e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

Meningkatkan Hasil Belajar Bercerita Melalui Media Boneka Tangan Pada Siswa Kelas II SDN Dukuhmencek 01 Sukorambi Jember

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS III SDN GRENDEN 02 PUGER JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

Iud Puspita Wijianingsih 1, Ruli Hafidah 1 Yudianto Sujana

MEDIA BONEKA TANGAN DAPAT MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENDEKATAN PRAGMATIK

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR DI KELOMPOK B TK PERTIWI MOJAYAN I KLATEN TENGAH TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN. Program pemerintah untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa dengan

PENERAPAN OUTDOOR LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK KELOMPOK B1 TK AISYIYAH NUSUKAN I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

Keywords: Concept Sentence, puzzle media, writing skills. menulis karangan deskripsi siswa kelas IV SDN Candiwulan.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI METODE BERCERITA PENGALAMAN PADA ANAK KELOMPOK B

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PANGGUNG BONEKA PADA ANAK KELOMPOK B3 TK AL-HUDA KERTEN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

JURNAL HUBUNGAN PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI. Oleh DWI MARLIAWITA ( )

Yunita Fitri Anggraeni 1), Kartono 2), Idam Ragil Widianto Atmojo 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

PENINGKATAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF MELALUI PERMAINAN MENGURAIKAN KATA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM. Pebriani.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA BAHASA INGGRIS MELALUI BERNYANYI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dapat menunjukkan bakat di lingkungan masyarakat. Pendidikan diarahkan

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI METODE SINEKTIK UNTUK SISWA KELAS V SD NEGERI JLABAN

PENERAPAN METODE STORY READING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK MELATI / ABA 005 PULAU BALAI

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI BENDA REALIA

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

Kata Kunci: keterampilan berbicara, model Problem Based Learning (PBL). 1) Mahasiswa Prodi PGSD FKIP UNS 2,3) Dosen Prodi PGSD FKIP UNS

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK MELALUI MEDIA POP UP BOOK PADA KELOMPOK B TK AL ISLAM 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/201

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TIPE KANCING GEMERINCING

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet. Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE DENGAN MEDIA FLASH CARD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Program Sarjana S -1 Studi PG Pendidikan Anak Usia Dini

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK ASESORIS PADA KELOMPOK B USIA 3-4 TAHUN. Sri Rahayu Nurhenti Dorlina Simatupang

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK B MENGGUNAKAN MEDIA TANGRAM

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE JURNAL. Oleh ENDANG SRI JAYANTI SUWARJO SITI RACHMAH S

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Talking Stick

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS V SD

NASKAH PUBLIKASI Guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini. Disusun oleh : ARIYANI A53C090015

IMPROVING SKILLS ESSAY WRITING BARE INDONESIAN THROUGH COOPERATIVE LEARNING TYPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)

PENGGUNAAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KOSAKATA YANG DIMILIKI ANAK USIA 5-6 TAHUN JURNAL. Oleh. Rani Setia Prasanti

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM PENGEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI DI TKPERTIWI II KOTA JAMBI

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK BENDA

MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Pada usia ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1


MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

Abstrak. Abstract. Pendahuluan. Cahyo et al., Penigkatan Hasl Belajar Menyimak...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

PENGGUNAAN METODE PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD

Peni Dwi Harsari Maryadi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

Andrefi Purjiningrum 1, Siti Wahyuningsih 2, Rukayah 2

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE PADA ANAK KELOMPOK A TK SIWI PENI XI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

Peningkatan Pemahaman Konsep Bilangan 1-10 Melalui Model Pembelajaran Guided Discovery

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Tegalsari 04 Ambulu Jember

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGENALAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN TEBAK KATA PADA ANAK KELOMPOK B TK/RA CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN AJARAN

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA WAYANG KERTAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK KELOMPOK A

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG HURUF VOKAL PADA ANAK TK KELOMPOK A DI PAUD KUNCUP MELATI TANGUNAN MOJOKERTO MENGGUNAKAN MEDIA DADU FLANEL

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 3, Nomor 3, Juli 2014 ISSN

PENINGKATAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE CERITA DENGAN TEMA MURIDKU RANI PADA ANAK KELOMPOK B TK AL-ISLAM 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

