BAB I PENDAHULUAN. diwarnai dengan praktek maladministrasi, antara lain terjadinya korupsi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. governance) melalui upaya penegakan asas-asas pemerintahan yang baik dan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. penyelenggaran negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan

Ombudsman dalam Perspektif Hukum Tata Negara: Beberapa Catatan 1. Satya Arinanto 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban pemerintah adalah untuk menyelenggarakan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN KULIAH SISTEM HUKUM INDONESIA MATCH DAY 13 PENEGAKAN HUKUM (BAGIAN 2)

TINJAUAN UMUM MENGENAI OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Reformasi mengamanatkan perubahan kehidupan bernegara,

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan fungsinya. Menurut World Bank, Good Governance adalah

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan deng

SKRIPSI KEDUDUKAN HUKUM REKOMENDASI OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DALAM FUNGSI PENGAWASAN TERHADAP LEMBAGA PELAYANAN PUBLIK. Oleh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang. Ombudsman Republik Indonesia menerangkan bahwa Reformasi

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI TANGGAL, 9 SEPTEMBER 2008

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG KOMISI OMBUDSMAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.603, 2010 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat memberi rasa puas terhadap masyarakat. Pelayanan kepada

BAB I PENDAHULUAN. kelihatan megah dan bersih sehingga konsumen (pembeli ) berkeinginan. untuk mengunjunginya dan belanja.

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian N

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-4

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. berawal dari kekaisaran romawi yang mempunyai institusi Tribunal Plebis

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 200

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Konflik oleh beberapa aktor dijadikan sebagai salah satu cara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adanya karena dilengkapi oleh ketentuan-ketentuan perdagangan

I. PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG

Dalam Acara Deklarasi Pembangunan Zona Integritas. Menuju Wilayah Bebas Korupsi

Henry MP Siahaan Kemitraan

Peran Ombudsman Melindungi Kepastian Usaha dan Investasi

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

BAB I PENDAHULUAN. sebuah negara Republik Indonesia yang membawa rakyatnya pada suasana

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan sehingga terwujud pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme;

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS TAHUN PENGADILAN AGAMA KOTABUMI

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

PENGADILAN NEGERI SAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 29/M-IND/PER/6/2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

1.1. Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 5 DAFTAR ISI. Hal BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN Visi Misi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN an dengan nama King s Highest Ombudsman. Meskipun demikian pada

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang terbukti melakukan korupsi. Segala cara dilakukan untuk

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan untuk menunjang

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Arsip Nasional Republik Indonesia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang (UU) tehadap Undang-Undang Dasar (UUD). Kewenangan tersebut

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum era reformasi, penyelenggaraan negara dan pemerintahan diwarnai dengan praktek maladministrasi, antara lain terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme, sehingga diperlukan reformasi birokrasi penyelenggaraan negara dan pemerintahan demi terwujudnya penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif, jujur, bersih, terbuka, bebas dan adil terkendali. Praktik korupsi kolusi nepotisme sangat sulit untuk dihilangkan, sehingga hal ini menyebabkan masyarakat semakin sukar untuk memperoleh pelayanan sesuai dengan haknya sebagai seorang warga negara. Bentuk dari kekecewaan tersebut mendorong masyarakat, khususnya mahasiswa dan kaum terpelajar, untuk melakukan gerakan reformasi pada tahun 1998 yang terjadi hampir diseluruh plosok daerah di Indonesia. 1 Salah satu alasan dari diadakannya reformasi adalah diharapkan adanya perubahan mental dan kultur birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Keinginan ini kemudian menjadi dorongan berbagai kalangan masyarakat untuk mendirikan berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mengawasi kinerja pemerintahan, seperti Indonesian Corruption Watch. Sistem pengawasan eksternal yang dilakukan oleh berbagai LSM, mahasiswa dan komponen demokrasi lainnya memiliki fungsi terbatas sebagai Pukul 19.56 Wib 1 www.sejarah Reformasi di Indonesia, Wiipedia, Diakses pada 02 November 2013, pada 1

