PEMANFAATAN BIOMASSA KERING (KAYU) SEBAGAI BAHAN BAKAR UNTUK MENGUJI KERJA PROTOTYPE KOMPOR BIOMASSA

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

KOMPOR BIOMASSA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR KAYU CENGKEH (SYZYGIUM AROMATICUM (L.) MERR) SEBAGAI SUMBER ENERGI

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

PENGARUH LUBANG SALURAN PEMBAKARAN PADA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

PENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU

BAB II LANDASAN TEORI

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data

TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMPOR BRIKET BIOMASS UNTUK LIMBAH KOPI

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

PENGARUH PEMANASAN AWAL UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

KOMPOR BATOK KELAPA BERTEKANAN

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR BIOETANOL TIPE SIDE BURNER DENGAN VARIASI DIAMETER FIREWALL 3 INCI DAN 2.5 INCI

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Kinerja Kompor Gasifikasi Turbo Stove

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

BAB I PENDAHULUAN. disegala aspek kehidupan manusia. Untuk itu pengaplikasian ilmu pengetahuan

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

PEMANFAATAN KOTORAN AYAM DENGAN CAMPURAN CANGKANG KARET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

Laju Pendidihan. Grafik kecepatan Pendidihan. M.Sumbu 18. M.Sumbu 24. Temperatur ( C) E.Sebaris 3 inch. E.Susun 3 inch. E.Sususn 2 inch.

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk yang. sangat tinggi membuat kebutuhan bahan bakar fosil semakin

9/17/ KALOR 1

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI DIAMETER BURNER

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

BAB II LANDASAN TEORI

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

PENGARUH DISTRIBUSI UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT CONTINUE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

STUDI MUTU BRIKET ARANG DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH BIOMASSA

SKRIPSI ANALISA ENERGI PADA SISTEM PENGERING ANYAMAN ATA BERBAHAN BAKAR BRIKET SABUT KELAPA DENGAN MEMVARIASIKAN TIPE RAK PENGERING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Eksperimen Distribusi Temperatur Nyala Api Kompor Bioetanol Tipe Side Burner dengan Variasi Diameter Firewall

Pengembangan Desain dan Konstruksi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Sekam Padi

Xpedia Fisika. Kapita Selekta Set Energi kinetik rata-rata dari molekul dalam sauatu bahan paling dekat berhubungan dengan

Journal of Technical Engineering: Piston, Vol. 1, No. 1, Hal , Pengaruh Dimensi Kompor Biomasa Terhadap Performansinya

BAB 4 HASIL & ANALISIS

PENGHEMAT BAHAN BAKAR PADA KOMPOR GAS RUMAH TANGGA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

Pengembangan Desain dan Pengoperasian Alat Produksi Gas Metana Dari pembakaran Sampah Organik

PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MINYAK CENGKEH PADA SISTEM PENYULINGAN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BED TERHADAP SYNGAS YANG DIHASILKAN BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

RANCANG BANGUN TUNGKU PORTABLE BAHAN BAKAR BATUBARA YANG AMAN UNTUK KESEHATAN PEMAKAINYA 1

Studi Eksperimen Konversi Biomassa menjadi SynGas Pada Reaktor Bubbling Fluidized Bed Gasifier

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU DENGAN CARA MENINGKATKAN LUAS AREA API SEKUNDER

Arang Tempurung Kelapa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

STUDI VARIASI KOMPOSISI BAHAN PENYUSUN BRIKET DARI KOTORAN SAPI DAN LIMBAH PERTANIAN. Santosa, Mislaini R., dan Swara Pratiwi Anugrah

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI)

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap individu untuk ikut serta di dalamnya, sehingga sumber daya

PENGEMBANGAN DISAIN TUNGKU BAHAN BAKAR KAYU RENDAH POLUSI DENGAN MENGGUNAKAN DINDING BETON SEMEN

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALatihan Soal 9.3

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Energi alternatif yang dapat diperbarui salah satunya adalah. pengolahan sampah organik. Di Indonesia sering sekali kita jumpai

