PENGARUH LATIHAN CONTINUOUS RUNNING

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2 : Hal , Desember 2015

PENGARUH PEMBERIAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO 2 max PEMAIN FUTSAL

PENGARUH LATIHAN COUNTINOUS RUNNING TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PEMAIN SEPAK BOLA USIA TAHUN DI AKADEMI SALATIGA TRAINING CENTER

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan salah satu olahraga populer di dunia. Olahraga ini

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S.

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

PENGARUH LATIHAN DAYA TAHAN (ENDURANCE) TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PEMAIN SEPAKBOLA

I. PENDAHULUAN. Untuk mencapai kinerja (Performance) yang lebih baik dari seorang pemain

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

PENGARUH LATIHAN CONTINUOUS RUNNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PERBANDINGAN METODE CONTINOUS TRAINING DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN AEROBIK PADA ATLET SEPAKBOLA

PERBEDAAN PENGARUH INTERVAL TRAINING DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP VO 2 MAX SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA UNDIP

2015 PENGARUH BENTUK LATIHAN ENVELOPE RUN DAN LATIHAN BOOMERANG RUN DENGAN METODE LATIHAN REPETISI TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PEMAIN SEPAK BOLA

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

2014 PENGARUH METODE LATIHAN SMALL SIDED GAMES DAN KEBUGARAN JASMANI TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS ANAEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Terbukti pada perhelatan sea games 2015 timnas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan olahraga permainan khususnya sepak bola

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian

SKRIPSI PENGARUH LATIHAN CONTINUOUS RUNNING TERHADAP PENINGKATAN VO 2 MAX PADA PEMAIN SEPAK BOLA USIA TAHUN DI AKADEMI SALATIGA TRAINING CENTER

PROGRAM STUDI PENJASKESREK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015

PERBEDAAN LATIHAN FISIK DUA DAN EMPAT KALI PER MINGGU TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI ANGKATAN 2009

PENGARUH HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH LATIHAN ZIG ZAG RUN UNTUK MENINGKATKAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAK BOLA USIA TAHUN DI SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat berdampak buruk pada kesehatan. Menurut Alder dan Higbee, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

PERBEDAAN LATIHAN INTERVAL, SIRKUIT TRAINING, DAN LARI JARAK JAUH TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN AEROBIK PADA ATLET BOLA BASKET DI MAN 2 SEMARANG

KETAHANAN (ENDURANCE)

BAB I PENDAHULUAN. cendrung untuk sedenter atau tidak banyak melakukan kegiatan. Sekarang ini

Cara Meningkatkan Kebugaran Jasmani

PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN HEXAGON DRILL DAN ZIGZAG RUN TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAK BOLA SEKOLAH SEPAK BOLA GUNTUR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik.

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

LATIHAN AEROBIK BENTUK DAN METODE. Suharjana FIK UNY

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN CARIOCA EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN AGILITY PADA PEMAIN BULUTANGKIS PEMULA

Kadek Sutyantara, Ni Luh Kadek Alit Arsani, I Nyoman Sudarmada

2015 PERBANDINGAN HASIL AEROBIC MAXIMAL CAPACITY (VO2MAX) MENGGUNAKAN LABORATORIUM TEST DAN FIELD TEST PADA PEMAIN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hendra Dana, 2014

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT VO 2 MAX PEMAIN SEPAK BOLA STKIP BBG. Didi Yudha Pranata 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima

I. PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

KEBUGARAN. Nani Cahyani Sudarsono. pengantar

PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN VO2MAX DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA. Jurnal. Oleh. Arif Cahyanto

Idris Mohamad mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga ; Drs. Ahmad Lamusu, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PELATIHAN LARI INTERVAL DAN HOLLOW SPRINT TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU

BAB I PENDAHULUAN. dan aktifitas fisik, padahal pekerjaan dikantor sebagian besar kerjaan cukup

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang bertujuan untuk membentuk ketahanan fisik, terutama prajurit TNI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. para atlet sepak bola yang berkualitas. Namun masih banyak yang harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga. Olahraga adalah suatu kegiatan

PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI MAHASISWA PUTRA

PENGARUH LATIHAN LARI KONTINYU DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO₂MAX PEMAIN FUTSAL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH PENAMBAHAN DYNAMIC STRETCHING PADA LOWER EXTREMITY MUSCLES SEBELUM SPRINT TRAINING TERHADAP KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN MENENDANG BOLA DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA SISWA DI SMA NEGERI 1 KARANGTENGAH KABUPATEN DEMAK

