BAB I PENDAHULUAN. atas dana yang diterima dari nasabah. Sesuai dengan Undang undang RI nomor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dana kas besar ialah bagian dari persediaan uang tunai yang tidak langsung

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DENGAN PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. Nama : Sarah Natya

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. Peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi cukup penting dalam

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam fungsinya memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran bunga secara periodik. Menurut Abdul Halim (2015 : 9) obligasi

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. dampak terhadap munculnya peluang peluang diberbagai bidang usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu Negara. Aspek Rentabilitas turut andil didalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kasmir, 2012:2) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 tentang Akuntansi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. lembaga penghimpunan dana masyarakat. (Kuncoro, 2002:538) Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT. Bank Sahabat Sampoerna karena pada tanggal 9 Mei

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. serta perkembangan perekonomian nasional dan internasional yang ada, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambahnya jumlah bank yang berada di Indonesia, persaingan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor perbankan sebagai lembaga intermediate antara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Bank (LKB) merupakan lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penulis yaitu penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna dana (fund user). Bank dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar, serta pemenuhan modal yang memadai (Widati, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

I. PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Pengelolaan bank dituntut untuk senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia perbankan saat ini semakin pesat, banyak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB 1 PENDAHULUAN. atau melakukan penagihan. Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dimana sektor ekonomi selalu menjadi fokus pemerintah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dalam sektor perbankan yang tinggi dapat meningkatkan resiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang membutuhkan dan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian setiap Negara, Bank berfungsi sebagai penghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan suatu perusahaan yang menjalankan fungsi intermediasi atas dana yang diterima dari nasabah. Sesuai dengan Undang undang RI nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank juga merupakan suatu perusahaan yang dalam kegiatan usahanya sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat (Suardani dan Astawa, 2011). Keberadaan bank sangat dibutuhkan dalam suatu negara karena merupakan alat penyeimbang dalam suatu sistem keuangan yang selama ini diterapkan di seluruh negara termasuk di Indonesia, karena pembangunan ekonomi suatu negara sangat bergantung kepada dinamika perkembangan dan kontribusi nyata dari sektor perbankan (Levine, 2010: 42). Memelihara kestabilan moneter salah satunya bisa dilakukan dengan mengatur perputaran uang di masyarakat melalui peranan bank sebagai perantara keuangan. Fakta menunjukkan bahwa dewasa ini hampir semua sektor yang berkaitan dengan kegiatan keuangan membutuhkan jasa bank, sehingga peran sebagai perantara keuangan yang dimiliki oleh bank dengan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana juga akan menunjang kelancaran aktivitas perekonomian (Triandaru dan Budisantoso, 2000:7). 11

Dalam menciptakan perbankan yang sehat, Bank Indonesia telah mengeluarkan program Arsitektur Perbankan Indonesia. Arsitektur Perbankan Indonesia adalah Kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberi arah, bentuk dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu 5 s/d 10 tahun kedepan. Arsitektur Perbankan Indonesia jadi sangat dibutuhkan dalam rangka memperkuat dasar-dasar industri perbankan. Krisis 1997 menunjukkan bahwa industri perbankan secara umum dan BI sebagai pengawas belum kokoh. Arsitektur Perbankan Indonesia adalah program restrukturisasi perbankan pasca International Monetery Fund (IMF). Arsitektur Perbankan Indonesia bertujuan untuk memperkuat permodalan bank dalam rangka meningkatkan kemampuan bank dalam mengelola usaha maupun risiko guna mendukung peningkatan kapasitas pertumbuhan kredit perbankan. Dengan demikian, aspek permodalan merupakan aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian yang serius dari manajemen bank (Rivai, et al., 2012:9). Mengingat pentingnya modal pada bank, pada tahun 1988 BIS (Banks for International Settlements) mengeluarkan suatu konsep kerangka permodalan yang lebih dikenal dengan The 1998 Accord (Basel I). Sistem ini dibuat sebagai penerapan kerangka pengukuran bagi risiko kredit, dengan mensyaratkan standar modal minimum adalah 8%. Komite Basel merancang Basel I sebagai standar yang sederhana, mensyaratkan bank bank untuk memisahkan eksposurnya kedalam kelas yang lebih luas, yang menggambarkan kesamaan tipe debitur. Eksposur kepada nasabah dengan tipe yang sama (seperti eksposur kepada semua nasabah korporasi) akan memiliki persyaratan modal yang sama, tanpa memperhatikan perbedaan yang potensial pada kemampuan pembayaran kredit 12

