BAB I PENDAHULUAN. terampil, dan pengetahuan yang sesuai dengan user need (dunia usaha dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan juga ada keluaran (output) pendidikan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan. kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan yang bermutu, akan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tercantum dari tujuan Sekolah Menengah Kejuruan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. demi kemajuan dan pengabdiannya kepada agama, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Melalui pendidikan yang maju, maka perkembangan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syerel Nyongkotu, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat yang pintar, intelek, berkemampuan berfikir tinggi. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menjamin. pelaksanaan pembangunan serta dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. mendukung masa depan. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi dan sulit. Oleh karena itu sekolah harus mengimbanginya dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan era globalisasi, diperlukan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal, baik aspek kognitif, apektif maupun psikomotorik. bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan berperan sangat penting dalam kelangsungan hidup suatu

RANI DIANDINI, 2016 PENDAPAT SISWA TENTANG PELAKSANAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN TATA HIDANG DI SMK NEGERI 2 BALEENDAH

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri Pancatengah merupakan Unit Sekolah Baru (USB) dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara dapat diukur dari kemajuan pendidikan di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susi Susanti, 2015

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembelajaran kewirausahaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkemampuan dan berketerampilan, mampu diandalkan dan. mampu menghadapi tantangan persaingan era pasar bebas.

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri Legon Kulon Kelas Jauh SMK

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup. Nasional (UU No. 20/2003) Bab II Pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hardy Maulana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) tahun 2006 lalu, pendidik tidak bisa lagi menggunakan paradigma lama

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. berdirinya perusahaan-perusahaan perunggasan. Peternakan unggas, utamanya

2015 ANALISIS HASIL BELAJAR MENGOLAH HIDANGAN SATE ATAU JENIS MAKANAN YANG DIPANGGANG PADA KESIAPAN MEMBUKA USAHA FOOD COURT

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi dan kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Melalui pendidikan akan lahir generasi-generasi penerus yang berkualitas

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah.

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

2015 PENERAPAN BUKU AJAR PADA MATA PELAJARAN DASAR PENGENDALIAN MUTU HASIL PERTANIAN DAN PERIKANAN UNTUK KELAS X TPHP SMKN 2 INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tugas utama seorang guru adalah mendidik, mengajar dan melatih siswanya. Agar mampu melaksanakan tugas tersebut

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Keteknikan Budidaya Perikanan merupakan mata pelajaran yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Nopandi,2014

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan yang bermutu, akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk berpacu dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Perkembangan dan perubahan itu menyebabkan perubahan paradigma terhadap kualitas lulusan yang diharapkan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan bagian dari pendidikan nasional yang diselenggarakan sebagai lanjutan dari SMP/MTS, juga mengalami perubahan, demi perbaikan dan peningkatan kualitas hasil pendidikan. SMK menyiapkan lulusannya untuk bekerja dalam bidang tertentu dengan bekal sikap kerja, terampil, dan pengetahuan yang sesuai dengan user need (dunia usaha dan dunia industri) atau berwirausaha.. Pada dasarnya SMK bertujuan dapat menghasilkan siswa yang memiliki keterampilan (psikomotorik) yang tinggi. Dilapangan banyak sekali SMK yang menerapkan sistem belajar berbasis produksi, contohnya seperti di SMK Negeri 2 Subang. Program Keahlian Agribisnis Produksi Tanaman (APTN) yang merupakan bagian dari lingkup SMK Negeri 2 Subang. Dimana Program Keahlian Agribisnis Produksi Tanaman (APTN) SMK Negeri 2 Subang telah menerapkan sistem belajar berbasis produksi terutama pada mata pelajaran produktif. Misalnya pada Standar kompetensi Melakukan Pemanenan, yang merupakan salah satu standar kompetensi yang harus

2 dikuasai oleh lulusan SMK Program Keahlian APTN (Agribisnis Produksi Tanaman), dimana standar kompetensi ini diberikan untuk siswa kelas XI yang penerapan pembelajarannya siswa langsung melakukan pekerjaan dilapangan sehingga bisa menghasilkan keterampilan (psikomotorik) atau keuntungan dari pekerjaan yang dilakukannya. Sistem belajar berbasis produksi seperti ini bagi SMK memang sangat efektif dikarenakan siswa tamatan dari SMK banyak yang diarahkan untuk langsung bisa bekerja di industri maupun mampu berwirausaha. Kurang optimalnya pembelajaran di SMK tercermin dengan rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran produktif pada pembelajaran-pembelajaran sebelumnya yang dialami oleh siswa kelas XI. Dilapangan sistem belajar berbasis produksi ini memang sangat efektif untuk meningkatkan keterampilannya, namun untuk sikap (afektif) dan pemahamannya (kognitif) masih kurang. Sebab sistem belajar berbasis produksi ini siswa jarang sekali mendapatkan suatu materi yang komplek yang berkaitan dengan mata pelajaran produktif atau pekerjaan yang siswa lakukan dilapangan, sehingga nilai evaluasi yang dihasilkan belum optimal. Pernyataan ini didukung dengan kenyataan yang terdapat di lapangan, dimana jumlah siswa yang memiliki nilai diatas 80 tidak mencapai 80 % dari jumlah keseluruhan siswa. Dengan demikian sebagai guru perlu menambahkan model pembelajaran yang tepat untuk melengkapi pengetahuan para siswa, sehingga dilapangannya sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) bisa seiring untuk diterapkan oleh para siswa. Dan ketika para

