PENANAMAN NILAI SOSIAL MATA PELAJARAN IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE DAN EXAMPLES NON EXAMPLES

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL ST DAN TS DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL CS DAN MM

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PBL DAN TPS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

HASIL BELAJAR EKONOMI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE DAN STAD MEMPERHATIKAN MOTIVASI

STUDI KOMPARATIF HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA PENGGUNAAN NHT DAN ST DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN

AKTIVITAS BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL TC DAN MAM MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR

PERBEDAAN MORALITAS SISWA YANG MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DAN PROBLEM SOLVING DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ANTARA PNP DAN ENE DENGAN MEMPERHATIKAN BERPIKIR KRITIS

EFEKTIVITAS KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN PROBLEM POSING DAN PROBLEM SOLVING MEMPERHATIKAN EQ

PERBANDINGAN MORALITAS SISWA MODEL VCT DAN STAD MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP PELAJARAN IPS 1) Oleh

HASIL BELAJAR IPS TERPADU MODEL PBL DAN PJBL DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BELAJAR

HASIL BELAJAR MODEL TALKING STICK DAN MAKE A MATCH MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL TS DAN SD DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN CM, MAM DENGAN MEMPERHATIKAN BENTUK SOAL TERHADAP HASIL BELAJAR

KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI MODEL TIME TOKEN ARENDS DAN JIGSAW PADA PELAJARAN IPS

ANALISIS KOMPARATIF PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING DAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR 1) Oleh

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION DAN MAKE A MATCH. (Artikel Skripsi) Oleh. Muji Aprilia Fitriani

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA MEDIA AUDIO-VISUAL DENGAN MEDIA GRAFIS (JURNAL) Oleh LUSIANA SIMAMORA

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF SCAFFOLDING DAN PBI MEMPERHATIKAN CARA BERPIKIR. (Artikel Skripsi)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA MELALUI MODEL DL DAN PjBL. (Artikel Skripsi) Oleh: DITA WIDIASTUTI

HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA MENGGUNAKAN MODEL TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT 1. Oleh

Evi Aspirani SMAN 1 Mare, jalan Makmur no.1 Kec. Mare, Kabupaten Bone

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

EFEKTIFITAS PRESTASI BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN DEEP DIALOG DAN CERAMAH

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI ANTARA PBL DAN MAM DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BELAJAR

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN OUTDOOR STUDY TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI. (Jurnal) Oleh HAMDA WARA

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP RESUME

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN INQUIRING MINDS WANT TO KNOW TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA, LINGKUNGAN BELAJAR, PEMANFAATAN SARANA TERHADAP HASIL BELAJAR. (Jurnal) Oleh: Pemi Zurriyatina ( )

HASIL BELAJAR IPS TERPADU MODEL TPS DAN TGT DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA N 2 KARANGANYAR

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN GI (Studi Pada SMA NEGERI 14 BandarLampung)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI. Desi Ilva Maryani 1), Pargito 2), Irma Lusi 3)

PERBEDAAN METODE MAKE A MATCH

Sariyani, Purwati Kuswarini, Diana Hernawati ABSTRACT

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN GI DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

Ismarti 1, Raja Rizca Gusfyana 1. Indonesia Abstrak

Oleh: Else Ervina, Buchori Asyik*, Dedy Mizwar** ABSTRACT

HASIL BELAJAR ANTARA MODEL PJBL DAN DL

RENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF MODEL PICTURE AND PICTURE DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMPN 1 TIUMANG KABUPATEN DHARMASRAYA

VETRI YANTI ZAINAL STKIP PGRI

PERBEDAAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DAN MEDIA CHART PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU

MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SAINS FISIKA SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TAMBANG

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN NHT DAN LT DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

HUBUNGAN MINAT BACA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPERIMEN DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN IT

Key words: Influence, model of study, cooperative, type of Two Stay Two Stray, handout

THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS ACHIEVEMENT USING COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TIME TOKEN AND TYPE PLAYING ANSWERS ON THE CONCEPT ECOSYSTEM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 15 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

PENGARUH PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR. (Jurnal) Oleh: Arnold Rama Ardiansyah ( )

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI KELAS X SMA NEGERI 4 PARIAMAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY

WHELLY YULIANA K

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUESTION STUDENT HAVE (QSH) PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 5 TASIKMALAYA JURNAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER DISERTAI MEDIA CARD SORT DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

p-issn: e-issn:

