PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTECH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI DISAIN PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTEK

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI KINERJA TEKNIK OPERASIONAL DALAM MANAJEMEN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN TUGAS AKHIR

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

KUESIONER UNTUK PEDAGANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

Optimisasi pengalokasian sampah wilayah ke tempat pembuangan sementara (TPS) di Kota Surakarta dengan model integer linear programming

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI POLEWALI MANDAR

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA.

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS MASYARAKAT Sri Subekti Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

1. Pendahuluan ABSTRAK:

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT / SAMPAH ( REDUCE, RECYCLING, REUSE, RECOVERY )

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB VII PENGKAJIAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTEK

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU-BAU,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MAGELANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA CIREBON DALAM PENGOLAHAN SAMPAH TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEWADAHAN, PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

PENGELOLAAN SAMPAH KANTOR SECARA TERPADU: (Studi Kasus Kantor BPPT)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

'., 1 "i~' ,} '/' ~%~.' ~.-,...~~.~.'*''? ._~l. «:,J:;;:f?Ij~ .-, /J><:,.::' 'h'l.,:,.(/' vr:~ -..-:>~ "'~J",. 8J~PJ>~Pl5~ ~ d"kkh~

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

BAB I PENDAHULUAN. tidak terjadi dengan sendirinya (Mukono, 2006). Pertambahan penduduk,

BUPATI POLEWALI MANDAR

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS MASYARAKAT

4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STRATEGI PENGELOLAAN ASET SISTEM PERSAMPAHAN DI KOTA POSO

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 14 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO PROFIL PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN TAHUN 2006

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGELOLAAN KEBERSIHAN. Direktorat Fasilitas dan Properti

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OO8 tentang. 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2AO9 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

Transkripsi:

PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTECH Suprapto Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. M.H. Thamrin No. 8, Lantai 12, Jakarta 10340 e-mail: suprapto.bpptbas@yahoo.com PENDAHULUAN Sistem pengelolaan sampah kota yang sedang dilakukan baik kategori kota kecil, kota sedang, kota besar, maupun kota metropolitan di Indonesia saat ini sebagian besar adalah pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan atau biasa disebut dengan 3P. Sampah dikumpulkan dari sumbernya, kemudian diangkut ke TPS dan dibuang ke Tempat pemrosesan Akhir Sampah (TPA). Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, khususnya pada Pasal 19 dan Pasal 20, tentang Pengelolaan Sampah dengan pengurangan dari sumbernya dengan menggunakan 3R (Reuse, Reduce. Recycle) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 81 Tahun 2012, tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, merupakan dasar dalam pengelolaan sampah di sumbernya, terutama sampah perkantoran. Dalam perencanaan pengelolaan sampah perkantoran dianjurkan adanya: pembatasan timbulan sampah, pendaur ulang sampah, pemanfaatan kembali sampah, pemilahan sampah, pengumpulan sampah, pemindahan sampah, pengolahan di sumbernya, dan pendanaan. 80

Dari sumber sampah yang diklasifikasikan menjadi beberapa sumber seperti : rumah tangga (domisili), daerah komersial (seperti pertokoan, mall/super`market, pedagang kaki lima, perhotelan, dll), perkantoran, rumah sakit, industri/pabrik, sarana umum (taman kota, tempat terbuka, sarana olah raga, sekolah, tempat ibadah), sapuan jalanampah dari got/saluran drainase, sungai, pantai. Sampah dari sumbernya tersebut dikumpulkan atau dipindahkan di tempat-tempat sampah yang tersedia. Tempat sampah ini berupa kantong plastik bekas belanjaan, keranjang sampah, tong sampah, bin, bak beton, container, dan lain sebagainya. Dari tempat sampah ini kemudian sampah dipindahkan atau diangkut oleh Tukang Gerobak atau langsung ke truk sampah tergantung sistem pengumpulan dan pengangkutannya ada yang dibawa ke Tempat Penampungan sementara (TPS) terdekat atau langsung ke TPA. Sedangkan pengumpulan yang melalui TPS ini, sampah dengan menggunakan truk diangkut menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) untuk ditimbun. Sebelum dibawa ke TPA sangat sedikit yang melakukan pengolahan dalam rangka mengurangi jumlah baik secara volume maupun beratnya. Dari jumlah sampah yang dibuang dan ditimbun di TPA ini apabila tidak ada usaha untuk mengurangi jumlah sampah dari sumbernya, akan menyebabkan biaya pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan semakin membesar. Demikian juga beban TPA untuk menampung jumlah sampah yang semakin hari semakin membesar, sehingga akan terjadi kesulitan dalam menyediakan lahan, serta dalam mengatasi permasalahan pengelolaannya. Dalam sistem pewadahan, pengumpulan, pemindahan, dan pengangkutan sampah dari sumber baik langsung maupun melewati Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) menuju ke TPA 81

merupakan aspek teknik operasional yang sangat penting dalam rangkaian sistem pengelolaan sampah secara terpadu. Terkumpulnya sampah dalam pewadahan pada waktu tertentu maupun secara rutin merupakan awal dari kegiatan pemindahan sampah dari sumbernya untuk dipindahkan ke TPS, dari TPS ini merupakan awal kegiatan bagi pengangkutan sampah menuju ke TPA. Sedangkan bagi pengumpulan dan pengangkutan dengan menggunakan sistem door to door merupakan awal dari pengangkutan sampah dari sumber menuju TPA. Dari masingmasing sistem tersebut banyak variable yang selalu mempengaruhi dalam keberhasilan sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah ke TPA. Variable tersebut antara lain disain, warna, ukuran/kapasitas, jenis material tempat sampah, gerobak, jenis kendaraan/truk yang dipakai. Juga frekwensi, waktu, ritasi, rute, pengelola, jumlah crew dari sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah sampai ke TPA. Selain faktor teknis tersebut ada satu hal yang mempunyai arti penting bagi keseluruhan sistem tersebut adalah keikut sertaan masyarakat dalam penyediaan tempat sampah, pengumpulan dan penempatan pada tempat sampah yang sesuai dengan jadwal waktu pemindahan/pengangkutan dalam sistem pewadahan, pemindahan, pengumpulan dan pengangkutan sampah ke TPA. Ketidak sesuian dan ketidak seimbangan dari semua faktor yang mempengaruhi dalam sistem pewadahan, pengumpulan pemindahan dan pengangkutan sampah dari sumber ke TPA tersebut, akan mendatangkan permasalahan akibat tercecer sampah dimana-mana baik di sekitar sumber sampah seperti pemukiman, sekitar daerah komersial, perkantoran, pasar, jalan, selokan, sungai, sarana umum, TPS, sekolah dan lainnya. Permasalahan tersebut seperti bau, tercemarnya lingkungan, terganggunya estetika, 82

munculnya beberapa penyakit yang disebabkan oleh penyakit seperti lalat, tikus, kacoa, dan lainnya. vector TUJUAN DAN SASARAN Maksud dan tujuan kegiatan Pengelolaan sampah terpadu di kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),di Gedung Geostech Puspitek, Serpong adalah untuk mengidentifikasikan permasalahan dalam sistem pengelolaan sampah perkantoran di BPPT-Geostech sebagai salah satu sumber sampah dalam sistem pengelolaan sampah perkotaan terpadu di Tangerang Selatan yang meliputi : Sistem, Teknologi dan Manajemen Pewadahan Pengumpulan, Pemindahan ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Pengangkutan Sampah ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA). Kemudian dari hasil identifikasi permasalahan tersebut dicarikan alternatif pemecahannya dengan melakukan kegiatan penyusunan Perencanaan Sistem dan Teknologi Pengelolaan Sampah Perkantoran di Geostech, Serpong secara terpadu di Tangerang Selatan sesuai dengan ketentuan yang ada. Sasaran dari kegiatan ini adalah dapat dijadikannya percontohan dalam menyusun perencanaan, merancang, mendisain mengembangkan sub-sistem pengelolaan sampah terpadu dari sumber sampah kategori sampah perkantoran kedalam sistem pengelolaan sampah terpadu skala perkotaan di Tangerang Selatan, dan mengaplikasikannya. Kemudian dapat dijadikan sebagai modul/standar sub-sistem pengelolaan sampah perkantoran terpadu dalam sistem pengelolaan sampah perkotaan terpadu untuk kotakota lain di Indonesia. 83

HASIL KEGIATAN Hasil Kegiatan ini adalah Dokumen Perencanaan Sistem dan Teknologi Pengelolaan Sampah Perkantoran BPPT, di Geostech, Puspitek, Serpong secara terpadu di Tangerang Selatan sesuai dengan ketentuan yang ada (lihat Gambar Skema 1.), yang terdiri dari: a. Sistem, Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Pewadahan; b. Sistem, Teknologi dan Manajemen Pengumpulan; c. Sistem, Teknologi dan Manajemen Pemindahan dari sumber sampah ke Tempat Pembuangan Sementara 3R (TPS-3R); d. Sistem, Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Tempat Pembuangan Sementara 3R (TPS-3R); e. Sistem, Teknologi dan Manajemen pengolahan sampah di Tempat Penampungan Sampah Sementara 3R (TPS-3R), yang meliputi: Komposting, Daur Ulang Sampah dengan Bank Sampah, dan biogas; f. Tempat Pembuangan Sementara 3R (TPS-3R); g. Sistem, Teknologi dan Manajemen Pengangkutan Sampah dari Tempat Penampungan Sampah Sementara 3R (TPS-3R)ke Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA). 84

Gambar 1. Sistem Pengelolaan Sampah Gedung Geostech-Serpong Gambar 2. Skema Pengelolaan Sampah perkantoran 85

Kemudian dengan Sistem & Teknologi Pengelolaan sampah perkantoran secara terpadu di Geostech, secara teknis diaplikasi seperti pada Gambar Skema 2 di atas. Dengan sistem & Teknologi pengelolaan sampah kantor terpadu di Geostech seperti pada Diagram diatas akan diperoleh pengurangan jumlah sampah sebesar 55%. MANFAAT KEGIATAN Manfaat kegiatan ini adalah dijadikan sebagai dasar acuan dalam pengelolaan sampah perkotaan dengan dasar 3R (reduce, reuse, recycle) dengan pemilahan sampah di sumbernya, khusunya sumber sampah dari sampah perkantoran, baik untuk kategori kota kecil, kota sedang, kota besar, maupun kota metropolitan dan megapolitan, yang terdiri dari: a. Sistem, Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Pewadahan; b. Sistem, Teknologi dan Manajemen Pengumpulan; c. Sistem, Teknologi dan Manajemen Pemindahan dari sumber sampah ke Tempat Pembuangan Sementara 3R (TPS-3R); d. Sistem, Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Tempat Pembuangan Sementara 3R (TPS-3R); e. Sistem, Teknologi dan Manajemen pengolahan sampah di Tempat Penampungan Sampah Sementara 3R (TPS-3R), yang meliputi: Komposting, Daur Ulang Sampah dengan Bank Sampah, dan biogas; 86

f. Sistem, Teknologi dan Manajemen Pengangkutan Sampah dari Tempat Penampungan Sampah Sementara 3R (TPS-3R)ke Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA). KESIMPULAN dan REKOMENDASI a. Perlu dilakukan penyusunan Standard Operation Procedure [SOP] untuk : proses pengumpulan sampah di setiap sumber, yang menyangkut tentang: waktu, frekwensi, petugas, job discribtion, job specification, lokasi/wilayah kerja, peralatan dan fasilitas yang dibutuhkan, pengawasan, dll; proses pemilihan tempat sampah untuk pewadahan sampah di setiap sumber, yang menyangkut tentang: jenis, kapasitas, volume, material yang dipakai, warna, disain, waktu & frekwensi penempatan & pengambilannya, petugas, job discribtion, job specification, lokasi/wilayah titik tempat sampah, peralatan dan fasilitas lain yang dibutuhkan, pengawasan, dll; proses pemindahan sampah dari setiap sumber ke TPS-3R, yang menyangkut tentang: waktu, frekwensi, petugas, job discribtion, job specification, lokasi/wilayah kerja, peralatan dan fasilitas yang dibutuhkan, pengawasan, dll; proses pengolahan sampah dari setiap sumber di TPS-3R, yang menyangkut tentang: teknologi dan system yang digunakan dlam upaya pengurangan jumlah sampah baik volume maupun beratnya serta pengurangan jumlah pencemaran yang ditimbulkannya. Untuk sampah organic digunakan dengan proses composting, biogas, dan mempergunakan Bank sampah untuk sampah anorganik. Waktu proses dilakukan, frekwensi, petugas, job discribtion, job specification, lokasi/wilayah kerja, peralatan dan fasilitas yang dibutuhkan, pengawasan, 87

management produksi, pemasaran, permodalan, dan busines Plant, dll; b. Perlu adanya dukungan : program sosialisasi yang berkelanjutan dan terus menerus, sertaadanya lembaga kelompok masyarakat dalam perkantoran sebagai organisasi pengelola yang formal dan sesuai dengan ketentuan; peraturan lokal/setempat didalam kantor yang merupakan penjabaran dari ketentuan secara umum yang berlaku; dana untuk operasional pengelolaan maupun biaya pemeliharaan atau investasi penambahan prasarana dan sarana sesuai dengan kebutuhan; peran aktif masyarakat/penghuni kantor untuk melaksanakan program 3R (reduce, reuse, recycle). terutama yang berkaitan dengan perubahan perilaku dan budaya memilah sampah sejak dari sumbernya untuk menerapkan pengelolaan sampah dengan 3R; kebijakan struktural mengenai pengelolaan sampah terpadu untuk melaksanakan program 3R (reduce, reuse, recycle); c. Perlu dilakukan akses dengan pengguna hasil daur ulang sebagai bahan baku industrinya, seperti pabrik dan industry yang menggunakan sebagian bahan bakunya dengan bahan daur ulang (secondary material raw); Lapak, boss pemulung/daur ulang; d. Perlu adanya kerjasama dan interaksi aktif dan bersinergi dengan pengelola sampah kawasan Puspitek dan Dinas terkait seperti Dinas Kebersihan Tangerang Selatan; 88

e. Adanya pola monitoring dan evaluasi dari unit perkantoran yang terkait, Hasil monitoring dan evaluasi dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi proses replikasi atau pengembangan yang diperlukan serta pendataan yang lebih akurat untuk mengetahui hasil pencapaian program 3R di perkantoran secara nasional; f. Perlu dilakukan penyusunan perencanaan Sistem dan Teknologi Pengelolaan sampah Domestik perkantoran yang ber B-3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) terpadu dan Standard Operation Procedure [SOP]nya, mengingat Gedung Geostech ada kegiatan Laboratorium dan kegiatan Workshop/perbengkelan; 89