MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT,

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) DI KOTA PADANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PERLENGKAPAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas)

BAB I ZONA SELAMAT SEKOLAH

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

EVALUASI PENERAPAN ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PADANG ABSTRAK

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

Buku Panduan Lalu Lintas (APIL) ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APIL)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 8 TAHUN 1997 SERI C.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOM0R 25 TAHUN 2000 TENTANG

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

Evaluasi Zona Selamat Sekolah di SD Sukasenang Jalan P.H.H. Mustofa Kota Bandung

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS, RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN

Penempatan marka jalan

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Neg

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 1994 T E N T A N G

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

: 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 40 TAHUN 2005

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 49 TAHUN 2014 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 05 TAHUN 2001 TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN LALU LINTAS JALAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2435 / AJ.409 / DRJD / 2007 TENTANG

Persyaratan Teknis jalan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 31 TAHUN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

RAMBU LALU LINTAS JALAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TERTIB LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG IZIN TRAYEK DAN PENGENDALIAN LALU LINTAS

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN BERKESELAMATAN

NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBATASAN JAM OPERASIONAL KENDARAAN ANGKUTAN TANAH DAN PASIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1) Sub Bagian umum Sub Bagian Umum mempunyai tugas : a) melaksanakan kegiatan ketatausahaan dan ketatalaksanaan. b) melaksanakan pengelolaan urusan su

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5587); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang J

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

Transkripsi:

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG (ZoSS). Pasal 1 (1) Pengaturan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas pada Zona Selamat Sekolah dilakukan dengan penetapan Zona Selamat Sekolah. (2) Zona Selamat Sekolah yang selanjutnya disebut ZoSS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas berupa pengendalian lalu lintas dan penggunaan suatu ruas jalan di lingkungan sekolah. (3) ZoSS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan guna menjamin keselamatan anak di sekolah. (4) Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi PAUD, TK, SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/SMK/MA. Pasal 2 (1) ZoSS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dinyatakan dengan fasilitas perlengkapan jalan. (2) Fasilitas perlengkapan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas : a. marka jalan; b. rambu lalu lintas; c. alat pengaman pemakai jalan. (3) Dalam kondisi tertentu ZoSS dapat dilengkapi dengan fasilitas perlengkapan jalan, antara lain : a. alat pemberi isyarat lalu lintas; b. halte; c. fasilitas pejalan kaki. (4) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), terdiri dari : a. terdapat pengguna jalan penyandang cacat; b. nisbah antara volume dan kapasitas di atas 0,7 (nol koma tujuh).

Pasal 3 (1) Marka jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, berupa : a. marka berwarna putih; b. marka berwarna kuning; dan c. marka berwarna merah. (2) Marka jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berupa zebra cross diletakkan sebelum pintu/akses masuk sekolah. Pasal 4 (1) Rambu lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b, berupa : a. rambu peringatan; b. rambu petunjuk; dan c. rambu larangan. (2) Rambu peringatan memasuki ZoSS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dipasang pada lokasi, dengan memperhatikan : a. kecepatan kendaraan (spot speed); b. waktu persepsi (fine judgement) sebesar 10 (sepuluh) detik. (3) Dalam hal lokasi sekolah berada dekat dengan persimpangan rambu larangan kecepatan maksimum memasuki ZoSS dipasang 50 (lima puluh) meter ke arah sekolah setelah persimpangan. Pasal 5 (1) Alat pengaman pemakai jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c berupa pita penggaduh. (2) Pita penggaduh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit berjumlah 5 (lima) yang dipasang pada bagian terluar ZoSS. (3) Pita penggaduh sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipasang dengan jarak 50 (lima puluh) meter dari garis terluar ZoSS.

Pasal 6 (1) Pita penggaduh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) untuk sekolah yang letaknya kurang dari 300 (tiga ratus) meter di jalan nasional dipasang 50 (lima puluh) meter dari persimpangan ke arah sekolah setelah persimpangan. (2) Pita penggaduh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) untuk sekolah yang letaknya kurang dari 150 (seratus lima puluh) meter di jalan provinsi dan kabupaten/kota dari persimpangan dipasang 50 (lima puluh) meter dari persimpangan ke arah sekolah setelah persimpangan. Pasal 7 (1) Sebelum dilakukan penetapan ZoSS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) dilakukan survei terkait dengan : a. perilaku pengguna jalan; dan b. kondisi lalu lintas. (2) Survei terkait dengan perilaku pengguna jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi : a. perilaku pejalan kaki pada saat menyeberang jalan; dan b. perilaku pejalan kaki menyusuri jalan. (3) Survei terkait dengan kondisi lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi : a. inventarisasi jalan; b. volume lalu lintas; c. volume pejalan kaki; dan d. kecepatan kendaraan (spot speed). Pasal 8 (1) ZoSS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ditetapkan berdasarkan: a. jumlah lajur paling banyak 4 (empat) lajur; b. tidak tersedia jembatan penyeberangan orang; dan c. sekolah yang mempunyai akses langsung ke jalan yang memiliki siswa di atas 50 (lima puluh) siswa. (2) ZoSS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diklasifikasikan berdasarkan letak sekolah.

Pasal 9 (1) Berdasarkan kriteria letak sekolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), ZoSS dapat diklasifikasikan : a. ZoSS tunggal; dan b. ZoSS jamak. (2) ZoSS tunggal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan ZoSS yang ditetapkan untuk 1 (satu) sekolah di suatu lokasi. (3) ZoSS jamak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan ZoSS yang ditetapkan untuk 2 (dua) atau lebih sekolah yang lokasinya berdekatan. (4) ZoSS jamak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipasang dengan ketentuan : a. zebra cross dipasang di setiap pintu/akses masuk sekolah; dan b. jarak terluar ZoSS diukur dari sekolah yang paling terluar. (5) Dalam hal jarak antara akses pintu masuk sekolah dengan sekolah lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a kurang dari 50 (lima puluh) meter, zebra cross digabung menjadi satu. Pasal 10 Bentuk klasifikasi ZoSS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini. Pasal 11 (1) Penetapan lokasi, pengadaan, dan pemasangan ZoSS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dilakukan oleh : a. Direktur Jenderal, untuk jalan Nasional; b. Gubernur, untuk jalan Provinsi; c. Bupati atau Walikota, untuk jalan Kabupaten/Kota. (2) Penetapan lokasi ZoSS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diusulkan oleh pihak sekolah melalui Dinas yang bertanggungjawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan Kabupaten/Kota kepada : a. Direktur Jenderal, untuk jalan Nasional; b. Gubernur, untuk jalan Provinsi; c. Bupati atau Walikota, untuk jalan Kabupaten/Kota.

Pasal 12 ZoSS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dinyatakan dengan marka berupa tulisan dan diakhiri dengan marka berupa tulisan. Pasal 13 (1) ZoSS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 berlaku selama aktivitas belajar mengajar di sekolah yang bersangkutan. (2) Waktu pemberlakuan ZoSS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dengan rambu atau teknologi lain yang dilengkapi dengan papan tambahan. (3) Teknologi lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), antara lain : a. rambu elektronik; b. variable message sign; c. alat pemberi isyarat lalu lintas. Pasal 14 (1) Pada ZoSS pengaturan lalu lintas dapat dipandu oleh petugas pemandu penyeberangan. (2) Petugas pemandu penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu petugas keamanan atau sukarelawan dari pihak sekolah. (3) Petugas pemandu penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi : a. memakai rompi reflektif atau berpendar yang berwarna kuning dan bergaris putih; dan b. memakai papan henti (Hand Stop). (4) Rompi dan papan henti (Hand Stop) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran II Peraturan ini.

Pasal 15 (1) ZoSS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 harus disosialisasikan kepada siswa sekolah dan pengguna jalan. (2) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh : a. pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya; b. pihak sekolah; c. komite sekolah; dan/atau d. kelompok masyarakat. (3) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain berupa : a. tata cara berlalu lintas yang berkeselamatan di ZoSS; b. pengenalan dan pemahaman fasilitas perlengkapan jalan yang dipasang pada ZoSS. (4) Materi sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran III Peraturan ini. Pasal 16 (1) Dalam hal terdapat perbaikan dan pemeliharaan jalan yang mengakibatkan terganggunya fungsi ZoSS, maka instansi yang bertanggung jawab di bidang jalan wajib berkoordinasi dengan instansi yang bertanggungjawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sesuai dengan kewenangannya. (2) Setelah dilakukan perbaikan dan pemeliharaan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) instansi yang bertanggung jawab di bidang jalan wajib memulihkan keberadaan dan fungsi ZoSS. (3) Dalam hal terdapat pekerjaan di jalan yang mengakibatkan terganggunya fungsi ZoSS oleh pihak ketiga wajib mendapat persetujuan dari instansi yang bertanggungjawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sesuai dengan kewenangannya. (4) Setelah dilakukan pekerjaan di jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pihak ketiga wajib memulihkan keberadaan dan fungsi ZoSS.

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.1304/AJ.403/DJPD/2014 Tanggal : 10 Maret 2014 BENTUK DAN UKURAN 1. Bentuk dan Ukuran ZoSS Tunggal pada Ruas Jalan a. Bentuk dan Ukuran Zona Selamat Sekolah pada Ruas Jalan Tipe 2/2 UD

b. Bentuk dan Ukuran Zona Selamat Sekolah pada Ruas Jalan Tipe 4/2 UD

c. Bentuk dan Ukuran Zona Selamat Sekolah pada Ruas Jalan Tipe 2/2 D

d. Bentuk dan Ukuran Zona Selamat Sekolah pada Ruas Jalan Tipe 4/2 D

2. Bentuk dan Ukuran ZoSS Tunggal pada Persimpangan a. Bentuk dan Ukuran Zona Selamat Sekolah pada Pendekat Tipe 2/2 UD

b. Bentuk dan Ukuran Zona Selamat Sekolah pada Pendekat Tipe 4/2 UD

c. Bentuk dan Ukuran Zona Selamat Sekolah pada Pendekat Tipe 2/2 D

d. Bentuk dan Ukuran Zona Selamat Sekolah pada Pendekat Tipe 4/2 D

3. Bentuk dan Ukuran ZoSS Jamak pada Ruas Jalan a. Bentuk dan Ukuran Zona Selamat Sekolah pada Ruas Jalan Tipe 2/2 UD

b. Bentuk dan Ukuran Zona Selamat Sekolah pada Ruas Jalan Tipe 4/2 UD

c. Bentuk dan Ukuran Zona Selamat Sekolah pada Ruas Jalan Tipe 2/2 D

d. Bentuk dan Ukuran Zona Selamat Sekolah pada Ruas Jalan Tipe 4/2 D

4. Bentuk dan Ukuran ZoSS Jamak pada Persimpangan a. Bentuk dan Ukuran Zona Selamat Sekolah pada Pendekat Tipe 2/2 UD

b. Bentuk dan Ukuran Zona Selamat Sekolah pada Pendekat Tipe 4/2 UD

c. Bentuk dan Ukuran Zona Selamat Sekolah pada Pendekat Tipe 2/2 D

d. Bentuk dan Ukuran Zona Selamat Sekolah pada Pendekat Tipe 4/2 D DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT ttd Drs. SUROYO ALIMOESO Pembina Utama (IV/e) NIP. 19531018 197602 1 001

Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.1304/AJ.403/DJPD/2014 Tanggal : 10 Maret 2014 BENTUK DAN WARNA PERLENGKAPAN PETUGAS PEMANDU PENYEBERANGAN 1. Rompi Petugas Tampak Depan Tampak Belakang Ber sama Selamat kan Anak B angsa! 2. Papan Henti (Hand Stop) Gagang Pendek Gagang Panjang 30cm 30cm dia. 3cm 30cm dia. 3cm 180cm DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT ttd Drs. SUROYO ALIMOESO Pembina Utama (IV/e) NIP. 19531018 197602 1 001

Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.1304/AJ.403/DJPD/2014 Tanggal : 10 Maret 2014 MATERI SOSIALISASI ZoSS A. TATA CARA BERLALU LINTAS YANG BERKEAN DI ZOSS. 1. Tata Cara Berpegangan Tangan, meliputi : a. berada di sisi bagian dalam dan harus memegang tangan pendamping bila sedang berada di trotoar, di jalan, di taman, atau di tempat parkir yang ramai; b. berjalan pada sisi kanan jalan berlawanan arah dengan arah lalu lintas; c. pendamping berjalan pada posisi luar dan anak berada pada posisi bagian dalam; d. posisi yang selamat dari pendamping yaitu pendamping harus melindungi anak dari lalu lintas; e. posisi yang tidak selamat dari pendamping yaitu pendamping tidak berada pada posisi yang melindungi anak dari lalu lintas yang datang dari arah kanan.

2. Tata Cara Menyeberang dengan 4T, meliputi : a. T1 - Tunggu Sejenak : Harus menunggu sejenak sampai lalu lintas relatif kosong. Gunakan mata dan telinga. b. T2 Tengok Kanan : Harus tengok kanan terlebih dahulu karena peraturan berlalu lintas jalan di Indonesia menggunakan jalur jalan sebelah kiri. Gunakan mata dan telinga. c. T3 Tengok Kiri : Lihat arus lalu lintas sebelah kiri gunakan mata dan telinga. Mendengar lebih cepat daripada melihat karena seringkali kita mendengar suara kendaraan sebelum melihatnya. d. T4 Tengok Kanan Lagi : Untuk memastikan tidak ada kendaraan yang mendekat dari sebelah kanan.

3. Tempat Penyeberangan yang Selamat, meliputi : a. jembatan penyeberangan dan terowongan penyeberangan; b. penyeberangan dengan lampu lalu lintas; c. penyeberangan zebra (Zebra Cross).

4. Tempat Penyeberangan yang Berbahaya, meliputi : a. di antara kendaraan parkir; b. di tikungan; c. di tanjakan dan turunan; d. di belakang halangan.

5. Tata Cara Menyeberang, meliputi : a. berdiri di tepi jalan apabila tidak tersedia trotoar atau di tepi batas jalan apabila ada trotoar; b. memegang tangan pendamping untuk menyeberang dan pendamping selalu berada pada sisi yang melindungi anak-anak dari kendaraan yang akan melintas; c. pendamping adalah orang dewasa/orang yang lebih besar yang bisa diminta bantuannya untuk menyeberang jalan.

B. PENGENALAN DAN PEMAHAMAN FASILITAS PERLENGKAPAN JALAN PADA ZoSS. 1. Zona Selamat Sekolah (ZoSS) adalah pengendalian kegiatan lalu lintas melalui pengaturan kecepatan dengan penempatan marka dan rambu pada ruas jalan di lingkungan sekolah yang bertujuan untuk mencegah terjadi kecelakaan sebagai upaya menjamin keselamatan anak di sekolah. 2. Fasilitas perlengkapan jalan pada ZoSS berupa marka dan rambu sebagai berikut : a. Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan Jalan atau di atas permukaan Jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah kepentingan Lalu Lintas. Marka jalan terdiri dari : 1) Marka Jalan berwarna putih menyatakan bahwa Pengguna Jalan wajib mengikuti perintah atau larangan sesuai dengan bentuknya; 2) Marka Jalan berwarna kuning menyatakan bahwa Pengguna Jalan dilarang berhenti pada area tersebut; 3) Marka Jalan berwarna merah menyatakan keperluan atau tanda khusus. b. Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi Pengguna Jalan 1) Rambu peringatan digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan ada bahaya di jalan atau tempat berbahaya pada jalan dan menginformasikan tentang sifat bahaya; 2) Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh Pengguna Jalan; 3) Rambu petunjuk digunakan untuk memandu Pengguna Jalan saat melakukan perjalanan atau untuk memberikan informasi lain kepada Pengguna Jalan.

KETERANGAN : A. Rambu Peringatan. B. Rambu Larangan Kecepatan Maksimum. C. Rambu Peringatan Banyak Lalu Lintas Pejalan Kaki Menggunakan Fasilitas Penyeberangan. D. Rambu Petunjuk Lokasi Fasilitas Penyeberangan Pejalan Kaki. E. Rambu Petunjuk Lokasi Fasilitas Pemberhentian Mobil Bus. F. Rambu Batas Akhir Larangan Kecepatan Maksimum. G. Marka Lambang Berupa Tulisan. H. Pita Penggaduh. I. Marka berupa garis berbiku-biku berwarna kuning, artinya dilarang parkir pada jalan tersebut. J. Marka Merah, sebagai tanda Zona Selamat Sekolah. K. Stop Line. L. Marka untuk Penyeberangan Pejalan Kaki (Zebra Cross). DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT ttd Drs. SUROYO ALIMOESO Pembina Utama (IV/e) NIP. 19531018 197602 1 001