FISIOLOGI DAN OLAH RAGA

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI

HUBUNGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU DENGAN DAYA TAHAN KARDIOVASKULER PADA MAHASISWA KELAS D ANGKATAN 2014 JURUSAN PENJASKESREK UNP KEDIRI TAHUN 2015

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

HUBUNGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU DENGAN DAYA TAHAN CARDIORESPIRATORY PADA CABANG OLAHRAGA SEPAK BOLA

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kualitas hidup seseorang, akan tetapi nilai kebugaran jasmani

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Permainan sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang terkenal dan sangat

BAB 1 A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak adalah bermain. Bermain merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

SURVEI KONDISI FISIK PEMAIN PS. PUTRA SAKTI JOMBANG

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga tubuh

Dr. Achmad Widodo, M. Kes. DOSEN S-1 Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya

JURNAL PENGARUH LATIHAN SPEED LADDER DRILL TERHADAP KELINCAHAN DAN KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA SSB AKADEMI AREMA KABUPATEN TULUNGAGUNG

PERENCANAAN YANG BAIK MERUPAKAN SALAH SATU ELEMEN PENTING DALAM BAGAIMANA MELATIH YANG EFEKTIF

Kata Kunci : Small Sided Games, small sided games three-a-sided, small sided games four-asided,sepak Bola,Daya Tahan Cardovascular,Kelincahan.

I. PENDAHULUAN. Taekwondo merupakan cabang olahraga bela diri yang berasal dari negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

Transkripsi:

PENGARUH LATIHAN CONTINUOUS RUNNING TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN (AEROBIK) PADA SISWA SEPAKBOLA USIA 15-18 TAHUN DI AKADEMI TRAINING CENTRE KOTA SALATIGA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Strata 1 Fisioterapi Disusun oleh : Erwin Arifuddin J 120 151 101 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

i i

ii ii

iii

PENGARUH LATIHAN CONTINUOUS RUNNING TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN (AEROBIK) PADA SISWA SEPAKBOLA USIA 15-18 TAHUN DI AKADEMI TRAINING CENTRE KOTA SALATIGA Abstrak Latar Belakang: Komponen fisik yang baik merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam latihan karena komponen tersebut merupakan faktor yang mendukung penampilan setiap pemain sepakbola dan berbanding lurus terhadap puncak keberhasilan pemain sepakbola itu sendiri, diantara komponen fisik yang harus diperhatikan adalah: Kekuatan (strength), daya tahan (endurance) meliputi daya tahan aerobic dan anaerobic, kecepatan (speed), kekuatan (power), fleksibilitas (flexibility), kelincahan (agility) kelentukan, keseimbangan (balance), koordinasi, ketepatan, dan reaksi (Spades, 2012). Untuk mencapai tuntutan fisik dalam permainan sepakbola maka diperlukan suatu latihan yang teratur dan terprogram dengan baik untuk meningkatkan kebugaran aerobik pemain. Salah satu jenis latihan yang bersifat mampu melatih dan mengembangkan daya tahan/kebugaran aerobik pemain sepakbola adalah latihan continous running. Continous running merupakan latihan yang dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti tanpa jeda istirahat (Dick, 2006). Kata Kunci : Continous running, Komponen fisik, sepakbola Abstract Background: The physical components of a good is a major factor that must be considered and taken into account in the exercise because these components are factors that favor the appearance of every soccer player and is proportional to the peak of success soccer player itself, between the physical components that must be considered are: Strength (strength ), durability (endurance) include durability aerobic and anaerobic, velocity (speed), strength (power), flexibility (flexibility), agility (agility) flexibility, balance (balance), coordination, accuracy, and reaction (Spades, 2012 ). To achieve the physical demands of the game of football, we need a regular practice and programmed well to increase the player's aerobic fitness. One type of exercise that is able to train and develop endurance / aerobic fitness soccer player is running a continuous exercise. Continuous running is an exercise that is performed continously without stopping with no rest (Dick, 2006) Keywords: continuous running, physical components, soccer 1. PENDAHULUAN Meningkatnya minat anak-anak terhadap olahraga sepakbola, hal ini menyebabkan semakin banyak didirikannya sekolah-sekolah sepakbola yang biasa disebut SSB (Sekolah Sepak Bola) yang merupakan wadah untuk menyalurkan minat dan bakat anak-anak serta sekaligus sebagai tempat pembinaan dan pengembangan potensi anak-anak usia muda guna untuk meningkatkan prestasi. Peling (2011) mengatakan prestasi olahraga dihasilkan melalui latihan yang terprogram, teratur dan terukur serta melibatkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi. Akademi Sepakbola Training Center 1

