BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak suatu penciptaan dibatasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAAN. Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

I. PENDAHULUAN. ini adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

Oleh : Muhammad Abdul Wahid A

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) kita mempunyai keunggulan dan mampu bersaing di bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun lingkungannya. Menurut Undang undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam rangka mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia suatu negara termasuk sumber daya manusia bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. (pendidik), kurikulum (materi pelajaran), sarana (peralatan dan dana) serta murid

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

Transkripsi:

1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Pendidikan akan merangsang kreativitas seseorang agar sanggup menghadapi tantangan-tantangan alam, masyarakat, teknologi serta kehidupan yang makin kompleks. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh pemerintah dan bangsa Indonesia saat ini adalah masih rendahnya mutu pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, melalui penyempurnaan sistem pendidikan, diantaranya lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, telah memberikan landasan kokoh dan mempertegas produk undang-undang sebelumnya (nomor 2 tahun 1989), terutama dalam usaha pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan, berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, penyediaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya, penataan strategi pengelolaan pendidikan, pendekatan dan strategi (metode dan teknis) pembelajaran yang efektif, efisien, menyenangkan dan bermakna, yaitu pembelajaran yang lebih menekankan pada belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to life together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dengan mengimflikasikan konsep pembelajaran CBSA, pendidikan kecakapan hidup (life skill), keterampilan proses, pembelajaran kooperatif, pembelajaran kontekstual, dan lain sebagainya. Namun demikian, sampai saat ini berbagai indikator peningkatan mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang memadai dan merata diantaranya ; (1) keluaran/lulusan sekolah yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan (2) penampilan kemampuan dalam semua

2 komponen pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan masih lebih banyak memandang segi kuantitas (output). Dalam Proses pembelajaran Geografi (IPS), seorang guru memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi, melatih keterampilan dan membimbing belajar siswa sehingga para guru dituntut memiliki kualifikasi dan kompetensi tertentu, agar proses belajar dan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien. Adanya minat yang tinggi, serta metode pembelajaran yang tepat akan menjadikan siswa mudah dalam menerima dan mengolah informasi yang disampaikan. Kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif, dan psikomotor, sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut hingga tercapai tujuan pengajaran. Uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran Geografi (IPS) mempunyai peran yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, handal, dan bermoral semenjak dini. Hal yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran Geografi adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran Geografi dengan model yang menarik dan menyenangkan. Guru seringkali menyampaikan materi Geografi dengan cara konvensional, sehingga pembelajaran Geografi cenderung membosankan dan kurang menarik minat siswa, yang pada gilirannya prestasi belajar siswa kurang memuaskan. Berdasarkan pengamatan peneliti dalam proses pembelajaran, ada tiga indikator yang menunjukkan hal ini. Pertama, siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain. Kedua, kurang adanya keinginan untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Ketiga, kurangnya semangat belajar siswa dalam mempelajari Geografi. Maka pada setiap pembelajaran berlangsung siswa kurang merespon materi yang disampaikan oleh guru, pasif, bersikap masa bodoh, cerita dengan teman sebangku, tidak mempunyai catatan, tidak mau membawa buku paket atau buku penunjang, dan guru terlihat

3 mendominasi aktivitas serta kegiatan pembelajaran bermuara pada ceramah. Akhirnya, hasil belajar yang dicapai sangat tidak memuaskan. Hakekat pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam pasal 1 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakatnya bangsa dan negaranya. Dengan demikian para guru diharapkan senantiasa dapat meningkatkan peranannya dalam menempatkan pembelajaran yang berkualitas untuk mengantarkan para siswa meraih prestasi belajar yang maksimal. Dengan prestasi yang maksimal itu diharapkan para siswa dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat. Melalui pengenalan metode dalam pembelajaran oleh Departemen Pendidikan Nasional, seperti metode pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas yang muara akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal pembelajaran di sekolah, fakta menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran telah mengalami perubahan yang cukup pesat. Hal ini tampak dari perubahan orientasi pembelajaran yang dahulu bersifat sangat konservatif telah bergeser kepada upaya meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Nugroho (2003: 1) bahwa telah terjadi pergeseran dalam praksis pembelajaran dan yang bersifat konservatif yaitu ditandai dengan dominannya peran aktif siswa dalam pembelajaran atau student centered. Relasi peran guru dan siswa dalam pembelajaran memang telah jauh berubah, dari yang semula murid hanya diposisikan sebagai objek, kini tidaklah lagi demikian. Sejalan dengan hal tersebut telah banyak diperkenalkan berbagai metode baru dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu metode pembelajaran yang memposisikan peran aktif siswa dalam pembelajaran ini adalah metode pembelajaran kontekstual atau Contextual teaching and learning. Metode

