BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

BAB 5 PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis mengenai Penerapan Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB II LANDASAN TEORI. mengelola serta mengarahkan atau memimpin bisnis atau usaha usaha korporasi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KEPUTUSAN DIREKSI PT. ABM INVESTAMA TBK TENTANG Good Corporate Governance Charter No.002/ABM-BOC-CIR/I/2013

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT

Tentang Panduan Good Corporate Governance.

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

Pedoman Good Corporate Governance PT Taspen (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

PERATURAN BERSAMA ANTARA DIREKSI DAN DEWAN PENGAWAS PERUSAHAAN UMUM BULOG. Nomor : PD- 16 / DU000 / 05 / 2017 Nomor : KEP- 02 / DW000 / 05 / 2017

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

Pedoman Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan. Good Governance is Commitment and Integrity

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

PT Asuransi Chubb Syariah Indonesia. Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER)

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Daftar Isi... i Tentang Panduan Good Corporate Governance... 1 Visi... 3 Misi... 3 Nilai-Nilai Dasar Perseroan... 4 Komitmen Perseroan...

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

PT Chubb General Insurance Indonesia. Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

Tentang Panduan Good Corporate Governance.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) Pedoman

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

SEttEN IN00NESiA GRO IPIEDOMAN KERJA(CHARTER) KOMITE AUDI丁. PToSEMEN丁 ONASA

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

KESEPAKATAN BERSAMA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS DALAM MENERAPKAN PEDOMAN GCG (CODE OF GCG)

INTERNAL AUDIT CHARTER

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

Mewujudkan Budaya Tata Kelola Sarinah yang Baik

BAB I PENDAHULUAN. memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.

Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PIAGAM INTERNAL AUDIT

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Istilah corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury

2 Dalam rangka penerapan tata kelola terintegrasi yang baik, Konglomerasi Keuangan perlu memiliki Pedoman Tata Kelola Terintegrasi dengan mengacu pada

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

PEDOMAN & TATA TERTIB SATUAN PENGAWASAN INTERNAL PT WIJAYA KARYA BETON Tbk

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat.

BAB I PENDAHULUAN. konsep good corporate governance (GCG). Konsep ini sebenarnya merupakan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE)

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat

Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT )

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Satuan Pengawasan Intern Satuan pengawasan intern pada hakekatnya sebagai perpanjangan rentang kendali dari tugas manajemen di bidang pengawasan dan berkedudukan langsung dibawah Direktur Utama. 2.1.1.1 Pengertian Satuan Pengawasan Intern Moh. Wahyudin Zarkasyi (2008:45) menyatakan bahwa : Satuan pengawasan intern sangat besar fungsinya terhadap perusahaan dalam membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan evektifitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance. Ada beberapa pengertian Satuan Pengawasan Intern sebagai berikut : Menurut Undang-undang RI No.19 Tahun 2003 Pasal 67 menjelaskan bahwa : Satuan Pengawasan Intern merupakan aparat pengawas intern perusahaan dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Menurut Moh. Wahyudin Zarkasyi (2008 : 103) menjelaskan sebagai berikut : Satuan Pengawasan Intern merupakan pengawas internal yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama atau Direktur yang membawahi tugas pengawas internal. Satuan Pengawasan Intern 19

Bab II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 20 mempunyai hubungan fungsional dengan Dewan Komisaris melalui Komite Audit. Dari beberapa pendapat, penulis mendefinisikan bahwa Satuan pengawasan Intern merupakan unit internal yang bersifat independen dan berkedudukan langsung di bawah Direktur Utama. 2.1.1.2 Fungsi Satuan Pengawasan Intern Menurut Moh. Wahyudin Zarkasyi (2008 : 103) satuan pengawasan intern mempunyai fungsi dalam melakukan bebagai kegiatan operasional di dalam perusahaan adalah sebagai berikut : a. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan; b. Memperbaiki efektifitas proses pengendalian risiko; c. Melakukan evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan, pelaksanaan GCG dan perundang-undangan; dan d. Memfasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh auditor eksternal. Fungsi dari satuan pengawasan intern dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan Fungsi satuan pengawasan intern (SPI) harus menyelenggarakan suatu proses untuk memonitor efektifitas program perusahaan dan peningkatan kualitas secara keseluruhan dengan cara melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan. Evaluasi pelaksanaan program perusahaan diperlukan untuk melihat mana program perusahaan yang berjalan dengan baik dan dipatuhi oleh pegawai dan mana program perusahaan yang belum dilaksanakan dengan baik oleh pegawai jika ada program perusahaan yang belum dilaksanakan dengan baik oleh

Bab II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 21 pegawai maka satuan pengawasan akan mengevaluasi program tersebut, dan SPI memberikan masukan atas konsistensi hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan dan program dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan kepada manajemen. b. Memperbaiki efektifitas proses pengendalian risiko. Fungsi satuan pengawasan intern (SPI) harus membantu organisasi dalam memperbaiki efektifitas proses pengendalian resiko dengan cara memberikan saran kepada bagian yang bersangkutan, saran dapat menjadikan pengendalian intern semakin baik dalam mengidentifikasi perubahan kondisi eksternal dan internal, menganalisis risiko, mengelola risiko yang mempengaruhi tujuan perusahaan. c. Melakukan evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan, pelaksanaan GCG dan perundang-undangan. Fungsi satuan pengawasan intern harus menilai dan memberrikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses grovernance dalam mencapai tujuantujuan berikut: Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai didalam organisasi. Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas. Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian kepada unit-unit yang tepat di didalam organisasi.

Bab II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 22 Secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dari, dan mengkomunikasi informasi di antara, pimpinan, dewan pengawas, auditor internal dan eksternal serta manajemen. d. Memfasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh auditor eksternal Satuan pengawasan intern harus memfasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh audit eksternal dikarenakan informasi yang dihasilkan oleh audit eksternal akan menjadi dasar penilaian kondisi perusahaan dan akan diketahui oleh stakeholder. 2.1.1.3 Tugas dan Tanggung Jawab Satuan Pengawasan Intern Menurut Gunadi Eddi (2006) tugas dan tanggung jawab yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh satuan pengawasan intern sebagai berikut : a. Melakukan kajian dan analisis terhadap rencana investasi perusahaan, khususnya sejauh mana aspek pengkajian dan pengelolan resiko telah dilaksanakan oleh unit yang bersangkutan. b. Melakukan penilaian terhadap sistem pengendalian pengelolaan, pemantauan efektifitas dan efisiensi sistem dan prosedur, dalam bidang-bidang : Keuangan, Operasi, Pemasaran, sumber daya manusia, dan pengembangan. c. Melakukan penilaian dan pemantauan mengenai sistem pengendalian informasi dan komunikasi untuk memastikan bahwa : 1) Informasi penting perusahaan terjamin keamanannya. 2) Fungsi secretariat perusahaan dalam pengendalian informasi dapat berjalan dengan efektif. 3) Penyajian laporan-laporan perusahaan memenuhi peraturan perundang-undangan. d. Melaksanakan tugas khusus dalam lingkungan pengendalian intern yang ditugaskan oleh Direktur Utama.

Bab II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 23 2.1.1.4 Wewenang Satuan Pengawasan Intern Menurut Moh. Wahyudin Zarkasyi (2008 : 103) Satuan pengawasan intern mempunyai kewenangan dalam hal : a. Menyusun, mengubah dan melaksanakan kebijakan audit internal termasuk antara lain menentukan prosedur dan lingkup pelaksanaan pekerjaan audit. b. Akses terhadap semua dokumen, pencatatan, personal dan fisik, informasi atas obyek audit yang dilaksanakannya, untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan melaksanakan tugasnya. c. Melakukan verifikasi dan uji kehandalan terhadap informasi yang diperolehnya, dalam kaitan dengan penilaian efektivitas sistem yang diaudit. Satuan pengawasan intern tidak mempunyai wewenang pelaksanaan dan tanggung jawab atas aktivitas yang di review/audit, tetapi tanggung jawab satuan pengawasan intern adalah pada penilaian dan analisis atas aktivitas tersebut. 2.1.2 Good Corporate Governance Good Corporate Governance (GCG) pada dasarnya merupakan suatu sistem dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang kepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. GCG dimasukkan untuk mengatur hubungan-hubungan dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi perusahaan dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera. Menurut Indra Surya (2006:25) Good Corporate Governace (GCG) adalah :

Bab II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 24 Good Corporate Governance terkait dengan pengambilan keputusan yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, system. Berbagai proses, kebijakan-kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang menguntungkan, efisiensi dan efektif dalam mengelola resiko dan bertanggungjawab dengan memerhatikan kepentingan stakeholder. Sedangkan pengertian Good Corporate Governance (GCG) menurut Mas Ahmad Daniri (2005:8) adalah sebagai berikut : Good Corporate Governance (GCG) didefinisikan sebagai suatu pola hubungan, system, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan (Direksi, Dewan Komisaris, RUPS) guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berdasarkan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa good corporate governance merupakan pola hubunngan, system dan proses yang digunakan dalam perusahaan untuk mendorong terciptanya tata kelola perusahaan yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundangan yang dapat membantu terciptanya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. 2.1.2.1 Prinsip Dasar Good Corporate Governance Prinsip good corporate governance diharapkan menjadi titik terang dalam pembuatan kebijakan dalam membangun kerangka kerja penerapan corporate governance. Bagi pelaku usaha dan pasar modal, prinsip ini dapat menjadi pedoman mengolaborasi praktek terbaik bagi peningkatan nilai dan keberlangsungan perusahaan. Pemerintah Indonesia melalui Kementrian BUMN telah menerbitkan

Bab II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 25 Surat Keputusan No. Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada BUMN. Menurut Moh Wahyudin Zarkasyi (2008 : 39-41) terdapat lima Prinsipprinsip good corporate governance sebagai berikut : 1. Transparency (Keterbukaan) 2. Accountability (Akuntabilitas) 3. Responsibility (Pertanggungjawaban) 4. Independency (Kemandirian) 5. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran). Prinsip-prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Transparency (Keterbukaan) Transparency (Keterbukaan) yaitu perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relavan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. 2. Accountability (Akuntabilitas) Accountability (akuntabilitas) yaitu perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus di kelola secara benar, terstruktur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memeprhitungkan kepentingan

Bab II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 26 pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan persyaratan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3. Responsibility (Pertanggungjawaban) Prinsip dasar responsibility (pertanggungjawaban) adalah perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good coporate citizen. Pedoman pokok pelaksanaan (1) organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan, (2) perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai. 4. Independency (Kemandirian) Independency atau kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Independensi penting sekali dalam proses pengambilan keputusan. Hilangnya independensi dalam proses pengambilan keputusan dakan menghilangkan objektivitas dalam pengambilan keputusan tersebut.

Bab II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 27 Untuk melancarkan asas GCG perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat di intervensi oleh pihak lain. 5. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran) Fairness yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Fairness diharapkan membuat seluruh asset perusahaan dikelola secara baik dan prudent (hati-hati), sehingga muncul perlindungan kepentingan pemegang saham secara Fair (jujur dan adil). Fairness menjadi jiwa untuk memonitor dan menjamin perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan. 2.1.2.2 Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance 2.1.2.2.1 Prinsip Dasar Menurut Moh. Wahyudin Zarkasyi (2008 : 46) pelaksanaan good corporate governance perlu dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Untuk itu diperlukan pedoman yang dapat menjadikan acuan oleh perusahaan dalam melaksanakan good corporate governance.

Bab II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 28 2.1.2.2.2 Pedoman Pokok Pelaksanaan Menurut Moh. Wahyudin Zarkasyi (2008 : 47), untuk melaksanakan good corporate governance diperlukan penyusunan Pedoman GCG yang spesifik untuk masing-masing perusahaan. Pedoman tersebut mencakup berbagai kebijakan yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan. b. Kedudukan dan fungsi RUPS, Dewan Komisaris, dan Pengawasan Internal. c. Kebijakan untuk memastikan terlaksananya efektifitas fungsi masingmasing organ perusahaan. d. Kebijakan untuk memastikan akuntabilitas dan efektifitas pengendalian internal dan laporan keuangan. e. Pedoman perilaku (code of conduct) yang didasarkan pada etika bisnis yang disepakati. f. Saran pengungkapan informasi untuk pemangku kepentingan (public disclosure) g. Kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan perusahaan dalam rangka memenuhi prinsip GCG. Agar GCG dapat berjalan efektif, diperlukan proses keikutsertaan semua pihak dalam perusahaan. Untuk itu diperlukan tahap sebagai berikut : a. Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen semua organ perusahaan dan semua karyawan sengan dipelopori oelh Pemegang

Bab II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 29 Saham Pengendali, Dewan Komisaris dan Direksi untuk melaksanakan GCG. b. Melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan GCG dan tindakan penyempurnaan yang diperlukan. c. Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GCG (manual building). d. Melakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbangun rasa memiliki dari semua pihak dalam perusahaan, serta pemahaman atas aplikasi dari pedoman GCG dalam aktivitas sehari-hari. e. Melakukan penilaian baik secara sendiri (self assessment) maupun dengan menggunakan jasa pihak eksternal yang independen untuk memastikan implementasi GCG secara berkesinambungan. Penilaian (assessment) ini sebaiknya dilakukan setiap tahun dan hasil penilaian tersebut dilaporkan kepada pemegang saham pada pelaksanaan RUPS dan kepada publik dalam laporan tahunan. 2.1.2.3 Penerpaan Prinsip-prinsip Corporate Governance Berdasarkan Pedoman GCG. Memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional, serta dengan demikian menciptakan iklim yang mendukung investasi. Mendorong pengelolaan perusahaan secara profesional, transparan dan

Bab II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 30 efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris, dan Direksi. Mendorong agar pemegang saham, Dewan Komisaris dan anggota Direksi dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pihak yang berkepentingan (stakeholder) maupun kelestarian lingkungan disekitar perusahaan (Faisal Yusuf : 2002). 2.1.2.4 Hubungan SPI terhadap GCG Menurut Moh. Wahyudin Zarkasyi (2008 : 144) unit satuan pengawasan intern sebagai mitra manajemen berperan mejadi konsultan, validator dengan tujuan : a. Membangun kesadaran dan memfasilitasi manajemen dalam menerapkan kaidah GCG. b. Membantu manajemen dalam mandesain kebijakan dan prosedur yang governance. c. Monitoring pelaksanaan kebijakan/sop dalam koridor GCG. d. Early warning sistem dalam rangka Business Assurance. 2.2 Kerangka Pemikiran Untuk menjadikan perusahaan yang dikatakan bertata kelola yang baik (good corporate Governance) maka perusahaan harus menerapkan ke lima prinsip-prinsip good corporate governance yaitu : (1) transparansi mengatur peningkatan keterbukaan informasi keuangan dan kinerja, (2) akuntabilitas mengatur perbaikan sistem pengendalian dengan memfungsikan unit-unit pengawasan seperti satuan

Bab II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 31 pengawasan intern, komisaris dan komite-komite pendukung komisaris diantaranya komite audit, (3) responsibiliti sebagai mengatur tanggung jawab manajement yang terdiri dari dewan direksi dan dewan komisaris, (4) independensi untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat di intervensi oleh pihak lain, (5) kesataraan dan kewajaran dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran, sehingga penciptaan manfaat yang berkelanjutan bagi para stakeholder juga dapat terwujud dan terus terjaga. Pelaksanaan GCG tersebut merupakan alternatif penting yang diharapkan mampu mengatasi berbagai masalah inkonsistensi akibat benturan kepentingan antara pihak-pihak yang terkait. Sebagaimana yang dipahami secara luas berdasarkan Surat Keputusan Mentri BUMN Nomor : Kep 117/M-MBU/2002 Good Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berdasarkan peraturan perundangundangan dan nilai-nilai etika. Mengawasi jalannya pelaksanaan GCG serta menjaga kekayaan di dalam suatu perusahaan harus ada suatu unit internal yang bersifat independent yaitu Satuan Pengawasan Intern (SPI). Menurut Moh Wahyudin Zarkasyi (2008:103).Satuan

Bab II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 32 Pengawasan Intern (SPI) berfungsi dan bertugas membantu Direksi dalam memastikan pencapaian tujuan dan kelangsungan usaha dengan : (1) melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan, (2) memberikan saran dalam upaya memperbaiki efektifitas proses pengendalian resiko, (3) melakukan evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perusahaan, pelaksanaan GCG dan perundang-undangan, dan (4) memfasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh auditor eksternal. Satuan pengawasan intern bertanggung jawab kepada Direktur Utama atau Direksi yang membawahi tugas pengawasan intern. Perusahaan mengharapkan bahwa dengan adanya SPI yang kedudukannya secara langsung di bawah Direktur Utama tersebut dapat mengurangi ketidakefisienan pengelolaan manajement, dengan cara melakukan pemeriksaan internal, menemukan temuan dan menyusun rekomendasi kepada Direktur Utama, hendaknya SPI dapat bekerja secara efektif, yaitu dengan menunjukkan sikap yang profesional, mempunyai integritas yang tinggi, mempunyai sifat yang obyektif, dan pengetahuan serta keterampilan yang cukup. Apabila persyaratan itu dipenuhi maka diharapkan SPI dapat memberikan kontribusi yang positif bagi keberhasilan pengelolaan perusahaan

Bab II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 33 NO JUDUL. 1 Pengaruh satuan pengawasan intern dan gaya kepemimpinan serta persepsi bawahan mengenai perilaku atasan terhadap upaya manajemen dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan (Suripto Samid : 1996) 2 Pengaruh audit internal terhadap penerapan Good Corporate Governance (Isny Isma Dewi:2008) Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu HASIL PENELITIAN PERSAMAAN Dengan adanya Terdapat pada satuan variabel X, yaitu pengawasan Satuan intern dapat Pengawasan mengetahui gaya intern kepemimpinan serta persepsi bawahan mengenai perilaku atasan berdampak positif terhadap upaya manajemen dalam meningkatkan profitabilitas. Adanya audit Terdapat pada internal variabel Y, yaitu : berdampak good corporate positif dalam menerapkan Good Corporate Governance. governance. indikator yang digunakan transparansi, akuntabilitas, kewajaran, independensi, dan responsibiliti PERBEDAAN Indikator variabel X :pendekatan parsitipatif, integritas, hubungan antara SPI dengan atasan. Tempat yang diteliti di tiga perusahaan industri. Terdapat pada variabel X, yaitu audit internal. Populasi dan sampel yang digunakan sebanyak 20 orang. Tempat penelitian di PT. INTI

Bab II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 34 Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dijelaskan dalam suatu skema kerangka pemikiran sebagai berikut : Meningkatkan keberhasilan usaha pada perusahaan BUMN Kep 117/M-MBU/2002 tentang Good Corporate Governance PT. Pupuk Kujang (perusahaan BUMN) Direktur Utama Satuan pengawasan Intern Sekretari perusahaan Unit Good Corporate Governance a. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan; b. Memberikan saran dalam upaya memperbaiki efektifitas proses pengendalian risiko; c. Melakukan evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan, pelaksanaan GCG dan perundang-undangan; dan d. Memfasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh auditor eksternal. Analisis Peranan fungsi satuan pengawasan intern terhadap pelaksanaan good corporate governance Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

Bab II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 35 2.3 Hipotesis Menurut Uma Sekaran (2006: 135) mengemukakan pengertian hipotesis adalah hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang diberikan peneliti yang diungkapkan dalam pernyataan yang dapat diteliti. Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas pnulis memberikan hipotesis bahwa: Fungsi Satuan Pengawasan Intern berperan terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance.