BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan muatan wajib

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik apa yang akan dilakukan dalam kelas selama pertemuan berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. V SDN 02 Jatiharjo, Jatipuro, Karanganyar. 1. Nilai ulangan Formatif banyak yang kurang memenuhi KKM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suci Eniawati, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. motivation. Motif adalah dorongan atau stimulus yang datang dari dalam batin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan. tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Siswa yang belajar akan mengalami perubahan baik dalam pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Usaha untuk mencapai tujuan. yang melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Wendri, Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament Berbantu

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa sekolah, tugas mereka adalah belajar. Ini merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

I. PENDAHULUAN. proses tersebut diperlukan guru yang memberikaan keteladanan, membangun

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB II LANDASAN TEORI. yang berdasarkan faham konstruktivis. 1 Menurut Hamid Hasan, kooperatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

PENINGKATAN KRETIVITAS, MOTIVASI, DAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PEMBEAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini sangat diperlukan, guna untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pamujo, Risma Dwi Rapprilia 2 PGSD FKIP Universitas Muhammdiyah Purwokerto

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN

MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat baik negara maupun bangsa. Pendidikan merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN. pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU. selalu dituntut untuk memikirkan tentang bagaimana cara merencanakan

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

Charlina Ribut Dwi Anggraini

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di tingkat dasar dan menengah. IPS tidak hanya mendengarkan,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Ramadhani

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh guru adalah bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut. Upaya peningkatan kualitas manusia harus


Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah (UU Sisdiknas Pasal 37 dalam Sapriya, 2009: 45). Pendidikan IPS dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa pendidikan IPS memiliki peran yang sangat strategis baik ditinjau dari aspek akademik maupun kepentingan kehidupan berbangsa dan bernegara. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Mortolela (Solihatin dan Raharjo, 2008: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan daripada transfer konsep, karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang dimilikinya. Oleh karena itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa, agar pembelajaran yang dilakukan dapat berguna dan bermanfaat bagi siswa sesuai dengan kondisi dan perkembangan

2 potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan dapat berguna dan bermanfaat bagi siswa. Pembelajaran yang terjadi di lapangan sangat berbanding terbalik dengan kebijakan yang ada, sebagaimana yang tertuang dalam Dananjana (2010: 30) mengenai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 pasal 19 yang menerangkan bahwa. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik Selama ini, pembelajaran IPS di SD lebih ditekankan pada penguasaan materi pelajaran sebanyak mungkin dan cenderung pembelajaran teacher centered. Sehingga, tidak dapat mendorong siswa untuk mengoptimalkan dan membangkitkan potensinya, tidak menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreativitas) yang akan menjamin terjadinya dinamika dalam proses belajar. Budaya belajar yang terjadi lebih ditandai oleh budaya hafalan dari pada budaya berpikir. Hal ini akan membuat siswa beranggapan bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran hafalan saja. Pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN 1 Suntenjaya lebih dititikberatkan pada model pembelajaran klaksikal. Beberapa siswa belum sepenuhnya mampu memahami pembelajaran dengan baik karena dalam menyampaikan materi IPS guru cenderung masih menggunakan pembelajaran teacher centered. Sehingga, ketercapaian hasil belajar siswa masih kurang

3 maksimal. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi yang dilakukan pada materi perjuangan para tokoh pejuang pada masa penajajahan Jepang. Siswa yang telah mampu mencapai KKM hanya 32,9%, sedangkan 67,1% masih dibawah KKM. Siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran hanya beberapa saja, sebagian besar siswa terlihat acuh dan asik dengan dunia mereka sendiri. Dari hasil observasi dan wawancara awal dapat disimpulkan bahwa rendahnya tingkat ketercapaian hasil belajar siswa dikarenakan. 1. Model pembelajaran yang digunakan kurang menantang siswa. 2. Strategi pembelajaran yang dilakukan belum mampu memotivasi siswa untuk belajar. 3. Stimulus yang diberikan tidak merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. 4. Materi yang disuguhkan terlalu padat dan sukar. Tanpa disadari, iklim belajar seperti itu akan semakin menjauhkan ketercapaian tujuan kurikulum mata pelajaran IPS dan menjauhkan siswa dari kecakapan-kecakapan yang seharusnya dapat menggali potensi sumberdaya siswa terhadap keterampilan dasar IPS. Seorang guru harus memiliki keterampilan untuk merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bahan materi pembelajaran, karakteristik siswa, kondisi lingkungan sekolah dan masyarakat sekitarnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru sebagai pendidik dan pengajar bertugas untuk mengolah suatu pembelajaran sehingga hasil belajar yang dicapai siswa melebihi