TEMU NIM: A53B090189

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

KARYA ILMIAH PEMBELAJARAN DENGAN TEKNIK BERCERITA MELALUI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DALAM BERBAHASA

Diajukan Oleh: Lestari A

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. : Peningkatan Bahasa Anak Usia Dini Melalui Cerita Bergambar di Taman Kanak-kanak Islam Qurrata A yun Batusangkar

JURNAL TAMAN VOKASI VOL. 4 NO. 2 DESEMBER

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM

ARTIKEL. Oleh : I MADE SEPTI ASTAWAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE GLOBAL PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KAPUKANDA ARTIKEL JURNAL

Transkripsi:

PENGGUNAAN METODE BERCERITA DENGAN MEDIA GAMBAR DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN SIKAP MANDIRI ANAK KELOMPOK A TK NEGERI PEMBINA BANGLI TAHUN AJARAN 2012/2013 Ni Made Sri Astuti Nugraha, A.A. Istri Ngurah Marhaeni, Nyoman Tika, Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha e-mail: sriastutinugraha@yahoo.com; marhaeni@pasca.undiksha.ac.id; nyomantika@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan peningkatan kemampuan berbahasa dan sikap mandiri anak melalui penggunaan metode bercerita dengan media gambar. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok A TK Negeri Pembina Bangli. Subjek penelitian berjumlah 20 orang anak. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan bersiklus. Metode pengumpulan data yang digunakan metode observasi dengan instrumen kemampuan berbahasa dan sikap mandiri, analisis data dilakukan dilakukan secara deskriptif dengan kriteria ketuntasan adalah 65. Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus,hasil penelitian menunjukkan akhir siklus I kemampuan berbahasa anak yang mencapai ketuntasan sebanyak 45%,meningkat diakhir siklus II 99%, dan sikap mandiri siklus I mencapai ketuntasan sebanyak 40%, meningkat di akhir siklus II mencapai 90%. Ini berarti kegiatan pembelajaran menggunakan metode bercerita dengan media gambar secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dan sikap mandiri anak sesuai indikator yang diharapkan. Kata Kunci: Metode Bercerita, Media Gambar, Kemampuan Berbahasa, Sikap Mandiri ABSTRACT This study aimed at analyzing and describing the kindergarten students language ability and self independence by using pictures supporting story-telling method. It was carried out in Group A in TK Negeri Pembina Bangli. The respondents were 20 students. The research method used was classroom action research that was conducted in cycles. The data were collected through observation method by using language ability and selfindependence instruments. To analyze the data, the researcher used descriptive technique, and the standard of minimum completeness of mastery learning was 65. The research was conducted in two cycles. At the end of the first cycle, it revealed that the students language ability that achieved the minimum completeness was 45% and it improved to be 99% at the end of the second cycle. Moreover, at the end of the first cycle, it showed that the percentage of students self- independence that reached the minimum completeness was 40% and it also improved to be 90% at the end of the second cycle. In conclusion, the findings of the study indicated that the use of pictures supporting story-telling method significantly enhanced the kindergarten students language ability and the self- independence. Keywords: Pictures, Story Telling Method, Language Ability, Self Independence. 1