Kota Salatiga merupakan salah satu dari sekian banyak akademi sepakbola yang berada di Kota Salatiga yang mengembangkan dan membina potensi anak-anak usia dini sejak umur 10-18 tahun, sesuai dengan periodisasi latihan menurut Sigit (2006) prinsip periodisasi latihan untuk usia sekolah (6-18 tahun) terbagi dalam dua penerapan prinsip, yaitu multilateral development principle (usia 6-14 tahun) dan specialized principle (usia 15 tahun>) yang masing-masing mempunyai tahapan proses. Seorang atlet untuk mencapai puncak prestasi, harus ditunjang oleh komponen kondisi fisik dan teknik yang baik, kematangan mental, serta taktik yang bagus. Menurut Imanudin, (2008) mengatakan bahwa komponen fisik yang baik merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam latihan karena komponen tersebut merupakan faktor yang mendukung penampilan setiap pemain sepakbola dan berbanding lurus terhadap puncak keberhasilan pemain sepakbola itu sendiri, diantara komponen fisik yang harus diperhatikan adalah: Kekuatan (strength), daya tahan (endurance) meliputi daya tahan aerobic dan anaerobic, kecepatan (speed), kekuatan (power), fleksibilitas (flexibility), kelincahan (agility) kelentukan, keseimbangan (balance), koordinasi, ketepatan, dan reaksi (Spades, 2012). Beberapa komponen fisik yang mendasari pemain sepakbola, aspek daya tahan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap aktivitas permainan sepakbola, hal ini disebabkan dalam bermain, pemain dituntut untuk mempunyai fisik yang prima agar mampu selalu konsentrasi dalam bermain serta bertahan dalam waktu yang lama. Aspek daya tahan hal ini menyangkut daya tahan jantung dan paru-paru (Cardio respitory endurance). indikator seseorang memiliki kemampuan daya tahan yang baik adalah ditandai dengan adanya kebugaran jasmani dan Vo2max yang dimilikinya cukup baik pula. Hal ini menegaskan bahwasannya kebugaran merupakan faktor yang sangat penting yang harus selalu dijaga oleh setiap pemain agar selalu siap dan konsisten serta stabil pada saat bertanding. Untuk mencapai tuntutan fisik dalam permainan sepakbola maka diperlukan suatu latihan yang teratur dan terprogram dengan baik untuk 2

meningkatkan kebugaran aerobik pemain. Salah satu jenis latihan yang bersifat mampu melatih dan mengembangkan daya tahan/kebugaran aerobik pemain sepakbola adalah latihan continous running. Continous running merupakan latihan yang dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti tanpa jeda istirahat (Dick, 2006). 2. METODE Penelitian ini menggunakan metode experimen semu (Quasi Eksperiment) dengan menggunakan rancangan pretest and post-test with control group design (Notoatmojo, 2012). Cara pembagian grup dilakukan secara acak (random). Dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian latihan Continuous Running terhadap peningkatan kebugaran pada pemain sepakbola. Dalam penelitian ini sampel diberikan perlakuan dengan pemberian latihan Countinous Running secara rutin dalam seminggu sebanyak 3x selama 6 minggu pada kelompok I sedangkan kelompok II adalah kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan hanya melakukan latihan seperti biasa. Diawali dengan pretest sebelum dilakukan perlakuan kemudian dilakukan post test setelah 6 minggu diberikan perlakuan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pemberian latihan continoius running menghasilkan peningkatan yang signifikan terhadap tingkat kebugaran aerobik siswa akademi sepakbola. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji pre dan post menggunakan wilcoxon pada tabel berikut : a. Uji Pengaruh dengan Menggunakan Uji Wilcoxon Sebelum dan Sesudah Perlakuan (Continous Running) Terhadap Tingkat Kebugaran Aerobik Pada Kelompok Perlakuan. 3

