BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB III GAMBARAN UMUM

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara ,91 BT. Sebelah Utara : Kabupaten Bandung Barat

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Wilayah Cibeunying merupakan salah satu wilayah yang berada di wilayah

BAB II TINJAUAN UMUM

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Wilayah Pengembangan Tegallega pada Tahun

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kecamatan Bojongloa Kaler

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

STATISTIK DAERAH KECAMATAN ANDIR 2015

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

STATISTIK DAERAH Kecamatan Astanaanyar 2016

STATISTIK DAERAH Kecamatan Astanaanyar 2015

GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB IV DESKRIPSI UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN UMUM DAN RENCANA PENGEMBANGAN DAERAH PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

Kata Sambutan Untuk mewujudkan visi Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai pelopor data statistik terpercaya untuk semua, BPS terus melakukan inovasi dan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

KARAKTERISTIK WILAYAH

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, yaitu dengan cara menggalakan

BAB III TINJAUAN LOKASI

STATISTIK DAERAH KECAMATAN ANDIR 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman :

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Tabel 4.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kota Bandung

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian 1. Letak dan Luas Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia lembar Bandung 1209-311, Wilayah Tegallega terletak pada 107 o 32 45 BT 107 o 36 47 BT dan 6 o 54 18 LS 6 o 57 45 LS. Secara administratif Wilayah Tegallega berbatasan dengan : Sebelah Utara Sebelah Barat Sebelah Timur Sebelah Selatan : Wilayah Bojonegara : Kota Cimahi : Wilayah Karees : Kabupaten Bandung Wilayah Tegallega terbagi menjadi lima kecamatan, yaitu Kecamatan Bandung Kulon, Kecamatan Babakan Ciparay, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Bojongloa Kidul dan Kecamatan Astanaanyar. Luas total Wilayah Tegallega adalah 26,63 Km 2, untuk perincian luas Wilayah Tegallega dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Luas Wilayah Tegallega Wilayah Kecamatan Luas Wilayah (Km 2 ) Total (Km 2 ) Bandung Kulon 6,48 Babakan Ciparay 7,96 Tegallega Bojongloa Kaler 3,03 26,63 Bojongloa Kidul 6,27 Astanaanyar 2,89 Sumber : BPS Kota Bandung (Hasil Regristrasi Penduduk 2002) 2. Iklim Menurut Rafi I (1995:1) iklim merupakan Keadaan cuaca pada daerah yang luas dan dalam jangka waktu yang lama diatas atmosfer permukaan bumi. Cuaca dan iklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam sehingga kehidupan baik manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh atmosfer dengan prosesnya. Penentuan iklim suatu daerah dapat ditentukan dengan banyak cara, yaitu seperti klasifikasi iklim Junghun, Schimdt-Ferguson, Koppen, Thornthwaite, Trewartha, Thiessen, Penman dan Oldeman. Berdasarkan laporan dari penelitian Badan Meterologi dan Geofisika, secara umum Wilayah Tegallega berada di Kota Bandung, dimana iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh pegunungan di sekitarnya sehingga cuaca yang terbentuk sejuk dan lembab. Berdasarkan iklim Koppen, Kota Bandung termasuk wilayah tipe iklim Af atau hutan tropis. Suhu udara berkisar antara 19,0 o- 29,3 o C dengan curah hujan rata-rata 161,0 mm dan hari hujan efektif 16 hari perbulan pada tahun 2007.

Peta 4.1. Peta Administratif Wilayah Tegallega

Pada bulan Oktober tahun 2005, suhu rata-rata Kota Bandung pernah meningkat tajam, hingga mencapai 31,4 O C. Peningkatan suhu tersebut diduga oleh polusi udara yang berasal dari kendaraan bermotor. Walaupun demikian, suhu tetap normal dan curah hujan masih relatif tinggi di Kota Bandung. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data dan kondisi cuaca di Kota Bandung dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Cuaca Menurut Bulan di Kota Bandung Pada Tahun 2007 No Bulan Penguapan (mm) Tekanan Udara Kelembaban Nisbi (%) 1 Januari 3,5 922,1 83,0 2 Februari 3,2 922,9 85,0 3 Maret 4,0 922,8 84,0 4 April 3,6 922,7 83,0 5 Mei 3,2 921,9 82,0 6 Juni 3,1 921,6 85,0 7 Juli 3,3 922,5 80,0 8 Agustus 3,7 922,6 77,0 9 September 4,0 922,8 79,0 10 Oktober 3,7 922,3 81,0 11 November 3,2 921,8 81,0 12 Desember 3,2 920,7 84,0 Rata-rata 2007 3,5 922,2 82,0 Sumber : Kantor Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Bandung, 2007 Menurut data monografi 2009, suhu maksimum dan minimum Wilayah Tegallega berkisar 26 O C 31 O C, dengan curah hujan berkisar 2.600 mm/th. Dari data-data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Wilayah Tegallega memiliki faktor fisik pendukung yang baik, sehingga menjadi daya tarik bagi para investor untuk membangun industri di Wilayah Tegallega, faktor fisik yang paling mendukung para investor untuk membangun industri di Wilayah Tegallega diantaranya faktor iklim, dengan suhu rata-rata 26 O C 31 O C tentunya menjadi pertimbangan investor untuk mendirikan sebuah industri di Wilayah Tegallega.

3. Morfologi Berdasarkan hasil interpretasi peta Topografi Lembar 4522 III Bandung, Wilayah Tegallega memiliki tingkat kemiringan lereng yang seragam yakni wilayah dengan kemiringan lereng < 8 % (datar) terletak di keseluruhan 100 % Wilayah Tegallega yang menjadi wilayah dari objek penelitian yang meliputi Kecamatan Bandung Kulon, Kecamatan Babakan Ciparay, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Bojongloa Kidul dan Kecamatan Astanaanyar. Untuk lebih jelasnya informasi kemiringan lereng dapat dilihat pada gambar 4.2 Peta Kemiringan Lereng Wilayah Tegallega. Dengan kondisi kemiringan lereng yang datar < 8 % di Wilayah Tegallega menjadi salah satu faktor yang dapat mendukung wilayah tersebut untuk dijadikan sebagai wilayah industri. 4. Geologi Geologi dapat menunjukkan formasi batuan di suatu daerah daerah dengan cara melihat fisiografi yang berada di wilayah tersebut. Proses geologi di Wilayah Tegallega terjadi dari adanya proses vulkanisme Gunung Tangkuban Perahu. Jenis batuan yang terdapat di Wilayah Tegallega berdasarkan peta Geologi terbagi menjadi 2 bagian yaitu : a. Jenis batuan (QVU) hasil gunung api tua yang teruraikan, yang terdiri dari breksi gunung api, lahar dan lava berselang-seling. Jenis batuan ini berada dihampir setiap Wilayah Tegallega, yakni di sebelah utara dan tengah Kecamatan Bandung Kulon, di sebelah utara dan tengah Kecamatan Babakan

Ciparay, Kecamatan Bojongloa Kaler, di sebelah utara dan tengah Kecamatan Bojongloa Kidul dan Kecamatan Astanaanyar. b. Jenis batuan (QYU) hasil gunung api mudak tidak teruraikan, yang terdiri dari pasir tufan, lapili, breksi, lava, aglomerat < 8 %. Jenis Batuan ini hanya berada di wilayah barat daya dan selatan Kecamatan Bandung Kulon, di wilayah barat daya, selatan sampai tenggara Kecamatan Babakan Ciparay dan di sebelah barat daya dan tenggara Kecamatan Bojongloa Kidul. Jenis batuan QVU dan QYU sangat cocok untuk lahan yang dijadikan sebagai lokasi industri, dikarenakan sifat tanah hasil pelapukan dari batuan QVU dan QYU stabil dalam artian memiliki agregat yang sangat konsisten antar partikel-pertikelnya.

Peta 4.2. Peta Geologi Wilayah Tegallega

B. Kondisi Sosial Daerah Penelitian Kondisi demografi merupakan gambaran penduduk yang melibatkan variabel demografi seperti jumlah, komposisi, persebaran, kelahiran, kematian, dan migrasi. Variabel-variabel tersebut dapat memberikan gambaran keadaan penduduk termasuk keadaan sosial-ekonominya. 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk Wilayah Tegallega yang terdiri dari 5 Kecamatan yaitu, Kecamatan Bandung Kulon, Kecamatan Babakan Ciparay, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kecamatan Astana Anyar berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) adalah 528.112 jiwa (penduduk laki-laki 279.194 jiwa dan perempuan 248.918 jiwa). Angka tersebut menentukan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,88%. Rata-rata kepadatan penduduk Wilayah Tegallega 20.241,93 jiwa/km2, dilihat dari segi kepadatan penduduk per kecamatan, maka Kecamatan Bojongloa Kaler merupakan daerah terpadat dengan kepadatan penduduk 38.645,80 jiwa/km2. Tabel 4.3. Jumlah dan kepadatan penduduk Kota Bandung tahun 2010 No Kecamatan Luas (Km 2 ) Jumlah Penduduk Kepadatan Per Km 2 1 Bandung Kulon 6,46 138.664 21.465,01 2 Babakan Ciparay 7,45 143.151 19.214,89 3 Bojongloa Kaler 3,03 117.218 38.645,80 4 Bojongloa Kidul 6,26 82.450 13.170,92 5 Astanaanyar 2,89 66.649 23.061,93 Jumlah 167,29 2.417.288 14.449,69 Sumber : Hasil Survey Sosial Ekonomi Daerah 2010

Peta 4.3. Peta Kepadatan Penduduk Wilayah Tegallega

Menurut UU No. 56/1960 pengelompokan kepadatan penduduk suatu wilayah terbagi menjadi: 1-50 jiwa/km 2 = Tidak padat 51 250 jiwa/km 2 = Kurang padat 251 400 jiwa/km 2 = Cukup padat > 400 jiwa/km 2 = Sangat padat Berdasarkan acuan tersebut Wilayah Tegallega merupakan daerah yang memiliki tingkat kepadatan sangat padat karena seluruh wilayahnya memiliki kepadatan lebih dari 400 jiwa/km 2. Kecamatan Bojongloa Kaler merupakan Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi sedangkan yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Bojongloa Kidul. Tingkat kepadatan tinggi yang dimiliki seluruh kecamatan yang berat di Wilayah Tegallega disebabkan karena semakin banyaknya para pendatang yang mengadu nasib di Kota Bandung. Sebagai Kota besar Bandung memiliki banyak lapangan pekerjaan yang menjanjikan. Kepadatan penduduk yang cukup tinggi di Wilayah Tegallega dapat dijadikan sebagai penunjang dari kebutuhan tenaga kerja dalam memenuhi sumber daya manusia bagi bidang industri. 2. Komposisi Penduduk Menurut Umur Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur dapat digunakan untuk mengetahui angka beban tanggungan. Angka tanggungan ini dijadikan sebagai salah satu indikator keadaan ekonomi suatu daerah. Angka tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan masyarakat dalam suatu wilayah. Jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap kesejahteran

anggotanya tersebut yaitu dari segi pemenuhan kebutuhan dan pendapatan yang harus diperoleh agar semua anggota keluarga mendapatkan kehidupan yang layak. Semakin maju suatu daerah maka angka beban tanggungannya semakin rendah, dan semakin besar penduduk yang berusia produktif akan memberikan petunjuk semakin kecil. Angka beban tanggungan dapat dihitung dengan cara membandingkan antara penduduk yang berusia tidak produktif dengan penduduk yang berusia produktif dikalikan 100. Untuk lebih jelasnya komposisi penduduk Wilayah Tegallega berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia No Kelompok umur Laki-laki Perempuan Jumlah 1 0-4 28.808 25.371 54.179 2 5-9 25.762 24.732 50.494 3 10-14 22.718 21.807 44.525 4 15-19 23.993 24.643 48.636 5 20-24 26.284 26.179 52.463 6 25-29 31.440 29.437 60.877 7 30-34 28.032 25.319 53.351 8 35-39 23.517 21.246 44.763 9 40-44 18.704 17.564 36.268 10 45-49 14.996 14.734 29.730 11 50-54 12.796 12.252 25.048 12 55-59 9.615 8.687 18.302 13 60-64 5.650 5.805 11.455 14 65+ 9.129 10.892 20.021 Jumlah 279.444 268.668 548.112 Sumber : Hasil Survei Sosial Ekonomi Daerah 2010

Untuk mengetahui jumlah angka tanggungannya yaitu dengan cara: jumlah usia tidak produktif x100 jumlah usia produktif = 149.198 398.914 x100 = 37,4 = 37 Dengan demikian hasil perhitungan menunjukan bahwa angka beban tanggungan Wilayah Tegallega adalah 37, artinya setiap 100 jiwa penduduk yang berusia produktif harus menanggung 37 jiwa penduduk yang berusia tidak produktif. Fakta fakta yang ada di daerah penelitian menunjukan bahwa penduduk usia produktif bisa menanggung beban yang di tanggung oleh penduduk usia non produktif. Dengan banyaknya usia produktif maka akan banyak tenaga kerja yang dapat disalurkan dalam bidang industri, oleh karena itu Wilayah Tegallega sangat cocok dalam pembangunan industri apabila dilihat dari faktor komposisi penduduk menurut umur.

3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Menurut UUD No.2 1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Untuk mengetahui komposisi penduduk Wilayah Tegallega berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Tidak/belum punya ijazah 17.554 18.014 35.568 2 SD/MI/sederajat 64.916 69.816 134.732 3 SMP/MTs/Sederajat 52.681 51.336 104.017 4 SMA/MA/Sederajat 71.302 61.045 132.347 5 Perguruan Tinggi 20.421 18.354 38.775 Jumlah 226.874 218.565 445.439 Sumber : Kota Bandung Dalam Angka 2010 Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui tingkat pendidikan di Wilayah Tegallega paling tinggi adalah SD/MI/sederajat. Tingkat pendidikan di Wilayah Tegallega berimbang hanya pada tingkatan SD/MI/sederajat, SMP/MTs/sederajat dan SMA/MA/sederajat, sedangkan untuk tingkatan Tidak/belum tamat SD dan Perguruan Tinggi masih sangat kurang.

Tidak/Belum Punya Ijazah Perguruan Tinggi SMP/MTs/sederajat SMA/MA/sederajat SD/MI/sederajat Gambar 4.1 Piramida Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada piramida urutan paling bawah atau tingkatan yang jumlahnya lebih banyak ditempati oleh tingkat SD/MI/sederajat, diikuti oleh tingkat SMA/MA/sederajat diatasnya, sedangkan urutan teratas atau yang jumlahnya paling sedikit adalah penduduk dengan tingkat pendidikan Tidak/Belum Punya Ijazah. Dilihat dari piramida penduduk berdasarkan tingkat pendidikan Wilayah Tegallega sangat cocok untuk pembangunan industri dikarenakan kebutuhan pekerja yang diperlukan dalam bidang industri yaitu dari lulusan SMA/MA/Sederajat.

PT. Lesindo Textile 46 PT. Cahaya Bola 10 PT. Samudera Palapa 47 PT. Sinar Indah 11 PT. Tragon Karet 48 PT. Cahaya Sakti Intraco 12 PT. Budi Satya Pratama 49 PT. Buana Distrindo 13 Pabrik Karung 50 PT. Sinar Terang 14 PT. Aneka 51 PT. Asta Karya 15 PT. Winaya 52 PT. Subur Pratama 16 PT. Winwin Garment 53 PT. Supra 17 PT. Dongheung Textile 54 PT. CBC 18 Pabrik Rajut 55 PT. Intania 19 PT. Mandala 56 PT. CPS 20 PT. Anugerah Pharpindo Lestari 57 PT. Digo 21 PT. Tri Lindo Adi Busana 58 PT. Trubustex 22 PT. Mekarjaya 59 Pabrik Mebel 23 PT. Armor 60 PT. Wijayatex Rajut 24 Pabrik Plastik 61 Pabrik Ancuran Logam 25 PT. Fajar Harapan 62 Pabrik Konpeksi 26 PT. Indo Citra 63 PT. Megah Steel 27 PT. Indo Mas Kimatama 64 PT. Primalestari 28 Pabrik Minyak Kelapa Sawit 65 PT. Wijayatex 29 PT. Masterindo Jaya Abadi 66 PT. Cipta Rasa 30 PT. Rajawali Pratama Putra Textile 67 PT. Adi Karya Surya Utama 31 PT. Mulya Jaya 68 PT. Juantex 32 PT. RPP Textile 69 Pabrik Cokelat 33 PT. Alba Mulya Karet 70 PT. Pupuk Sriwijaya 34 PT. Sun Anugerah 71 PT. Nusantara 35 PT. Cisangkan Genteng & Batako 72 Pabrik Sweater 36 PT. Garuda 73 PT. Foximas Mandiri 37 PT. Bola Dunia 74 PT. Enseval Sumber : Bappeda Kota Bandung Tahun 2010