Pendahuluan Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal yang menyelenggarakan pendidikan anak usia 4-6 tahun. Usia tersebut merupakan masa emas (golden age) bagi anak dalam menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensi dirinya. Masa tersebut adalah masa terjadinya kematangan funngsi fisik dan psikis yang merespons stimulasi yang diberikan oleh lingkungan untuk mendasari pengembangan kemampu-an dasar yaitu: berbahasa, kognitif, fisik/ motorik dan sikap mandiri anak (PermendiknasNomor 58, 2009) Pada anak, istilah ke-mandirian umumnya dikaitkan dengan kemampu an untuk melakukan segala sesuatu-nya sendiri. Apakah itu memakai baju sendiri, menalikan sepatunya sendiri, makan sendiri, dan melakukan hal-hal yang sederhana sendiri tanpa harus tergantung pada bantuan orang lain Yusuf, Syamsu (2009). Sikap mandiri anak harus dibina sejak usia dini, seandainya sikap mandiri anak ditanamkan setelah anak besar, sikap mandiri itu akan menjadi tidak utuh. Secara alamiah anak sudah mempunyai dorongan untuk mandiri atas dirinya sendiri. Mereka terkadang lebih senang untuk biasa mengurus dirinya sendiri dari pada dilayani. Sayangnya orang tua sering menghambat keinginannya dan dorongan untuk menjadi mandiri. Sikap mandiri yang diajar kan pada anak sejak dini akan membuatnya, dapat mengatur waktu kegiatannya sendiri dan membuat anak terbiasa me nolong orang lain serta lebih bisa menghargai orang lain. Oleh karena itu sikap mandiri pada anak sangat di-perlukan karena dengan kemandirian, anak bisa menjadi lebih bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhannya.(sidharto&izzaty,2004). Selain mengembangkan sikap mandiri anak pengembangan kemampuan berbahasa anak juga perlu dikembangkan karena kemampuan berbahasa pada dasarnya merupakan rangkaian bunyi yang melambangkan pikiran, perasaan serta sikap (Akhadiah, dkk, 2000: 2). Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu sarana mengupayakan pembina-an dan pengem bangan bahasa Indonesia secara terarah. Pengajaran bahasa di TK memiliki arti dan peran penting dalam membentuk kebiasaan, sikap, dan kemampuan dasar yang diperlu kan anak serta membantu anak mengembangkan keterampilan berbahasa yang dimiliki. Keterampilan ber bahasa tersebut meliputi empat aspek yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Tarigan, 2008). Kemampuan berbicara adalah kemampu an mengucapkan bunyi-bunyi arti kulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Tarigan, 2008: 16). Kegiat- an berbicara dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial untuk melakukan komunikasi dengan orang lain. Kegiatan bercerita merupakan bagian dari kemampuan berbicara. Kegiatan bercerita memiliki beberapa manfaat bagi siswa yaitu dapat memperkaya kosa-kata, memperbaiki kalimat serta melatih keberanian anak dalam berkomunikasi. Bercerita juga dapat didefinisikan sebagai peng-hubung sebuah cerita kepada satu atau lebih pendengar melalui suara dan gerakan (Santosa, 2009). Bercerita adalah seni menggunakan bahasa, vokalisasi, dan atau gerakan fisik dan isyarat untuk mengungkapkan unsur-unsur dan gambaran dari sebuah cerita kepada sesuatu yang spesifik, kehidupan penonton. Untuk itu, agar cerita tersebut dapat didengar dengan baik oleh pendengar selain suara atau vokal diperlukan pula media untuk mendukung pencerita dalam melakukan gerakan saat ber-cerita. Media dapat digunakan sebagai penghubung atau pembawa pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Anitah (2009: 123) menyata-kan, Media merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah 2

(antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Dengan kata lain media dijadikan sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak, yaitu sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi. Dalam pembelajaran bercerita seharusnya guru tidak memakai cara yang monoton hanya menyuruh anak berdiri di depan kelas untuk bercerita atau mendengarkan cerita dari guru tanpa ada pesan lain, tanpa ada variasi dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat menyebabkan anak kurang tertarik pada proses pem-belajaran dan hanya akan menimbul kan kejenuhan serta kebosanan dalam diri anak karena pembelajaran lebih banyak didominasi guru tanpa melibat kan anak secara aktif. Selain itu, terkadang anak masih kurang berani ketika tampil di depan kelas sehingga keterampilan bercerita yang dimiliki anak menjadi rendah. Untuk mem-permudah anak dalam menerima pem-belajaran dan menarik minat anak untuk mendengarkan cerita guru se-hingga kemampuan berbahasa anak menjadi meningkat. Kemampuan berbahasa me-miliki peran sentral dalam per-kembangan intelektual, sosial, dan emosional anak, dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mem-pelajari semua bidang studi pada pen-didikan lebih tinggi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemuka kan gagasan dan perasaan, berparti-sipasi dalam masyarakat yang meng-gunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan ke mampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya (Siskandar, 2003). Kemampuan berbahasa di TK diarahkan untuk meningkatkan kemampuan anak untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dalam berbahasa, ada empat kemampuan berbahasa, yaitu kemampuan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Sesuai dengan perkembangan mental anak, maka pada usia TK anak hanya dituntut untuk mampu mendengar dan berbicara secara baik dan benar sesuai dengan perkembangan usianya. Pada kemampuan mendengar kan, anak sudah akan dapat men-dengarkan bunyi-bunyian yang dihasil- kan oleh apapun yang ada di sekitar-nya. Hal ini dimulai dari ketika anak baru lahir, apa yang didengarkan tidak dapat langsung dikenali. Ada proses pengenal an terhadap apa, dan siapa yang mengeluarkan bunyi, ini akan menjadi luar biasa, terasah dengan baik di sepanjang hidup anak sehingga anak dapat membedakan siapa atau apa yang mengeluarkan bebunyian itu. Hal ini diperolehnya sebagai bentuk peniruan bunyi bahasa (Depdiknas, 2006). Melihat pentingnya perkembangan berbahasa pada anak, maka pemerintah merancang kurikulum TK yang mengarahkan agar para guru TK dapat memotivasi anak, agar anak sejak dini mampu mendengarkan dan berbahasa secara baik dan benar, serta senang belajar menulis meskipun masih dalam bentuk gambar-gambar atau simbulsimbul yang dapat meng-ekspresikan minat dan kemampuan-nya. Tetapi pada kenyataannya peng-ajaran bahasa saat ini kurang men-dapat perhataian. Ketidak puasan guru belakang an ini muncul terhadap kemampuan berbahasa dan sikap mandiri anak yang ditunjukkan anak kurang optimal. Pelajaran berbahasa kurang ditangani secara sungguh-sungguh yang mengakibatkan kemampuan berbahasa anak menjadi kurang memadai. Pengajaran berbahasapun masih didominasi oleh aspek-aspek pengetah uan. Anak lebih banyak belajar tentang bahasa, bukan belajar berbahasa sehingga kemampuan anak untuk me nyusun sebuah kalimat sederhana belum memadai. Dasar utama ber bahasa adalah melalui peng alamanpengalaman berkomunika si yang kaya. Pengalaman-pengalaman yang kaya itu akan menunjang faktor-faktor bahasa yang lain yaitu: mendengar kan, berbicara, membaca, dan menulis (Slamet, 2007). Berdasarklan permasalahan yang diuraian di atas, jelas terlihat harapanharapan yang diinginkan dalam pembelajaran di TK terutama dalam peningkatan kemampuan ber-bahasa dan sikap mandiri anak, tetapi kenyataan atau 2

realita yang terjadi pada pembelajaran di TK saat ini belum sesuai harapan. Begitu juga halnya dengan kegiatan bercerita dengan media gambar jarang diberikan, sehingga anak kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran, karena kegiatan bersifat menotun, begitu juga guru jarang mengajak anak anak bercerita karena tidak terbiasa, guru merasa sulit membawakan cerita, sehingga lebih baik guru mengajak anakanak ber-hitung, menulis dan mengajarkan membaca awal. Pengetahuan guru didalam bercerita sangat kurang dan minim. Padahal kegiatan bercerita merupakan kegiatan yang menyenang-kan anak apalagi didukung oleh media yang menarik. Demikian pula kenyataannya pada kelompok A TK Negeri Pembina Bangli, sikap mandiri dan kemampuan berbahasa anak secara umum masih rendah. Dengan demikian apabila sikap mandiri dan kemampuan berbahasa anak ini mengalami masalah, dan tidak ditangani secara serius, tentu akan berdampak pada tujuan pendidikan yang lain yaitu tidak dapat mengem-bangkan berbagai potensi anak. Supaya sikap mandiri dan kemampuan ber-bahasa anak berkembang sesuai dengan aspek-aspek perkembangan anak, maka pemilihan metode pem-belajaran yang paling tepat dalam pengembangan sikap mandiri dan kemampuan berbahasa anak di TK adalah dengan menerapkan metode bercerita. Karena metode bercerita merupakan salah satu metode pem-belajaran yang memberkan peng-alaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. (Depdiknas, 2007: 32). Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk meng-angkat dalam suatu penelitian tindakan dengan judul Penggunaan Metode Bercerita Dengan Media Gambar Dalam Upaya Meningkatkan Kemam-puan Berbahasa dan Sikap Mandiri Anak Kelompok A TK Negeri Pembina Bangli Tahun Ajaran 2012/2013. Dengan menerapkan metode bercerita media gambar, kegiatan pembelajaran akan menjadi menarik sehingga kemampuan berbahasa dan sikap mandiri anak akan menjadi meningkat. Penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan bukti secara ilmiah yang didukung oleh data emperis tentang keunggulan dari metode dan media pembelajaran. Metode Penelitian Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan sejumlah data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini metode pengum pulan datanya adalah dengan metode observasi untuk mengetahui secara rinci tentang kejadian-kejadian yang berlangsung sehingga data diperoleh akan akurat dan relevan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan 2 siklus. Metode pengumpulan data yang digunakan metode observasi dengan instrumen kemampuan berbahasa dan sikap mandiri, analisis data dilakukan secara deskripsi dan analisis dengan kriteria ketuntasan 65 Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok A TK Negeri Pembina Bangli. Subjek penelitian berjumlah 20 orang anak. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode bercerita dengan media gambar dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak dan sikap mandiri anak pada kelompok A TK Negeri Pembina Bangli. Hal ini disebabkan karena bagi anak usia TK mendengarkan cerita yang menarik dan dibantu dengan gambar-gambar sesuai dengan cerita yang diceritakan merupakan kegiatan yang menyenang-kan, apalagi gambar yang dipakai media oleh guru dalam bercerita adalah gambar-gambar yang berwarna dan diambil dari buku-buku cerita dan gamnbar yang dipilih oleh guru sendiri. Kegiatan bercerita dengan media gambar memberi pengalaman belajar yang sangat lengkap yaitu untuk berlatih 3

