BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN TEKNIS DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI USAHA KEPARIWISATAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG KEPARIWISATAAN

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DI KABUPATEN BANYUWANGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

BUPATI MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG PENYELENGGARAAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

KEWAJIBAN PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DI KABUPATEN BANTUL

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Repub

TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF PELANGGARAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN BUPATI NAGEKEO,

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

DATA PRIBADI. :SAKAR SUDARWANTO,M..M.Pd TTL : TANGERANG. 12 MART 1962 KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA : BALARAJA KAB,TANGERANG HP :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN SEMARANG

DOKUMEN TEKNIS YANG DIPERSYARATKAN DALAM PERSYARATAN TEKNIS PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGALEK NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2013

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG KEPARIWISATAAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KEPARIWISATAAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

NOMOR 3 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2016 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

WALIKOTA TARAKAN PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR PERIKSA TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA (TDUP)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2009 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR: 6 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA KEPARIWISATAAN KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

N O M O R 5 0 T A H U N 2015 M O D A L K E P A D A K E P A L A B A D A N P E N A N A M A N M O D A L D A N PERIZINAN

SURAT IZIN USAHA KEPARIWISATAAN

PERATURAN WALIKOTA BANDUNG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

NO JABATAN TUGAS 3. Sub Bagian Umum dan Keuangan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN

BUPATI PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN HIBURAN SENI DAN BUDAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 1 TAHUN 2014

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEPARIWISATAAN

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN SEMARANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH BUPATI MALINAU NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

Transkripsi:

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pengembangan kepariwisataan, dipandang perlu pengaturan tentang penyelenggaraan kepariwisataan; b. bahwa pengaturan kepariwisataan dimaksudkan untuk mengangkat dan melindungi nilai-nilai budaya, agama, adat istiadat, optimalisasi potensi ekonomi dan karakteristik daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 45) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965;

2 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817); 5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168); 9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5233); 3

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5587, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285); 13. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011; 14. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.85/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Perjalanan Wisata; 15. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.86/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyediaan Akomodasi; 16. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.87/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Makanan dan Minuman; 17. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.88/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Kawasan Pariwisata; 18. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.89/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Transportasi Wisata;

4 19. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.90/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Daya Tarik Wisata; 20. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.91/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi; 21. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.92/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Pramuwisata; 22. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.93/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi dan Pameran; 23. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.94/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Konsultan Pariwisata; 24. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.95/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Informasi Pariwisata; 25. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.96/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Wisata Tirta; 26. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.97/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Spa; 27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 28. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran;

5 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MADIUN Dan BUPATI MADIUN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Madiun. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Madiun. 3. Bupati adalah Bupati Madiun. 4. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan Pariwisata Kabupaten Madiun 5. Sapta pesona adalah sebutan bagi 7 unsur pengembangan dan pengelolaan destinasi pariwisata yang terdiri dari aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan. 6. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. 7. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. 8. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. 9. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pengusaha.

6 10. Daya tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. 11. Daerah Tujuan Wisata yang selanjutnya disebut Destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. 12. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata. 13. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. 14. Penyelenggaraan Kepariwisataan adalah pengaturan terhadap pelaksanaan kegiatan kepariwisataan. 15. Tanda Daftar Usaha Pariwisata yang selanjutnya disingkat TDUP adalah surat tanda pendaftaran yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten kepada perusahaan untuk dapat menyelenggarakan usaha pariwisata di Daerah. BAB II TUJUAN, ASAS DAN PRINSIP Pasal 2 (1) Tujuan penyelenggaraan kepariwisataan untuk : a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi; b. meningkatkan kesejahteraan rakyat; c. mengurangi kemiskinan; d. mengatasi pengangguran; e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya; f. memajukan kebudayaan; g. mengangkat citra bangsa; h. memupuk rasa cinta tanah air; i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; j. mempererat persahabatan dan toleransi antar budaya, bangsa, dan agama;

