Aplikasi GPS Geodetic Dalam Penentuan Titik Kontrol Horisontal Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Studi Kasus: Bandara Kasiguncu Poso

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI KETINGGIAN BANGUNAN DALAM RANGKA UPAYA MENJAGA ZONA KKOP BANDARA JUANDA. (Studi Kasus : Masjid Ar-Ridlo Sedati Sidoarjo)

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

Pengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat Terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi Titik pada Survei GPS

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-Titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

Perbandingan Hasil Pengolahan Data GPS Menggunakan Hitung Perataan Secara Simultan dan Secara Bertahap

BAB IV PENGOLAHAN DATA

SAT. Analisis Batas Ketinggian Maksimum Bangunan Pada Kawasan Pendekatan Pendaratan Dan Lepas Landas Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II.

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

Membandingkan Hasil Pengukuran Beda Tinggi dari Hasil Survei GPS dan Sipat Datar

BAB I PENDAHULUAN I-1

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut:

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK

Evaluasi Spesifikasi Teknik pada Survei GPS

Evaluasi Spesifikasi Teknik pada Survei GPS

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI DAN DATA CHECKING

ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP

ANALISA PENENTUAN POSISI HORISONTAL DI LAUT DENGAN MAPSOUNDER DAN AQUAMAP

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

STUDI KINERJA PERANGKAT LUNAK LEICA GEO OFFICE 8.1 UNTUK PENGOLAHAN DATA GPS BASELINE PANJANG TUGAS AKHIR. Oleh: SIDIQ PURNAMA AGUNG

ANALISA PERBANDINGAN KETELITIAN PENGUKURAN KERANGKA KONTROL HORISONTAL ORDE-4 MENGGUNAKAN GPS GEODETIK METODE RAPID STATIC DENGAN TOTAL STATION

Pengaruh Waktu Pengamatan Terhadap Ketelitian Posisi dalam Survei GPS

Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR)

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

sensing, GIS (Geographic Information System) dan olahraga rekreasi

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA Oleh : Winardi & Abdullah S.

Kawasan keselamatan operasi penerbangan

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

ANALISIS KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (KKOP) BANDAR UDARA PEKON SERAI DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. Andius Dasa Putra dan Aleksander Purba 1)

Penggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara

Analisis Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan Bandar Udara Bokondini Papua Indonesia

OPTIMASI JARING PADA PENGUKURAN ORDE-3 MENGGUNAKAN PERATAAN PARAMETER

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL. 3.1 Data yang Digunakan

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Cakupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN JARINGAN JALAN KAWASAN PERKOTAAN TONDANO

On The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station)

BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG SISTEM DAN KERANGKA REFERENSI KOORDINAT UNTUK DKI JAKARTA. Hasanuddin Z. Abidin

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84?

Pengaruh Koneksitas Jaring Terhadap Ketelitian Posisi Pada Survei GPS

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) A-202

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

B A B IV HASIL DAN ANALISIS

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Tampilan 3D DEM SRTM

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Seseorang dapat mengajukan Perancangan Prosedur Penerbangan

PERHITUNGAN FAKTOR EMISI CO2 PLTU BATUBARA DAN PLTN

Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill

PEMBUATAN PETA ZONA BATAS TINGGI OBSTACLE SEBAGAI DASAR PENGENDALIAN TATA RUANG DI SEKITAR BANDARA Studi Kasus: Bandara Ngurah Rai Bali

BAB II CORS dan Pendaftaran Tanah di Indonesia

PEMANTAUAN POSISI ABSOLUT STASIUN IGS

METODE PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

Aplikasi GPS RTK untuk Pemetaan Bidang Tanah

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip April 2016

ANALISIS KETELITIAN AZIMUT PENGAMATAN MATAHARI DAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) (Studi Kasus: Kampus ITS Sukolilo, Surabaya)

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST

Analisis Perbedaan Perhitungan Arah Kiblat pada Bidang Spheroid dan Ellipsoid dengan Menggunakan Data Koordinat GPS

ANALISIS INFORMASI TIGA DIMENSI DALAM KESELAMATAN PENERBANGAN DAERAH PERKOTAAN (Studi Kasus : Bandara Husein Sastranegara)

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tanggal 27 Oktober 2014;

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

SIDANG TUGAS AKHIR RG

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

BAB Analisis Perbandingan Hasil LGO 8.1 & Bernese 5.0

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS WILAYAH DESA KAUMAN KECAMATAN KARANGREJO PROPINSI JAWA TIMUR

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME)

