yang penting bagi anak dan orangtua mulai memilliki keinginan untuk menyekolahkan anaknya. Selain itu juga orangtua mulai tahu, faham dan memiliki keterampilan dalam mendidik anak. Anak dengan disabilitas memiliki kesempatan yang terbuka untuk dapat sekolah di sekolah yang dekat dengan rumah serta mendapat pelayanan pendidikan yang lebih sesuai dengan kebutuhannya dari sekolah, tersedianya akses belajar di masyarakat seperti kelompok belajar masyarakat, yang melakukan kunjungan setiap minggu ke rumah anak. Tersedianya sarana pendukung belajar di sekolah yang lebih baik. Mulai adanya informasi dari pemerintah mengenai tersedianya dukungan dana dan program serta adanya dukungan bantuan lain dari pihak luar. B. Rekomendasi Berdasarkan hasil implementasi dari model pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak dengan disabilitas di Desa Mekarlaksana Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung, sebagaimana yang telah diuraikan dalam kesimpulan, ada beberapa hal yang

121 perlu mendapat perhatian untuk perbaikan dalam peningkatan kualitas praktek. Hal-hal yang menjadi rekomendasi adalah sebagai berikut: 1. Bagi semua pihak serta peneliti selanjutnya Model dalam penelitian ini dapat diaplikasikan di lokasi / desa lain namun dengan catatan harus mempunyai karekteristik yang hampir serupa dalam berbagai aspek di masyarakat, karena penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada tempat dengan karakteristik masyarakat yang berbeda dengan tempat penelitian. Peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya agar dapat menciptakan kembali gagasan-gagasan yang lebih baik untuk kepentingan pelayanan dan perlindungan terhadap anak dengan disabilitas. Dengan demikian akan semakin banyak permasalahan yang terbantu dengan dorongan atau dukungan yang digerakkan selama penelitian berjalan. 2. Bagi keluarga anak dengan disabilitas di Desa Mekarlaksana Anak sebagai generasi penerus masa depan sebuah keluarga dan bangsa menuju kemajuan yang lebih baik. Anak dengan disabilitas memiliki hak dan kebutuhan yang sama yang harus dipenuhi. Bukan satu hal yang tidak mungkin bagi anak dengan diasabilitas tidak bisa mengembangkan potensi bakat dan minat yang ada dalam dirinya sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak bangsa yang cerdas, berkualitas dan terasah potensinya. Terus berusaha mengembangkan potensi yang ada merupakan satu pijakan untuk mencapai titik keberhasilan sehingga mereka bisa menata kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Perlu adanya pendampingan bagi anak-anak tersebut sehingga mereka dapat melakukan pengembangan kreatifitasnya secara terarah. Pentingnya pengawasan untuk anak-anak tersebut sehingga mereka merasa terlindungi. Anak harus sering berbaur dan berinteraksi sosial dengan lingkungan di sekitarnya sehingga mereka tidak lagi menutup diri terhadap keadaan di sekelilingnya.

122 3. Bagi anggota / Kader Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Pembinaan bagi orang tua anak dengan disabilitas perlu terus dilakukan sehingga orang tua mampu memahami masalah dan kebutuhan anak-anak mereka. Parenting skill untuk orang tua anak dengan disabilitas harus secara rutin dilakukan baik oleh pengurus RBM ataupun dengan mendatangkan narasumber ahli untuk memberikan pembelajaran bagi mereka. Orang tua anak dengan disabilitas ataupun keluarganya memerlukan pendampingan sehingga setelah kegiatan penelitian ini berakhir kegiatan, mereka tetap dapat berjalan seperti yang sudah dilakukan bersama peneliti. Peneliti berharap orang tua anak dengan disabilitas memiliki bekal pemahaman yang cukup untuk menjaga dan meningkatkan taraf kesejahteraan mereka. Kekompakan dan kebersamaan diantara orang tua anak dengan disabilitas perlu terus dilakukan sehingga mereka bisa saling bertukar pikiran dan memiliki pemahaman tentang perawatan anak-anak mereka dikemudian hari. Orang tua tidak lagi dihadapkan pada satu dilema ketika memiliki anak dengan disabilitas. Mereka dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya tanpa ada lagi perasaan malu bahkan menutup diri dengan lingkungan sosialnya. Pengembangan RBM tidak hanya berhenti sampai disini, namun harus terus digali gagasan-gagasan dari pengurus dan anggota maupun masyarakat menjadi sebuah tindakan nyata bagi kelompok sehingga apa yang menjadi tujuan kelompok dapat tercapai. Inisiatif dan kemauan dari para pengurus menjadi kunci utama agar RBM dapat menjalankan perannya di masyarakat. Keberlanjutan RBM dipengaruhi oleh pengembangan RBM yang fleksibel dalam menyesuaikan dengan keadaan lingkungan yang ada dan terus berubah.