mendengarkan cerita yang diceritakan oleh guru, melatih peng-lihatan untuk melihat gambar yang ditampilkan oleh guru, serta melatih daya ingat anak untuk mengingat gambar-gambar yang diperlihatkan sehingga cepat meresap di pikiran anak. Melalui mendengar, melihat, anak memperoleh bermacam informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap mandiri yang diperankan oleh tokoh dalam cerita, anak mampun memetik ikmahnya untuk dihayati dan diterap kan dalam kehidupan sehari-hari melalui pesan moral yang disampaikan oleh guru saat bercerita. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita dengan media gambar memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik perasaan, membangkitkan semangat dan menimbulkan kesenang an tersendiri, maka kegiatan bercerita memungkinkan pengembangan aspek kemampuan anak didalam meng-ungkapkan bahasa, mampu memah-ami bahasa, dan keaksaraan. Begitu juga pada aspek sikap mandiri anak yaitu memiliki sikap percaya diri, sikap disiplin, dan sikap bertanngung jawab yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh dalam cerita melalui media gambar. Dari hasil pelaksanaan tindak-an menggunakan meode bercerita dengan media gambar dalam kegiatan pembelajaran, diperoleh masukan pada hal-hal sebagai berikut: 1) Peng-gunaan metode bercerita dengan media gambar ini, dalam menerapan nya memerlukan kesabaran, ketekun-an dan kerja keras serta komitmen yang tinggi bagi seorang guru, 2) Peneliti memerlukan persiapan yang matang, terutama dalam menyiapkan media gambar, sarana dan prasarana yang dibutuhkan sesuai cerita yang akan diceritakan, 3) Memerlukan motivasi yang kuat dari seorang guru untuk memulai metode ini. Perlu dilakukan pembinaan dan pemantapan terhadap para guru agar memiliki kemauan dan kemampuan dalam menerapkan metode bercerita dengan media gambar, dan berusaha mem-buat gambar sendiri dan menampilkan gambar sesuai karakter anak yang mudah dimengerti oleh anak, 4) Peng-gunaan metode bercerita dengan media gambar dapat memberikan solusi bagi guru yang ingin meningkat kan kinerjanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode bercerita dengan media gambar dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dan sikap mandiri anak pada kelompok A TK Negeri Pembina Bangli. Dari hasil analisis selain meningkatkan kemampuan berbahasa, hasil analisis awal refleksi nilai rata-rata kemam- puan berbahasa anak juga mampumeningkatkan aspek kemampuan anak didalam mengungkapkan bahasa dengan nilai rata-rata 40.30 dengan klasifikasi kurang, kemampuan anak didalam menerima bahasa 41.51 dengan klasifikasi kurang, sedangkan aspek keaksaraan 40.14 dengan klasifikasi kurang. Akhir siklus I kemampuan anak didalam meng-ungkapkan bahasa 56.66 dengan klasifikasi cukup, kemampuan anak didalam menerima bahasa 56.47 dengan klasifikasi cukup, aspek keaksaraan 58.09 dengan klasifikasi cukup. Akhir siklus II pada aspek kemampuan anak didalam mengungkapkan bahasa 76.66 dengan klasifikasi sangat baik, kemampuan anak didalam menerima bahasa 76.33 dengan klasifikasi sangat baik, aspek keaksaraan 77.65 dengan klasifikasi sangat baik. Sedangkan nilai rata-rata awal refleksi adalah 41.31 dengan klasifikasi kurang, akhir siklus I dengan nilai rata-rata 57.07 dengan klasifikasi cukup dan akhir siklus II dengan nilai rata-rata 76.54 dengan klasifikasi sangat baik. Dengan demikian kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita dengan media gambar dapat meningkatkan kemampu an berbahasa anak karena metode bercerita dengan media gambar dapat memberikan pengalaman belajar yang unik dan mampu menarik perasaan anak, serta mampu membangkitkan semangat dan menimbulkan kesenang an tersendiri, maka kegiatan bercerita dengan media gambar dapat mening-katkan kemampuan berbahasa anak dengan aspek kemampuan meng-ungkapkan bahasa, mampu memah-ami bahasa, dan 4