4 standar KKM dah bahkan sempurna serta siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir, maupun keterampilan motorik (Sukmadinata Nana Syaodih, 2003: 102-103). Keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran. Karena apabila pembelajaran yang digunakan membuat siswa tertarik, maka motivasi dan minat siswa akan meningkat, sehingga siswa menjadi senang untuk belajar lebih lanjut dan hasil belajarnya meningkat. Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat dijadikan sebagai suatu alternatif perbaikan pembelajaran yaitu model Cooperative Learning. Sunal dan Hans (Isjoni, 2011: 12) mengemukakan cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Cooperative Learning merupakan model pembelajaran yang mewujudkan suatu kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan memperoleh hasil yang maksimal. Model Cooperative Learning mempunyai beberapa variasi. Dari beberapa variasi model yang ada dalam Cooperative Learning, model pembelajaran yang dianggap relevan adalah model Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament (TGT). Model ini mengandung unsur permainan serta menciptakan

5 adanya komunikatif antar anggota kelompok yang menjadikan pembelajaran bersifat joyfull learning yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan anak pada usia sekolah dasar, anak akan merasa bebas untuk mengeksplor pengetahuannya serta mendorong siswa untuk bertanggung jawab akan tugasnya.. Berdasarkan paparan masalah di atas, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SD. Diharapkan dengan penelitian ini hasil belajar siswa akan meningkat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament pada mata pelajaran IPS pokok bahasan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang? 2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar kognitif siswa dengan penerapan model Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament pada mata

6 pelajaran IPS pokok bahasan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang? 3. Bagaimanakah perkembangan karakter komunikatif/ bersahabat siswa dengan penerapan model Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament pada mata pelajaran IPS pokok bahasan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang? C. Tujuan Penelitian Pada prinsipnya tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan sebagaimana yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament pada mata pelajaran IPS pokok bahasan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang. 2. Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai peningkatan hasil belajar kognitif siswa dengan penerapan model Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament pada mata pelajaran IPS pokok bahasan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang. 3. Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai perkembangan karakter komunikatif/ bersahabat siswa dengan penerapan model

7 Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament pada mata pelajaran IPS pokok bahasan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang. D. Manfaat Penelitian Penelitian tindakan kelas dengan penerapan model Cooperative Learninng Tipe Team Game Tournament dalam pembelajaran IPS pada pokok bahasan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak diantaranya sebagai berikut. 1. Bagi siswa a. Meningkatkan pemahaman siswa mengenai pokok bahasan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang. b. Memupuk dan meningkatkan kegairahan, ketertarikan, kenyamanan dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. c. Membiasakan siswa untuk belajar aktif dan kreatif. d. Meningkatkan tanggung jawab pribadi siswa. e. Menciptakan karakter yang sesuai dengan tuntutan bangsa yang akan menjadi jati diri siswa. f. Meningkatkan rasa bersahabat siswa, sehingga siswa lebih komunikatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

8 2. Bagi guru a. Memberikan informasi dalam melaksanakan pembelajaran aktif untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan. b. Memberikan gambaran tentang pembelajaran aktif dan komunikatif melalui model Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament. c. Memberikan informasi bahwa dengan adanya pembelajaran yang baik maka akan menghasilkan siswa yang cerdas, terampil, bersikap baik dan berprestasi. 3. Bagi sekolah a. Memberikan masukan dalam mengambil kebijakan sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran melalui perbaikan pendekatan yang dianggap relevan dengan siswa. b. Mewujudkan kerja sama, kolaborasi, dan sinergi antarguru untuk memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran. 4. Bagi peneliti a. Meningkatkan kompetensi peneliti dalam melakukan tindakan perbaikan pembelajaran. b. Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya dan tradisi meneliti.