dan resiko yang dimiliki oleh masing-masing nasabah (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, 2007 No 108). Sejalan dengan berkembangnya produk produk di dunia perbankan, BIS (Banks for International Settlements) kembali menyempurnakan kerangka permodalan yang ada pada The 1998 Accord dengan mengeluarkan konsep permodalan baru yang lebih dikenal dengan Basel II. Basel II dibuat berdasarkan struktur dasar The 1998 Accord yang memberikan kerangka perhitungan modal yang bersifat lebih sensitif terhadap risiko (risk sensitive) serta memberikan intensif terhadap penigkatan kualitas penerapan manajemen risiko di bank. Hal ini dicapai dengan cara penyesuaian persyaratan modal dengan risiko dari kerugian kredit dan juga dengan memperkenalkan perubahan perhitungan modal dari eksposur yang disebabkan oleh risiko dari kerugian akibat kegagalan operasional (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, 2007 No 108). Kinerja manajemen bank dalam mengelola permodalan dapat dilihat melalui rasio keuangan yang salah satu diantarannya adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) yang merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk mengcover atau menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugiankerugian bank yang disebabkan oleh aktiva produktif yang berisiko. Besarnya Capital Adequacy Ratio (CAR) yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia untuk bank-bank yang beroperasi di Indonesia adalah sebesar minimum 8% (Peraturan Bank Indonesia,2004 No 157). Besar kecilnya Capital Adequacy Ratio (CAR) yang dimiliki oleh sebuah bank akan dapat dipengaruhi oleh kinerja aspek keuangan lainnya yaitu aspek likuiditas, aspek kualitas aktiva, aspek sensitivitas terhadap pasar,aspek profitabilitas (Prasnanugraha, 2007:15). 13

Kegagalan suatu perusahaan khususnya yang bergerak dalam bidang perbankan dapat dilihat dan diukur antara lain melalui kinerja keuangan, yaitu dengan cara menganalisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan diterapkan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan yang baik, maka bank dapat lebih optimal dalam penyusunan rencana strategis ke depannya dalam kaitannya dengan minimalisasi risiko keuangan. Meskipun aspek keuangan menjadi aspek yang sangat dominan dalam pengukuran kinerja dan kesehatan bank namun aspek non finansial juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengukuran kinerja bank (Rivai, et al., 2007:51). Menurut Musyarofatun (2013), Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio permodalan yang fungsinya menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. Peraturan Bank Indonesia No 10 (2008) menyebutkan definisi Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana dari sumber di luar bank seperti dana masyarakat, pinjaman (hutang), dan lain lain. Dari berbagai macam rasio keuangan yang salah satu diantaranya adalah Rasio Likuiditas yang merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan bank. Rasio Likuiditas yaitu rasio untuk mengukur kemampuan 14

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. (Sugiono dan Untung, 2008:61) Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi memiliki kinerja yang baik. Dari sisi mikro perusahaan, Bank for International Settlement (2008) mendefinisikan likuiditas sebagai kemampuan bank untuk mendanai peningkatan asset dan memenuhi kewajibannya tanpa menimbulkan kerugian. Edlin dan Jaffee (2009) menyatakan bahwa tingginya likuiditas perbankan dapat disebabkan karena adanya credit crunch atau keengganan bank untuk menyalurkan kredit. Likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat (Kuncoro, 2002: 279). Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara dan memenuhi kebutuhan likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen risiko likuiditas. Bank dikatakan likuid bila mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar lebih besar dibandingkan dengan seluruh kewajibannya. Maka pengujian likuiditas difokuskan pada hubungan aktiva lancar dan hutang lancar yang dimiliki perusahaan atau kemampuan perusahaan untuk menyediakan kas atau setara kas, yang ditunjukkan besar kecilnya aktiva lancar, yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan (Mamduh dan Halim 2003: 199). Kinerja bank yang menurun akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat karena pada dasarnya bank merupakan industri yang dalam menjalankan usahanya memerlukan kepercayaan masyarakat sehingga kesehatan bank harus diperhatikan. Penilaian terhadap rasio permodalan yang lazim digunakan untuk 15