4 pembelajaran yang menekankan pada kegiatan siswa untuk menemukan, mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri melalui proses asimilasi dan akomodasi ini diharapkan dapat memacu meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, sehingga sekaligus dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui penerapan metode kontekstual dan reposisi peran guru dan siswa dalam pembelajaran, maka kegiatan pembelajaran itu akan menjadi efektif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi siswa. Munif (2003: 4) mengatakan bahwa sekolah dikatakan efektif bilamana proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang ditetapkan dengan baik yang berimplikasi pada upaya guru dalam mengembangkan sistem pembelajaran secara profesional berdasarkan kurikulum yang ditetapkan. Senada dengan pendapat di atas, Nursisto (2001: 48) mengatakan bahwa pembelajaran yang efektif antara lain ditandai dengan a) siswa sebagai subjek didik, b) metode mengajar yang beragam, c) menghindari verbalisme, dan d) variasi pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran di kelas menuntut optimalisasi peran siswa dalam proses belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan atau kompetensi sebagaimana yang diharapkan atau ditetapkan dalam kurikulum. Hal ini didasarkan teori bahwa semakin optimal keterlibatan dan peran siswa dalam pembelajaran akan semakin optimal pula prestasi yang akan dicapai oleh siswa. Untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang mengoptimalkan peran siswa dalam pembelajaran. Metode yang tepat tentunya sudah tidak menggunakan metode konvensional atau tradisional lagi tetapi menerapkan metode yang baru. Salah satunya adalah metode kontekstual (contextual teaching and learning). Menurut Mulyasa (2005:103) pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan peserta didik menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka. Pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat, makna dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar.

5 Hasil yang diharapkan melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), menurut Poedjiadi (2005: 98) adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari. Maryani (2007:920) menyatakan Geografi merupakan ilmu yang bersifat antroposentris, melihat manusia secara dua sisi yaitu imanen dan transenden. Secara imanen manusia merupakan bagian yang terintegrasi dengan unsur alam lainnya, dengan tumbuhan dan hewan. Manusia mempunyai peran yang sama dalam memanfaatkan lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Secara transenden, manusia mempunyai tanggungjawab yang lebih dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya, karena manusia dibekali dengan akal. Salah satu standar kompetensi mata pelajaran Geografi (IPS) kelas VII berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi di tingkat SMP/MTs adalah memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungan, dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai yaitu mendeskripsikan kondisi geografis dan penduduk. Standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut berperan sebagai tujuan yang harus dicapai oleh siswa kelas VII SMP/MTs. Dalam proses belajar mengajar, upaya mencapai tujuan tersebut melibatkan komponen-komponen pembelajaran, yaitu isi/materi, metode, media dan evaluasi. Masing-masing komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Pendekatan dan Model Pembelajaran sebagai salah satu komponen pembelajaran memiliki peranan dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Geografi (IPS). Penggunaan pendekatan kontekstual diharapkan dapat membantu dalam proses pencapaian kompetensi siswa yang bersifat pemahaman terhadap lingkungan kehidupan manusia. Dalam pendekatan pembelajaran kontekstual tidak hanya mencakup aspek kognitif saja tetapi mencakup seluruh aspek hasil belajar yaitu, kognitif,