keaksaraan. Begitu juga pada aspek sikap mandiri anak yaitu memiliki sikap percaya diri, sikap disiplin, dan sikap bertanngung jawab yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh dalam cerita melalui media gambar. Keberhasilan penelitian ini juga didukung oleh penelitian dari Dwi Yunitasari (2009) dengan judul penelitiannya Pembelajaran Kemampuan Menyimak dengan Metode Bercerita di TK Pertiwi Genjahan Kecamatan Jiken Kabupaten Blora. Penelitian ini merupa kan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di TK Pertiwi Genjahan, Blora. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kemampuan menyimak anak dapat meningkat, setelah diterapkan metode bercerita dalam pengajaran. Selain kemampuan menyimak, ke-aktifan anak juga meningkat setelah diterapkan metode bercerita dalam pengajaran di TK. Implikasi dan relevan si dengan penelitian ini adalah bahwa dengan adanya peningkatan kemampu an menyimak anak melalui penerapan metode bercerita, maka diasumsikan bahwa melalui penerapan metode ber-cerita secara umum akan mampu meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Karena kemampuan menyimak merupakan salah satu aspek dari kemampuan berbahasa selain kemam puan berbicara yang dituntut pada pengajaran di TK. Keberhasilan penelitian ini juga didukung oleh penelitian dari Nurul Octavia (2011) dalam Jurnal penelitian PAUDIA Volume 1, No.1, tahun 2011, dengan judul penelitian analisis kemam puan penguasaan kosa kata baru pada anak POS PAUD Mutiara Semarang melalui metode bercerita. Penelitian yang dilakukan ini merupakan peneliti an jenis kualitatif yang difokuskan pada satu fenomena saja yang akan ditelaah secara mendalam. Dengan demikian melalui implementasi metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan ber-bahasa anak. Jadi penggunaan metode bercerita dengan media gambar dalam pengajaran di TK, menunjukkan bahwa secara empirik kemampuan berbahasa anak dapat meningkat setelah diterap kan metode bercerita dengan media gambar terbukti secara nyata. Dengan demikian penggunaan metode bercerita dengan media gambar dapat meningkat kan kemampuan berbahasa anak kelompok A TK Negeri Pembina Bangli. Penggunaan metode bercerita dengan media gambar juga dapat meningkatkan sikap mandiri anak kelompok A TK Negeri Pembina Bangli, dari 20 orang jumlah anak dari refleksi awal atau sebelum tindakan sikap mandiri anak dengan klasifikasi baik 3 orang anak (15%), cukup 7 orang anak (35%), dan kurang 10 orang anak (50%), akhir siklus I anak dengan klasifikasi baik 8 orang (40%) cukup 12 orang (60%) dan tidak ada anak dengan klasifikasi kurang. Dan akhir siklus II anak dengan klasifikasi sangat baik 13 orang (60%) baik 8 orang (40%) tidak ada anak dengan klasifikasi cukup dan kurang. Dari hasil analisis, selain meningkatkan sikap mandiri anak, juga terjadi peningkatan pada aspek sikap percaya diri anak ini terbukti hasil analisis awal refleksi sebelum tindakan dengan nilai rata-rata 40.09 dengan klasifikasi kurang, akhir siklus I sengan nialai ratarata 54.99 dengan klasifikasi cukup, akhir siklus II yaitu 77.77 dengan klasifikasi sangat baik. Pada aspek sikap disiplin sebelum tindakan 41.16 dengan klasifikasi kurang, akhir siklus I yaitu 56.10 dengan klasifikasi cukup, akhir siklus II yaitu 76.65 dengan klasifikasi sangat baik. Sedang kan pada aspek sikap ber-tangung jawab awal refleksi 40.05 dengan klasifikasi kurang, 56.10 diakhir siklus I dengan klasifikasi cukup, 76.65 diakhir siklus II dengan klasifikasi sangat baik. Pada aspek sikap ber tanggung jawab sebelum tindakan kegiatan awal refleksi yaitu 43.05 dengan klasifikasi kurang, 52.77 dengan klasifikasi cukup pada akhir siklus I sedangkan 78.33 dengan klasifikasi sangat baik pada akhir siklus II. Sedangkan hasil analisis dari awal refleksi nilai rata-rata sikap mandiri anak 41.10 dengan klasifikasi kurang, 54.64 pada akhir siklus I dengan klasifikasi cukup, dan akhir siklus II yaitu 77.58 dengan klasifikasi sangat baik. Penggunaan metode ber-cerita dapat meningkatkan sikap man-diri anak karena 5