STUDI PERBANDINGAN GPS CORS METODE RTK NTRIP DENGAN TOTAL STATION

SISTEM PELACAKAN KEBERADAAN LOKASI KENDARAAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16 MELALUI LAYANAN SMS. Disusun Oleh : Nama : Indra Pratama Nrp :

MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

REKONSTRUKSI/RESTORASI REKONSTRUKSI/RESTORASI. Minggu 9: TAHAPAN ANALISIS CITRA. 1. Rekonstruksi (Destripe) SLC (Scan Line Corrector) off

BAB III PEMANFAATAN SISTEM GPS CORS DALAM RANGKA PENGUKURAN BIDANG TANAH

Jurnal Geodesi Undip OKTOBER 2017

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III KAJIAN TEKNIS

ANALISIS PARAMETER ORIENTASI LUAR PADA KAMERA NON-METRIK DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM RTK-GPS

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

PURWARUPA SISTEM INFORMASI KADASTER 3D BERBASIS WEB (STUDI KASUS : RUMAH SUSUN PENJARINGAN SARI, KOTA SURABAYA)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE

BAB III METODE PENGUKURAN

By. Y. Morsa Said RAMBE

Panduan Pengoperasian GPS GARMIN 76CSX, 60CSX dan etrex Hcx

Transkripsi:

Aplikasi GPS Geodetic Dalam Penentuan Titik Kontrol Horisontal Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Studi Kasus: Bandara Kasiguncu Poso Ruki Ardiyanto.ST 1, Dr. Agustan 1, Rachmat Ramadhan 1 1 Pusat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam (PTISDA), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT Gedung 2 Lantai 19, Jl MH Thamrin No. 8 Jakarta 10340 Abstrak Sesuai dengan ICAO ANNEX 14 Vol 1 Chapter 4 OBSTACLE RESTRICTION AND REMOVAL serta Keputusan Menteri Perhubungan KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum yang mengatur tentang Kawasan keselamatan Operasi Penerbangan menyaratkan bahwa kawasan udara di sekitar bandar udara harus bebas dari segala bentuk hambatan yang akan mengganggu pergerakan pesawat udara dengan menetapkan batasan ketinggian tertentu terhadap objek-objek di sekitar bandar udara. Untuk itu aspek Keselamatan Penerbangan merupakan elemen yang khusus dan mutlak harus diwujudkan termasuk segala persyaratan pendukungnya. Dewasa ini data yang ada, baik yang merupakan titik koordinat referensi Bandar udara (Aerodrome Reference Point/ARP), maupun letak lokasi suatu peralatan navigasi (Navigation Aid s) atau objek lain yang dianggap penting untuk keperluan navigasi dan operasi penerbangan dinilai kurang akurat, terutama bila dikaitkan dengan tatacara bernavigasi dimasa yang akan datang. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka sudah saatnya koordinat Bandar udara ditentukan ataupun direvisi kembali dengan menggunakan metode penentuan posisi yang sebanding dengan teknologi navigasi yang akan digunakan. Penentuan posisi geografis dengan bantuan satelit GPS dapat memberikan banyak manfaat dan nantinya akan menjadi infrastruktur pada Future Air Navigation System (FANS) Sejalan dengan teknologi dan perkembangan dibidang navigasi udara, maka pada pemetaan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Bandar Udara Kasiguncu yang telah dilaksanakan sebelumnya dengan menggunakan teknologi teristris, maka teknologi GPS mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan titik-titik kontrol untuk keperluan pemetaan tersebut. Kata Kunci: KKOP, GPS, FANS, ARP Abstract In accordance with ICAO Annex 14 Vol 1 Chapter 4 "Obstacle Restriction AND REMOVAL" Minister of Transportation and KM 48 of 2002 Concerning Commercial Airport regulating the safety of Flight Operations Zone requires that the area of air around airports should be free from all forms of barriers that would interfere with aircraft movement by setting specific height limits of objects around airports. For that aspect of Aviation Safety is an element of special and absolutely must be realized, including all supporting requirements. Today the existing data, whether that is a point the coordinates of reference Airport (Aerodrome Reference Point/ARP), as well as the location of the location of a navigation equipment (Navigation Aid's) or other objects that are considered essential for the purposes of navigation and flight operations were considered less accurate, especially when associated with a procedure to navigate the future. To anticipate this, then it is time coordinates defined or revised Airport re-using the positioning method that is comparable with navigation technology that will be used. Geographical positioning with the help of GPS satellites can provide many benefits and will become the infrastructure on the Future Air Navigation System (FANS) In line with the technology and developments in the field of air navigation, mapping it to the Flight Operations Safety Zone at Kasiguncu Airport which has been implemented previously using terrestrial technology, the GPS technology has a very important role in determining the control points for mapping purposes. Keywords: KKOP, GPS, FANS, ARP 1

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan ICAO ANNEX 14 Vol 1 Chapter 4 OBSTACLE RESTRICTION AND REMOVAL serta Keputusan Menteri Perhubungan KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum yang mengatur tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) mensyaratkan bahwa kawasan udara di sekitar bandar udara harus bebas dari segala bentuk hambatan yang akan mengganggu pergerakan pesawat udara dengan menetapkan batasan ketinggian tertentu terhadap objek-objek di sekitar bandar udara(direktorat Jendral Perhubungan Udara. 2000). Untuk itu aspek Keselamatan Penerbangan merupakan elemen yang khusus dan mutlak harus diwujudkan termasuk segala persyaratan pendukungnya. Dewasa ini data yang ada, baik yang merupakan titik koordinat referensi Bandar udara (Aerodrome Reference Point/ARP), maupun letak lokasi suatu peralatan navigasi (Navigation Aid s) atau objek lain yang dianggap penting untuk keperluan navigasi dan operasi penerbangan dinilai kurang akurat, terutama bila dikaitkan dengan tatacara bernavigasi di masa yang akan dating(icao. 1995). 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud penelitian ini adalah agar tersajinya data bentuk koordinat dalam sistem UTM (Universal Transverse Mercator) dan geografi sebagai titik ikat untuk keperluan pemetaan topografi kawasan keselamatan operasi penerbangan di Bandar Udara Kasiguncu, Poso, Sulawesi Tengah. Tujuan untuk Pengukuran Titik Kontrol KKOP Bandar Udara Kasiguncu adalah sebagai berikut: 1. Menentukan besaran koordinat bumi dalam sistem koordinat geografis untuk keperluan titik kontrol KKOP yang memiliki ketelitian serta akurasi tinggi. 2. Koordinat titik kontrol KKOP yang dihasilkan telah terintegrasi ke dalam sistem koordinat nasional UTM. 2. Metodologi Penelitian 2.1. Lokasi Penelitian Lokasi pekerjaan berada di kawasan Bandar Udara Kasiguncu meliputi: Dua titik di dalam kawasan bandara, yaitu TH-21 dan TH-03 dan di luar kawasan sebanyak 20 titik KKOP antara lain KKOP-01, sampai dengan KKOP-20. 2.2. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam pengukuran antara lain sebagai berikut: GPS Geodetik L1 Magellan Promark3, kompas, laptop, dan kamera digital. 2.3. Metodologi Penelitian Tahapan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 2.3.1. Persiapan Teknis Persiapan teknis ini adalah melakukan penentuan desain jaringan dan layout pengukuran (Gambar 1). Untuk desain jaringan digunakan acuan yang telah dipersiapkan oleh tim topografi yang sebelumnya telah menentukan titik-titik KKOP mana saja yang akan diukur. 2

Gambar 1. Ilustrasi desain jaringan baseline KKOP 2.3.2. Pengujian Peralatan Pengujian peralatan dimaksudkan untuk menguji coba kemampuan dan kelancaran peralatan yang digunakan, baik perangkat GPS Geodetik maupun sistem perangkat lunaknya. Perangkat lunak yang digunakan untuk memproses data GPS adalah GNSS Solution 2.5 (Ver. Donggle). 2.3.3. Pengukuran Posisi Titik KKOP dengan GPS Penentuan posisi titik KKOP sebagai jaringan titik ikat dilakukan menggunakan metode statik dengan interval perekaman 1 detik pada mask angle minimum 15. Untuk meningkatkan ketelitian hasil akhir (koordinat), penentuan posisi dilakukan secara diferensial/relatif terhadap titik-titik lain yang telah didefinisikan nilai koordinatnya. Penentuan posisi secara relatif tersebut tergambar dalam bentuk yang disebut sebagai baseline, yaitu selisih jarak dan arah antara 2 titik yang diukur (Abidin, 2000). Pra Pengamatan Dalam kegiatan pra pengamatan ini dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut (Abidin,2001) : o Centering dan leveling antena di atas titik KKOP, o Menghubungkan kabel antena ke receiver, o Memasang antena, o Sesuai dengan spesifikasi alat yang digunakan, tinggi antena terhadap pusat pilar diukur sebelum dan sesudah pengamatan, dimana perbedaan tinggi antena tidak boleh melebihi 2 mm, o Kalibrasi receiver, o Inisialisasi berupa masukan beberapa parameter. Dua hal yang sangat penting pada saat pengamatan berlangsung, yakni pemasukan data tinggi antena dan nama file GPS. Pengamatan GPS Pilar BM KKOP o Dilaksanakan dengan metode survei GPS, menggunakan 2 unit receiver GPS tipe geodetik. o Lama pengamatan tipikal adalah 60 menit dan atau disesuaikan dengan panjang baseline (jarak antar titik pilar KKOP ke titik ikat GPS nasional yang digunakan), seperti pada Tabel 1 berikut ini : 3