mengukur kesehatan bank yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR) yang didasarkan pada rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang menurut Resiko (ATMR). Dengan meningkatnya modal sendiri maka kesehatan bank yang terkait dengan rasio permodalan (CAR) sejak periode krisis sampai saat ini CAR menjadi acuan utama dalam menentukan kesehatan bank, dimulai dari minimum sebesar 4% pada periode awal terjadinya krisis, persyaratan besaran minimum CAR telah ditingkatkan secara bertahap dan sejak awal tahun 2001, Bank Indonesia menetapkan CAR sebesar 8% (Ali, 2006:264). Sebuah bank mengalami risiko modal apabila tidak dapat menyediakan modal minimum sebesar 8%. Secara rinci besarnya CAR pada perusaaan perbankan selama periode pengamatan nampak dalam Tabel 1.1 sebagai berikut : Tabel 1.1 Data Capital Adequacy Ratio perusahaan perbankan 2010-2014 No Perbankan 2010 2011 2012 2013 2014 1 Bank Mandiri 14.517.552 11.444.817 18.929.908 18.073.458 20.361.941 2 BRI 59.138.999 17.818.261 19.942.023 19.402.175 20.875.944 3 BRI AGRO NIAGA www.idx.co.id 16.245.526 22.150.596 18.219.779 24.170.320 209.935.848 Berdasarkan Tabel 1.1 tersebut menunjukkan bahwa perolehan rata-rata Capital Adequacy Ratio (CAR) perusahaan perbankan menunjukkan nilai yang tinggi dan mengalami penurunan dari tahun 2010-2014, Melihat rata-rata rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) pada perbankan di Indonesia menunjukkan bahwa rata-rata rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) berada diatas 8% sehingga dapat dikatakan kondisi permodalan pada industri perbankan di Indonesia selama 16

periode pengamatan (2010 2014) dalam kondisi yang sehat. Rasio CAR pada tertinggi dimiliki oleh BRI AGRO NIAGA, Tbk dari adalah sebesar 2010 (916.245.526), 2011 (22.150.596), 2012 (18.219.719), 2013 (24.170.320), 2014 (209.935.848), CAR tersebut mengalami kenaikan dari tahun 2010-2014 dikarenakan likuiditas bank tersebut cukup baik dan bank juga dapat menyediakan modal minimumnya sebesar 8%. CAR terendah dimiliki oleh PT.Bank Mandiri, Tbk adalah sebesar : 2010 (14.517.522), 2011 (11.444.817), 2012 (18.929.908), 2013 (18.073.458), 2014 (20.361.941). CAR pada PT. Bank Mandiri, Tbk menagalami penurunan pada tahun 2010 dan 2011 dan pada tahun 2012-2014 mengalami kenaikan. Penurunan tersebut disebabkan oleh kurangnya bank dalam menyiapkan modalnya sehingga akan sulit dalam menunjang aktivitas bank. Rentang CAR yang sangat lebar masih menjadi permasalahan bagi industri perbankan di Indonesia, dimana menurut Bank Indonesia CAR yang diharapkan untuk memperkuat permodalan bank berkisar antara 8% 12% (BI, 2007). Data empiris mengenai variabel indepen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Loan to Deposit Ratio (LDR), Quick Ratio (QR), Investing Policy Ratio (IPR), Loan to Asset Ratio (LAR), Liquidity Risk Ratio (LRR), Credit Risk Ratio (CRR) periode 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.2 Data LDR, QR, IPR, LAR, LRR dan CRR Tahun 2010-2013 BANK NEGARA INDONESIA Tahun LDR QR IPR LAR LLR CRR 2010 79.049.065 22.273.944 42.391.125 10.151.057 43.294.907 96.091.366 2011 78.737.575 26.837.686 39.594.971 10.701.528 62.074.423 97.199.040 17