2 lembaga yang tidak secara langsung berpengaruh terhadap struktur birokrasi dan kekuasaan. Pada saat yang sama, lembaga pemerintahan yang bertugas untuk melakukan pengawasan internal juga tidak bekerja secara maksimal, bahkan bertindak tidak lebih sebagai alat justifikasi dan pelindung pejabat publik yang malah melakukan penyimpangan. 2 Dengan dimulainya era reformasi, penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan efektif menjadi harapan setiap warga negara. Hal inilah yang menjadi tuntutan masyarakat yang selama ini hak-hak mereka kurang mendapat perhatian dan pengakuan secara layak, padahal pelayanan kepada masyarakat dan penegakan hukum yang adil merupakan dua aspek yang tidak terpisahkan dari upaya menciptakan pemerintahan demokratis yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, keadilan, kepastian hukum dan kedamain. 3 Lahirnya ombudsman di Indonesia berawal pada masa pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid akibat adanya tekanan masyarakat yang menghendaki terjadinya perubahan menuju pemerintahan yang transparan, bersih dan bebas korupsi kolusi dan nepotisme. Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik, baik yang diselenggarakan penyelenggara negara maupun pemerintah, termasuk memiliki kewenangan dalam mengawasi pelayanan publik yang diselenggarakan badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan 2 Antonius Sujata,Peranan Ombudsman dalam Pemberantasan dan Pencagahan Korupsi serta Pelakasanaan Pemerintahan yang Baik,(Komisi Ombudsman Indonesia,2006). 3 Yusril Ihza Mahendra,Mewujudkan Supremasi Hukum di Indonesia, (Departemen Kehakiman dan Departemen HAM RI)

3 hukum milik negara, serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan atau anggaran pendapatan dan belanja daerah. Ombudsman bersifat independen dalam menjalankan tugas dan wewenangnya yang mengandung azas kebenaran, keadilan, non diskriminasi, tidak memihak, transparansi, keseimbangan dan kerahasiaan. 4 Ombudsman republik Indonesia adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik, baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah dan badan hukum milik negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah. 5 Cita-cita untuk menyelenggarakan pemerintahan negara yang bersih merupakan cikal bakal didirikannya komisi ombudsman, hal ini tertuang dalam keputusan presiden republik Indonesia nomor 44 tahun 2000 tentang komisi ombudsman nasional yang menyatakan : Pemberdayaan masyarakat melalui peran serta mereka untuk melakukan pengawasan akan lebih menjamin penyelenggaraan negara yang jujur, bersih, transparan, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. 6 4 Ombudsman Indonesia : Masa Lalu,Sekarang dan Masa Mendatang, Komisi Ombudsman Nasional,2002 5 Undang-undang Nomor 37 tahun 2008 tentang Ombudsman Pasal 1 ayat 1 6 Keputusan Presiden RI No. 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional.

4 Ombudsman sebagai lembaga independen yang bersifat mengawasi diharapkan tetap pada komitmen awal pembentukannya yaitu memberi dorongan agar pekerja publik mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Bagaimanapun ombudsman sebagai institusi pengawasan tetap berjalan di tempatnya agar penyelenggara negara yang memperoleh dorongan ombudsman segera berjalan cepat menuju ke arah pemerintahan yang lebih baik (good government). 7 Lebih dari itu, ketetapan MPR nomor VIII/MPR/2001 tentang rekomendasi arah kebijakan pemberantasan dan pencegahan korupsi, kolusi dan nepotisme telah memerintahkan penyelenggara negara agar segera membentuk undang-undang beserta peraturan pelaksanaannya untuk pencegahan korupsi yang muatannya meliputi salah satu diantaranya adalah komisi ombudsman. Dengan demikian posisi komisi ombudsman nasional dalam pemberantasan korupsi sesuai dengan TAP MPR No. VIII/MPR/2001 berada pada wilayah prevensi. Pada dasarnya ombudsman sangat erat hubungannnya dengan keluhan masyarakat terhadap suatu tindakan dan keputusan dari pejabat administrasi publik yang dinilai merugikan masyarakat. Pemilihan anggota ombudsman dilakukan melalui suatu pemilihan oleh parlemen dan diangkat oleh kepala negara dalam hal ini presiden setelah berkonsultasi dengan pihak parlemen. Peranan ombudsman adalah untuk melindungi masyarakat terhadap pelanggaran hak, penyalahgunaan wewenang, kesalahan, kelalaian, keputusan yang tidak fair dan mal 7 Budhi Masturi,Ombudsman Dalam Transisi Demokrasi di Indonesia,Google (diakses tanggal 02 November 2013) http : // perpustakaan bphn.go.id