Tabel 3.1 Hasil Uji Wilcoxon Pada Kelompok Perlakuan Uji Wilcoxon Z p-value Kesimpulan 0,001 Ha diterima Pre & Post Test Kelompok Perlakuan - 3,409 Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa uji pengaruh dengan uji wilcoxon test terhadap kebugaran aerobik pada kelompok perlakuan siswa Akademi Sepakbola Salatiga Training Center diperoleh p-value 0,001 dimana p < 0,05 maka Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan Continous Running terhadap peningkatan kebugaran aerobik pada siswa Akademi Sepakbola Salatiga Training Center. b. Uji Pengaruh dengan Menggunakan Uji Wilcoxon Sebelum dan Sesudah Latihan Rutin Terhadap Tingkat Kebugaran Aerobik Pada Kelompok Kontrol. Tabel 3.2 Hasil Uji Wilcoxon Pada Kelompok Kontrol Uji Wilcoxon Z p- Kesimpulan value Pre & Post Test Kelompok kontrol - 1,179 0,238 Ha ditolak Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui bahwa uji pengaruh dengan uji wicoxon test terhadap kebugaran aerobik pada kelompok kontrol siswa sepakbola Akademi Salatiga Training Center menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kekompok perlakuan yang di berikan latihan continous running dapat dilihat dari hasil pre dan post test dengan nilai p-value 0,238 > 0,05 dengan nilai z negatif (-1,179) maka dapat disimpulkan Ha di tolak sehingga menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat kebugaran aerobik pada kelompok kontrol. c. Uji Beda Pengaruh dengan Menggunakan Uji Man Whitney Terhadap Tingkat Kebugaran Aerobik Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol. Tabel 3.3 Hasil Uji Mann Whitney Beda Pengaruh Pada Kelompok Perlakuan dengan Kelompok Kontrol Uji Mann Whitney z p-value Kesimpulan Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol -3.946 0,000 Ha diterima Dari tabel 3.3 menunjukkan bahwa nilai z yaitu -3.946 dengan nilai p-value 0,000 < 0,05, sehingga Ha diterima hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kelompok perlakuan yang di berikan latihan continous running terhadap kelompok kontrol yang melakukan latihan rutin dan tidak diberikan latihan continous running pada tingkat kebugaran aerobik siswa Akademi Sepakbola Salatiga Training Center. 4

3.2 Pembahasan a. Pengaruh latihan continous running terhadap tingkat kebugaran aerobik siswa sepakbola akademi training center kota salatiga Berdasarkan analisa data hasil Uji wilcoxon test didapatkan nilai α < 0,05 (α=0,001) pada kelompok perlakuan yang berarti bahwa ada pengaruh pemberian countinous running terhadap tingkat kebugaran aerobik pada siswa Akademi Sepakbola Salatiga Training Center. Sedangkan pada kelompok kontrol didapat hasil α = 0,238 yang artinya Ho di terima sehingga tidak terjadi perubahan pada kelompok kontrol. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa countinous running dapat meningkatkan kebugaran aerobik sebesar 3,4%. Hal ini disebabkan karena pemberian countinous running dilakukan selama 16 kali pertemuan dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu selama 6 minggu dapat meningkatkan dan memperbaiki sistem jantung dan paru-paru melalui peningkatan stroke volume dan cardiac output, efisiensi sistem pernapasan, peningkatan frekuensi denyut jantung, distribusi darah dari sistem kerja saraf simpatis dan parasimpatis. a) Perubahan Denyut Jantung dan Stroke Volume Peningkatan yang signifikan ini terjadi karena adanya pelatihan countinous running, dimana menurut Almy & Sukadiyanto (2014) dapat berpengaruh terhadap daya tahan kardiovaskuler, latihan ini juga dapat menguatkan otot-otot pernafasan sehingga memberikan manfaat yang besar terhadap pemeliharaan kebugaran jantung dan paru-paru. Dengan latihan countinous running ini atlet dan juga seorang pelatih dapat mengatur variasi latihan, menghemat waktu dan mentolerasi perbedaan individu karena didalam latihan ini melibatkan tiga unsur sekaligus yaitu (intensitas, repetisi, dan durasi). Sehingga jantung seseorang yang melakukan latihan secara rutin berukuran lebih besar. Dengan demikian volume darah sedenyut (stroke volume = SV) akan meningkat. Dengan meningkatnya volume darah sedenyut maka untuk memenuhi kebutuhan oksigen maupun membuang karbon dioksida jantung tidak perlu memompa dengan frekuensi yang tinggi. Oleh karena itu atlet yang terlatih dalam daya tahan aerobik denyut nadi minimalnya akan di 5

bawah 60 kali per menit, bahkan lebih rendah dari 50 kali per menit (Smith & Fernhall, 2011). b) Efisiensi Sistem Pernapasan Latihan continous running yang dilakukan secara teratur dapat meningkatkan efisiensi sistem pernafasan, sehingga dengan pernafasan yang lebih sedikit dibutuhkan untuk menggerakkan volume udara yang sama. Latihan ini dapat meningkatkan difusi oksigen dari paru-paru ke dalam darah tergantung dari ventilasi yang baik dan aliran darah yang memadai dalam pembuluh kapiler (Sharkey, 2011). Semakin baik kapasitas difusi paru, semakin besar volume gas yang berdifusi, maka akan bertambah baik kemampuan seseorang dalam melakukan pembebanan kardiorespirasi tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Sehingga orang yang terlatih akan bernafas lebih lambat dan dalam, dan oksigen yang diperlukan untuk kerja otot pada proses ventilasi pun berkurang. Akibatnya dengan jumlah oksigen yang sama, orang terlatih akan bekerja lebih efektif daripada orang yang tidak terlatih (Sukmaningtyas dkk., 2004). c) Sistem Kerja Saraf Simpatis dan Parasimpatis Menurut Kadir (2005), pada latihan terjadi dua kejadian yaitu peningkatan curah jantung (cardiac output) dan redistribusi darah dari otot-otot yang tidak aktif ke otot-otot yang aktif. Curah jantung tergantung dari isi sekuncup (stroke volume) yang terjadi akibat dari pembesaran otot jantung yang akan menyebabkan volume darah meningkat, maka dengan demikian jantung dapat menampung darah lebih banyak, dan dengan sendirinya stroke volume pada waktu istirahat menjadi lebih besar. Karena stoke volume pada waktu istirahat menjadi lebih besar, maka hal ini memungkinkan jantung memompa darah dalam jumlah yang sama setiap menit dengan denyutan lebih sedikit. Kemudian frekuensi denyut jantung (heart rate) dimana frekuensi jantung akan mengalami penurunan, sehingga jantung mempunyai cadangan denyut jantung (Heart Rate Reserve/HRR) yang lebih tinggi. Penurunan frekuensi jantung ini disebabkan oleh peningkatan tonus saraf parasimpatis, penurunan saraf parasimpatis, penurunan saraf simpatis atau kombinasi. Juga 6

terjadi penurunan dari frekuensi pengeluaran impuls dari paru jantung. Dengan perubahan volume, maka isi sekuncup (stroke volume) menjadi lebih besar dan bila cadangan denyut jantung meningkat hasilnya curah jantung (cardiac output) akan menjadi lebih tinggi dan dengan begitu pengangkutan oksigen menjadi lebih tinggi lagi. Kedua faktor ini meningkat pada waktu latihan. Redistribusi darah pada waktu latihan menyangkut vasokonstriksi pembuluh darah yang memelihara daerah yang tidak aktif vasodilatasi dari otot yang aktif yang disebabkan oleh kenaikan suhu setempat, CO 2 dan asam laktat serta kekurangan oksigen (Guyton & Hall, 2007). d) Perbaikan Kontrol Metabolisme Pada saat latihan, otot menggunakan oksigen sekitar 10-20 kali lipat di banding pada waktu istirahat. Peningkatan oksigen ini berpengaruh juga pada CO 2 yang memberikan pengaruh pada otot-otot yang sedang beraktifitas dikarenakan adanya vasodilatasi pembuluh darah pada otot serta vasokontriksi dari pembuluh darah untuk mengurangi aliran darah dan kemudian diikuti dengan melebarnya pembuluh darah untuk meningkatkan aliran darah (Guyton & Hall, 2007). Latihan juga membuat jumlah kapiler meningkat, yang disebabkan karena pendistribusian darah ke serabut otot lebih lancar. Aliran darah akan meningkat sekitar 25 kali lipat secara maksimum selama latihan yang paling berat, hal ini di karenakan akibat dari vasodilatasi intramuscular yang disebabkan oleh pengaruh langsung dari kenaikan metabolisme otot dengan demikian proses penyaluran dan kembalinya darah ke jantung semakin lancar, sehingga mengakibatkan kesempurnaan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini terjadi karena perubahan yang diakibatkan oleh suatu latihan yang dilakukan secara terus menerus dan terprogram yang mengakibatkan adanya proses adaptasi yang terintegritas secara baik dalam tubuh. Sistem kardiovaskuler mengalami adaptasi khusus untuk ketahanan pelatihan dan memaksimalkan efisensi kerja sistem tubuh (Wiarto, 2013). Perubahan fisiologi yang nyata dapat terjadi dalam tubuh kita apabila aktivitas fisik atau latihan olahraga yang terus dilakukan. Oleh karena itu tanggapan terhadap suatu latihan memiliki dua aspek analog yaitu respon 7