BANK MANDIRI PERSERO 2010 35.219.689 12.596.508 19.280.536 63.287.887 113.923.286 17.408.933 2011 84.006.843 29.895.492 42.328.375 50.847.835 115.016.484 0.568.536.311 BANK RAKYAT INDONESIA 2010 12.973.535 35.041.020 45.296.950 10.529.157 207.477.860 23.815.069 2011 12.785.184 28.376.974 47.991.359 10.200.773 234.873.341 39.461.831 Sumber : www.idx.co.id Tabel 1.2 menunjukkan deskripsi rasio-rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas (yang diwakili Loan to Deposit Ratio (LDR), Quick Ratio (QR). Investing Policy Ratio (IPR), Loan to Asset Ratio (LAR), Liquidity Risk Ratio (LLR), Credit Risk Ratio (CRR). Rasio perbankan yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR) nilainya diukur dari perbandingan total kredit dengan dana pihak ketiga. Nilai keseluruhan perbankan dari tahun 2010-2011, nilai LDR yang mengalami peningkatan secara terus menerus terlihat pada Bank Negara Indonesia, Tbk. Dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) pada tahun 2010 sebesar (35.219.689), 2011 (84.006.843), LDR tersebut mengalami peningkatan secara terus menerus dari tahun 2010 hingga 2011. Peningkatan LDR tersebut disertai dengan meningkatnya kredit. Ketika kredit tersebut meningkat maka akan menyebabkan likuiditas perbankan menurun, hal ini disebakan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Peningkatan LDR pada perusahaan yang nilainya relatif besar disebabkan oleh pertumbuhan jumlah kredit yang diberikan lebih tinggi 18

daripada pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun sehingga akan mnyebabkan likuiditas perbankan menurun. Sedangkan nilai Loan to Deposit Ratio yang mengalami penurunan dari tahun 2010-2011 dimiliki oleh PT. Bank BNI,Tbk penggunan LDR pada tahun 2010 adalah sebesar (79.049.065), 2011 (78.737.575), dan PT.BRI adalah sebesar 2010 (12.973.535), 2011 (12.785.184). LDR yang rendah /mengalami penurunan menunjukkan bahwa kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan kredit kepada pihak ketiga. Ketika Bank kurang dalam melakukan penyaluran kredit maka Bank yang bersangkutan tidak akan mendapat laba yang maksimal (laba yang diharapkan) karena sumber keuntungan utama perbankan tersebut berasal dari besarnya kredit yang disalurkan kepada pihak ketiga. Tetapi LDR yang cenderung tinggi akan membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang harus ditanggung oleh Bank yang bersangkutan. Dalam hal ini perusahaan harus memiliki LDR yang seimbang dalam arti kredit tidak lebih besar dari deposit. Rasio perbankan yaitu Quick Ratio (QR) nilainya diukur dari perbandingan cash asset dengan total deposit. Nilai QR keseluruhan perbankan dari periode tahun 2010-2011, nilai tertinggi dan mengalami kenaikan dimiliki oleh PT Bank Mandiri Persero, Tbk dengan nilai QR pada tahun 2010 adalah sebesar (12.596.508), 2011 (29.895.492), dan diikuti oleh PT. Bank BNI 2010 (22.273.944), 2011 (26.837.686) mengalami kenaikan dari tahun 2010 sampai tahun 2011, Ketika QR naik maka likuiditas perusahaan baik CAR mengalami kenaikan karena likuiditas yang baik menunjukkan bahwa modal yang digunakan untuk memenuhi permintaan kredit dapat mencukupi untuk membiayai kredit tersebut. 19