Bab III Rancangan dan Prosedur Percobaan

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan. tak berharga. Seperti sampah organik yang banyak di pedesaan, meski

BAB I PENDAHULUAN. krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan. Sekarang ini masih banyak digunakan bakan bakar fosil atau bahan

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

EFEK PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP SIFAT MEKANIK BRIKET DARI TEMPURUNG KELAPA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4-langkah

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH DEDAUNAN

PERBANDINGAN BIDANG API ISOTHERMAL KOMPOR ENGKEL DINDING API TUNGGAL DAN DINDING API GANDA BERBAHAN BAKAR BIOETHANOL

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

BAB I PENDAHULUAN. Sampah menjadi masalah bagi sebagian besar masyarakat. indonesia, di daerah perdesaan banyak sekali sampah organik kebun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat masih. mengandalkan bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Transkripsi:

Buana Sains Vol 12 No 1: 75-82, 2012 75 PEMANFAATAN BIOMASSA KERING (KAYU) SEBAGAI BAHAN BAKAR UNTUK MENGUJI KERJA PROTOTYPE KOMPOR BIOMASSA C. F. Mamuaja dan L. Y. Hunta Universitas Sam Ratulangi, Manado Absract The aims of this study were to evaluate prototype biomass stove by using wood fuel (dry biomass), to account number of wood fuel used to boil water, time for boil, fire of temperature, water temperature, pan temperature, hot energy and water heating efficiency. Descriptive analysis was used to evaluate prototype biomass stove by using wood fuel about 1 kg with three replicates. The evaluation showed that by using wood fuel process water boiled faster than that using fuel. To make water boiled only needed 6 minutes using 93 g of wood fuel while fire temperature was 792 C. To boil water about 2 liter using stove biomass needed 6 minutes using total fuel of 92,87 g. Fire temperature observed was 792 C, where pan wall temperature was 256 C and water temperature was 105 C. Total heat energy used to boil water was: 7336,73 cal; 2507,49 cal and 1578,79 cal. Efficieny of water heat that was calculated from water boil process by using stove biomass was 38,5%. Prototype stove biomassa needed smaller hole out of fire to make flame not so high, and adding hole of wind in side of fuel tube to make air aeration better and to control equipment volume fuel. Key words: prototype biomass stove, wood fuel, water heat efficiency Pendahuluan Meningkatnya harga minyak bumi dan kesadaran manusia akan semakin menipisnya cadangan minyak bumi, maka usaha-usaha mencari dan mengembangkan energi alternatif baru terus dilakukan, terutama pemenuhan kebutuhan energi untuk rumah tangga yaitu minyak tanah. Usaha pemerintah untuk mengganti minyak tanah dengan elpiji mengalami hambatan karena masyarakat belum terbiasa dengan penggunaan elpiji. Selain itu masyarakat merasa takut karena berita di media cetak maupun media elektronik di beberapa daerah, bahkan di daerah Sulawsi Utara sendiri masyarakat merasa takut akibat tangki elpiji sering bocor dan meledak. Akibatnya sampai saat ini usaha mencari dan mengembangkan penggunaan energi baru terus dilakukan. Salah satu sumber energi yang dapat dikembangkan dan keamanannya terjamin adalah pemanfaatan energi biomassa. Energi biomassa bersumber dari pembakaran selulosa kayu bakar tumbuhan atau tanaman yang sudah dikeringkan. Jenis-jenis biomassa yang banyak digunakan masyarakat sampai saat ini antara lain: batang, cabang, ranting pepohonan, sabut kelapa, tempurung kelapa, arang tempurung dan lain-lain. Krisis energi yang terjadi di seluruh dunia akhir-akhir ini telah membuat

