ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II PELANGGARAN TERHADAP HAK KONSUMEN ATAS PEMBATALAN KONSER OLEH PROMOTOR SELAKU PELAKU USAHA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

AKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN BAKU (STANDART CONTRACT) BAGI PARA PIHAK PEMBUATNYA (Tinjauan Aspek Ketentuan Kebebasan Berkontrak) Oleh:

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

STIE DEWANTARA Perlindungan Konsumen Bisnis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna jasa PT.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN. iklan, dan pemakai jasa (pelanggan dsb).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA OUTSOURCING

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BAB IV PERBANDINGAN PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 8

BAB IV ANALISIS HAK KEAMANAN PENGGUNA JALAN TOL DARI KABUT ASAP KEBAKARAN LAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PP NO 15 TAHUN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia.

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB III TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARAAN JASA MULTIMEDIA TERHADAP KONSUMEN. A. Tinjauan Umum Penyelenggaraan Jasa Multimedia

Perlindungan Konsumen Dalam Perspektif Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Dan Hukum Islam Dalam Jual Beli

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

ANALISIS HUKUM TENTANG UNDANG-UNDANG RAHASIA DAGANG DAN KETENTUAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN

BAB V PENUTUP. 1. Hubungan hukum antara pihak maskapai penerbangan dengan konsumen. berdasarkan pada Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUHPerdata.

Majelis Perlindungan Hukum (MPH) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) BAB I KETENTUAN UMUM

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Klausula baku yang dipergunakan dalam praktek bisnis di masyarakat,

Makan Kamang Jaya. : KESIMPULAN DAN SARAN. permasalahan tersebut. BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGIKATAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

KONSEP Etika PRODUKSI DAN Lingkungan HIDUP ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

PERLINDUNGAN KONSUMEN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PERJANJIAN PADA PROGRAM INVESTASI

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III TINJAUAN TEORITIS. bantuan dari orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17

HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

: /2 /0 04

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting menjamin bahwa seluruh harapan yang dibentuk dari janji janji

BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU. A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB I PENDAHULUAN. setelah dikirim barang tersebut mengalami kerusakan. Kalimat yang biasanya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN PENITIPAN BARANG. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar kata perjanjian,

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

BAB II KONTRAK DAN PENGADAAN BARANG DAN JASA. A. Pengertian Kontrak Menurut Hukum di Indonesia. 1. Pengertian Kontrak Secara Umum

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN DAN PENGEMBANG PERUMAHAN

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 74/PUU-IX/2011 Tentang Pemberlakuan Sanksi Pidana Pada Pelaku Usaha

Asas asas perjanjian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan perlindungan

Regulasi Pangan di Indonesia

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUH PERDATA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

Tinjauan Yuridis tentang Perjanjian Perkawinan Setelah Adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU XIII/2015.

HUKUM PERJANJIAN. Aspek Hukum dalam Ekonomi Hal. 1

Azas Kebebasan Berkontrak & Perjanjian Baku

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI. A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

MENETAPKAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG KLASIFIKASI INFORMASI YANG DIKECUALIKAN

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanggung jawab dalam bahasa Inggris diterjemahkan dari kata responsibility

Transkripsi:

BAB II PELANGGARAN TERHADAP HAK KONSUMEN ATAS PEMBATALAN KONSER OLEH PROMOTOR SELAKU PELAKU USAHA 2.1. Hubungan Hukum Antara Konsumen Dan Pelaku Usaha Konser merupakan kegiatan yang melibatkan labih dari satu pihak. Dalam konser musik tersebut terdapat perikatan antara pihak yang satu mengikatkan diri dengan pihak yang lain. Berbicara mengenai perikatan suatu hal yang tidak boleh dilupaakan adalah buku III BW yang mengatur tentang perikatan. Menurut Subekti, perikaatan adalah suatu hubungan hukum (mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang, yang memberi hak pada yang satu umtuk menuntut barang sesuatu dari yang lainya, sedangkan yang lainnya diwajibkan untuk memenuhi tuntutan itu. 13 Dalam kehidupan sosial ada berbagai jenis hubungan yang dijalin oleh masing-masing individu untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Berbagai jenis hubungan tersebut dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu : 1. Hubungan Hukum 2. Non Hubungan Hukum Perbedaan dalam 2 jenis hubungan tersebut ialah bahwa hubungan hukum memiliki akibat bahwa hak dan kerugian yang diderita dapat dituntut dan ditegakkan di muka pengadilan, sedangkan untuk non hubungan hukum tidak dapat ditegakkan di muka pengadilan. 13 Subekti, Pokok-pokok hukum Perdata, cet 26, Intermasa, Jakarta, 204, H.122