7 k. memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu daya tarik wisata daerah; dan l. memelihara, mengembangkan, dan melestarikan aset daerah yang menjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali. Pasal 3 Penyelenggaraan kepariwisataan berdasarkan asas: a. manfaat; b. kekeluargaan; c. adil dan merata; d. keseimbangan; e. kemandirian; f. kelestarian; g. partisipatif; h. berkelanjutan; i. demokratis; j. kesetaraan; k. kesatuan; dan l. profesionalisme. Pasal 4 Kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip: a. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan; b. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal; c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan secara proporsional; d. memelihara kelestarian alam dan perlindungan lingkungan; e. meningkatkan pemberdayaan masyarakat; f. menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah, antara pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antar pemangku kepentingan; g. mematuhi kode etik kepariwisataan lokal, nasional dan internasional; dan h. memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8 BAB III HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu Hak dan Kewajiban Setiap Orang Pasal 5 (1) Setiap orang berhak untuk: a. memperoleh kesempatan memenuhi kebutuhan wisata; b. melakukan usaha pariwisata; c. menjadi pekerja/buruh pariwisata, dan/atau d. berperan dalam proses pembangunan kepariwisataan. (2) Pemenuhan hak setiap orang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memperhatikan masyarakat di dalam dan di sekitar destinasi pariwisata. Pasal 6 Setiap orang berkewajiban untuk: a. menjaga dan melestarikan daya tarik wisata; b. membantu terciptanya Sapta Pesona dan menjaga kelestarian lingkungan destinasi pariwisata; dan berperilaku santun sesuai dengan norma agama, adat istiadat, budaya dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat setempat. Bagian Kedua Hak dan Kewajiban Wisatawan Pasal 7 (1) Setiap wisatawan berhak memperoleh : a. informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata; b. pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar; c. perlindungan hukum dan keamanan; d. pelayanan kesehatan; e. perlidungan hak pribadi; dan f. perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang berisiko tinggi. (2) Wisatawan yang memiliki keterbatasan fisik, anak-anak, dan lanjut usia berhak mendapatkan fasilitas khusus sesuai dengan kebutuhannya.

9 Pasal 8 Setiap Wisatawan berkewajiban : a. menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat, budaya dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat setempat; b. memelihara dan melestarikan lingkungan; c. turut serta menjaga kenyamanan, ketertiban dan keamanan lingkungan; dan d. turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan kegiatan yang melanggar hukum. Bagian Ketiga Hak dan Kewajiban Pengusaha Pariwisata Pasal 9 (1) Setiap pengusaha pariwisata berhak untuk : a. mendapatkan kesempatan yang sama dalam berusaha di bidang kepariwisataan; b. membentuk dan menjadi anggota asosiasi kepariwisataan; c. mendapatkan perlindungan hukum dalam berusaha; dan d. mendapatkan fasilitas sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (2) Setiap pengusaha pariwisata yang menyelenggarakan usaha pariwisata berkewajiban : a. menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat, budaya dan nilainilai yang hidup dalam masyarakat setempat; b. memberikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab; c. memberikan pelayanan yang prima dan tidak diskriminatif; d. memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan, dan keselamatan wisatawan; e. memberikan perlindungan asuransi pada usaha pariwisata dengan kegiatan yang beresiko tinggi; f. mengembangkan kemitraan dengan usaha mikro, kecil dan koperasi setempat yang saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan; g. mengutamakan penggunaan produk masyarakat setempat, produk dalam negeri dan memberikan kesempatan kepada tenaga kerja lokal; h. meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan dan pendidikan; i. berperan aktif dalam upaya pengembangan prasarana dan program pemberdayaan masyarakat;

10 j. turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan kegiatan yang melanggar hukum di lingkungan tempat usahanya; k. memelihara lingkungan yang sehat, bersih, dan asri; l. memelihara kelestarian lingkungan alam dan budaya; m.menjaga citra daerah melalui kegiatan usaha pariwisata secara bertanggung jawab; dan n. menerapkan standar usaha dan kompetensi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Bagian Keempat Hak dan Kewajiban Pemerintah Daerah Pasal 10 Dalam mengatur dan mengelola urusan kepariwisataan Pemerintah Daerah berkewajiban : a. menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, keamanan dan kenyamanan serta keselamatan wisatawan; b. menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan usaha pariwisata yang meliputi terbukanya kesempatan yang sama dalam berusaha, memfasilitasi dan memberikan kepastian hukum; c. memelihara, mengembangkan, dan melestarikan aset yang menjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali; d. mengawasi dan mengendalikan kegiatan kepariwisataan dalam rangka mencegah dan menanggulangi berbagai dampak negatif bagi masyarakat luas; dan e. menyelenggarakan pelatihan sumber daya manusia pariwisata. BAB IV LARANGAN Pasal 11 (1) Setiap orang dilarang merusak sebagian atau seluruh fisik daya tarik wisata. (2) Merusak fisik daya tarik wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan melakukan perbuatan mengubah warna, mengubah bentuk, menghilangkan spesies tertentu, mencemarkan lingkungan, memindahkan, mengambil, menghancurkan atau memusnahkan daya tarik wisata sehingga berakibat berkurang atau hilangnya keunikan, keindahan, dan nilai keaslian suatu daya tarik wisata yang ditetapkan dalam Keputusan Bupati.

11 BAB V JENIS USAHA PARIWISATA Pasal 12 Jenis Usaha Pariwisata meliputi : a. usaha daya tarik wisata; b. usaha kawasan pariwisata; c. usaha jasa transportasi wisata; d. usaha jasa perjalanan wisata; e. usaha jasa makanan dan minuman; f. usaha penyediaan akomodasi; g. usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; h. usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran; i. usaha jasa informasi pariwisata; j. usaha jasa konsultan pariwisata; k. usaha jasa pramuwisata; l. usaha wisata tirta; dan m. usaha spa. Pasal 13 (1) Usaha Daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a merupakan jenis usaha pengelolaan daya tarik wisata. (2) Usaha Daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jenisjenis usaha sebagai berikut: a. pengelolaan pemandian air panas alami; b. pengelolaan goa; c. pengelolaan peninggalan sejarah dan purbakala berupa candi, keraton, prasasti, pertilasan dan bangunan kuno; d. pengelolaan museum; e. pengelolaan pemukiman dan/atau lingkungan adat; f. pengelolaan objek ziarah; dan g. usaha lain yang dikategorikan dalam jenis usaha pengelolaan daya tarik wisata.

12 Pasal 14 Usaha Kawasan Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b merupakan usaha yang kegiatannya membangun dan /atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Pasal 15 (1) Usaha Jasa Transportasi Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c merupakan usaha khusus yang menyediakan angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata bukan angkutan transportasi regular/umum. (2) Usaha Jasa Transportasi Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. angkutan jalan wisata; b. angkutan kereta api wisata; c. angkutan wisata bermotor maupun tidak bermotor; dan d. angkutan wisata danau dan sungai. Pasal 16 (1) Usaha Jasa Perjalanan Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf d meliputi bidang usaha: a. Biro Perjalanan Wisata; dan b. Agen Perjalanan Wisata. (2) Usaha Biro Perjalanan Wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi usaha penyediaan jasa perencanaan perjalanan dan/atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata, termasuk penyelenggaraan perjalanan ibadah. (3) Usaha Agen Perjalanan Wisata sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b meliputi usaha jasa pemesanan sarana, seperti pemesanan tiket dan pemesanan akomodasi serta pengurusan dokumen perjalanan. Pasal 17 (1) Usaha Jasa Makanan dan Minuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf e merupakan usaha penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan/atau penyajiannya.

13 (2) Usaha Jasa Makanan dan Minuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jenis usaha : a. restoran; b. bar / rumah minum; c. rumah makan; d. kafe; e. pusat penjualan makanan dan minuman; f. jasa boga; dan g. jenis usaha lain yang diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 18 (1) Usaha Penyediaan Akomodasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf f meliputi jenis usaha : a. hotel; b. bumi perkemahan; c. pondok wisata; d. persinggahan karavan; e. villa; dan f. akomodasi lain (2) Jenis usaha hotel dan villa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e meliputi sub-jenis usaha : a. hotel bintang; dan b. hotel non-bintang. (3) Jenis usaha akomodasi lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi sub-jenis usaha: a. motel; dan b. sub jenis usaha lain yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 19 (1) Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf g meliputi : a. Gelanggang olahraga; b. Gelanggang seni; c. Arena Permainan; d. Hiburan Malam; e. Panti pijat; f. Taman rekreasi;

14 g. Karaoke; h. Jasa impresariat/promotor; i. Salon rias; dan j. Barber shop. (2) Usaha Gelanggang Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi : a. lapangan golf b. lapangan futsal, basket, bulutangkis, sepakbola; c. gelanggang bowling; d. rumah bilyar; e. gelanggang renang; f. lapangan tenis; dan g. jenis usaha lain yang diatur dengan Peraturan Bupati. (3) Usaha gelanggang seni sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi : a. sanggar seni; b. galeri seni; c. gedung pertunjukan seni; dan d. jenis usaha lain yang diatur dengan Peraturan Bupati. (4) Usaha arena permainan dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi: a. arena permainan; dan b. jenis usaha lain yang diatur dengan Peraturan Bupati. (5) Usaha hiburan malam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi : a. kelab malam; b. diskotik; c. pub; dan d. jenis usaha lain yang diatur dengan Peraturan Bupati. (6) Usaha panti pijat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e panti pijat yang bersifat kebugaran dan/atau kesehatan dan usaha lain yang diatur dengan Peraturan Bupati. (7) Usaha taman rekreasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi taman rekreasi dan usaha lain yang diatur dengan Peraturan Bupati. (8) Usaha karaoke sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi karaoke dan usaha lain yang diatur dengan Peraturan Bupati. (9) Usaha jasa impresariat/promotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h meliputi jasa impresariat/promotor.