123 Hal-hal yang menjadi ciri-ciri kelemahan RBM yang belum menjadi prioritas pada waktu penelitian ini agar dapat tindaklanjuti dengan kegiatankegiatan sehingga kapasitas RBM menjadi lebih meningkat lagi. Kader RBM diharapkan tetap menjalin komunikasi dan koordinasi diantara satu dan lainnya, terus membina rasa memiliki terhadap kelompok, menjaga nilai kekeluargaan dan kerjasama kelompok dengan kegiatan yang bermanfaat untuk masyarakat, tetap mengembangkan kegiatan yang terus berlanjut, tetap mengembangan hubungan baik dengan pihak lain, tetap berkoordinasi dengan Pemerintah Desa Mekarlaksana dan pemeliharaan terhadap program terus tersampaikan. 4. Bagi Masyarakat Desa Mekarlaksana Masyarakat diharapkan dapat lebih peduli terhadap kondisi yang dialami oleh anak dengan disabilitas dan keluarganya. Dukungan dan peran serta masyarakat dalam hal ini sangat besar sekali pengaruhnya sehingga mereka dapat berkontribusi secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk peningkatan pendidikan anak dengan disabilitas yang ada di Desa Mekarlaksana. Stigma buruk di masyarakat tentang keberadaan anak dengan disabilitas bukan lagi dijadikan sebuah alasan bagi mereka untuk tidak memiliki kepedulian terhadap sesama. 5. Bagi Pemerintah Desa Mekarlaksana RBM yang ada di Desa Mekarlaksana memerlukan dukungan dan pendampingan dari pemerintahan desa setempat sehingga mampu menunjang keberhasilan pengembangan RBM. RBM sudah banyak memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan anak dengan disabilitas dan keluarganya di wilayah Desa Mekarlaksana. Pemerintah Desa Mekarlaksana diharapkan dapat mengalokasikan dana anggaran desa untuk kegiatan RBM, melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap RBM yang ada di Desa Mekarlaksana. Pemerintahan Desa juga diharapkan mampu melakukan

124 koordinasi dan kolaborasi dengan instansi yang lebih tinggi seperti kecamatan, pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi dalam mendukung keberadaan organisasi lokal yang memiliki kepedulian terhadap anak dengan disabilitas agar mendapatkan perhatian. Hal lain yang perlu dikembangkan oleh pemerinthan Desa yaitu berperan serta dalam melakukan jejaring dengan CSR atau dunia usaha sebagai bentuk dukungan keberadaan organisasi lokal yang memiliki kepedulian terhadap pemenuhan pendidikan anak dengan disabilitas. Pemerintah Desa juga diharapkan mampu menghimbau dan mengajak kepada masyarakat di Desa Mekarlaksana agar berperan serta untuk memberikan perlindungan dan perhatian kepada anak dengan disabilitas sehingga mampu mencapai tingkat kesejahteraannya 6. Bagi instansi terkait Keberadaan RBM sebagai wadah apreasiasi masyarakat dalam upaya peningkatan pemenuan kebutuhan anak dengan disabilitas pada waktu penelitian menunjukkan adanya peningkatan, namun tetap tidak dapat menjalankan sendiri dalam mengembangkan RBM untuk dapat melakukan kegiatan terkait dengan pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas secara berkelanjutan. Sehubungan hal tersebut perlu mendapat perhatian dan dukungan dari pemerintah melalui instansi seperti Dinas sosial Kabupaten Bandung, Dinas sosial Propinsi Jawa Barat agar RBM yang ada di Desa Mekarlaksana mampu untuk melaksanakan kegiatan yang berkelanjutan. Instansi terkait tersebut diharapkan mampu melakukan pembinaan dan pengawasan secara berkesinambungan sehingga RBM yang ada mampu berdiri menjadi organisasi yang lebih kuat dan kokoh dalam melaksanakan pelayanan-pelayanan kemanusiaan. Hal ini tentunya membantu kepentingan

125 masyarakat terutama penyandang disabilitas dan keluarganya sehingga mampu mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik lagi.