BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan olahraga saat ini lebih maju dibandingkan masa sebelumnya. Kemajuan olahraga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimplementasikan ke dunia olahraga. Sekarang ini olahraga sudah menjadi industri hiburan yang selalu ditunggu oleh penggemar seperti sepak bola dan atletik pada nomor sprint. Implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam olahraga akan mempengaruhi penampilan atlet dan prestasi yang dihasilkan akan maksimal, baik dalam olahraga individu maupun dalam olahraga beregu. Penampilan atlet dan prestasi yang maksimal akan menarik untuk ditonton oleh penikmat olahraga. Kemajuan olahraga menandakan kemajuan suatu negara di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti negara Amerika dan Cina. Kedua negara tersebut menunjukkan kekuatan di bidang olahraga dalam persaingan memperebutkan medali pada saat event Olympiade di setiap cabang olahraga yang dipertandingkan dan diperlombakan. Olympiade di Cina tahun 2008 Cina memperoleh 51 emas dan Amerika Serikat 36 emas dan Olimpiade di Inggris tahun 2012, Amerika Serikat memperoleh 46 emas dan Cina 38 emas. Prestasi olahraga pada saat ini bukan lagi milik perorangan, tetapi sudah menyangkut harga diri suatu bangsa (Ambarukmi, 2008). Untuk mencapai prestasi yang maksimal, maka berbagai potensi yang ada perlu diberdayakan baik oleh induk 1
2 organisasi cabang olahraga, Pengurus Daerah, dan Koni Provinsi untuk mendapatkan para atlet yang berpretasi tinggi pada event PON, Sea Games, Asian Games maupun Olympiade. Dari beberapa cabang olahraga yang dipertandingkan dan diperlombakan pada event nasional maupun dunia, cabang atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang memperebutkan medali paling banyak dibandingkan cabang olahraga yang lain. Cabang olahraga atletik terdiri dari beberapa nomor yang diperlombakan antara lain lari, jalan, lempar dan lompat. Dari keempat nomor yang diperlombakan nomor lari merupakan nomor paling bergengsi terutama lari jarak pendek. Ini dapat dilihat dari setiap perlombaan nasional maupun internasional selalu dipadati penonton. Kemajuan prestasi sprinter nasional maupun sprinter dunia dari tahun ke tahun selalu ada perbaikan catatan waktu tempuh atau pemecahan rekor, seperti sekarang ini rekor dunia dipegang manusia tercepat di dunia dari Jamaika, Usain Bolt, dengan catatan waktu 9,58 detik. Ini tidak lepas dari pengaruh pelatihan, sarana dan prasarana pendukung yang didukung ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap prestasi atlet atletik atau sprinter muncul karena kerja sama dari berbagai faktor. Dalam atletik faktor-faktor yang berperan sebagai berikut: 1) Bakat, 2) Bentuk gerakan dan latihan, 3) Tingkat perkembangan faktor prestasi dan sifat-sifat (tenaga, stamina kecepatan, kelincahan dan ketrampilan), 4) Minat atau kemampuan (Gunter, 1993). Dalam meningkatkan prestasi diperlukan pelatihan fisik yang sistematis dan terprogram. Pelatihan fisik merupakan unsur paling utama dan terpenting diperlukan dalam pelatihan olahraga untuk mencapai
3 prestasi yang tinggi (Soetopo, 2007). Faktor-faktor latihan yang dibutuhkan dalam mencapai prestasi meliputi persiapan fisik, teknik, taktik, psikis dan persiapan teori harus selalu ada dalam setiap program latihan (Ambarukmi, 2007). Dalam lari jarak pendek komponen fisik yang diperlukan adalah daya tahan, kekuatan, kecepatan, daya ledak, kelentukan, keseimbangan waktu reaksi, kelincahan, ketepatan dan reaksi (Sajoto, 1995). Dalam lari jarak pendek komponen kecepatan adalah paling dominan. Kecepatan (gerakan) adalah kemampuan untuk melakukan suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Sajoto, 1995 ; Nala, 2011). Proses pelatihan atletik khususnya pada lari jarak pendek haruslah dimulai pada usia dini sehingga tubuh dan pikiran (body and mind) dapat dikembangkan secara terus menerus dan sistematis. Olahraga usia dini adalah suatu bagian penting dalam masyarakat karena keberadaan anak-anak sekarang akan menentukan prestasi atlet masa depan (Ambarukmi dan Tangkudung, 2007). Menurut Soegijono dan Subarkat (2003), olahraga usia dini adalah olahraga khusus diperuntukkan bagi anak-anak usia dini, yaitu yang berusia 6-14 tahun, yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan emosional anak. Anak usia dini adalah insan yang utuh, yang sedang tumbuh dan berkembang dalam dunianya sendiri menuju kedewasaan (Waharsono, 2003). Hal ini harus dilakukan dengan perencanaan program yang benar-benar matang dan hati-hati dan tidak dilakukan untuk jangka yang pendek (singkat). Dalam melatih anak-anak usia dini calon atlet haruslah dengan seksama memperhatikan dan memahami prinsip-prinsip latihan yang dikaji dalam ilmu faal, teori pertumbuhan
4 dan perkembangan anak, psikologi, nutrisi dan juga pedagogik agar prestasi puncak dapat dicapai sesuai dengan rencana. Dalam pelatihan anak-anak usia dini diharapkan tidak membosankan, dan pelatihan harus ada unsur bermain dan kompetisi sehingga anak-anak merasa senang dalam melakukan gerak. Lari sambung merupakan salah satu nomor yang dilombakan dalam cabang olahraga atletik. Dalam penelitian ini lari sambung dengan model back to back, dimana memindahkan tongkat dari pelari satu ke pelari yang lain. Aktivitas lari sambung ini sangat digemari oleh anak anak karena kegiatan tersebut memiliki unsur permainan dan perlombaan (Widya, 2004). Lari 80 meter sering dilombakan pada anak-anak dalam Pekan Olahraga Pelajar maupun dalam kejuaran nasional kelompok umur dengan demikian akan dicobakan melakukan pelatihan yang menyenangkan bagi anak-anak namun berhubungan dengan meningkatkan kecepatan lari pendek, yaitu pelatihan lari sambung back to back 20 meter dan 30 meter yang menekankan pada perbedaan jarak dan repetisi dengan pemulihan antar set adalah lima menit. Lari 20 meter merupakan jarak untuk kecepatan maksimal dan 30 meter adalah setengah jarak maksimal yang boleh dilatih pada anak usia dini yaitu 60 meter. Dalam proses pelatihan kecepatan untuk anak-anak usia dini dapat dilakukan sampai dengan jarak 60 meter (Lutan, 2003). Penelitian ini dilakukan pada siswa SMP Dharma Praja Badung. SMP Dharma Praja Badung merupakan sekolah swasta yang terletak di daerah Lumintang. Siswa siswi yang jumlahnya banyak di SMP Dharma Praja Badung sudah pasti banyak terdapat bakat-bakat atlet potensial yang dapat dikembangkan
5 prestasinya oleh pembina olahraga. Bakat-bakat yang dapat dikembangkan di bidang olahraga yaitu: atlet bola voli, pencak silat, judo dan atletik dan cabang olahraga yang lain, tetapi sampai saat ini belum ada cabang olahraga memiliki prestasi maksimal disetiap event pelajar yang diikuti. Khusus pada cabang atletik nomor lari jarak pendek atlet sprinter SMP Dharma Praja Badung yang ikut dalam setiap event Pekan Olahraga Pelajar Kota Denpasar, Olympiade Olahraga Siswa Nasional, Wali Kota Cup belum mampu berprestasi maksimal. Sprinter SMP Dharma Praja belum mampu sersaing dengan atlet sprinter dari sekolah lain. Dengan demikian peneliti mengadakan penelitian yang berkaitan dengan pelatihan lari jarak pendek. Dalam penelitian ini akan membandingkan pelatihan lari sambung back to back 20 meter enam repetisi empat set dengan 30 meter empat repetisi empat set mempersingkat waktu tempuh lari 80 meter siswa putra SMP Dharma Praja Badung 2015. 1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah pelatihan lari sambung back to back 20 meter enam repetisi empat set efektif mempersingkst waktu tempuh lari 80 meter siswa SMP Dharma Praja Badung? 2. Apakah pelatihan lari sambung back to back 30 meter empat repetisi empat set efektif mempersingkat waktu tempuh lari 80 meter siswa SMP Dharma Praja Badung?
6 3. Apakah pelatihan lari sambung back to back 20 meter enam repetisi empat set dan pelatihan lari sambung back to back 30 meter empat repetisi empat set sama efektif mempersingkat waktu tempuh lari 80 meter siswa SMP Dharma Praja Badung? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tipe pelatihan lari sambung back to back yang dapat mempersingkat waktu tempuh lari 80 meter pada siswa SMP Dharma Praja Badung. 1.3.2. Tujuan khusus 1. Untuk membuktikan pelatihan lari sambung back to back 20 meter enam repetisi empat set mempersingkat waktu tempuh lari 80 meter pada siswa SMP Dharma Praja Badung. 2. Untuk membuktikan pelatihan lari sambung back to back 30 meter enam repetisi empat set mempersingkat waktu tempuh lari 80 meter pada siswa SMP Dharma Praja Badung. 3. Untuk membuktikan keefektifan kedua tipe pelatihan yang dapat mempersingkat waktu tempuh lari 80 meter siswa SMP Dharma Praja Badung.
7 1.4. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis untuk memperoleh konsep ilmiah tentang metode pelatihan lari sambung back to back terhadap kecepatan lari 80 meter. 2. Secara praktis dipergunakan sebagai pedoman oleh pembina, pelatih dan guru pendidikan jasmani, dan atlet untuk diterapkan dalam pelatihan lari 80 meter khususnya di tingkat anak-anak.