15 (10) Salon rias sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i meliputi sub-jenis usaha jasa Salon rias dan usaha lain yang diatur dengan Peraturan Bupati. (11) Barber shop sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j meliputi sub-jenis usaha jasa Barber shop dan usaha lain yang diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 20 Usaha Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi dan Pameran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf h merupakan pemberian jasa bagi suatu pertemuan sekelompok orang, penyelenggaraan perjalanan bagi karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan atas prestasinya, serta penyelenggaraan pameran dalam rangka penyebarluasan informasi dan promosi suatu barang dan jasa yang berskala nasional, regional, dan internasional. Pasal 21 Usaha Jasa Informasi Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf i merupakan usaha penyediaan data, berita, feature, foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang disebarkan dalam bentuk bahan cetak dan/atau elektronik. Pasal 22 Usaha Jasa Konsultan Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf j merupakan penyediaan saran dan rekomendasi mengenai studi kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha, penelitian dan pemasaran di bidang kepariwisataan. Pasal 23 Usaha Jasa Pramuwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf k merupakan usaha penyediaan dan/atau pengkoordinasian tenaga pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan/atau kebutuhan biro perjalanan wisata. Pasal 24 (1) Usaha Wisata Tirta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf l merupakan usaha penyelenggaraan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di sungai, danau, dan waduk.

16 (2) Usaha Wisata Tirta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: a. wisata perahu; b. wisata memancing; c. wisata arung jeram; d. wisata dayung; dan e. usaha lain yang diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 25 Usaha spa (solus per aqua) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf m merupakan usaha perawatan yang memberikan layanan dengan metode kombinasi terapi air, terapi aroma, pijat, rempah-rempah, layanan makanan/minuman sehat, dan olah aktivitas fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa dan raga dengan tetap memperhatikan tradisi dan budaya Bangsa Indonesia. BAB VI BENTUK USAHA PARIWISATA Pasal 26 (1) Usaha pariwisata yang harus berbadan usaha berbentuk badan hukum meliputi : a. usaha kawasan pariwisata; b. usaha biro perjalanan wisata; c. usaha hotel dan motel; d. usaha jasa informasi pariwisata; e. usaha jasa konsultan pariwisata; f. usaha hiburan malam; g. usaha jasa impresariat/promotor; h. usaha lapangan golf; dan i. usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran. (2) Usaha pariwisata yang harus berbentuk badan usaha meliputi : a. usaha bumi perkemahan; b. usaha persinggahan karavan; dan c. usaha villa.

17 (3) Usaha pariwisata yang dapat berbentuk badan usaha atau perseorangan, meliputi : a. usaha daya tarik wisata; b. usaha jasa transportasi wisata; c. usaha agen perjalanan wisata; d. usaha jasa makanan dan minuman; e. usaha rumah bilyard; f. usaha gelanggang renang; g. usaha lapangan tenis; h. usaha gelanggang bowling; i. usaha pusat kebugaran; j. usaha arena pacuan kuda; k. usaha lapangan futsal; l. usaha arena otomotif; m. usaha gelanggang seni; n. usaha arena permainan; o. usaha panti pijat; p. usaha taman rekreasi; q. usaha karaoke; r. usaha salon rias; s. usaha barber shop; dan t. usaha wisata tirta. BAB VII PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA Bagian Kesatu Umum Pasal 27 (1) Setiap orang atau badan yang akan menyelenggarakan usaha pariwisata wajib mendaftarkan usahanya kepada Bupati. (2) Pengusaha perseorangan yang tergolong mikro atau kecil sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku dapat mendaftarkan usaha pariwisatanya berdasarkan keinginan sendiri. (3) Pendaftaran usaha pariwisata tidak dikenakan retribusi. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran usaha pariwisata diatur dalam Peraturan Bupati.

18 BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 28 (1) Bupati berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan usaha bidang kepariwisataan di Daerah. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati. BAB IX SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 29 (1) Setiap pengusaha pariwisata yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), dikenakan sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa : a. teguran tertulis; b. pendaftaran usaha pariwisata dibekukan sementara. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 30 (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Usaha Pariwisata dalam wilayah Kabupaten Madiun yang belum memiliki TDUP wajib mendaftarkan usaha pariwisata tersebut sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. (2) Usaha Pariwisata dalam wilayah Kabupaten Madiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah memiliki Izin yang dikeluarkan oleh Pejabat yang berwenang sebelum Peraturan Daerah ini berlaku, dinyatakan tetap berlaku dan wajib memperbaruinya menjadi TDUP paling lama 1 (satu) tahun sejak berlakunya Peraturan Daerah ini.

19 BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 31 Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Madiun. Ditetapkan di Madiun Pada tanggal 30 April 2015 BUPATI MADIUN, Diundangkan di Madiun Pada tanggal 14 Agustus 2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MADIUN, Ttd MUHTAROM ttd Drs. SOEKARDI, M.Si. Pembina Utama Madya NIP. 19551111 197703 1 005 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 4 SERI D TAHUN 2015 SALINAN Sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM ttd WIDODO, SH, M.Si. Pembina Tingkat I NIP.19611215 198903 1 006DI1