Tabel 1. Prosedur Pengamatan Tipikal dengan GPS Geodetik (Sumber: Pengamatan GPS geodetik Pilar Batas Bakosurtanal) o Pada survei GPS penentuan koordinat pilar KKOP relatif terhadap titik ikat dapat dilakukan secara radial positioning. o Pada survei GPS untuk titik ujung-ujung landasan pacu, pengamatannya harus bereferensi pada titik ARP yang telah diikatkan pada titik GPS nasional dan dilakukan secara static positioning. 2.3.4. Pengolahan Data Setelah seluruh titik telah diamati, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pemindahan data (download) dari receiver ke laptop. Pada proses ini menggunakan software GNSS Solution 2.5 dengan menggunakan kabel USB (universal serial bus) sehingga memudahkan dalam tahapan post processing. Adapun data yang di-download terdiri dari format raw data file dan selanjutnya dikonversi menjadi tipe data rinex file. Pada tahap ini dilakukan dua tahapan pekerjaan yaitu : o Pengolahan data sementara o Hitungan koordinat defenitif o Hitung perataan jaringan (Network Adjustment) 4

Secara umum tahapan pengukuran dan pengolahan data GPS geodetik ini dapat dilihat pada diagram alir berikut ini (Gambar 2): Gambar 2: Diagram Alir Pengukuran dan Pengolahan Data GPS. Pengolahan Data Sementara Hitungan sementara dilakukan di lapangan setelah selesai pengukuran dengan menggunakan perangkat lunak yang tersedia, sehingga setiap data dari hasil pengamatan setiap titik KKOP yang telah diukur dapat diketahui tingkat kualitasnya, selanjutnya akan diperoleh koordinat geografis (, ) nya. Hasil koordinat sementara ini digunakan sebagai lampiran dari penelitian yang dinyatakan dalam deskripsi pengamatan GPS. Pengikatan ke Jaring Kontrol Horizontal Nasional (JKHN) Untuk mendapatkan koordinat titik-titik batas dalam sistem koordinat nasional dalam Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN 95), yang nilai parameternya sama dengan parameter World Geodetic Sistem 1984 (WGS 84), pengukuran ke titik Jaring Kontrol Horisontal Nasional (JKHN) dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) yang terletak di Kelurahan Rimba Jaya. Tahapan pengukuran GPS selanjutnya adalah mendekatkan titik referensi dalam sistem WGS 84 ke lokasi pengukuran untuk mempermudah pelaksanaan pengukuran titik kontrol lainnya, yaitu dengan mengikatkan titik ARP diikatkan ke titik Jaring Kontrol Horisontal Nasional (JKHN) Orde 0 dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Bakosurtanal dengan nomor N.4007. Dengan diikatkannya titik kontrol KKOP ke titik JKHN, berarti koordinat titik kontrol telah terintegrasi ke dalam sistem koordinat nasional (UTM - DGN 95). Hitung Perataan Baseline Pada tahap ini dilakukan metode sederhana, yaitu meratakan sejumlah pengamatan untuk titik-titik koordinat di posisi yang sama, dengan cara memberikan bobot setiap pengamatan secara proporsional (Muhamadi dan Mutiara, I. 2002). Bobot pengamatan adalah harga standar deviasi hitungan rata-rata statistik untuk titik yang bersangkutan, sewaktu dilakukan pengujian data sebagai datum point ditetapkan di 5

KKOP-XX dan titik KKOP-XX, karena titik tersebut merupakan titik sekutu dari berbagai fase pengamatan (common point) seperti ditunjukan pada diagram alir berikut ini (Gambar 3): Gambar 3. Diagram Alir Pengolahan Data GPS 3. Hasil dan Analisa 3.1. Hasil 3.1.1. Pengolahan Data GPS Berdasarkan hasil pengolahan data akhir (final adjustment) menggunakan metode perataan untuk seluruh baseline maka didapatkan nilai analisis simpangan baku (standar deviasi) masing masing koordinat. 3.1.2. Koordinat Titik KKOP Koordinat yang dihasilkan pada proses pengolahan baseline menggunakan perangkat lunak GNSS Solution 2.5, adalah koordinat dalam sistem koordinat geografis dan sistem koordinat proyeksi UTM. Hasil akhir dari proses ini divisualisasikan dalam bentuk tabel koordinat titik BM KKOP kedua sistem tersebut (Tabel 3 dan Tabel 4). 6

Tabel 3. Koordinat Geografi Titik KKOP Tabel 4. Koordinat UTM Titik KKOP 3.1.3. Koordinat Runway Geografis dan UTM WGS 84 Koordinat ini merupakan koordina landasan/runway dari Bandara Kasiguncu yang telah terinteregrasi dengan titik dari Bakosurtanal, adapun koordinat runway tersebut adalah sebagai berikut (Tabel 5): Tabel 5. Koordinat Runway Sedangkan gambar illustrasi titik koordinat pada runway dapat dilihat pada Gambar 4 seperti di bawah ini. 7

Gambar 4. Titik koordinat pada runway 3.2. Analisa 3.2.1. Analisa Pergeseran Linear Horisontal Dari hasil pengolahan data untuk pengamatan survei GPS metode statik, didapatkan koordinat posisi tiap titik penelitian. Berdasarkan koordinat posisi tersebut kemudian dihitung pergeseran linear tiap titik. Sebagai titik acuan adalah titik yang didapatkan dari pengamatan survei GPS metode statik selama 60 menit. Dari data hasil analisis simpangan baku diperoleh nilai Δx, Δy dan Δz di bawah 1 (lihat Tabel 6), berarti nilai simpangan baku masuk di dalam toleransi pengukuran GPS. Pada kenyataannya bahwa nilai penyimpangan (kesalahan) relatif dari koordinat KKOP ke titik referensi N.4007 dipengaruhi oleh jarak dan lama pengamatan walaupun jauh jarak baseline jika waktu pengamatan ditambahkan maka akan memperkecil simpangan/ kesalahan pengukuran.

Tabel 6. Analisis Ketelitian Titik KKOP Berdasarkan Simpangan Baku 4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil akhir pekerjaan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Pengukuran untuk penentuan posisi BM KKOP di bandara Kasiguncu, Poso sebanyak 20 titik dilakukan pada pengamatan siang hari. Jarak ideal antara BM KKOP memiliki kerapatan sebesar 1 km agar masuk dalam toleransi baseline. Jarak terjauh BM KKOP dengan titik ikat Bakosurtanal sejauh 14 km akan mempengaruhi ketelitian baseline. Hasil toleransi yang didapatkan pada pengukuran penentuan titik KKOP memiliki standar deviasi maksimal sebesar <1 cm yang memiliki arti bahwa pengukuran ini masuk toleransi. 4.2. Saran Sebagaimana dimaklumi, kualitas akurasi dan presisi hasil pengamatan GPS tergantung dari kondisi dan lokasi titik di lapangan. Agar didapat kualitas hasil pengamatan yang baik maka harus mengacu pada referensi dalam penentuan lokasi pilar BM pada umumnya yaitu jauh dari obstruksi dan benda-benda yang mengandung elektromagnetik dan tegangan tinggi yang dapat menghalangi sinyal satelit GPS. Metode pengukuran GPS Geodetic yang akan digunakan dalam pengukuran ditentukan oleh kebutuhan/ kepentingan dari akan pengukuran.

Daftar Pustaka Abidin, H. Z. 2000. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Abidin, H. Z. 2001. Geodesi Satelit. Jakarta. PT Pradnya Paramita. Abidin, H. Z., Jones, A., Kahar, J. 2002. Survey Dengan GPS. Jakarta. PT Pradnya Paramita. Direktorat Jendral Perhubungan Udara. 2000. Keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Udara Nomor:SKEP/110/VI/2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Bandar Udara dansekitarnya, Jakarta. ICAO. 1995. Annex 14 Volume I, Aerodrome Design And Operation, SecondEdition Djawahir. 1992. Penentuan Posisi dengan GPS. Yogyakarta. Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik UGM. Muhamadi, M. dan dan Mutiara, I. 2002. Hitung Perataan I. Surabaya. Teknik Geodesi Institut Teknologi Sepuluh Nopember.