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN LEARNING CELL TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP KENAMPAKAN ALAM

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DADU AKSARA JAWA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA KELAS IV

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE YANG BERBEDA 1. Oleh

HUBUNGAN ANTARA CARA BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel Skripsi) Oleh Imam Basuki

JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE WORD SQUARE DENGAN INDEX CARD MATCH

Laela Ngasarotur Risfiqi Khotimah Partono Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

GERAM (Gerakan Aktif Menulis) P-ISSN Volume 5, Nomor 1, Juni 2017 E-ISSN X

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LISTENING TEAM

THE EFFECT OF VIDEO MEDIA VARIATION TO LEARNING INTEREST OF FOURTH GRADE STUDENT

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA REALIA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA JURNAL. Oleh NUR INDAH KURNIAWATI NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M TARUNA

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2014, Volume 6, Nomor 2

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF MODEL PICTURE AND PICTURE

PENGARUH MINAT, KEMANDIRIAN, DAN SUMBER BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII SMP NEGERI 5 UNGARAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI GENIUS LEARNING DENGAN OPERAN KERTAS IDE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BAITURRAHMAH PADANG

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

RIDA BAKTI PRATIWI K

PENGARUH MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKOSISTEM DI SMA NURUL AMALIYAH TANJUNG MORAWA

JSEE - Vol. III, No. 1 April 2015 ISSN : Jurnal Sains Ekonomi dan Edukasi

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION

MODEL INQUIRY TRAINING DENGAN SETTING KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PERBEDAAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII MENGGUNAKAN METODE TEAM QUIZ DAN COURSE REVIEW HORAY (CRH) DI SMP N 4 WATES JURNAL

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING) MENGGUNAKAN BUKU SAKU TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII MTs USB SAGULUNG BATAM

Keywords: Two Stay Two Stray, Learning Outcomes

Mariani Natalina, Yustini Yusuf dan Desy Rahmayani Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Riau ABSTRACT

PENGARUH GABUNGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER DAN TANYA JAWAB TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI FAKULTAS EKONOMI

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI DENGAN PEMBELAJARAN TPS DAN TS KELAS X SMAN 15 BANDARLAMPUNG (J U R N A L) Oleh TIURMA LAERIS RULLITA.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor, Pemahaman Konsep

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA CD. Ustadiyatun Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta

Fefti Asnia, Jejem Mujamil, M. Hadeli, L (Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sriwijaya)

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: HELMI SUSANTI

*

AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE TERHADAP HASIL BELAJAR. (Jurnal) Oleh YULIANA RIA ARISKA

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI JAMUR DI KELAS X SMK NEGERI 1 RAMBAH TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MENGGUNAKAN TGT DAN JIGSAW DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR

Transkripsi:

PENANAMAN NILAI SOSIAL MATA PELAJARAN IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE DAN EXAMPLES NON EXAMPLES Hayatu Rizki, Eddy Purnomo dan Nurdin Pendidikan Ekonomi PIPS FKIP Unila Jalan Prof. Dr. Soematri Brojonegoro No. 01 Bandar Lampung Abstract: This study aims to determine whether there are differences in the social value of planting Integrated social studies using the model picture and picture examples and non examples with respect to interest in learning. Population of 170 students and a sample of 80 students. The quasi-experimental research methods. Design research is treatment by level design. Cluster sampling technique is random sampling. Data was collected through observation, interviews and questionnaires. Hypothesis testing using two-way analysis of variance formula and the t-test two independent samples. Results showed (1) In the first hypothesis testing is known to have differences in social value teaching students who are taught using the model picture and picture and the students who were taught using the model examples non examples. (2) In the second hypothesis testing known cultivation of social value students who have a high interest in learning who are taught to use picture and picture the model is higher than the model that was taught using examples non examples. (3) In the third hypothesis testing known cultivation of social value students who have a high interest in learning who are taught to use picture and picture the model is higher than the model that was taught using examples non examples. (4) In the fourth hypothesis testing found no interaction between the model of learning with social studies learning interest towards planting Integrated social value. Keywords: social values, PAP, ENE. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan penanaman nilai sosial mata pelajaran IPS Terpadu menggunakan model picture and picture dan examples non examples dengan memperhatikan minat belajar. Populasi berjumlah 170 siswa dan sampel 80 siswa. Metode penelitian yaitu eksperimen semu. Desain penelitian yaitu treatment by level design. Teknik sampling adalah cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan angket. Pengujian hipotesis menggunakan rumus analisis varians dua jalan dan t-test dua sampel independen. Hasil penelitian menunjukkan (1) Pada pengujian hipotesis pertama diketahui ada perbedaan penanaman nilai sosial siswa yang diajar menggunakan model picture and picture dan siswa yang diajar menggunakan model examples non examples. (2) Pada pengujian hipotesis kedua diketahui penanaman nilai sosial siswa yang memiliki