3 siswa mendapatkan masalah dilapangan para siswa pun bisa berusaha menyelesaikannya dengan sendiri maupun bersama sama. Seiring perkembangan dunia pendidikan, telah ditemukan berbagai macam model, metode, strategi dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa, sehingga siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Nurhadi, dkk (2003:11) menyatakan bahwa belajar akan lebih bermakna apabila siswa atau anak didik mengalami sendiri apa yang dipelajarinya Disini guru dituntut untuk mampu menggunakan inovasi dalam menentukan model pembelajaran karena pemilihan model yang tidak tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Salah satu model belajar mengajar yang meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam pembelajaran adalah model pembelajaran Treffinger. Model pembelajaran Treffinger adalah seperangkat cara dan prosedur kegiatan belajar yang tahap-tahapnya meliputi orientasi, pemahaman diri dan kelompok, pengembangan kelancaran dan kelenturan berfikir, dan bersikap kreatif, pemacu gagasan-gagasan kreatif, serta pengembangan kemampuan memecahkan masalah yang lebih nyata dan kompleks. Model pembelajaran Treffinger merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani masalah pengetahuan dan kreatifitas secara langsung. Dengan melibatkan baik keterampilan kognitif maupun afektif pada setiap tingkat dari model ini, Treffinger menunjukkan saling hubungan dan ketergantungan antara keduanya dalam mendorong belajar aktif.

4 Dalam model pembelajaran Treffinger dituntut kemampuan guru untuk dapat membantu siswa dalam mengembangkan kelancaran dan kelenturan berpikir dan bersikap kreatif, memacu gagasan- gagasan kreatif, serta mengembangkan kemampuan memecahkan masalah yang nyata dan kompleks. Pemecahan masalah dengan menggunakan model pembelajaran Treffinger terdiri dari tiga langkah, yaitu guru memberikan soal terbuka tentang materi yang diajarkan untuk didiskusikan siswa, guru memberikan kegiatan yang menantang yaitu berdiskusi untuk bermain, dan yang terakhir siswa membuat pertanyaan dalam kehidupan sehari- hari serta penyelesaiannya secara mandiri. Berdasarkan masalah dan gambaran umum yang telah dipaparkan di atas, peneliti memandang perlu untuk meneliti tentang Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Pada Standar Kompetensi Melaksanakan Panen Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas XI Agribisnis Produksi Tanaman (APTN) Di SMK Negeri 2 Subang.

5 1.2.Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas, muncul beberapa masalah yang memperkuat alasan mengapa permasalahan tersebut diangkat. Adapun identifikasi masalah dari judul yang penulis pilih adalah sebagai berikut: 1. Upaya untuk meningkatkan penguasaan materi dan keterampilan siswa pada mata pelajaran produktif masih belum optimal sehubungan dengan model pembelajaran yang dipakai guru dalam proses pembelajaran. 2. Pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan masih sangat kurang. 3. Pada umumnya pembelajaran pada mata pelajaran produktif sistem pembelajarannya berbasis produksi, dimana siswa langsung diaplikasikan kelapangan tanpa pemberian materi (pemahaman) sehingga siswa kesulitan dalam memahami setiap pelajarannya dan pola pikir siswa tidak berkembang dalam menyelesaikan maupun mengatasi masalah pekerjaan dilapangan. 4. Untuk mencetak lulusan yang unggul,maka perlu diadakan perubahan cara belajar yang asalnya berpusat pada guru, menjadi berpusat pada siswa, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang berkualitas.

6 1.3.Batasan Masalah Sesuai dengan identifikasi masalah untuk menghindari penyimpangan tujuan dan penelitian menjadi lebih terarah, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran yang digunakan yaitu Model Pembelajaran Treffinger pada kelas XI APTN (Agribisnis Produksi Tanaman). 2. Penilaian hasil belajar siswa pada penelitian ini ialah melalui nilai diskusi, tes (aspek kognitif) dan aktifitas siswa melalui pengamatan minat, perhatian, partisipasi dan berdiskusi (aspek afektif) dari setiap siklus pembelajaran Standar Kompetensi Melaksanakan Panen. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Apakah penerapan Model Pembelajaran Treffinger dapat meningkatkan hasil belajar (Aspek Kognitif) untuk siswa kelas XI Agribisnis Produksi Tanaman (APTN) pada Standar Kompetensi Melaksanakan Panen di SMK Negeri 2 Subang? 2. Apakah penerapan Model Pembelajaran Treffinger dapat meningkatkan aktivitas belajar (Aspek Afektif) untuk siswa kelas XI Agribisnis Produksi Tanaman (APTN) pada Standar Kompetensi Melaksanakan Panen di SMK Negeri 2 Subang?