5 administrasi dalam rangka meningkatkan kualitas administrasi publik dan membuat tindakan-tindakan pemerintah lebih terbuka dan pemerintah serta pegawainya lebih akuntabel terhadap anggota masyarakat. Fungsi komisi ombudsman berdasarkan Keppres No. 44 tahun 2000, yaitu sebagai berikut : 1. Memberdayakan masyarakat melalui peran serta mereka untuk melakukan pengawasan akan lebih menjamin penyelenggaraan negara yang jujur, bersih, transparan, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. 2. Menganjurkan dan membantu masyarakat memanfaatkan pelayanan publik secara optimal untuk penyelesaian persoalan. 3. Memberdayakan pengawasan oleh masyarakat merupakan implementasi demokrasi yang perlu dikembangkan serta diaplikasikan agar penyalahgunaan kekuasaan, wewenang ataupun jabatan oleh aparatur negara dapat diminimalisasi. 4. Dalam penyelenggaraan negara khususnya penyelenggaraan pemerintahan memberikan pelayanan dan perlindungan terhadap hak-hak anggota masyarakat oleh aparatur pemerintah termasuk lembaga peradilan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan. 5. Lembaga ombudsman merupakan suatu komisi pengawasan yang bersifat mandiri dan berdiri sendiri lepas dari campur tangan lembaga kenegaraan lainnya. 8 8 Keppres No. 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman Indonesia, Pasal 2

6 Adapun yang menjadi tujuan dari dibentuknya komisi ombudsman Indonesia, yaitu : 1. Mewujudkan negara hukum yang demokratis, adil dan sejahtera. 2. Mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dan efisien, jujur, terbuka serta bebas dari KKN. 3. Melalui peran masyarakat membantu menciptakan dan/atau mengembangkan kondisi yang kondusif dalam melaksanakan pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme. 4. Meningkatkan mutu pelayanan negara di segala bidang agar setiap warga dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman dan kesejahteraan semakin baik. 5. Membantu menciptakan dan meningkatkan upaya untuk pemberantasan dan pencegahan praktik-praktik maladministrasi. 6. Meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum masyarakat dan supremasi hukum yang berintikan kebenaran serta keadilan., diskriminasi serta KKN. Berdasarkan Undang-undang nomor 37 tahun 2008 tentang ombudsman, dijelaskan bahwa salah satu peranan ombudsman adalah mendorong penyelenggaraan Negara dan pemerintahan yang efektif dan efisien, jujjur, terbuka, bersih serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. 9 Dalam point b dijelaskan bahwa ombudsman juga berperan dalam pembantuan meningkatkan mutu pelayanan negara disegala bidang agar setiap 9 Undang-undang Nomor 37 tahun 2008 tentang Ombudsman Pasal 4 Point b

7 warga negara dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman dan kesejahteraan yang makin baik. 10 Ketika penulis menemui salah satu komisioner ombudsman provinsi riau, dan menanyakan tentang pelaksanaan fungsi ombudsman dalam hal pengawasan pelayanan publik, responden menyatakan bahwa pada dasarnya lembaga ombudsman bersifat pasif, artinya adalah bahwa ombudsman menunggu laporan dari masyarakat yang merasa tidak mendapatkan pelayanan yang baik dari instansi pemerintah ataupun adanya penyimpangan yang dilakukan pemerintah dalam hal pelayanan publik, maka kalau seandainya tidak ada laporan maka tidak bisa dengan serta merta lembaga ombudsman melakukan evaluasi dan melaksanakan pemeriksaan terhadap lembaga publik. 11 Namun dalam kenyataan yang terlihat, bahwa seiring dengan berjalannya waktu yang sudah hampir empat belas tahun sejak ombudsman didirikan pertama kali, masyarakat tidak begitu memahami dan merasakan tentang fungsi ombudsman itu sendiri, Sehinga komisi ombudsman terkesan berjalan di tempat. Salah satu kasus yang sempat dilaporkan kepada ombudsman perwakilan daerah provinsi riau adalah kasus tentang izin mendirikan bangunan, yang salah satu masyarakat merasa disulitkan oleh salah satu oknum yang bekerja di unit pelayanan terpadu kota Pekanbaru, karena selain izin mendirikan bangunan dipersulit, pelayanannya juga tidak ramah dan tidak 10 Undang-undang Nomor 37 tahun 2008 tentang Ombudsman Pasal 4 Point c 11 Wawancara dengan komisioner lembaga Ombudsman Provinsi riau, Bapak Bambang, pada hari Jumat, 29 November 2013

8 prima, sehingga salah satu masyarakat yang bernama Rahman tersebut melaporkan kepada ombudsman perwakilan daerah provinsi riau. 12 Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian untuk menngetahui lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi ombudsman dalam hal pengawasan pelayanan publik di provinsi riau. Berdasarkan latar belakang masalah yeng telah penulis kemukakan diatas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan Judul: PELAKSANAAN FUNGSI OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI RIAU DALAM PENGAWASAN PELAYANAN PUBLIK. B. Batasan Masalah Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penelitian ini maka dalam hal ini perlu adanya pembatasan masalah, adapun masalah yang akan diteliti adalah tentang pelaksanaan fungsi ombudsmaan republik Indonesia perwakilan provinsi riau dalam pengawasan pelayanan publik, serta kendala yang dihadapi oleh ombudsman dalam pelaksanaan pengawasan pelayanan publik di Indonesia C. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut : provinsi Riau. 12 Kasus diambil dari salah satu berkas yang ada di Ombudsman Perwakilan daerah

9 1. Bagaimanakah Pelaksanaan Fungsi Ombudsmaan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Riau Dalam Pengawasan Pelayanan Publik? 2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh Ombudsman Perwakilan Provinsi Riau Dalam Pelaksanaan Pengawasan Pelayanan Publik? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui Pelaksanaan Fungsi Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Riau Dalam Pengawasan Pelayanan Publik. b. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh Ombudsman Perwakilan Provinsi Riau Dalam Pelaksanaan Pengawasan Pelayanan Publik. Adapun kegunaan dari penelitian yang penulis lakukan ini adalah sebagai berikut : a. Untuk menambah wawasan serta dapat berguna dan bermanfaat untuk memberikan masukan bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan dibidang hukum tata negara pada khususnya. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dan masyarakat. E. Kerangka Teori Dalam studi hukum tata negara, khususnya yang berkaitan dengan masalah struktur pemerintah tentang forms of bureaucratic accountability.

10 Pembahasan dalam bidang tersebut dibagi menjadi dua bagian, yakni mengenai internal controls dan external scrutiny. Internal controls dilakukan melalui ministerial direction, formal regulation, competititon between departments, dan professional standards. Sedangkan external scrutiny dilakukan oleh legislature and judiciary, ombudmsmen, dan interest groups and the mass media. 13 Yang dimaksud dengan external scrutiny adalah perluasan dari fungsi pertanggung jawaban para pegawai (negeri) yang bergerak dalam bidang pelayanan umum. Secara tradisional, para birokrat dapat melarikan diri dari pemeriksaan, baik secara politis maupun publik, ketika, sebagaimana di Inggris, para menteri sendiri yang bertanggung jawab terhadap parlemen terhadap tindakan-tindakan para pejabatnya. Para pegawai negeri dapat berlindung di balik baju menterinya. Untungnya, sistem seperti di Inggris ini tidak diterapkan di negara-negara demokrasi liberal lainnya. 14 Dewasa ini, institusi semacam ini juga terdapat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, kehadiran institusi ombudsman muncul hampir bersamaan dengan beberapa lembaga mandiri lainnya. Dalam studi hukum tata negara, timbul permasalahan tentang di manakah seharusnya ia diatur. Beberapa pihak telah mengupayakan pengaturannya dalam perubahan ketiga UUD 1945. Namun demikian, hingga perubahan keempat UUD 1945 disahkan, belum ada satu pasal pun yang mengatur mengenai hal ini. 13 Rod Hague and Martin Harrop, Comparative Government and Politics: An Introduction (New York: Palgrave, 2001). h. 262. 14 Ibid, h.263