minat belajar tinggi yang diajar menggunakan model picture and picture lebih tinggi dibandingkan yang diajar menggunakan model examples non examples. (3) Pada pengujian hipotesis ketiga diketahui penanaman nilai sosial siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang diajar menggunakan model picture and picture lebih tinggi dibandingkan yang diajar menggunakan model examples non examples. (4) Pada pengujian hipotesis keempat diketahui tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar mata pelajaran IPS Terpadu terhadap penanaman nilai sosial. Kata Kunci : nilai sosial, PAP, ENE. Pendahuluan Di era globalisasi seperti ini, salah satu upaya yang harus dilakukan dalam menghadapi era persaingan bebas adalah dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan merupakan suatu syarat mutlak untuk mempercepat terwujudnya masyarakat yang demokratis, masyarakat yang berdisiplin, masyarakat yang bersatu, penuh toleransi dan pengertian serta dapat bekerja sama. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam pembentukan baik buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2004:79). Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mengemban tugas mempersiapkan SDM yang berkualitas. Sekolah dalam hal ini tidak hanya dibebani untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam hal ranah kognitifnya saja, akan tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. Apalah gunanya seorang siswa yang kemampuan kognitif lebih, tetapi tidak didukung dengan sikap (afektif) dan psikomotor yang baik pula. Dapat terjadi dengan kemampuannya yang tinggi itu justru disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan nilainilai yang berlaku di masyarakat. Sekolah mempunyai peran yang besar dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan kepada peserta didik. Pendidikan nilai tidak sekedar program khusus yang diajarkan melalui mata pelajaran, tetapi mencakup keseluruhan proses pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan nilai berusaha membantu peserta didik untuk menyadari, mengalami nilai-nilai yang berlaku dan diterima secara universal. Nilai-nilai yang perlu ditanamkan dalam diri anak mencakup nilai-nilai yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Misalnya adalah nilai-nilai sosial, kesopanan, toleransi, kehormatan, kejujuran, bertanggung jawab, bekerjasama, beribadah, dan lain sebagainya, perlu mendapatkan perhatian secara khusus di sekolah. Bagaimana sekolah itu mampu untuk menanamkan nilai-nilai tersebut. Ironisnya adalah muatan pendidikan nilai mulai pudar dalam proses pendidikan. Pendidikan hanya sebatas mentransfer knowledge saja, sehingga yang terjadi