dapat memberikan pengalaman belajar yang unik dan mampu menarik perasaan anak, serta mampu membangkitkan semangat dan menimbulkan kesenangan tersendiri, maka kegiatan bercerita dengan media gambar dapat meningkatkan sikap mandiri anak pada aspek memiliki sikap percaya diri, sikap disiplin, dan sikap bertanngung jawab yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh dalam cerita melalui media gambar. Pemanfaatan akan media gambar akan sangat penting baik bagi guru maupun anak, karena media mem punyai fungsi penting dalam pendidikan antara lain yaitu sebagai media instruksional edukatif sangat dipenga-ruhi oleh ruang, waktu, pendengaran serta sarana dan prasarana yang teredia, disamping itu sifat dari media instruksional edukatif. Fungsi media pembelajaran menyampaikan imformasi dalam proses belajar mengajar, mem-perjelas informasi pada waktu tatap muka dalam proses belajar mengajar. Dengan menggunakan media intruksional edukatif secara tepat, dapat menimbulkan semangat yang lesu menjadi bergairah, pelajaran yang langsung menjadi lebih hidup, mudah dicerna dan tahan lama dalam menyerap pesan-pesan. Dengan demikian gambar menjadi media pembelajaran yang utama dalam meningkatkan sikap mandiri anak. Pemilihan metode ber cerita didalam kegiatan pembelajaran dapat menarik minat anak didalam mendengarkan cerita yang diceritakan oleh guru dengan media gambar, anak dapat mengayati dan peran-peran yang ada pada gambar yang diceritakan, melalui perbuatan, menunjukkan sikap-sikap bahwa dengan menggunakan metode bercerita dengan media gambar sebagai sumber belajar dan sumber cerita akan dapat meningkat kan sikap mandiri anak. Pengembangan sikap mandiri ini akan mudah berkembang bagi anak TK asalkan guru pintar memilih metode pengajaran. Metode yang sangat cocok diterapkan adalah metode bercerita. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Dengan metode bercerita anak-anak akan kembali pada dunia kehidupannya yang penuh suka cita, karena menimbulkan perasaan alami mereka seperti gembira, lucu, dan mengasyikkan. Dunia kehidupan anakanak itu dapat berkaitan dengan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah, yang bersifat unik dan menarik, yang menggetarkan perasaan anak, dan memotivasi anak untuk mendengarkan cerita itu sampai tuntas, sehingga mampu mengambil pesan-pesan moral yang disampaikan oleh guru saat ber-cerita, dan mampu memotivasi anak agar mampu memiliki sikap mandiri. Keberhasilan penelitian ini juga didukung oleh penelitian dari Riati (2010) dengan judul penelitiannya Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dan Sikap Kemandirian Anak Terhadap Kreativitas Anak Kelompok B TK Ganda Kerta Kumara Denpasar Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yaitu membandingkan model pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran langsung dalam kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas anak dengan dipengaruhi oleh sikap kemandirian anak. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kreativitas anak yang mengikuti kegiatan dengan model pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada anak yang mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran langsung, pada sikap mandiri tinggi anak yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada anak yang mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran langsung sedangkan pada anak yang sikap mandiri rendah terjadi sebaliknya. Terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan sikap mandiri terhadap kreativitas anak. Implikasi dari penelitian ini adalah: model pembelajaran kontekstu-al merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas, model pem-belajaran kontekstual dan model pembelajaran langsung dalam penerap-annya harus mempertimbangkan sikap mandiri anak. 6