Quick Ratio (QR) yang mengalami penurunan dimiliki oleh PT. BRI, Tbk yaitu nilai QR tersebut pada tahun 2010 (35.041.020), 2011 (28.376.974), QR yang rendah pada perusahaan perbankan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak mampu membayar utang jangka pendeknya pada saat ditagih kepada para deposannya dan tidak dapat memenuhi permintaan kredit yang telah diajukan oleh deposannya sehingga likuiditas perbankan menurun dan menyebabkan bahwa perusahaan tersebut tidak mempunyai modal yang cukup dalam memenuhi setiap kewajibannya kepada para deposannya. Rasio perbankan yaitu Investing Policy Ratio diukur dengan perbandingan antara securities dengan total Deposit. Nilai IPR keseluruhan perbankan dari periode tahun 2010-2013, Nilai IPR yang mengalami peningkatan dimiliki oleh PT.Bank BRI, terlihat dari besarnya IPR tahun 2010 (45.296.950) 2011 (47.991.359), dan di ikuti oleh Bank Mandiri Persero, Tbk yaitu 2010 (19.280.536) 2011 (42.328.375) mulai tahun 2010 sampai tahun 201 mengalami peningkatan secara terus menerus. Hal ini menunjukan bahwa PT. Bank BRI, Tbk dan PT. Mandiri Persero, Tbk menunjukkan kemampuan yang baik dalam melunasi kewajibannya kepada para deposannya dengan cara melikuidasi surat berharga yang dimilikinya. Kenaikan IPR berarti kenaikan jumlah surat berharga lebih besar dari kenaikan dana pihak ketiga, sehingga mengakibatkan naiknya pendapatan surat bunga atas surat berharga tersebut dan Capital Adequacy Ratio juga mengalami kenaikan. Investing Policy Ratio yang mengalami penurunan dari tahun 2010-2011 dimiliki oleh PT.Bank BNI, Tbk adalah sebesar 2010 (76.72), 2011 (39.594.971). menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi kewajibannya 20

dengan baik, IPR yang rendah menunjukkan bahwa Investing Policy Ratio pada perusahaan tersebut memiliki surat berharga yang rendah. Ketika IPR rendah maka pendapatan bunga Bank akan menurun, laba bank menurun, sehingga modal bank juga rendah dan akan memiliki Capital Adequacy Ratio yang rendah. Rasio perbankan yaitu Loan to Asset Ratio (LAR) nilainya di ukur dari perbandingan total loan dengan total asset. Nilai LAR keseluruhan perbankan dari periode tahun 2010-2013, nilai tertinggi dan mengalami kenaikan dari tahun 2010-2011 dimiliki oleh PT. Bank Negara Indonesia, Tbk terlihat dari besarnya penggunaan LAR pada tahun : 2010 (10.151.057), 2011 (10.701.528), LAR tersebut mengalami peningkatan secara terus menerus dari tahun 2010-2011 Peningkatan LAR ini berarti bahwa perusahaan PT. BNI, Tbk menunjukkan kemampuan Bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki Bank. Namun penggunaan LAR yang tinggi mengakibatkan bahwa perusahaan tersebut akan mengeluarkan dana yang besar untuk membiayai kredit yang diajukan oleh deposannya, maka semakin besar kredit yang disalurkan maka semakin rendah risiko kredit yang mungkin dihadapi bank karena kredit yang disalurkan didanai dengan asset yang dimiliki. Loan to Asset Ratio terendah dan mengalami penurunan dari tahun 2010-2011 dimiliki oleh PT.Bank Madiri Persero, Tbk adalah sebesar : 2010 (63.287.887), 2011 (50.847.835), mengalami penurunan dari tahun 2010-2011 dan diikuti oleh PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk, hal ini menunjukkan bahwa PT. Bank Mandiri Persero, Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk mampu meningkatkan likuiditasnya dengan baik, LAR yang rendah berarti bahwa perusahaan tidak mengeluarkan dana yang besar untuk membiayai kredit tersebut. 21