adalah pendidikan hanya sebatas mencetak angka-angka saja, tidak membekali dan menanamkan nilai-nilai yang sangat penting untuk keberlangsungan peserta didik di masa yang akan datang. Dewasa ini dunia pendidikan semakin terpuruk karena dianggap gagal mendidik generasi muda Indonesia. Porsi kegagalan terbesar itu adalah model pengajaran yang diterapkan selama ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa selama beberapa dekade ini pendidikan hanya menyuguhkan hafalan dan siswa dianggap sebagai mesin foto kopi yang harus menghafal berlembar-lembar. Siswa tidak diajak untuk berpikir dan bagaimana berpikir untuk mengembangkan hidup. Pendidikan kurang menyentuh pada pembentukan watak dan moralitas seseorang sehingga yang muncul adalah dehumanisasi dan dekadensi moral. Lepas dari faktor penyebab kegagalan, guru memegang peranan penting dalam hal sukses tidaknya proses pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dicapai siswa. Berdasarakan hasil wawancara dengan guru, secara umum proses pembelajaran di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung tidak jauh berbeda dengan proses pembelajaran di sekolah-sekolah lainnya, yaitu menggunakan metode ceramah. Sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa, yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini terpusat, sehingga menghasilkan komunikasi yang searah, yaitu proses penyampaian informasi dari pengajar kepada peserta didik, membuat aktivitas siswa kurang sehingga siswa cenderung lebih cepat bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini juga terjadi pada proses pembelajaran IPS Terpadu, akibatnya proses penanaman nilai-nilai sosial yang terkandung di dalamnya kurang tersampaikan. Penanaman nilai-nilai dalam pembelajaran IPS Terpadu masih bersifat hidden (tersembunyi). Hal ini dibuktikan dari sejumlah wawancara dengan para guru IPS Terpadu yang semua menyatakan selalu menyisipkan pesan-pesan penting dalam pembelajaran sebagai upaya penanaman nilai-nilai positif bagi peserta didik. Penggunaaan media pembelajaran juga belum optimal sebagai salah satu sarana penanaman nilai. Sebagian penyebabnya adalah belum optimalnya para guru mengembangkan media pembelajaran IPS Terpadu yang menantang. Penyebab lain adalah belum lengkapnya sarana dan prasarana yang mendukung penggunaan media pembelajaran IPS Terpadu. Idealnya penggunaan media pembelajaran IPS Terpadu kreatif dapat dilakukan dengan membuat variasi media sederhana namun menantang peserta didik untuk menggali nilai-nilai. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan para guru juga telah menunjukkan adanya upaya menilai nilai-nilai atau afeksi peserta didik. Namun hal ini juga belum optimal. Idealnya para guru dapat mengembangkan penilaian yang lengkap dengan melaksanakan rencana pembelajaran yang lengkap. Tetapi dari pengamatan para guru bahwa penanaman nilai-nilai tersebut dirasakan ada hasilnya. Walaupun tidak menunjukkan ukuran secara pasti, para guru menyebutkan contoh-contoh misalnya dalam bersikap, bergaul, dan kreativitas para siswa menunjukkan pentingnya penanaman nilai dalam pembelajaran IPS.

Penanaman niai sosial pada mata pelajaran IPS Terpadu yang rendah menunjukkan bahwa proses pembelajaran di SMP Muhammdiyah 3 Bandar Lampung kurang efektif. Salah satu penyebab terjadinya diduga karena kurang tepatnya guru memilih model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa dan secara tepat dapat menanamkan nilai-nilai sosial pada siswa. Sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang kemudian berdampak pada keberhasilan penanaman nilai-nilai sosial pada mata pelajaran IPS Terpadu adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif banyak jenisnya. Hal ini lebih memudahkan guru untuk memilih tipe yang paling sesuai dengan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, suasana kelas, sarana yang dimilki dan kondisi internal peserta didik seperti minat belajar siswa. Model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu picture and picture dan example non examples. Model pembelajaran picture and picture adalah suatu model pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Dalam operasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa jadi di urutkan menjadi urutan yang logis. Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media picture and picture turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian siswa dalam proses belajar mengajar, karena pada dasarnya media mempunyai dua fungsi utama yaitu media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar bagi siswa (Djamarah, 2002:137). Model pembelajarn kooperatif tipe examples non examples merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran. Menggunakan gambaran-gambaran visual mempengaruhi pembelajaran konsep dan mendukung pepatah lama yang mengatakan bahwa a picture is worth a thousand words (Arends, 2008;334). Example non-example adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Guru meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai konsep yang ada. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example, diharapkan akan memberikan kesempatan untuk menemukan konsep pelajarannya dan mendorong siswa menuju pemahaman yang lebih mendalam mengenai materi yang ada. Slameto (2003:57) mengatakan bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasaan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Agar siswa memiliki minat untuk belajar, guru harus berusaha membangkitkan minat siswa agar proses belajar mengajar yang efektif tercipta di dalam kelas dan siswa mencapai suatu tujuan sebagai hasil dari belajarnya Minat belajar yang telah dimilki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang memiliki minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka terus berusaha untuk

melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut (1) untuk mengetahui ada perbedaan penanaman nilai sosial pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture dan siswa yang diajar dengan menggunakan model examples non examples; (2) untuk mengetahui keefektifan pembelajaran picture and picture dibandingkan pembelajaran examples non examples dalam penanaman nilai sosial pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa yang memiliki minat belajar rendah; (3) untuk engetahui keefektifan pembelajaran picture and picture dibandingkan pembelajaran examples non examples dalam penanaman nilai sosial pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa yang memiliki minat belajar tinggi; (4) untuk mengetahui interaksi antara model pemebelajaran kooperatif dengan minat belajar mata pelajaraan IPS Terpadu terhadap penanaman nilai sosial. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif. Penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat (Sugiyono, 2005:7). Pendekatan komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan (Sugiyono, 2005:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 4 kelas sebanyak 170 siswa. ). Sampel penelitian ini diambil dari populasi sebanyak 4 kelas, yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, dan VIII D. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik clutser random sampling. Dari hasil teknik cluster random sampling, diperoleh kelas VIII A dan VIII B sebagai sampel, kemudian kedua kelas tersebut diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil undian diperoleh kelas VIII A sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model picture and picture dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol yang menggunakan model examples non examples. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 80 orang siswa yang tersebar ke dalam 2 kelas yaitu kelas VIII A sebanyak 40 siswa dan kelas VIII B sebanyak 40 siswa. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian Data yang diperoleh berupa nilai angket dan observasi yang kemudian diambil rata-ratanya dan diperoleh nilai siswa dari masing-masing metode dari nilai terendah sampai nilai tertinggi. Dicari rentang dan panjang kelas untuk ditransformasikan ke dalam bentuk data distribusi frekuensi hasil belajar siswa. Berikut ini adalah hasil penelitiannya: (1) Pada pengujian hipotesis pertama

diperoleh F hitung 14.584 > F tabel 4,05, maka hipotesis diterima, sehingga ada perbedaan penanaman nilai sosial antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran picture and picture dan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran examples non examples. (2) Pada pengujian hipotesis kedua diperoleh F hitung 2.443 < F tabel 4,05, maka hipotesis diterima, sehingga penanaman nilai sosial siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang diajar menggunakan model picture and picture lebih tinggi dibandingkan yang diajar menggunakan model examples non examples. (3) Pada pengujian hipotesis ketiga diperoleh t hitung 1.629 < t tabel 2,07, maka hipotesis ditolak, sehingga penanaman nilai sosial siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang diajar menggunakan model picture and picture lebih tinggi dibandingkan yang diajar menggunakan model examples non examples. (4) Pada pengujian hipotesis keempat diperoleh 2.443 < F tabel 4,05, maka hipotesis ditolak, sehingga tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar mata pelajaran IPS Terpadu terhadap penanaman nilai sosial. Pembahasan Berdasarkan uji persyaratan statistik data SPSS hasil observasi penanaman nilai sosial siswa dengan uji normalitas liliefoers didapat bahwa sampel menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dan examples non examples berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Kemudian uji persyaratan homogenitas memiliki varian yang sama. Setelah uji persyaratan dilakukan maka dilanjutkan dengan menguji hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis 1 dan 4 menggunakan rumus varian dua jalan dan pengujian hipotesis 2 dan 3 menggunakan rumus t-test dua sampel independen. 1. Ada Perbedaan Penanaman Nilai Sosial Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Picture And Picture dan Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Examples Non Examples Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil observasi penanaman nilai sosial siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil observasi penanaman nilai sosial pada kelas kontrol. Dengan kata lain bahwa perbedaan hasil observasi penanaman nilai sosial terjadi karena adanya penggunaan metode pembelajaran yang berbeda untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Lebih tingginya hasil observasi penanaman nilai sosial kelas eksperimen dengan kelas kontrol dapat dibuktikan melalui uji hipotesis pertama, ternyata H 0 ditolak dan H a diterima dengan menggunakan rumus analisis varians dua jalan. Dengan demikian, ada perbedaan hasil observasi penanaman nilai sosial siswa antara yang diajar menggunakan model pembelajaran picture and picture dan antara yang diajar menggunakan model pembelajaran example non examples. Hal ini sejalan dengan Widya Kurniasari (2010) dalam penelitiannya yang mengenai Penerapan Pembelajaran Konstruktivistik Dengan Model Picture And Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Ekonomi Peserta Didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran konstruktivisitik dengan

model picture and picture dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik aspek kognitif dan afektif. Hasil belajar aspek afektif dengan observasi menunjukkan persentase rata-rata nilai afektif pada siklus I sebesar 75,3% dan mengalami peningkatan menjadi 88,2% pada siklus II. Sedangkan persentase ratarata nilai afektif pada siklus I sebesar 75,3% dan mengalami peningkatan menjadi 88,14% pada siklus II. Respon peserta didik terhadap pembelajaran konstruktivistik dengan model picture and picture baik. Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Keduanya diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif namun berbeda tipe. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran koopertaif tipe example non examples. Pembelajaran kooperatif menurut Lie (2004:12) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dalam tugas-tugas yang terstruktur dengan guru bertindak sebagai fasilitator. Perbedaan kedua tipe tersebut adalah picture and picture tidak dilakukan pengelompokkan, sedangkan example non examples siswa dikelompokkan dalam proses pembelajarannya. Model picture and picture menekankan tanggung jawab individu dalam hal penanaman konsep pada proses belajar mengajar, sedangkan model examples non examples lebih menekankan pada kerja sama kelompok dan interaksi kelompok. Kedua model pembelajaran ini memiliki langkah-langkah yang berbeda. Model kooperatif picture and picture guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Kemudian guru memberikan materi pengantar sebelum kegiatan. Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Selanjutnya guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan materi). Dalam proses penyajian materi, guru mengajak siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan oleh guru atau oleh temannya dan guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan gambar-gambar yang ada. Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan urutan gambar dan dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Sedangkan model pembelajaran examples non examples, guru menggunakan gambar tulisan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan menempelkan gambar atau tulisan atau ditayangkan melalui proyektor. Selanjutnya guru memberi petunjuk pada peserta didik untuk memperhatikan atau menganalisis. Guru membagi siswa ke dalam kelompok 2-3 orang siswa kemudian mendiskusikan gambar yang ditayangkan, dari hasil analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya dan guru menjelaskan materi sesuai tujuan yang dicapai. Dari uraian di atas terdapat karakteristik yang berbeda antara kedua model pembelajaran, sehingga adanya perbedaan hasil observasi penanaman nilai sosial

siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dan examples non examples. Yang mana model picture and picture lebih menekankan kepada tanggung jawab pribadi siswa dan mendorong siswa untuk dapat memahami materi yang disampaikan. Dengan model picture and picture kegiatan penanaman nilai sosial yang dilakukan lebih baik, karena pada proses pembelajaran siswa ikut berperan aktif dengan menganalisis gambar-gambar yang bermuatan sosial untuk dapat diurutkan secara logis. Siswa terpacu ntuk berpikir kritis dan logis terkait dengan materi yang disampaikan. Menurut Von Glaserfield dalam Mikasa 2007 (http/repository.library.uksw.edu/handle/123456789/1350) pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari pikiran seseorang yang sudah punya pengetahuan (guru) kepada pikiran orang lain yang belum memiliki pengetahuan (siswa) siswalah yang menginterpretasikan dan mengkostruksikan pemindahan pengetahuan tersebut berdasar pengalaman yang mereka miliki masing-masing. Karena itulah pembelajaran kooperatif model picture and picture merupakan model yang tepat digunakan untuk meningkatakan kemampuan siswa, dalam hal ini hasil belajar ranah afektif yaitu penanaman nilai sosial. 2. Penanaman Nilai Sosial Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Siswa Yang Memiliki Minat Belajar Rendah Yang Pembelajarannya Menggunakan Model Picture And Picture Lebih Tinggi Dibandingkan Yang Pembelajarannya Menggunakan Model Examples Non Examples Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil observasi penanaman nilai sosial siswa yang memiliki minat belajar rendah pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dibuktikan melalui uji hipotesis kedua, ternyata H 0 ditolak dan H a diterima dengan menggunakan rumus t-test separated varians. Dengan demikian hasil observasi penanaman nilai sosial siswa yang memiliki minat belajar rendah yang diajar menggunakan model pembelajaran picture and picture lebih tinggi dengan yang diajar menggunakan model pembelajaran example non examples. Proses pembelajaran kooperatif tipe examples non examples terdapat pembagian kelompok yang terdiri dari 2-3 orang siswa. Sehingga siswa yang memilki minat belajar tinggi akan lebih aktif mendominasi diskusi dan cenderung mengontrol jalannya diskusi, sedangkan siswa yang memiliki minat belajar rendah akan lebih banyak diam dan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi. Pada model pembelajaran picture and picture terdapat penunjukkan oleh guru yang mampu membuat siswa untuk berusaha memahami materi dan mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh, karena dengan model pembelajaran picture and picture ini siswa tidak bisa bergantung pada teman yang lainnya sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab belajar pada diri siswa. Oleh karena itu siswa yang memiliki minat belajar rendah akan termotivasi untuk mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh. Dan siswa tersebut harus mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru karena siswa tersebut tidak dapat