6 afektif dan psikomotor dan membuat pembelajaran lebih bermakna dengan menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Berdasarkan pengamatan peneliti selama bertugas di SMP Negeri 4 Padalarang masih banyak guru yang menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional, penyampaian materi hanya dengan ceramah dan partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat kurang sehingga siswa cenderung pasif, begitu juga dalam pembelajaran Geografi (IPS) guru hanya menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional dan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga materi yang disampaikan kurang bisa dipahami oleh siswa. Tidak adanya kesempatan siswa untuk membangun dan mengembangkan pengetahuannya karena penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang inovatif menjadikan siswa kurang paham terhadap hasil belajar yang harus mereka capai. Seringnya menggunakan metode ceramah berarti hasil belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan ranah afektif dan psikomotor. Padahal kedua ranah tersebut juga memiliki nilai yang sangat berarti bagi kehidupan siswa. Karena itu diharapkan dari suatu kegiatan belajar mengajar mendapatkan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Beberapa penelitian yang relevan tentang keefektifan penggunaan pembelajaran kontekstual dengan mengacu kepada hasil-hasil yang telah teruji secara empirik diantaranya, Permasih (2005) dalam tesisnya : Pembelajaran Kontekstual di Sekolah Dasar (Studi Kaji Tindak Penerapan Pembelajaran Kontekstual Topik Pengangkutan dan Komunikasi dalam Bidang Studi IPS pada Siswa Kelas V SDN UPI), mengatakan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kontekstual terhadap kualitas pembelajaran IPS. Widiastusi (2010) dalam tesisnya : Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa (Studi pada mata pelajaran IPS SMP Negeri di Kota Serang), menyimpulkan bahwa model pembelajaran kontekstual yang dikembangkan mampu meningkatkan keterampilan sosial siswa. Oom Romli (2010) dalam tesisnya : Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika : Studi Eksperimen pada Siswa MA Negeri Pandeglang Kabupaten Pandeglang. Hasil penelitiannya menyimpulkan

7 bahwa (1) peningkatan prestasi belajar siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual lebih baik dari peningkatan prestasi belajar siswa yang mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan pendekatan konvensional; (2) aktivitas siswa selama belajar melalui pendekatan kontekstual berjalan dengan cukup baik, siswa terlihat aktif dan memiliki semangat dalam mengerjakan dan menyelesaikan soal-soal, berdiskusi antar sesama siswa, bertanya dengan guru, memperhatikan penjelasan guru, dan penjelasan teman-teman, serta mencatat hal-hal yang relevan dengan pembelajaran, dan (3) siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap matematika, pembelajaran kontekstual, dan soal-soal kontekstual yang membuat siswa merasa senang, tertarik, tertantang, terbantu dan dapat menumbuhkan rasa kebersamaan antara teman-teman dalam kegiatan belajar kelompok. Penelitian tentang pendekatan pembelajaran kontekstual sudah banyak dilakukan seperti uraian di atas, dari beberapa penelitian pendekatan pembelajaran kontekstual yang pernah dilakukan sebagian besar peneliti hanya membahas implementasi pembelajaran kontekstual dari mulai perencanaan sampai tahap pelaksanaan dan sedikit yang membahas tentang pengaruh pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar. Bertolak dari pembahasan tersebut dan rekomendasi dari peneliti terdahulu tentang perlunya diadakan penelitian pengaruh pendekatan pembelajaran kontekstual maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang pendekatan pembelajaran kontekstual. Berdasarkan semua pernyataan di atas, maka diperlukan suatu kajian yang cukup mendalam mengenai pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar. Pendekatan pembelajaran yang selama ini digunakan guru di sekolah adalah pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengkaji Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Hasil Belajar (Studi Eksperimen pada mata pelajaran Geografi kelas VII di SMPN 4 Padalarang)

8 B. Rumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk lebih memperjelas permasalahan yang akan diteliti sehingga terhindar dari kekaburan dan ketidakefektifan kerja dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada kelas eksperimen dengan pembelajaran kontekstual mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP Negeri 4 Padalarang? 2. Apakah terdapat perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP Negeri 4 Padalarang? 3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi (IPS) antara pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konvensional pada siswa di SMP Negeri 4 Padalarang? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada kelas eksperimen pembelajaran kontekstual mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP Negeri 4 Padalarang. 2. Perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada kelas kontrol pembelajaran konvensional mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP Negeri 4 Padalarang. 3. Perbedaan hasil belajar Geografi (IPS) antara pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konvensional pada siswa di SMPN 4 Padalarang. D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan dan pengembangan pembelajaran kontekstual sebagai pendekatan pembelajaran yang