9 c. Meningkatkan pemahaman dan penguasaan tentang model Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament dalam pembelajaran. E. Definisi Operasional dan Fokus Penelitian 1. Definisi Operasional Kountur (Satria, 2008 tersedia di: http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2176584-pengertian-definisioperasional/#ixzz1v9rvzhrn. 18.05.2012) mengatakan bahwa definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur. Definisi operasional merupakan definisi dari suatu variabel penelitian yang dapat diukur dan juga menjelaskan cara pengukurannya. Variabel penelitian yang dapat diukur dengan jelas dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa dengan definisi operasional sebagai berikut. a. Hasil belajar kognitif merupakan perubahan pengetahuan siswa yang diperoleh dari suatu kegiatan yang dikerjakan, dilakukan dan diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil belajar kognitif yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu pemahaman siswa mengenai materi perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang yang

10 diukur dengan menggunakan soal tes buatan guru dengan jenis tes prestasi (achievement test). 2. Fokus Penelitian Mengingat pendekatan yang digunakan bukan hanya pendekatan penelitian kuantitatif tetapi juga menggunakan pendekatan kualitatif, maka peneliti menentukan hal-hal yang akan dijadikan sebagai fokus dalam penelitian ini. Hal-hal tersebut yaitu. a. Model Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu pembelajaran yang memanfaatkan kelompok kecil heterogen dalam pengajaran dan memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dalam turnamen dengan menggunakan kartu bernomor dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba dengan anggota tim yang lain dengan tingkat kemampuan akademik yang sama di meja turnamen, disamping itu terdapat penguatan (reinforcement) di setiap akhir pembelajaran yang berupa penghargaan terhadap peningkatan hasil yang dicapai oleh siswa. b. Karakter nilai model Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament yang dikembangkan adalah karakter komunikatif. Karakter komunikatif merupakan tindakan rasa senang berbicara, bergaul dan

11 bekerjasama dengan orang lain yang di dalamnya terdapat sikap tanggung jawab, kesungguhan, menghargai, menyadari, menghormati, memberikan perhatian. Keenam sikap yang terkandung dalam karakter komunikatif tercermin melalui kegiatan sebagai berikut. 1) Memberikan pendapat dalam diskusi kelompok. 2) Mendengarkan pendapat dalam diskusi kelompok. 3) Menerima pendapat dalam diskusi kelompok. 4) Membantu teman dalam memahami materi pelajaran. 5) Meminta bantuan teman dalam memahami materi pelajaran. 6) Memberikan selamat atas keberhasilan teman dalam kelompok. 7) Memberikan support kepada teman satu tim. 8) Tidak menyalahkan teman/ anggota kelompok atas kekalahan dalam turnamen. 9) Rendah hati mengakui kesalahan. Kegiatan-kegiatan di atas oleh peneliti dijadikan sebagai indikator karakter komunikatif. Penilaian perkembangan karakter komunikatif dilihat dari jurnal kegiatan siswa dan fieldnotes yang dibuat oleh peneliti dengan bantuan para observer.

12 Berbicara Memberikan pendapat dalam diskusi kelompok. Memberikan Perhatian Meminta bantuan teman dalam memahami materi pelajaran. Kesungguhan Rendah hati mengakui kesalahan. Menyadari Kemampuan Komunikatif antar siswa Bergaul Memberikan semangat kepada teman satu tim. Memberikan selamat atas keberhasilan teman dalam kelompok. Tidak menyalahkan teman atas kekalahan dalam turnamen. Membantu teman dalam memahami materi pelajaran. Menghargai Menghargai Menghargai Tanggung jawab Mendengarkan pendapat dalam diskusi kelompok. Menghargai Bekerja sama Menerima pendapat dalam diskusi kelompok. Menghormati Gambar 1. 1 Alur Hubungan Karakter Komunikatif/ Bersahabat dengan Indikator Afektif

13 F. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah. Rumusan hipotesis dalam penelitian ini yaitu. Apabila model cooperative learning tipe team game tournament (TGT) diterapkan dalam pembelajaran IPS, maka hasil belajar kognitif siswa pada materi perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang di kelas V SDN 1 Suntenjaya kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat tahun pelajaran 2011/2012 dapat meningkat.