7 1.5. Tujuan Tujuan penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan dari penelitian ini pada umumnya adalah untuk memberikan sebuah alternatif pada pembelajaran yang diharapkan dapat digunakan oleh guru di SMK pertanian. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu: 1. Mengetahui penerapan Model Pembelajaran Treffinger terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas XI Agribisnis Produksi Tanaman (APTN) pada Standar Kompetensi Melaksanakan Panen di SMK Negeri 2 Subang. 2. Mengetahui pengaruh penerapan Model Pembelajaran Trefingger untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Agribisnis Produksi Tanaman (APTN) pada Standar Kompetensi Melaksanakan Panen di SMK Negeri 2 Subang 1.6. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Teoritis Memberikan gambaran umum tentang penerapan model pembelajaran Treffinger untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Agribisnis Produksi Tanaman (APTN) pada Standar Kompetensi Melaksanakan Panen di SMK Negeri 2 Subang.

8 2. Praktis a. Dapat memberikan masukan kepada praktisi pendidikan khususnya guru pengajar, jika hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Treffinger meningkatkan penguasaan materi ( pemahaman) dalam pembelajaran mata pelajaran produktif. b. Peneliti mengharapkan, siswa dapat lebih memahami materi pelajaran dan bisa memecahkan setiap masalah dalam menanggapi pelajaran produktif terutama yang sangat berkaitan terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan ide-ide lain kepada peneliti lainnya. 1.7. Penjelasan Judul Penelitian Guna menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.7.1. Penerapan Penerapan adalah pemasangan, pengenaan atau perihal mempraktikan (KBBI, 1992). Yang dimaksud dengan penerapan di sini adalah mempraktikan Model Pembelajaran Treffinger pada kompetensi Melaksanakan Panen.

9 1.7.2. Model Pembelajaran Treffinger Model Pembelajaran Treffinger adalah seperangkat cara dan prosedur kegiatan belajar yang tahap-tahapnya meliputi orientasi, pemahaman diri dan kelompok, pengenmbangan kelancaran dan kelenturan berfikir, dan bersikap kreatif,pemacu gagasan-gagasan kreatif, serta pengembangan kemampuan memecahkan masalah yang lebih nyata dan kompleks. (Pomalato, 2006: 26) dalam menyimpulkan berdasarkan strategi dan tingkat ketrampilan berfikir yang disampaikan Treffinger, maka langkah langkah model pembelajaran Treffinger adalah sebagai berikut : a. Menjelaskan materi sambil memberikan masalah yang dapat merangsang siswa untuk dapat berpikir secara divergen. b. Membahas materi pelajaran dengan cara menghadapkan siswa pada masalah kompleks sehingga menimbulkan ketegangan pada siswa dan dengan situasi seperti ini maka memacu siswa untuk mengeluarkan potensi kreatifnya dalam memecahkan masalah yang dihadapi. c. Melibatkan pemikiran siswa dalam tantangan nyata serta mendorong penggunaan proses berpikir kreatif hingga siswa menemukan sendiri permasalahan yang diberikan

10 1.7.3. Hasil Belajar Suatu proses belajar diharapkan menghasilkan sesuatu yang disebut hasil belajar. Hasil belajar itu dapat berupa pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dapat diklasifikasikan ke dalam aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek kognitif mencakup kemampuan berpikir, termasuk kemampuan memahami, menghapal, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Aspek afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Aspek psikomotorik mencakup imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi (Pasca Sarjana UNY,2003:1-5). 1.7.4. Standar Kompetensi Melaksanakan Panen Pada standar kompetensi Melaksanakan Panen membahas dasar-dasar panen hasil pertanian dan teknik pemanenan sesuai kriteria tanamannya. Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam), tapi merupakan awal dari pekerjaan pascapanen, yaitu melakukaan persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran. Definisi pascapanen menurut pasal 31 UU No.12/1992, adalah suatu kegiatan yang meliputi pembersihan, pengupasan, sortasi, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, standarisasi mutu, dan transportasi hasil budidaya pertanian.

11 1.8. Sistematika Penulisan Adapun sistematika dalam penulisan penelitian ini sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Berisitentang Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat Penelitian, Penjelasan Judul Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), KTSP SMNK 2 Subang, Tujuan lulusan SMKN 2 Program Studi APTN, Struktur kurikulum SMKN 2 Subang, Belajar dan Pembelajaran, Model Pembelajaran, Model Pembelajaran Treffinger, Hasil Belajar, Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Kompetensi Melaksanakan Panen. BAB III METODE PENELITIAN Berisi tentang Rencana Penelitian, Desain Penelitian, Metode dan Prosedur Penelitian, Sumber Data, Instrumen Penelitian, Pengembangan Instrument Penelitian, Teknik Pengumpulandan Analisis Data, Validitas Data dan Jadwal Penelitian. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berisi tentang data Hasil Penelitian, Pembahasan Penelitian BAB V KASIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang Kesimpulan, Saran