76 banyak negara sibuk mencari sumber energi alternatif selain sumber energi fosil (gas, minyak bumi dan batubara). Salah satu sumber energi yang sudah dimanfaatkan umat manusia dari jaman prasejarah adalah kayu bakar, sampai sekarang pun energi kayu bakar masih banyak dimanfaakan, baik oleh masyarakat miskin di negara berkembang maupun masyarakat modern di negara maju (Anonymous, 2011a) Penggunaan biomassa dalam bentuk kayu bakar sebagai sumber energi sudah lama dilakukan orang tetapi penggunaan bahan bakar ini berdampak pada penambahan emisi karbon dalam atmosfir dan pemanasan global karena hasil pembakaran energi biomassa selain melepaskan energi juga melepaskan karbondioksida dalam bentuk asap. Disamping itu dapat menyebabkan lingkungan pemukiman terganggu. Untuk meminimalisasi asap hasil pembakaran maka dibutuhkan kompor biomassa yang membakar biomassa dengan hasil pembakaran tidak berasap atau sedikit asap. Kompor yang dibuat berdasarkan prinsip-prinsip kompor minyak tanah yang menggunakan sumbu atau kompor ini merupakan modifikasi dari kompor minyak tanah. Kompor biomassa dapat menghemat devisa negara karena subsidi bahan bakar minyak tanah diambil dari devisa negara. BPPT tahun 2004 melaporkan subsidi bahan bakar minyak tanah sebesar Rp 2.260/L. Selanjutnya (Anonymous, 2008) melaporkan bahwa penggunaan minyak tanah yang disubstitusi dengan biomassa menghemat subsidi bahan bakar sebesar Rp 2.474.700/tahun/rumah tangga. Sumber bahan baku energi biomassa tersedia banyak di sekitar pemukiman terlebih di pedesaan. Biomassa ini dapat diambil di sekitar rumah tinggal atau kebun, dikeringkan kemudian dipotongpotong. Sumber energi biomassa merupakan sumber energi terbarukan karena berasal dari tanaman atau pepohonan yang tumbuh liar di kebun. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menguji kinerja dari kompor biomassa yang dimodifikasi dengan menggunakan bahan bakar kayu (biomassa kering), (2) menghitung banyaknya bahan bakar yang digunakan untuk mendidihkan air, lama waktu mendidihkan air, suhu api, suhu air dan suhu panci saat pendidihan air, (3) menghitung laju pindah panas dan (4) menghitung efisiensi pemanasan air menggunakan kompor biomassa dengan bahan bakar kayu kering. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan dan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado. Alat yang digunakan meliputi kompor biomassa, panci, stop watch, jam tangan, korek api, termokopel, gelas ukur, penutup botol aqua dan alat tulis menulis. Bahan penelitian adalah kayu bakar, minyak tanah dan air. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan menguji kerja kompor biomassa yang menggunakan bahan bakar biomassa kering. Pembuatan kompor biomassa dilakukan di salah satu bengkel di Tikala Kumaraka Kecamatan Wenang (Gambar 1 dan 2). Prosedur penelitian adalah: 1. Persiapan alat-alat 2. Penyiapan biomassa (kayu) yang diambil dari Tinoor 3. Pengukuran kadar air dilakukan di Laboratorim Teknologi Pangan 4. Bahan bakar dipotong-potong dengan menggunakan gergaji 5. Timbang bahan bakar (kayu) sebanyak 1 kg 6. Masukkan bahan bakar yang sudah ditimbang ke dalam kompor biomassa

77 7. Ukur air dengan gelas ukur sebanyak 2 L kemudian ditimbang 8. Masukkan ke dalam panci 9. Siram bahan bakar kayu dengan minyak tanah sebanyak 3 tutup penuh botol aqua 10. Nyalakan bahan bakar kayu dengan korek api 11. Biarkan bahan bakar menyala sampai konstan 12. Setelah nyala api dianggap konstan, ukur suhu nyala api dengan menggunakan termokopel 13. Panci yang berisi air 2 L diangkat kemudian diletakkan di atas kompor 14. Bersamaan dengan itu stop watch ditekan 15. Pengambilan data dilakukan dengan meletakkan ujung sensor termokopel di api, di dinding panci dan di air Variabel yang di amati dan dihitung adalah: 1. Waktu pemanasan yaitu berapa waktu yang diperlukan untuk mendidihkan air 2 L 2. Peningkatan suhu api 3. Peningkatan suhu dinding panci 4. Peningkatan suhu air 5. Penggunaan bahan bakar 6. Penggunaan energi panas 7. Efisiensi pemanasan air Gambar 1 dan 2. Kompor biomassa yang dimodifikasi