9 dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Setiap penelitian selalu memiliki kegunaan dan manfaat baik manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Apabila ada pengaruh yang signifikan tentang penerapan metode kontekstual terhadap hasil belajar Geografi (IPS) siswa SMPN 4 Padalarang, maka hal ini dapat : a. Sebagai masukan tentang keefektifan metode pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran Geografi (IPS) di SMPN 4 Padalarang. b. Sebagai gambaran adanya metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran Geografi (IPS) di SMPN 4 Padalarang. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai pertimbangan dalam menentukan alternatif metode yang akan dipilih dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran Geografi (IPS) di SMP Negeri 4 Padalarang. b. Memberikan informasi akan pentingnya mengembangkan keaktifan belajar siswa agar siswa dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. E. Definisi Operasional 1. Pembelajaran Kontekstual Pendekatan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni : pemodelan (modelling), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), menemukan (inquiry), kontruktivisme (contructivism), tindak lanjut (reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

10 Menurut hasil penelitian Romli (2010), peningkatan prestasi belajar siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual lebih baik daripada peningkatan prestasi belajar siswa yang mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Selain itu, siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap mata pelajaran, pembelajaran kontekstual, dan soal-soal kontekstual yang membuat siswa merasa senang, tertarik, tertantang, terbantu dan dapat menumbuhkan rasa kebersamaan antara teman-teman dalam kegiatan belajar kelompok. 2. Pembelajaran Konvensional Menurut Zamroni, dalam Nursisto (2001: xxv) pendekatan konvensional adalah upaya peningkatan kualitas pendidikan yang bertumpu secara kaku pada paradigma input-proses-output. Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, pendekatan pembelajaran sebagaimana yang sudah lazim digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas disebut pendekatan pembelajaran konvensional. Wibawa dan Mukti (1992:5) mengungkapkan Pendekatan konvensional merupakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengkombinasikan bermacam-macam metode pembelajaran. Dalam praktiknya metode ini berpusat pada guru (teacher centered) atau guru lebih mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran yang dilakukan berupa metode ceramah, pemberian tugas, dan tanya jawab. Pendekatan konvensional merupakan pendekatan pembelajaran yang banyak dilaksanakan di sekolah saat ini, yang menggunakan urutan kegiatan pemberian uraian, contoh, dan latihan. Dalam pembelajaran IPS Geografi di SMP pendekatan konvensional ini masih banyak digunakan untuk pembelajaran di kelas. Dasar yang digunakan untuk menentukan pilihan pendekatan konvensional ini dalam pembelajaran adalah banyaknya jumlah siswa per kelas di sekolah dan terbatasnya waktu yang tersedia untuk menyampaikan pengetahuan yang bersifat kognitif, sehingga untuk menciptakan keterampilan atau kemampuan psikomotorik siswa dilakukan dengan pemberian tugas yang dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas. Metode pemberian tugas ini dilakukan oleh guru setelah guru menyampaikan materi

11 pengetahuan yang bersifat kognitif dengan metode ceramah untuk memantapkan penguasaan materi dalam pembentukan kemampuan psikomotoriknya. 3. Hasil Belajar Menurut Sudjana (1989: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan terdiri dari tiga aspek yaitu: (1) Aspek kognitif yang mencakup keterampilan-keterampilan intelektual, informasi dan pengetahuan: (2) Aspek afektif menekankan pada sikap, nilai, perasaan, dan emosi; dan (3) Aspek Psikomotor berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf. Hasil belajar bisa didapat dari berbagai bentuk penilaian/evaluasi. Menurut Sumaatmaja (1997: 125) secara menyeluruh, bentuk evaluasi pada pengajaran Geografi meliputi bentuk tes dan nontes. Bentuk tes meliputi tes objektif, tes esai dan tes lisan. Sedangkan bentuk nontes berupa laporan tugas dan penampilan (presentasi). Data yang dikumpulkan dari hasil belajar adalah nilai yang diperoleh peserta didik dari hasil pre-tes dan juga nilai yang diperoleh dari pos-tes, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Berdasarkan pemaparan di atas, dalam penelitian ini hasil belajar diperoleh dari nilai tes, nilai tugas kelompok dan nilai presentasi kelompok. F. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2013: 96). Adapun menurut Surahmad, (1979: 58) mengemukakan bahwa hipotesis adalah suatau jawaban duga yang dianggap benar. Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana dikemukakan di atas, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Ada perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada eksperimen pembelajaran kontekstual mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP Negeri 4 Padalarang.

12 2. Tidak ada perbedaan nilai tes awal dengan tes akhir pada eksperimen pembelajaran konvensional mata pelajaran Geografi (IPS) siswa di SMP Negeri 4 Padalarang 3. Ada perbedaan hasil belajar Geografi (IPS) antara pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konvensional pada siswa di SMPN 4 Padalarang.