mengandalkan temannya karena jika guru memanggil secar acak dan yang dipanggil maka ia sendirilah yang menjawab pertanyaan. Hal ini sejalan dengan apa yang dungkapakan oleh Djamarah (2002,137) bahwa dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media picture asnd picture turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian siswa dalam PBM. Dengan menggunakan picture and picture siswa mampu meningkatkan pemahamannya, hal ini dikarenakan pembelajaran yang siswa terima berbeda dari dari pembelajaran yang selama ini siswa terima Sebagaimana menurut Herdian (2009), pembelajaran kooperatif picture and picture mengandung unsur permainan yang dapat menggairahkan semangat dan minat belajar siswa sehingga melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yang terjadi. Hal ini juga terlihat pada rata-rata hasil belajar mereka yang meningkat, pada kelas eksperimen atau kelas yang menggunakan model pembelajaran picture and picture, yang memilki minat rendah nilai rata-rata mereka 98,83 sedangkan kelas kelas yang menggunakan model pembelajaran examples non examples pada kelas kontrol nilai rata-ratanya lebih rendah yaitu 84,75. Ini karena pada kelas yang menggunakan model pembelajaran picture and picture lebih menyenangkan dan menarik dibandingkan kelas yang menggunakan model pembelajaran examples non examples. Sehingga hasil observasi penanaman nilai sosial siswa yang mempunyai minat belajar rendah yang pembelajarannya menggunakan picture and picture lebih tinggi dibandingkan examples non examples. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Fatma Rosa (2011) jika minat belajar siswa baik, siswa akan terdorong untuk aktif belajar maka hasil belajar yang diperoleh pun tinggi sebaliknya apabila minat belajar rendah hasil belajar pun ikut rendah. 3. Penanaman Nilai Sosial Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi yang Pembelajarannya Menggunakan Model Picture And Picture Lebih Tinggi Dibandingkan yang Pembelajarannya Menggunakan Model Examples Non Examples Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil observasi penanaman nilai sosial pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dengan pengujian hipotesis ketiga ternyata H 0 diterima dan H a ditolak, dengan rumus t-test separated varians.sehingga dapat disimpulkan hasil observasi penanaman nilai sosial yang memiliki minat belajar tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran picture and picture lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran examples non examples. Dibuktikan juga dengan rata-rata hasil observasi penanaman nilai sosial siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran picture and picture yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik sedangkan pada kelas yang menggunakan model pembelajaran examples non examples yang juga memiliki minat belajar tinggi rata-rata hasil observasi penanaman nilai sosialnya sedikit dibawah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran picture and picture.

Menerapkan model pembelajaran apapun pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi tidaklah sulit karena siswa tersebut mudah memahami materi. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003:57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi, minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasaan. Begitu pula dengan diterapkan model pembelajaran picture and picture.maupun examples non examples, sama-sama dapat meningkatkan hasil belajar dalam hal ini hasil belajar afektif yakni penanaman nilai sosial, namun pada model picture and picture hasil penanaman nilai sosial siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan dengan examples non examples. Pada pembelajaran examples non examples walaupun siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan mampu mengungkapkan pendapatnya namun mereka tidak menyadari bahwa siswa yang memilki minat belajar rendah sebenarnya lebih memahami materi. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang pembelajarannya menggunakan picture and picture minat belajar tinggi lebih memahami materi dan memotivasi temannya yang lain untuk dapar menyusun gambar menjadi urutan logis dan dapat menjawab pertanyaan dari guru. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan juga tampilan gambar yang menarik membuat motivasi dan pemahaman siswa menjadi meningkat sehingga daya serap siswa baik terhadap materi maupun penanaman nilai sosial yang terkandung didalamnya menjadi baik. Sesuai dengan pendapat Arsyad (2004) penampilan gambar yang menarik dan jelas dapat membangkitkan keinginan dan minat baru serta membangkitkan motivasi dan gairah belajar. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa dengan penggunaan metode picture and picture siswa mampu memahami gambar dengan konsep materi yang diajarkan dan siswa mudah dalam memahami materi sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Sejalan dengan penelitian Mariani Natalina (2010) yang menyatakan bahwa dengan adanya penyusunan gambar yang dilakukan sendiri oleh siswa, maka siswa akan mudah memahami dan mengingat gambar yang berkaitan dengan materi. Sehingga baik siswa yang memiliki minat rendah maupun tinggi akan tertarik dengan pembelajaran dikarena model pembelajaran picture and picture ini mangandung unsure permainan didalamnya yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. 4. Tidak Ada Interaksi Antara Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Minat Belajar Mata Pelajaran IPS Terpadu Terhadap Penanaman Nilai Sosial Berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis kedua diperoleh hasil penanaman nilai sosial pada siswa yang memiliki minat belajar rendah yang pembelajarannya menggunakan model picture and picture lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model examples non examples. Pada pengujian hipotesis ketiga diperoleh hasil penanaman nilai sosial pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang pembelajarannya menggunakan model model picture and picture lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya

menggunakan model examples non examples. Hal ini menunjukkan bahwa pada hipotesis kedua Ha diterima, sedangkan pada hipotesis ketiga Ha ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar mata pelajaran IPS Terpadu terhadap penanaman nilai sosial siswa. Hal ini dibuktikan dengan pengujian hipotesis keempatmenunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, dengan rumus analisis varian dua jalan diperoleh F hitung 2.443 < F tabel 4,05 dengan kriteria pengujian hipotesis tolak Ho jika F hitung > F tabel. Tidak adanya interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap penanaman nilai sosial salah satunya dikarenakan minat belajar siswa yang cenderung rendah terhadap salah satu model yang digunakan yaitu model examples non examples. Struktur kegiatan pembelajaran yang berbeda dengan model picture and picture dan penggunaan bahan belajar yang tidak sesuai dengan minat siswa menjadi kendala tersendiri untuk dapat meningkatkan minat siswa. Dalam pembelajaran picture and picture terdapat unsur permainan yang dapat menarik perhatian siswa. Bahan belajar yang sesuai yang ditampilkan melalui media gambar pun membuat siswa menyimpan ketertarikan lebih dalam pembelajaran tersebut. Hal ini diperkuat oleh pendapat Slameto (2003:57) yang mengatakan bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasaan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Seperti yang diketahui minat dapat muncul karena beberapa hal antara lain karena kebutuhan atau kemauan untuk dapat menghasilkan sesuatu hal yang baik. Demikian pula halnya dengan minat terhadap pelajaran IPS Terpadu dapat muncul karena siswa tertarik untuk mempelajarinya sesuai dengan kebutuhan atau merasakan bahwa pelajaran IPS Terpadu yang dipelajarinya dirasa bermakna bagi dirinya. Agar siswa memiliki minat untuk belajar, guru harus berusaha membangkitkan minat siswa agar proses belajar mengajar yang efektif tercipta di dalam kelas dan siswa mencapai suatu tujuan sebagai hasil dari belajarnya. Salah satunya dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat dengan materi yang akan disampaikan dan menyiapkan bahan belajar yang sesuai dengan materi dan lingkungan siswa. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan penanaman nilai sosial pada mata pelajaran ips terpadu antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture dan siswa yang diajar dengan menggunakan model examples non examples.

2. Penanaman nilai sosial pada mata pelajaran ips terpadu siswa yang memiliki minat belajar rendah yang pembelajarannya menggunakan model picture and picture lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model examples non examples. 3. Penanaman nilai sosial pada mata pelajaran ips terpadu siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang pembelajarannya menggunakan model picture and picture lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model examples non examples 4. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar mata pelajaran ips terpadu terhadap penanaman nilai sosial.

DAFTAR PUSTAKA Arends, R. 2008. Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar). Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara Herdian. 2009. Model Pembelajaran Picture And Picture. http://herdy07.wordpress.com/2009/04/29 /model-pembelajaran-picture andpicture. diakses pada 15 Maret 2013, 14.25. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatf, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Kurniasari, Widya. 2010. Penerapan Pembelajaran Konstruktivistik Dengan Model Picture And Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Ekonomi Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 1 Tulungagung. Skripsi, Jurusan Ekonomi Pembangunan Program Studi S1 Pendidikan Ekonomi FE Universitas Negeri Malang Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Mariani Natalina. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Picture And Picture Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Ukui Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. FKIP Universitas Riau. http/repository.library.uksw.edu/handle/123456789/1350 diakse pada 20 Maret 2013, 19.50