78 Hasil dan Pembahasan Spesifikasi kompor biomassa Bahan bakar yang digunakan adalah biomassa kering (kayu). Tempat bahan bakar selain berfungsi sebagai tempat menaruh biomassa kering, juga sebagai tempat nyala api proses pindah panas. Proses pindah panas terdiri atas nyala api yang sudah konstan yang teradiasi ke panci alumunium. Sentuhan nyala api dengan panci di bagian dasar dan samping merupakan pindah panas radiasi. Dikatakan pindah panas radiasi karena nyala api melewati ruang kosong kemudian menyentuh dinding bagian luar dari panci alimunium. Setelah itu menyebabkan terjadinya proses pindah panas radiasi dimana panas dari nyala api kompor di terima oleh dinding bagian luar dari panci alumunium. Hasil pengamatan khusus untuk nyala api di awal proses pindah panas khususnya menit-menit awal nyala api sebagian membungkus/menyentuh dinding bagian luar panci tetapi di menit ke-4 nyala api dari bahan bakar kayu bakar kering hanya menyentuh bagian dasar/bawah dari panci yang berdiameter 22 cm atau berjari-jari 11 cm. Pindah panas kemudian berlanjut pada pindah panas konduksi dimana dinding bagian luar panci dengan ketebalan 2 mm terkonduksi panas ke arah permukaan bagian dalam panci. Dikatakan konduksi karena panas dari bagian luar panci merambat ke dalam tumbukan atau molekul dari panci dimana tumbukan tersebut bergerak terbatas tetapi cukup untuk menimbulkan panas dari permukaan bagian luar panci ke permukaan bagian dalam panci. Di asumsikan bahwa laju pindah panas konduksi pada panci alumunium di tentukan oleh jenis logam alumunium, luas permukaan sentuhan (A) pebedaan temperatur ( T) dan lama pemanasan (t). Selanjutnya panas dari permukaan pada bagian dalam panci terkonveksi ke fluida yang ada di dalam panci yaitu air sebanyak 2 L. Dikatakan terkonveksi karena di dalam panci terdapat 2 L air dimana air ini bersentuhan dari dinding bagian dalam panci kemudian air bergera meninggalkan permukaan panci bercampur/bergabung dengan fluida lain yang ada di dalam panci membawa panas ke molekul-molekul fluida yang belum panas tetapi ketika fluida yang panas dalam hal ini air meninggalkan dinding panci bagian dalam diganti oleh molekul fluida yang lain lebih dingin dan setelah panas fluida tersebut meninggalkan dinding bagian dalam panci, diganti dengan molekul fluida lain. Proses ini berlangsung terus menerus sampai air mendidih atau sekitar 100 C (titik didih air). Ketiga proses pindah panas yang terjadi pada pemanasan air ini boleh terjadi karena perbedaan temperatur. Makin tinggi perbedaan temperatur ( T) makin cepat proses pandah panas atau proses air mendidih. Hasil pengamatan perbedaan suhu dapat di lihat pada Gambar 3, peningkatan suhu api. Karena keterbatasan alat ukur maka sebagian data suhu pindah panas tidak terdeteksi tetapi mengacu pada teori dan definisi pindah panas maka diasumsikan bahwa pindah panas konduksi terjadi karena suhu permukaan bagian luar panci lebih besar dari pada suhu permukaan bagian dalam panci, demikain juga dengan pindah panas konveksi. Peningkatan suhu api Suhu api di ukur dengan menggunakan/menempatkan sensor termokopel pada nyala api kemudian sensor termokopel mendeteksi suhu api lalu dibaca pada rekaman (record) dalam bentuk angka dengan satuan derajat celcius. Hasil pengukuran radiasi nyala api dilakukan dengan 3 ulangan. Setelah di ambil rata rata maka diperoleh angka pengukuran pertama dimana waktu t sesaat yaitu t mendekati 0 menit. Suhu nyala api 740 C, kemudian di menit ke-2 749 C,

79 menit ke-44 774 C dan di menit ke-6 792 C (Gambar 3 dan 4). C Menit ke Gambar 3. Perubahan suhu nyala api selama proses pendidihan air Dari Gambar 3 terlihat bahwa makin lama nyala api makin membesar dan jumlah energi panas dalam nyala api tersebut juga meningkat. Peningkatan nyala api tersebut disebabkan oleh meningkatnya jumlah bahan bakar kayu kering (biomassa) yang terbakar. Akibatnya hasil pembakaran melepaskan energi yang semakin banyak. Jumlah energi yang dilepaskan oleh kayu bakar yang terbakar terdeteksi oleh sensor termokopel kemudian terbaca pada rekaman (record) dalam selang waktu 2 menit sesuai dengan waktu pengamatan. Bila angka-angka tersebut dihitung ratarata/menit maka diperoleh hasil peningkatan suhu nyala api 8,67 C/menit. Peningkatan suhu dinding panci Dalam peningkatan ini panci yang digunakan untuk mendidihkan air 2 L yaitu panci alumunium dengan diameter 22 cm atau jari-jari 11 cm. Panci berisi air 2 L dinaikkan ke kompor biomassa setelah nyala api membesar atau nyala api sudah melewati lubang bagian atas dari kompor dengan waktu rata rata 2 menit (Gambar 5), segera setelah panci dinaikkan ke atas kompor dilakukan pengukuran suhu dinding panci dalam waktu sesaat dimana t mendekati 0 menit, kemudian pengukuran selanjutnya dilakukan dengan selang waktu 2 menit. Suhu panci meningkat dari 0 menit ke 2 menit dan terus meningkat sampai menit ke-6 atau sampai air mencapai titik didihnya (Gambar 6). Gambar 5. Pengukuran suhu dinding panci dengan termokopel C Gambar 4. Pengukuran suhu api dengan termokopel Menit ke Gambar 6. Perubahan suhu dinding panci pada proses pendidihan air menggunakan kompor biomassa berbahan bakar kayu

80 Peningkatan suhu air Berdasarkan pengamatan pada proses pendidihan air sebanyak 2 L menggunakan kompor biomassa berbahan bakar kayu, suhu air yang diukur pada saat api menyala konstan adalah 26 C, kemudian terjadi kenaikkan suhu pada menit ke-2 menjadi 78 C. Pada menit ke-4 meningkat menjadi 98 C dan pada saat air mendidih diukur suhunya adalah 105 C. Peningkatan suhu air terjadi dalam selang 2 menit dan diperoleh rata rata kenaikkan suhu yaitu 13,167 C/menit (Gambar 7). Jumlah penggunaan bahan bakar Untuk bahan bakar sebanyak 1 kg pada kompor biomassa yang dimodifikasi dapat digunakan untuk memasak selama 64,6 menit. Penggunaan bahan bakar kayu (Gambar 8) pada kompor biomassa yang dimodifikasi sebanyak 92,87 g untuk mendidihkan air sebanyak 2 L. C Gambar 8. Bahan bakar (kayu) Menit ke Gambar 7. Perubahan suhu air dalam proses pendidihan air pada kompor biomassa dengan bahan bakar kayu Lama waktu air mendidih Untuk mendidihkan air sebanyak 2 L pada kompor biomassa yang menggunakan bahan bakar kayu memerlukan waktu selama 6 menit. Luas permukaan dari panci yang menerima kalor juga mempengaruhi lama pendidihan. Karena semakin besar kalor yang diterima panci akan mempercepat pendidihan. Luas permukaan tersebut dipengaruhi oleh jarak sumber nyala api dengan panci karena saat sumber nyala api dekat dengan panci maka nyala api akan menyebar ke seluruh permukaan panci, sedangkan saat jarak sumber nyala api jauh dengan panci maka nyala api tidak akan menyebar ke seluruh permukaan panci. Panas yang digunakan selama pendidihan air Dengan menggunakan rumus Q= m.c. t, dimana: Q = panas yang dihasilkan (joule) m = jumlah bahan bakar (kg) C = panas jenis air (joule/kg/ C) t = suhu ( C) maka dapat diketahui jumlah panas yang digunakan untuk mendidihkan air sebanyak 2 L. Dengan menggunakan rumus Q di atas dapat dilihat penggunaan energi panas pada menit awal sampai menit ke-6 atau sampai air mendidih. Penggunaan energi panas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penggunaan energi panas dalam proses pendidihan air Menit Penggunaan energi panas 0 7336,73 kal 2 2507,49 kal 4 1578,79 kal

81 Dari Tabel 1 di atas, dilakukan pengukuran energi panas pada menit awal (0) proses pendidihan air adalah 7336,73 kal kemudian pada menit ke-2 penggunaan energi panas menurun menjadi 2507,49 kal dan terjadi penurunan di menit ke-4 yaitu 1578,79 kal. Untuk menit ke-6 atau pada saat air mendidih tidak ada penggunakan energi panas Efisiensi pemanasan air Dengan menggunakan rumus penentuan efisiensi (Albert dalam Anonymous, 2011b). η = qa qm x 100% qa = m air x cp (T2-T1) + (m air x LV air) qm = m kayu x q bahan bakar dimana : ή = efisiensi kompor (%) qa = kalor total air (kal) qm = kalor yang dihasilkan oleh kayu kering pada kompor (kal) m air = massa air (g) m kayu = massa kayu cp = panas jenis air (1 kal/g C) T1 = suhu awal T2 = suhu akhir LV air = panas laten penguapan air (539 kal/g) q bahan bakar = kalor yang dikandung kayu kering (4491,2 kal/g) penggunaan bahan bakar selama proses pendidihan. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Uji unjuk kerja kompor biomassa yang dimodifikasi dengan menggunakan bahan bakar biomassa kering (kayu) menunjukkan bahwa proses pendidihan air berlangsung cukup cepat dan bahan bakar yang cukup hemat. 2. Mendidihkan air sebanyak 2 L menggunakan kompor biomassa dengan bahan bakar kayu membutuhkan waktu 6 menit dan jumlah bahan bakar 92,87 g, sedangkan suhu api yang diukur pada saat air mendidih adalah 792 C, suhu dinding panci diperoleh 256 C. Saran Pada kompor biomassa yang dimodifikasi lubang nyala api perlu diperkecil agar nyala api tidak terlalu besar. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Laboratorium Keteknikan Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado beserta staf yang telah banyak membantu dalam penelitian ini sehingga dapat berjalan dengan lancar. Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi kompor menggunakan rumus di atas, dalam proses pendidihan air menggunakan kompor biomassa maka diperoleh nilai efisiensi 28,89 %. Efisiensi panas dari kompor dengan bahan bakar minyak dan gas antara 24% sampai 64% (Irwanto dalam Anonymous, 2011c). Efisiensi kompor dipengaruhi oleh

82 Daftar Pustaka Anonymous. 2008. Bioetanol. http://www.kebunarenblogspot.com. diakses tanggal 10 Agustus, 2008 Anonymous. 2011a. Potensi alternatif energi pengganti bahan bakar. http://.www.alpented.com. diakses 10 Agustus 2011 Anonymous. 2011b. Sampah gantikan minyak. www.kompasbasis.multiply.com/jurnal/ite m. diakses 20 agustus 2011 Anonymous. 2011c. Ulas energi, biomassa sebagai sumber energi alternatif, ulas singkat. http://www.blogspot.com/ulasenergibiom asa sebagai sumber.htm. diakses 30 september 2011.