Hubungan antara konsumen dan pelaku usaha merupakan hubungan hukum. Hubungan antara konsumen dengan pelaku usaha atau promotor ini bersifat langsung dan tidak langsung. Hubungan langsung artinya hubungan tersebut dimulai dengan suatu perjanjian antara produsen dengan konsumen. Hubungan tidak langsung terjadi apabila tiket konser promotor ini tidak langsung ke konsumen namun terlebih dahulu melalui agen dan reseler terlebih dahulu, selanjutnya baru sampai ke konsumen. Hubungan ini dilaksanakan dalam rangka jual beli diaman produk yang di perjual belikan adalah jasa penyelenggaraan konser musik. Jual beli sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1457 BW adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan atau suatu jasa dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Dalam Pasal 1338 BW dinyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Kata semua perjanjian mencerminkan asas kebebasan berkontrak (freedom of contract). Namun kebebasan berkontrak ini terdapat pembatasan-pembatasannya. Pembatasan itu antara lain bahwa suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik seperti sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) BW sehingga meskipun pelaku usaha adalah sebagai pihak yang dominan namun perlu diperhatikan bahwa masing-masing pihak baik pelaku usaha maupun konsumen harus beritikad baik demi kebaikan bersama.

Suatu perjanjian sesuai Pasal 1313 BW adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, sesuai Pasal 1320 BW, yaitu : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang diperbolehkan Kesepakatan merupakan wujud pertemuan kehendak diantara para pihak yang membuat perjanjian. Kesepakatan dimaksudkan bahwa kedua belah pihak yang melakukan perjanjian tersebut harus bersepakat/ setuju mengenai hal-hal yang diperjajnjikan. Dalam arti apa yanga dikehendaki pihak yang satu, dikehendaki pula oleh pihak lainnya. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan merupakan kecakapanuntuk membuat/ melakukan perbuatan hukum yang secara tegas telah diatur dalam pasal 1330 BW, yang menentukan tak cakap melakukan perjanjian adalah : 1. Orang yang belum dewasa; 2. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan; 3. Orang-orang perempuan dalam ditetapkan undang-undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat persetujuan-persetujuan tertentu. Menurut Pasal 330 BW usia kedewasaan ditetapkan 21 tahun atau sebelum itu namun sudah pernah melangsungkan perkawinan. Jadi jelaslah seorang istri

adalah orang yang mampu untuk melakukan perbuatan hukum. Dengan demikian dapatlah dibedakan antara orang yang tidak mampu karena di bawah pengampuan dengan tidak mampu seorang istri, begitu pula halnya dengan orang yang dianggap tidak mampu karena masih di bawah umur. Orang yang tidak sehat pemikirannya tidak mampu untuk menginsyapi perbuatanya oleh karenanya ia berada di bawah pengampuan, sedangkan orang yang belum dewasa diwakili oleh orang tuanya. Dengan demikian orang yang berbuat adalah orang yang mewakili atau kuasanya. Sedangkan seorang istri untuk berbuat di bantu oleh suaminya. Dibantu menunjukan pengertian bahwa seorang istri tetap bertindak dan tindakanya tersebut dibantu dan di dampingi oleh suaminya. Suatu perjanjian harus mengenai suatu hal tertentu, artinya apa yang diperjanjikan baik hak-hak maupun kewajiban kedua belah pihak jika nanti timbul perselisihan. Para pihak dalam konser adalah : Penyelenggara konser musik Penampil dalam konser musik Penonton konser musik Penyelenggara konser Penyelenggara konser sering disebut Promotor. Hal-hal yamg perlu diperhatikan oleh penyelenggara konser musik sebelum menyelenggarakan konsertersebut yaitu :

Penyelenggara konser musik wajib memiliki sejumlah dokumen perijinan setudak-tidaknya ada dua dokumen perijinan dari pihak Pemda dan perijinan dari pihak Kepolisian. Mempersiapkan fasilitas yang akan digunakan untuk menyelenggarakan konser. Menyesuaikan kapasitas tempat konser dengan jumlah tiket yang dijual ke konsumen untuk menghindari terjadinya musibah saat konser berlangsung menjamin keamanan dan kenyaman bagi para konsumen saat konser berlangsung. Mempersiapakan seluruh fasilitas yang diperlukan untuk penampil dalam konser sesuai dengan perjanjian yang dibuat. Jika salah satu tidak dapat dipenuhi maka sudah dipastikan konser akan gagal unuk diselenggarakan. Selain hal tersebut diatas, panitia penyelenggara harus melakukan promosi dangan mencantumkan harga tiket dan nama grup musik yang akan ditampilkan, juga waktu dan tempat konser akan diselenggarakan. Dengan adanya promosi tersebut dapat menarik minat masyarakat untuk membeli dan melihat grup musik idolanya. Pengertian promosi itu sendiri menurut pasal 1 angka 6 UUPK: promosi yaitu kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang dan/ atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan.