Dalam hal ini perusahaan mampu menyeimbangkan kredit dengan kasnya yaitu bahwa kas lebih besar dari kredit. Sehingga ketika LAR mengalami penurunan maka likuiditas perbankan meningkat dan CAR juga menalami kenaikan. Rasio perbankan yaitu Liquidity Risk Ratio nilainya diukur dari liquid asset dikurang dengan short term borrowing dibagi dengan total deposit. Nilai LAR keseluruhan perbankan dari periode tahun 2010-2011, nilai tertinggi dimiliki oleh PT. BRI, Tbk terlihat dari besarnya penggunaan LLR pada tahun : 2010 (207.447.860), 2011 (234.873.341), diikuti oleh PT. Mandiri Persero, Tbk adalah sebesar 2010 (113.923.286), 2011 (115.016.848) dan PT. BNI, Tbk adalah sebesar 2010 (43.294.907), 2011 (62.074.423) LLR tersebut mengalami peningkatan secara terus menerus dari tahun 2010-2011. LLR yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan Bank Agro Niaga, Tbk mampu membayar kewajibanya pada saat jatuh tempo, semakin tinggi rasio ini semakin tinggi likuiditas bank yang bersangkutan dan modal juga meningkat sehingga CAR mengalami kenaikan. Liquidity Risk Ratio terendah LLR yang rendah mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kegagalan untuk membayar kewajibannya yang harus segera dilunasi. Ketika LLR mengalami penurunan dari tahun ke tahun ini, berarti bahwa perusahaan tersebut kurang mampu menjaga likuiditasnya dengan baik. Rasio perbankan yaitu Credit Risk Ratio (CRR) nilainya diukur dari perbandingan antara Bad Debts dengan Total Deposit. Nilai CRR keseluruhan perbankan dari periode tahun 2010-2011 nilai tertinggi dimiliki oleh PT. Bank BNI, Tbk terlihat dari besarnya penggunaan CRR dari tahun 2010 (96.091.366), 2011 (97.199.040), dan diikuti oleh PT. BRI, Tbk adalah sebesar 2010 (23.815.069) 2011 (39.815.069) Credit Risk Ratio yang tinggi mengindikasikan 22

bahwa semakin tinggi resiko ini maka semakin tinggi tingkat kerugian yang diderita oleh Bank yang bersangkutan karena tidak terpenuhinya kewajiban nasabah debitur sehingga berpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) dalam menjaga tingkat kesehatan Bank dalam memenuhi kecukupan modal Bank. Semakin tinggi rasio ini maka CAR mengalami penurunan. Credit Risk Ratio terendah dan mengalami penurunan dimiliki oleh PT.Bank Mandiri Persero, Tbk pada periode tahun 2010-2011 yaitu 2010 (17.408.933), 2011 (0.568.536.311), Hal ini menunjukkan semakin tinggi Credit Risk Ratio (CRR) maka semakin tinggi tingkat kegagalan bank dan semakin besar resiko keuangan yang berpengaruh terhadap kesehatan Bank yang dapat mempengaruhi kecukupan modal Bank. Dan apabila Credit Risk Ratio semakin Rendah maka semakin rendah risiko kegagalan yang dihadapi oleh Bank, karena dapa menyeimbangkan antara kredit macet dengan jumlah kredit yang disalurkan maka akan menjaga tingkat kesehatan perbankan. Berdasarkan uraian, maka penelitian ini mengambil judul Pengaruh Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio Industri Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014. 1.2. Perumusan Masalah 1. Adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara likuiditas secara simultan terhadap Capital Adequacy Ratio Industri perbankan di Bursa Efek Indonesia? 2. Adakah pengaruh yang signifikan antara likuiditas secara parsial terhadap Capital Adequacy Ratio Industri perbankan di Bursa Efek Indonesia? 23

1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini maka tujuan penelitian ini untuk: 1. Untuk menganalisis pengaruh likuiditas secara simultan terhadap Capital Adequacy Ratio Industri perbankan di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk menganalisis pengaruh likuiditas secara parsia terhadap Capital Adequacy Ratio Industri perbankan di Bursa Efek Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perbankan Bagi lembaga perbankan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan dana dalam rangka menjaga kesehatan bank melalui Capital Adequacy Ratio (CAR). Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi perbankan dalam menilai tingkat kesehatan bank. 2. Bagi Investor Bagi investor penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam menilai tingkat kesehatan bank sebelum menanamkan modalnya di bank tersebut. 3. Bagi Peneliti Sebagai bahan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam bidang keuangan terutama dalam memahami kinerja keuangan melalui analisis rasio keuangan seperti rasio Loan to Deposit ratio (LDR). Quick 24

Ratio (QR), Investing Policy Ratio (IPR), Loan to Asset Ratio (LAR), Liquidity Risk Ratio (LRR), Credit Risk Ratio (CRR). 25