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa terjadi peningkatan kemampuan berbahasa dan sikap mandiri anak melalui penggunaan metode bercerita dengan media gambar pada anak kelompok A TK Negeri Pembina Bangli. Jadi pengguna an metode bercerita dengan media gambar dalam pengajaran di TK, menunjukkan bahwa secara empirik sikap mandiri anak dapat berkembang setelah diterapkan metode bercerita dengan media gambar terbukti secara nyata. Dengan demikian penggunaan metode bercerita dengan media gambar dapat meningkatkan sikap mandiri anak kelompok A TK Negeri Pembina Bangli. Penutup Sikap mandiri adalah suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi lingkung an, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri dengan kemandiriannya Tjandraningtyas, (dalam Riati, 2010). Sedangkan perkembangan bahasa di TK diarahkan untuk meningkatkan kemampuan anak untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara sederhana dengan baik dan benar. Sesuai dengan perkembangan mental dan kognitif anak, maka pada usia TK anak hanya dituntut untuk mampu mendengarkan dan berbicara secara baik dan benar sesuai dengan perkembangan usianya. Dasar utama berbahasa adalah melalui pengalaman-pengalaman berkomunikasi. Sesuai analisis hasil tindakan dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka ada beberapa hal sebagai berikut. Dalam penelitian ini ditemukan ketuntasan peningkatan kemampuan berbahasa akhir siklus I mencapai 45%, meningkat diakhir siklus II 99%, dan sikap mandiri akhir siklus I men-capai ketuntasan 40%, meningkat diakhir siklus II mencapai 90%. Ini berarti kegiatan pembelajaran meng-gunakan metode bercerita dengan media gambar secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dan sikap mandiri anak sesuai indikator yang diharapkan. Selain itu terjadi juga peningkatan pada aspek mengungkapkan bahasa, menerima bahasa dan keaksaraan secara signifikan. Jadi penggunaan metode bercerita dengan media gambar dalam kegiatan pengajaran di TK, menunjuk kan bahwa secara empirik dapat meningkatkan kemampuan bahasa dan sikap mandiri anak terbukti secara nyata pada anak kelompok A TK Negeri Pembina Bangli. Dengan demikian hipotesis tindakan dapat teruji dan terjawab. Daftar Pustaka Akhadiah M.K.S. Arsjad, M.G., Ridwan, S.H., Zulfahnur, & Mukti. 2000. Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Depdiknas. 2006a. Petunjuk Pelaksana an Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Proyek Pengadaan Sarana dan Prasarana Peningkat an Mutu Dikmenum. -------------.2006b. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Badan Litbang Depdik-nas Depdiknas. 2007. Panduan Pengelolaan Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Badan Litbang Depdiknas Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No.58. 2009. Standar Pendidik-an Anak Usia Dini: Jakarta. Santosa, P, dkk. 2009. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka Sidharto, Suryati., Izzaty, Rita Eka. 2007. Pengembangan Kebiasaan Positif. Yogyakarta: Pusat Penelitian Anak Usia Dini. Jurnal Cakrawala Kependidik-an. Vol.9. No. 1 Maret 2011:1-8 Siskandar. 2003. Kurikulim Berbasis Kompetensi Untuk Anak Usia Dini, Buletin PADU, Jurnal Ilmiah Anak 7

Dini Usia, Menu Pembelajaran PADU, vol.2.no.01.april 2003. Slamet. 2007. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 8