11 Ombudsman nasional adalah lembaga pengawasan yang berasaskan pancasila dan bersifat mandiri serta berwenang melakukan klarifikasi, monitoring atau pemeriksaan atas laporan masyarakat mengenai penyelenggaraan negara khususnya oleh penyelenggara negara dalam hal ini pemerintah. Berdasarkan ketentuan inilah, maka kewenangan ombudsman nasional lebih difokuskan kepada masalah pelayanan kepada masyarakat. Dalam bidang peradilan, kewenangan ombudsman dibatasi sepanjang yang terkait dengan bidang administrasi pelayanan, bukan kepada materi putusan pengadilan. Hal ini sesuai dengan prinsip yang dianut oleh lembaga peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman, yaitu : bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. 15 Administrasi pelayanan dalam bidang peradilan antara lain meliputi kapan para pencari keadilan mengetahui perkaranya dapat diperiksa, kecepatan penanganan dan pemeriksaan perkara, biaya perkara yang pasti, penanganan perkara yang tidak berlarut-larut. Apabila seseorang tidak puas dengan keputusan pengadilan, maka pihak korban tidak dapat mengadukan masalahnya ke ombudsman, tetapi sudah tersedia upaya hukum lainnya, yaitu : banding, kasasi dan peninjauan kembali. 16 15 Pasal 24 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. 16 Upaya banding dan kasasi merupakan upaya hukum biasa sedangkan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung merupakan upaya hukum luar biasa karena putusan pengadilan yang dimohonkan peninjauan kembali merupakan putusan yang sudah memperoleh kekuatan hukum tetap, oleh karena utu upaya peninjauan kembali tidak menunda putusan pengadilan sebelumnya.

12 Semua ombudsman di dunia mempunyai kewenangan untuk melakukan penyelidikan terhadap keluhan-keluhan yang berasal dari perorangan. Selain itu kebanyakan ombudsman juga hanya berwenang untuk membuat rekomendasi jika ditemukan penyimpangan-penyimpangan dan tidak bisa mengambil keputusan yang mengikat secara hukum. Namun, ada juga beberapa ombudsman yang diberikan kewenangan lebih besar, yakni kewenangan untuk mengambil keputusan, menuntut dan meneruskan kasus tersebut ke pengadilan untuk diputuskan. Ombudsman Indonesia tidak berwenang untuk membuat atau mengubah undang-undang, meskipun ombudsman mempunyai wewenang untuk merekomendasikan amandemen undang-undang terhadap badan legislative. 17 Lembaga ombudsman tidak perlu memasukkan hak asasi manusia dalam yurisdiksi kewenangannya. Hal ini disebabkan karena sudah ada lembaga sendiri yang menangani masalah hak asasi manusia. 18 Dasar hukum yang mengatur mengenai komisi ombudsman di Indonesia ada 3 (tiga), yaitu : 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2000. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009. Secara harfiah dari segi tata bahasa, kata kontrol berarti pengawasan, pemeriksaan dan pengendalian. George R.Terry memberi arti dari pengawasan 17 Badan legislatif merupakan lembaga tinggi di Indonesia yang berfungsi untuk membuat peraturan perundang-undangan sesuai dengan ketentuan Pasal 20 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 18 Lembaga yang berwenang menangani masalah Hak Asasi Manusia adalah Komnas HAM, Pengadilan HAM, Lembaga Bantuan Hukum (LBH).

13 (control) adalah menentukan apa yang telah dicapai, mengevaluasi dan menerapkan tindakan korektif, jika perlu, memastikan hasil yang sesuai dengan rencana. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan capai. melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut. Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya. Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna pula sebagai: pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan. atau suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi

14 dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya. Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah: a) Mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan; b)menyarankan agar ditekan adanya pemborosan; c) Mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana. F. Metode Penelitian Untuk menjawab permasalahan yang di kemukakan dalam penelitian ini, maka penulis menyusun metode penelitian sebagai berikut : 1. Jenis dan Lokasi Penelitian Jika dilihat dari penelitian ini, penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan atau Field Research, penelitian ini dilakukan di ombudsman perwakilan provinsi riau, jalan Arifin Achmad, kota Pekanbaru, adapun alasan penulis memilih lokasi penelitian di ombudsman perwakilan provinsi riau adalah, karena perwakilan di provinsi riau hanya ada di kota Pekanbaru, selain itu juga dengan semakin lemahnya pelayanan publik serta semakin sedikitnya masyarakat yang mau mengawasi tentang pelayanan publik di provinsi riau. 2. Subjek dan Objek Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah kepala ombudsman perwakilan provinsi riau, dan asisten ombudsman perwakilan provinsi riau sebanyak

15 2 orang, sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan fungsi ombudsman republik Indonesia perwakilan provinsi riau dalam pengawasan pelayanan publik. 3. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang sama. 19 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah komisioner ombudsman provinsi riau. karena populasinya hanya ombudsman provinsi riau, maka penulis gunakan dengan cara sensus. 4. Data dan Sumber Data Data adalah segala keterangan yang disertai dengan bukti atau fakta yang dapat dirumuskan untuk menyusun perumusan, kesimpulan atau kepastian sesuatu. 20 Sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah : a. Bahan Hukum Primer, Bahan hukum primer yang dimaksud yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. 21 Dan merupakan bahan yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini adalah kantor ombudsman provinsi riau, b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder yaitu undang-undang nomor 37 tahun 2008 tentang ombudsman, buku-buku serta literatur yang berkenaan dengan masalah yang diteliti, yaitu buku-buku tentang ombudsman, hasil-hasil 19 Bambang sunggono, Metodologi Penelitian Hukum,. Rajawali Pres, Jakarta. h. 118 20 Yan Pramadya Puspa, kamus Hukum;aneka Ilmu; semarang.1977. h.281 21 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2006, h. 52.

16 penelitian, seminar, lokakarya dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan lembaga negara. c. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung terhadap Bahan hukum sekunder, yaitu yang diperoleh dari internet, media cetak maupun media elektronik. 5. Tekhnik Pengumpulan Data Adapun alat pengumpul data yang digunakan didalam penelitian ini adalah melalui : a. Wawancara yaitu melakukan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan responden atau nara sumber atau informan untuk mendapatkan informasi. 22 Dalam penelitian ini, yaitu dengan cara mempertanyakan langsung kepada komisioner ombudsman provinsi riau tentang fungsi dan kendala dalam pengawasan pelayanan publik b. Studi Pustaka, yaitu metode pengumpulan data digunakan peneliti dalam mencari dan mengumpulkan data-data yang mendukung dan menguatkan penelitian yang diadakan. Metode ini dilakukan dengan mengkaji berbagai literatur yang mendukung dan berkaitan dengan objek penelitian. 22 Ibid,h. 170

17 6. Analisis Data Dalam penelitian ini, langkah yang peneliti lakukan adalah mengumpulkan data dari hasil wawancara dilapangan, yaitu di ombudsman perwakilan provinsi riau yang kemudian dibandingkan dengan undang-undang dan dari buku, literatur serta regulasi, data tersebut kemudian diolah dan seterusnya disajikan dalam bentuk uraian kalimat, selanjutnya peneliti membahas dengan membandingkan dengan peraturan perundang-undangan, buku-buku. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hal yang akan penulis bahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu menguraikan isi penulisan dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan, Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang yang merupakan alasan mengapa penulis mengangkat masalah ini sebagai bahan penelitian, Selain latar belakang, pada bab ini juga berisikan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penelitian, tinjauan teori dan sistematika penulisan. BAB II : Pada bab ini membahas sejarah ombudsman perwakilan provinsi Riau, visi dan misi ombudsman, dan struktur organisasi ombudsman perwakilan provinsi riau. BAB III : Menguraikan pengertian, fungsi, kewenangan, dan perbandingan ombudsman menurut keputusan presiden nomor 44 tahun 2000 dan

18 undang-undang nomor 37 tahun 2008 serta undang-undang nomor 25 tahun 2009. BAB IV : Memaparkan pelaksanaan fungsi ombudsman dalam pengawasan pelayanan publik di Indonesia, meliputi koordinasi dengan lembaga penegak hukum lainnya, angka-angka statistik mengenai investigasi ombudsman terhadap kinerja mutu pelayanan publik, serta mengenai kendala yang dihadapi oleh ombudsman republik Indonesia perwakilan provinsi riau dalam pengawasan pelayanan publik. kedudukan dan efektivitasnya dalam rangka peningkatan pelayanan administrasi. BAB V : Berisi kesimpulan dan saran, bab ini merupakan bab terakhir dalam skripsi ini. Kesimpulan yang dimuat adalah kesimpulan atas hal yang dibahas dan diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Kesimpulan ini merupakan hasil akhir atau jawaban atas rumusan masalah yang telah dipaparkan. Setelah meneliti dan menuangkan dalam tulisan maka penulis mengajukan saran-saran yang merupakan usulan terhadap kekurangan dikesimpulan dan pembahasan, saran ini diharapkan menjadi masukan bagi perkembangan kemajuan hukum tata negara di Indonesia. Saran tersebut juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi akademisi maupun masyarakat bahkan aparatur negara, penegak hukum dan pemerintahan.