Beberapa unsur yang harus ada dalam promosi ialah 14 : 1. Kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi; 2. Tentang suatu barang dan/ atau jasa yang : a) Akan diperdagangkan, dan b) Sedang diperdagangkan; 3. Tujuan menarik minat beli dari pihak konsumen. Penampil dalam konser musik Penampil / pelaku menurut pasal 1 angka 10 Undang-Undang. No. 19 tahun 2002 Tentang Hak Cipta ialah : aktor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau memainkan suatu karya musik, drama, tari, dan karya seni lainya. Berdasarkan rumusan pasal 1 angka 10 UU. No. 19/2002 tentang hak cipta, dapat ditarik unsur-unsur dari penampil yaitu : 1. Aktor, penyanyi, pemusik, dan penari 2. Menampilkan, memperagakan, mempertunjukan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau memainkan 3. Karya musik, drama, tari, sastra, dan karya seni lainya Penonton konser musik 14 Ahmadi Miru dan Sutaman Yodo,Hukum Perlindungan Konsumen, Raja GrafindoPersada, 2004, h. 14

Penonton konser musik adalah konsumen konser musik yang telah membeli tiket kepada pihak promotor dan berhak untuk mendapatkan sebuah sajian konser musik sesuai dengan yang di perjanjikan oleh pihak promotor. Penonton konser musik disini adalah pihak yang dapat menjadi korban dari pelaksanaanya konser musik. Sebab penonton merupakan pihak yang langsung terkena akibat dari pelaksanaan konser musik tersebut. Dalam arti, jika terjadi suatu pembatalan konser atau sesuatu kecelakaan pada konser musik maka penonton yang terkena akibatnya. Jadi hubungan hukum antara penyelenggara konser musik dan penampil merupakan hubungan kerja sama yang lahir dari suatu perjanjian pada saat kedua belah pihak sepakat untuk menyelenggarakan konser. Pada perjaanjian tersebut pihak promotor wajib untuk membayar pihak penampil dan wajib untuk memenuhi permintaan-permintaan yang di butuhkan penampil demi berlangsungnya konser sesuai dengan yang diperjanjikan, sedangkan penampil wajib untuk menyajikan suatu penampilan dalam konser musik tersebut sesuai dengan perjanjian yang disepakati dengan pihak promotor. Kemudian hubungan hukum antara penyelenggara konser dengan penonton terjadi pada saat penonton membeli tiket konser. Jadi antara penyelenggara dan penonton terikat dalam suatu perikatan yaitu akibat dari suatu pembayaran, sehingga timbulah kewajiban bagi penyelenggara konser untuk memenuhi dan mewujudkan konser musik tersebut. 2.2. AKIBAT PEMBATALAN KONSER MUSIK OLEH PROMOTOR TERHADAP HAK KONSUMEN

Dalam perjanjian antara pelaku usaha dengan konsumen, masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban. Salah satu pihak yakni pelaku usaha wajib untuk memenuhi prestasi dan pihak lain yakni konsumen berhak atas prestasi dan begitu juga sebaliknya. Dalam Pasal 1234 BW mengatur berbagai macam perikatan, yaitu : 1. Perikatan untuk memberi sesuatu 2. Perikatan untuk berbuat sesuatu 3. Perikatan untuk tidak berbuat sesuatu. Jika kita lihat dalam perjanjian antara penonton dan promotor penyelenggara konser musik yang terjadi karena adanya pembelian tiket maka perikatan tersebut merupakan perikatan untuk memberi sesuatu dan perikatan untuk berbuat sesuatu. Dalam hal ini penonton harus membayarkan sejumlah uang yang telah di tentukan oleh pihak promotor untuk mendapatkan tiket konser musik yang akan di selenggarakan karena hal itu merupakan kewajiban konsumen sesuai dengan Pasal 5 UUPK huruf c dan merupakan hak promotor selaku pelaku usaha sesui dengan Pasal 6 UUPK huruf a. Sedangkan promotor harus berbuat sesuatu yaitu menyelenggarakan konser musik sesuai dengan apa yang sudah di perjanjikan dengan penonton. Suatu perjanjian sesuai Pasal 1313 BW adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, sesuai Pasal 1320 BW, yaitu : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang diperbolehkan Dalam jual beli suatu tiket konser musik, perjanjian jual beli tersebut menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak berdasarkan bab III UUPK Pasal 4-7 yang mengatur tentang hak dan kewajiban pelaku usaha dan konsumen dalam pasal, yaitu : a. Kewajiban Pelaku Usaha 1. Kewajiban sebagai pelaku usaha yang pertama ialah beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. Kewajiban pelaku usaha beritikad baik dalam penyelenggaran konser musik dengan meminimalisir terjadinya kerugian bagi konsumen salh satunya adalah mempersiapkan dan memenuhi perjanjian yang disepakati oleh para pihak. 2. Kewajiban sebagai pelaku usaha ialah untuk memberikan ganti rugi. Promotor musik mempunyai kewajiban untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen khususnya para penonton konser apabila jasa yang ditawarkan tidak sesuai dengan yang dijanjikan, sebagai contoh dalam penjualan tiket konser telah di perjanjikan atau di tetapkan kapan konser akan di adakan dan artis yang akan di datangkan, tapi pada kenyataanya

konser tersebut batal di selenggarakan di karenakan kesalahan oleh pihak promotor dan mengakibatkan penonton yang telah membeli tiket konser mengalami kerugian karna tidak dapat menikmati jasa yang telah di perjanjikan. Maka dari itu pihak promotor wajib memberikan ganti rugi. 3. Kewajiban untuk menjamin jasa yang diperjanjikan dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standart jasa yang berlaku. Promotor musik wajib menjamin terselenggaranya konser musik tersebut yang telah diperjanjikan oleh para pihak 4. Kewajiban untuk memberikan informasi yang benar dan jelas. Promotor konser musik wajib memberikan keterangan yang jelas kapan konser akan di selenggarakan, dimana konser akan di selenggarakan, siapa artis yang akan di datangkan serta memberikan daftar harga tiket yang jelas. b. Hak Promotor 1. Hak untuk mendapat atau menerima pembayaran sesuai dengan kesepakatan mengenai jasa yang diperjualbelikan. Setelah promotor konser musik memenuhi prestasinya sesuai dengan kesepakatan dan juga peraturan perundang-undangan yang berlaku maka produsen tersebut berhak untuk mendapatkan pembayaran. a. Kewajiban Konsumen 1. Kewajiban untuk membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati. Konsumen wajib membayar harga tiket yang telah di tentukan tentunya dengan nilai tukar yang disepakati.

2. Kewajiban untuk mengikuti upaya peyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. Ketika dirasa ada keluhan terhadap jasa yang dibeli, konsumen khususnya perlu secepatnya menyelesaikan masalah tersebut dengan pelaku usaha. Perlu diperhatikan agar penyelesaian masalah sebisa mungkin dilakukan dengan cara damai. Jika tidak ditemui titik penyelesaian, cara hukum bisa dilakukan asalkan memperhatikan Undang-Undang yang berlaku. b. Hak Konsumen 1. Hak untuk memperoleh informasi Setiap konsumen berhak mendapatkan informasi yang jelas dan komprehensif tentang suatu produk jasa yang dibeli. Akses terhadap informasi sangat penting karena konsumen bisa mengetahui bagaimana kondisi dari produk jasa yang akan dnikmati. 2. Hak untuk mendapatkan kompensasi dan ganti rugi bilamana konsumen telah menderita kerugian akibat mengkonsumsi jasa. Berdasarkan hak dan kewajiban pelaku usaha dan konsumen yang telah dijelaskan di atas maka dalam kasus ini promotor selaku pelaku usaha telah melanggar hak konsumen dengan tidak melaksanakan kewajibanya selaku pelaku usaha. Dikarenakan dalam pelaksanaan konser musik ini promotor tidak mampu memenuhi perjanjian yang telah di sepakati oleh pihak artis selaku penampil dalam konser musik, yang

mengakibatkan konser tersebut batal di selenggarakan dan menimbulkan kerugian bagi konsumen yang telah membeli tiket konser musik tersebut. Berikut pelanggaran yang telah dilakukan oleh promotor selaku pelaku usaha berdasarkan pasal 7 UUPK adalah : 1. Tidak memiliki itikad baik dalam melakukan kegitan usahanya dikarenakan promotor tidak dapat mengembalikan uang tiket penonton secara cepat dan tepat waktu 2. Tidak memberi kompensasi ganti rugi dan/penggantian apabila barang dan/jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai perjanjian Adapun hak-hak konsumen yang telah dilanggar promotor selaku pelaku usaha berdasarkan pasal 4 UUPK adalah : 1. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai daengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang diperjanjikan. 2. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya