II. TINJUAN PUSTAKA. bawah diafragma (Junqueira & Carneiro, 2007).

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

I. PENDAHULUAN. Di zaman yang modern sekarang ini radikal bebas tersebar di mana mana,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dikumpulkan oleh lebah dari pucuk daun-daun yang muda untuk kemudian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam (makanan, dibuang melalui urin atau asam empedu.

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam yang ada di bumi juga telah di jelaskan dalam. firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sasaran utama toksikasi (Diaz, 2006). Hati merupakan organ

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Per Mortality Rate (PMR) 13 %. Di negara-negara maju seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok. Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai media massa (Rochmayani, 2008). Menurut World Health

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat

I. PENDAHULUAN. Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. ini ternyata semakin meningkat. Disektor pertanian, herbisida digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. LAIs. Golongan antipsikotik tipikal adalah antidopaminergik yang bekerja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi,

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2-5% dari berat badan pada orang dewasa normal yang terletak pada kwadran

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak

Estowo RN, Zulfian, Tjiptaningrum A Medical Faculty of Lampung University

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014 (WHO, 2014),

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahaya dari logam berat tersebut ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia.

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas ialah atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

PENDAHULUAN. dibandingkan dengan unggas-unggas lainnya seperti ayam. Fakultas Peternakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara kambing Kacang (lokal) dengan kambing Etawah (kambing

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

Transkripsi:

II. TINJUAN PUSTAKA A. Hati 1. Anatomi Hati Hati merupakan organ terbesar kedua dan kelenjar terbesar di dalam tubuh. Organ ini memiliki berat sekitar 1,5 kg dan terletak di rongga abdomen, di bawah diafragma (Junqueira & Carneiro, 2007). Gambar 1. Gambaran Makroskopik Hati Manusia dari Anterior (Putz & Pabst, 2007).

10 2. Fisiologi Hati Hati mempunyai beberapa fungsi yaitu: a. Fungsi Pembentukan dan Eksresi Empedu Hati mengekskresikan empedu sebanyak satu liter per hari ke dalam usus halus. Unsur utama empedu adalah air 97%, elektrolit dan garam empedu (Kujovich, 2005). b. Fungsi Metabolik Fungsinya terdapat dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Kujovich, 2005). c. Fungsi Pertahanan Tubuh Hati sebagai fagositosis dan imunitas, yang berperan dalam hal ini sel sel Kupffer, merupakan saringan penting bagi bakteri dan bahan bahan asing melalui proses fagositosis (Kujovich, 2005). d. Fungsi Detoksifikasi Hati juga berfungsi sebagai pusat detoksifikasi tubuh terhadap berbagai macam bahan seperti bakteri, virus, parasit, zat racun, logam berat dan obat over dosis. Kemampuan hati untuk melakukan detoksifikasi dari bahan berbahaya tersebut karena hati juga mengandung antioksidan dengan berat molekul rendah dan enzim yang merusak kelompok oksigen reaktif (ROS) yaitu glutation (GSH), vitamin C, vitamin E, superoksid dismutase (SOD) dan katalase (Arief, 2007).

11 e. Fungsi Vaskular Fungsi hati sebagai hemodinamik, hati merupakan organ yang penting untuk mempertahankan aliran darah, hati menerima 25% darah dari cardiac output, aliran darah hati yang normal sekitar 1500 cc/menit (Burt & Day, 2002). 3. ALT Tes fungsi hati merupakan tes yang digunakan sebagai deteksi awal penyakit hati, yang diklasifikasikan menjadi tiga: - Tes kapasitas hati mengangkut anion organik dan memetabolisme obat. Seperti serum bilirubin, urobilinogen dan lain lain. - Tes yang mendeteksi kerusakan pada hepatosit (tes enzim serum). Seperti aminotransferase dan lain lain. - Tes kapasitas biosintesis hati. Seperti, albumin, prealbumin dan lain lain (Thapa & Walia, 2007). Aminotransferase sering digunakan dan merupakan indikator yang spesifik terhadap nekrosis hepatoseluler (Thapa & Walia, 2007). AST/aspartat aminotransferase (SGOT/Serum Glutamat Oksaloastat Transaminase) merupakan enzim hati yang berada dalam sel parenkim hati, sel darah, sel jantung dan sel otot. Oleh karena itu, peningkatan pada AST tidak selalu menunjukkan adanya kelainan di sel hati. ALT/alanin aminotransferase (SGPT/Serum Glutamat Piruvat Transaminase) merupakan

12 enzim dalam sel hati. Jika terjadi kerusakan hati, enzim ALT akan keluar dari sel hati menuju sirkulasi darah. Kadar normal AST darah 5 40 U/L dan kadar normal ALT darah 5 35 U/L (Huang et al., 2006). ALT terletak di dalam sitoplasma, sedangkan AST terletak di dalam sitoplasma dan mitokondria (Thapa & Walia, 2007). ALT lebih spesifik untuk menilai kerusakan hati (Prihatini dkk, 2005). Aktivitas enzim ALT yang normal pada tikus putih yaitu 17,5 30,2 U/L (Smith & Mangkoewidjojo, 1988). Kerja enzim ALT: ALT Alanin + α ketoglutarate Piruvat + Glutamat (Thapa & Walia, 2007). B. Radikal Bebas 1. Definisi Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan (elektron bebas) pada lapisan luarnya (Arief, 2007). 2. Tipe Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen species/ros (Arief, 2007).

13 ROS yang paling penting secara biologis antara lain peroxyl radicals (RO 2 ) dan hydrogen peroxide (H 2 O 2 ) (Tremallen, 2008). Bentuk radikal bebas yang lain adalah hydroperoxylho 2 ), alkoxyl (RO ), carbonate (CO 3 ), carbon dioxide (CO 2 ), atomic chlorine (Cl ) dan nitrogen dioxide (NO 2 ) (Halliwell & Whiteman, 2004). 3. Sumber a. Endogen - Autooksidasi. Merupakan produk dari metabolisme aerobik (Arief, 2007). - Oksidasi enzimatik Beberapa sistem enzim mampu menghasilkan radikal bebas, meliputi xanthine oxidase (terakfifasi saat iskemia), prostaglandin synthase, lipoxygenase, aldehyde oxidase dan aminoacid oxidase (Arief, 2007). - Respiratory burst Proses sel fagositik menggunakan oksigen jumlah besar selama fagositosis. Lebih kurang 70 90 % penggunaan oksigen tersebut dapat diperhitungkan dalam produksi superoksida (Arief, 2007). b. Eksogen - Obat obatan - Radiasi - Asap rokok (Arief, 2007)

14 4. Cara Kerja Elektron yang tidak berpasangan dalam senyawa radikal memiliki kecenderungan untuk mencari pasangan. Caranya, menarik atau menyerang elektron dari senyawa lain. Hal ini mengakibatkan terbentuknya senyawa radikal baru (Winarsi, 2007). X:H + O H X + H O H Radikal hidroksil Radikal baru Radikal bebas memiliki reaktivias yang sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh sifatnya segera menarik atau menyerang elektron di sekelilingnya. Senyawa radikal bebas juga dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal (Winarsi, 2007). Reaktivitas radikal bebas merupakan upaya untuk mencari pasangan elektron. Sebagai dampak kerja radikal bebas tersebut, akan terbentuk radikal bebas baru yang berasal dari atom atau molekul yang elektronnya diambil untuk berpasangan dengan radikal sebelumnya. Namun, bila dua senyawa radikal bertamu, elektron elektron yang tidak berpasangan dari kedua senyawa tersebut akan bergabung dan membentuk ikatan kovalen yang stabil. Sebaliknya, bila senyawa radikal bebas berrtemu dengan senyawa bukan radikal bebas akan terjadi 3 kemungkinan.

15 - Radikal bebas akan memberikan elekron yang tidak berpasangan (reduktor) kepada senyawa bukan radikal bebas. - Radikal bebas menerima eletron (oksidator) darri senyawa bukan radikal bebas. - Radikal bebas bergabung dengan senyawa bukan radikal bebas (Winarsi, 2007). 5. Mekanisme Perusakan Target utama radikal bebas adalah protein, asam lemak tak jenuh dan lipoprotein, serta unsur DNA (Winarsi, 2007). Mekanisme kerusakan sel atau jaringan akibat serangan radikal bebas yang paling awal diketahui dan terbanyak diteliti adalah peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid paling banyak terjadi di membran sel, terutama asam lemak tidak jenuh yang merupakan komponen penting penyusun membran sel. Pengukuran tingkat peroksidasi lipid diukur dengan mengukur produk akhirnya, yaitu malondialdehyde (MDA). Peroksidasi ini akan mempengaruhi fluiditas membran, struktur dan fungsi membran (Powers and Jackson, 2008). Radikal bebas dapat merusak sel dengan cara merusak membran sel tersebut. Kerusakan pada membran sel ini dapat terjadi dengan cara: (a) radikal bebas berikatan secara kovalen dengan enzim dan/atau reseptor yang beada di membran sel, sehingga merubah aktivitas komponen komponen yang terdapat pada membran sel tersebut, (b) radikal bebas berikatan secara kovalen dengan komponen membran sel sehingga merubah struktur membran dan

16 mengakibatkan perubahan fungsi membran dan/atau mengubah karakter membran menjadi seperti antigen, (c) radikal bebas mengganggu sistem transport membran sel melalui ikatan kovalen, mengoksidasi kelompok thiol, atau dengan merubah asam lemak polyunsaturated, (d) radikal bebas menginisiasi peroksidasi lipid secara langsung terhadap asam lemak polyunsaturated dinding sel. Radikal bebas akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid membran sel. Peroksidaperoksida lipid akan terbentuk dalam rantai yang makin panjang dan dapat merusak organisasi membran sel (Agarwal & Sekhlon, 2010). Bila radikal bebas diproduksi in vivo atau in vitro di dalam sel melebihi mekanisme pertahanan normal, maka akan terjadi berbagai gangguan metabolik dan seluler. Jika posisi radikal bebas yang terbentuk dekat dengan DNA, maka bisa menyebabkan perubahan struktur DNA sehingga bisa terjadi mutasi atau sitotoksisitas. Radikal bebas juga bisa bereaksi dengan nukleotida sehingga menyebabkan perubahan yang signifikan pada komponen biologi sel. Bila radikal bebas merusak grup thiol maka akan terjadi perubahan aktivitas enzim (Powers and Jackson, 2008).

17 6. Penghambatan Reaktivitas radikal bebas dapat dihambat melalui 3 cara berikut: - Mecegah atau mengambat pembentukan radikal bebas baru. - Menginaktivasi atau menangkap radikal dan memotong propagasi (pemutusan rantai). - Memperbaiki (repair) kerusakan oleh radikal (Winarti, 2007). C. Etanol 1. Klasifikasi Menurut Darmono 2005 dalam Rini 2012, jenis alkohol yaitu - alkohol absolut, alkoholyang hampir alkohol murni dengan kadar alkohol dihitung sebagai C2H5OHsebesar 99,8% dan air 0,2%, - etanol (ethyl alcohol) adalah alkohol berkadar95 sampai 96,8% v/v, - metanol (methyl alcohol), adalah alkohol yang mempunyai struktur paling sederhana - isopanol (isoprophyl alcohol) 2. Definisi Etanol (C2H5OH) merupakan alkohol primer yang berwujud cairan jernih, tidak berwarna, mudah menguap dan mudah terbakar, dapat bercampur dengan air, metanol, eter, kloroform dan aseton. Dibentuk dari peragian karbohidrat oleh mikroba atau melalui sintesis dari etilen (Dorland & Newman, 2010).

18 3. Absorbsi Alkohol yang masuk ke dalam saluran pencernaan akan diabsorbsi melalui mukosa mulut dan epitel gastrointestinal dan sebagian besar diabsorbsi di usus halus, sisanya diabsorbsi di kolon. Kecepatan absorbsi tergantung pada takaran dan konsentrasi alkohol dalam minuman yang mengisi lambung dan usus (Zakhari, 2006). Tingkat absorbsi paling tinggi pada saat lambung kosong. Adanya lemak di dalam lambung menurunkan tingkat absorbsi alkohol (Chandrasoma &Taylor, 2005). 4. Distribusi Setelah minum alkohol dalam keadaan puasa, kadar puncak alkohol di dalam darah dicapai dalam waktu 30 menit. Distribusinya berjalan cepat, dengan kadar obat dalam jaringan mendekati kadar di dalam darah. Volume distribusi dari etanol mendekati volume cairan tubuh total (0,5 0,7 L/Kg) (Masters, 2002). 5. Metabolisme Alkohol yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami serangkaian proses biokimia. Metabolisme alkohol melibatkan 3 jalur yaitu: a. Jalur Sitosol/Lintasan Alkohol Dehidrogenase Jalur ini adalah proses oksidasi dengan melibatkan enzim alkohol dehidrogenase (ADH). Proses oksidasi dengan menggunakan ADH terutama terjadi di dalam hati (Zakhari, 2006). ADH merupakan enzim

19 oxidasi yang memiliki afinitas yang tinggi terhadap alkohol dan memecah etanol dalam sitoplasma (Setshedi et al, 2010). b. Jalur Peroksisom/Sistem Katalase Sistem ini berlangsung di dalam peroksisom dengan menggunakan katalase. Pada jalur ini diperlukan H 2 O 2 (Zakhari, 2006). c. Jalur Mikrosom Jalur ini juga sering disebut dengan sistem SOEM (Sistem Oksidasi Etanol Mikrosom), yang terletak dalam retikulum endoplasma. Bisa juga disebut jalur sitokrom P450 2E1 (CYP2E1). Jalur ini diaktifasi pada penggunaan alkohol secara kronis (Zakhari, 2006). Oleh ketiga jalur tersebut alkohol akan diubah menjadi asetaldehid, kemudian akan diubah menjadi asetat oleh aldehid dehidrogenase di dalam mitokondria. (Zakhari, 2006). Gambar 2. Metabolisme Alkohol (Zakhari 2006)

20 Etanol dapat menimbulkan kerusakan pada hati disebabkan oleh asetaldehid adduct, ROS (reactive oxidative species) dan rasio NAD: NADH. (Hernawati, 2010). Asetaldehid dan oksigen radikal dapat berinteraksi dengan protein dan molekul kompleks lainnya di dalam sel, membentuk senyawa hibrida yang dinamakan adduct. Adduct lainnya dibentuk dari molekul aldehid, yang diproduksi saat interaksi radikal oksigen dengan lipid dalam sel. Pembentukan adduct menghambat fungsi asli dari protein yang terlibat adduct tersebut. Lebih lanjut, adduct dapat menginduksi respon imun (Dean et al., 2003). Salah satu akibat dari pembentukan adduct asetaldehid adalah menurunnya pembentukan protein yang membentuk partikel lipoprotein hati dan berkurangnya sekresi protein yang dependent tubulin. Sebagai akibat gangguan mekanisme sekretorik terjadi penimbunan trigliserol dan protein di dalam hati. Penimbunan protein menyebabkan influks air ke dalam hepatosit dan pembengkakan hati ikut serta menimbulkan hipertensi porta dan kerusakan arsitektur hati (Marks dkk, 2000). Etanol menginduksi stress oksidatif merupakan mekanisme utama etanol menyebabkan kerusakan pada hati. Jalur CYP2E1 memetabolisme dan mengaktivasi substrat etanol menjadi toksik. CYP2E1 juga menghasilkan ROS (reactive oxygen species), seperti superoksida dan peroksida, dan jika terdapat

21 ketersediaan katalis, memproduksi oksidan kuat seperrti radikal hidroksil (Lu & Cederbaum, 2008). Selain radikal hidroksietil pada peminum alkohol kronis terjadi peningkatan radikal bebas yang lain yang sumbernya belum jelas. Diperkirakan sumber dari radikal bebas tersebut adalah xanthin oxidase dan NADPH sebab penghambatan enzim tersebut dapat menurunkan produksi radikal bebas pada tikus yang diberikan etanol (Kono, et al. 2001 dalam Hernawati 2010). Pemberian alkohol secara kronis menyebabkan peningkatan level endotoksin di sirkulasi portal, demikian mengaktivasi sel Kupffer untuk memproduksi mediator toksik yang menyebabkan kerusakan hati (Thurman, 1998). Transkripsi NF B, pengatur gen yang terlibat dalam peradangan, diaktivasi oleh endotoksin atau stress oksidatif (Baeuerle & Baltimore, 1996). Penelitian yang dilakukan Nanji et al. 2001, menyebutkan bahwa tikus yang diberikan etanol terjadi peningkatan endotoksemia dan peroksidasi lipid, menstimulasi NF kb dan produksi kemokin, meningkatkan kerusakan hati. TNF a dan COX 2 mungkin penting dalam menyebabkan kerusakan hati tetapi tidak dijelaskan perbedaan yang berkaitan dengan jenis kelamin. Produksi TNF (Tumor Nekrosis Faktor) penting dalam patogenesis alcoholic liver injury. Stress oksidatif dan endotoksin telah terlibat dalam proses alkohol

22 menginduksi produksi TNF. Bagaimanapun, penyebab dan efek dari faktor tersebut belum sepenuhnya diketahui (Zhou et al., 2003). Toksikan dapat menyebabkan berbagai jenis efek toksik pada berbagai organel dalam sel hati, seperti perlemakan hati (steatosis), nekrosis, kolestasis dan sirosis (Lu & Cederbaum, 2008). D. Sistem Pertahanan Antioksidan dan Stres Oksidatif Radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif yang diproduksi dalam jumlah yang normal, penting untuk fungsi biologis, seperti sel darah putih yang menghasilkan H2O2 untuk membunuh beberapa jenis bakteri dan jamur serta pengaturan pertumbuhan sel. Radikal bebas tidak menyerang sasaran spesifik sehingga akan menyerang asam lemak tidak jenuh ganda dari membran sel, organel sel atau DNA yang dapat menyebabkan kerusakan struktur dan fungsi sel (Winarsi, 2007). Namun tubuh diperlengkapi oleh seperangkat sistem pertahanan untuk menangkal serangan radikal bebas atau oksidan sehingga dapat membatasi kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Sistem pertahanan antioksidan ini antara lain adalah enzim superoxide dismutase (SOD) yang terdapat di mitokondria dan sitosol, glutathione peroxidase (GPX), glutathione reductase dan catalase (Powers & Jackson, 2008). Selain itu terdapat juga sistem pertahanan atau antioksidan yang berupa mikronutrien yaitu β karoten, vitamin C dan vitamin E (Hariyatmi, 2004). Sistem

23 pertahanan ini bekerja dengan beberapa cara antara lain berinteraksi langsung dengan radikal bebas, oksidan atau oksigen tunggal, mencegah pembentukan senyawa oksigen reaktif atau mengubah senyawa reaktif menjadi kurang reaktif (Winarsi, 2007). Namun dalam keadaan tertentu, produksi radikal bebas atau senyawa oksigen reaktif melebihi sistem pertahanan tubuh, kondisi yang disebut sebagai stres oksidatif (Agarwal & Sekhlon, 2010). Pada kondisi stres oksidatif, imbangan normal antara produksi radikal bebas atau senyawa oksigen reaktif dengan kemampuan antioksidan alami tubuh untuk mengeliminasinya mengalami gangguan sehingga menggoyahkan rantai reduksi oksidasi normal dan menyebabkan kerusakan oksidatif jaringan. Kerusakan jaringan ini juga tergantung pada beberapa faktor antara lain target molekuler, tingkat stres yang terjadi, mekanisme yang terlibat, serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang (Winarsi, 2007). E. Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) 1. Nama Umum Binahong dikenal dengan nama Heartleaf madeiravine atau Madeira vine, sedangkan di Tiongkok tanaman ini disebut teng san chi (Bargumono, 2013).

24 Gambar 3. Tanaman Binahong (Anredera cordifolia) (Wikipedia). 2. Klasifikasi Taksonomi Klasifikasi tanaman binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen)) adalah sebagai berikut (Bargumono, 2013): Kingdom Subkingdom Superdivisio Divisio Kelas Subkelas Ordo Familia Genus Species : Plantae : Tracheobionta : Spermatophyta : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Hamamelidae : Caryophyllales : Basellaceae : Anredera : Anredera cordifolia (Tenore) Steenis

25 3. Deskripsi Tumbuhan Binahong merupakan kelompok tumbuhan menjalar, berumur panjang (perenial), bisa mencapai panjang ± 5 m. Batang binahong bersifat lunak, berbentuk silindris, saling membelit, berwarna merah, permukaan halus, kadang membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar. Daun binahong berjenis tunggal, bertangkai sangat pendek (subsessile), tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk jantung (cordata), panjang 5 10 cm, lebar 3 7 cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, permukaan licin, bisa dimakan. Binahong mempunyai jenis bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5 1 cm dan berbau harum. Akarnya berbentuk rimpang dan berdaging lunak (Bargumono, 2013). Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) termasuk dalam famili Basellaceae merupakan salah satu tanaman obat yang mempunyai potensi besar ke depan untuk diteliti, karena dari tanaman ini masih banyak yang perlu digali sebagai bahan fito farmaka. Tanaman ini sebenarnya berasal dari Cina dan menyebar ke Asia Tenggara. Di negara Eropa maupun Amerika, tanaman ini cukup dikenal, tetapi para ahli di sana belum tertarik untuk meneliti serius dan mendalam, padahal beragam khasiat sebagai obat telah diakui (Manoi, 2009).

26 4. Kandungan a. Flavonoid Falavanoid merrupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton dan lain lain. Aktivitas farmakologi dari flavanoid sebagai anti inflamasi, analgesi, anti oksidan. Flavanoid juga mengobati gangguan fungsi hati. Senyawa senyawa flavonoid terdapat dalam semua bagian tumbuhan tinggi, seperti bunga, daun, ranting, buah, kayu, kulit kayu dan akar (Bargumono, 2013). Berdasarkan penelitian Widya Selawa 2013, jenis flavonoid yang diperoleh dari hasil isolasi dan identifikasi serbuk segar dan serbuk kering ekstrak etanol daun binahong ialah flavonol. Flavonoid total pada sampel segar daun binahong sebesar 11,23 mg/kg. Kandungan flavonoid pada sampel segar lebih besar, karena pada proses preparasi sampel segar tidak mengalami pemanasan. Hal tersebut dikarenakan proses pemanasan dapat membuat kadar dari senyawa flavonoid berkurang. Proses pemanasan ini dapat mengakibatkan penurunan kadar total flavonoid sebesar 15 78 % (Selawa, 2013). b. Saponin Saponin memiliki beberapa aktivitas farmakologis seperti antitumor, penurun kadar kolesterol, immune pottentializing dan antioksidan serta menurnkan risiko terkena penyakit jantung koroner (Blumert & Liu, 2003).

27 c. Asam Oleanolik Asam oleanik merupakan golongan tripentenoid yang merupakan antioksidan pada tanaman. Mekanisme perlidungan oleh asam oleanik adalah dengan mencegah masuknya racun ke dalam sel dan meningkatkan sistem pertahanan sel. Selain itu juga meningkatkan nutrisi yang dibawa dalam darah ke setiap jaringan sehingga merangsang tubuh menghasilkan hormon pertumbuhan dan proses regenerasi sel (Blumert & Liu, 2003). d. Alkaloid Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri dan memiliki aktivitas hipoglikemik (Robinson, 1995). F. Tikus (Rattus norvegicus) Hewan percobaan yang umumdigunakan dalam penelitian ilmiah adalah tikus. Tikus (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat sifatnya secara sempurna, mudah dipelihara dan merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai penelitian. Ciri ciri morfologi Rattus norvegicus antara lain memiliki berat 150 600 gram, hidung tumpul dan berbadan besar dengan panjang 18 25 cm, kepala dan badan lebih pendek dari ekornya, serta telinga relatif kecil dan tidak lebih dari 20 23 mm (FKH UGM, 2006).

28 Terdapat tiga galur atau varietas tikus yang memiliki kekhususan tertentu yang biasa digunakan sebagai hewan percobaan yaitu galur Sparague dawley berwarna albino putih, berkepala kecil dan ekornya lebih panjang dari badannya, galur Wistar ditandai dengan kepala besar dan ekor yang lebih pendek dan galur Long evans yang lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh bagian depan (FKH UGM, 2006). Tikus yang digunakan dalam penelitian adalah galur Sparague dawley berjenis kelamin jantan dewasa, yaitu umur minumal kurang lebih 2 bulan. Tikus Sparague dawley dengan jenis kelamin betina tidak digunakan karena kondisi hormonal yang sangat berfluktuasi pada saat mulai beranjak dewasa, sehingga dikhawatirkan akan memberikan respon yang berbeda dan dapat mempengaruhi hasil penelitian. Tikus putih galur ini mempunyai daya tahan terhadap penyakit dan cukup agresif dibandingkan dengan galur lainnya (FKH UGM, 2006)

29 Klasifikasi tikus putih (Rattus novergicus) dalam taksonomi adalah (FKH UGM, 2006): Dunia Fillum Sub Fillum Kelas Sub klas Ordo Sub ordo Famili Sub famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Vertebrata : Mamalia : Theria :Rodentia :Myomorpha :Muridae :Murinae :Rattus :Rattus norvegicus

30 G. Kerangka Pemikiran 1. Kerangka Teori Binahong Metabolit Sekunder Flavanoid Alkaloid Tanin Steroid Triterpenoid Saponin Minyak astiri Etanol Asetaldehid Asetat ROS (Hidroksietil, XO, NADPH) Kerusakan Lipid Membran Adduct Penimbunan Protein Influks Air Kerusakan Hepatosit ALT di Sitoplasma ke Sirkulasi ALT Dalam Darah Meningkat menghasilkan peningkatan menghambat diubah Gambar 4. Kerangka Teori

31 2. Kerangka Konsep Binahong Metabolit Sekunder Etanol Asetaldehid Flavanoid ROS (Hidroksietil, XO, NADPH) Kerusakan Lipid Membran Kerusakan Hepatosit ALT di Sitoplasma ke Sirkulasi ALT Dalam Darah Meningkat menghasilkan peningkatan menghambat diubah Gambar 5. Kerangka Konsep