jangka pendek dimana adanya efek yang dirasakan setelah sekali olahraga ataupun dapat disebut latihan akut. Aspek kedua adalah respon jangka panjang yaitu setelah olahraga teratur yang mempermudah latihan berikutnya serta meningkatkan kinerajanya hal ini dapat juga disebut dengan adaptasi (Wilmore & Costill. 2005). Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Deol & Singh (2013) bahwa latihan continous running memberikan pengaruh yang signifikan sebanyak 34% dalam meningkatkan kemampuan daya tahan pada pemain sepakbola. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Madhankumar (2012) menyatakan bahwa terjadi perubahan yang signifikan terhadap daya tahan kardiovaskuler untuk dua grup eksperimen yang diberikan latihan continous running sebanyak 40% dibandingkan dengan grup kontrol sebanyak 14% sehingga dapat disimpulkan bahwa latihan continous running dapat meningkatkan kebugaran aerobik. Kondisi siswa dilapangan setelah dilakukan latihan continous running pada kelompok perlakuan selama 6 minggu adalah kondisi siswa lebih bugar, konsisten serta stabil pada saat bermain / bertanding, hal ini dapat dilihat dan ditandai dengan mampunya siswa bertahan selama 2x45 menit pertandingan tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, serta siswa lebih fokus terhadap permainan, sehingga strategi permainan yang rancang oleh pelatih dapat diterapkan oleh seluruh pemain. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan dari analisis hasil statistik penelitian yang dilakukan pada siswa Akademi Sepakbola Salatiga Training Center usia 15-18 tahun dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Secara statistik ada pengaruh latihan continous running terhadap tingkat kebugaran aerobik siswa akademi sepakbola usia 15-18 tahun. 8

2. Latihan continous running menghasilkan peningkatan nilai tingkat kebugaran aerobik siswa yang lebih dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan latihan continous running. 4.2 Saran Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran-saran yang dapat disampaikan sebagai berikut : 1. Bagi pelatih Latihan continous running dapat digunakan sebagai latihan dalam meningkatkan kebugaran aerobik siswa, selain itu latihan yang dilakukan lebih mudah 2. Bagi responden Memberikan edukasi dan motivasi mengenai pentingnya menjaga kebugaran fisik karena kebugaran merupakan faktor yang sangat penting yang harus selalu dijaga oleh setiap pemain sepakbola agar selalu siap dan konsisten serta stabil pada saat bertanding, dan disarankan untuk melakukan latihan continous running supaya dapat menjaga dan meningkatkan kebugaran aerobik secara maksimal. 3. Bagi peneliti selanjutnya a. Untuk memperkuat hasil penelitian ini, disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambah jumlah sampel dan menganalisis faktor faktor lainnya yang mempengaruhi tingkat kebugaran remaja, salah satunya adalah umur, antropometri, status gizi, kondisi psikososial dan lainnya, dimana hal tersebut berbeda - beda pada setiap individu. b. Peneliti selanjutnya dapat memvariasikan latihan continous running dengan menggunakan bola agar responden tidak jenuh dengan latihan dengan pola yang sama. c. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah dan melengkapi data variabel pre dan post yang digunakan sebagai data pembanding. 9

DAFTAR PUSTAKA Almy, M. A. & Sukadiyanto. 2010. Perbedaan Pengaruh Circuit Training dan Fartlek Training Terhadap Peningkatan VO2max dan Index Massa Tubuh. Jurnal Keolahragaan, 2(1):60. Deol, N.S. & Singh, J. 2013. Effect of Continuous Running and Interval Training Methods on Endurance Ability of Football Player. India: Journal of Behavioral Social and Movement Sciences Volume (2): 333-339. Dick, F.W. 2006. Sports Training Principles. Lepus Books, London, 264. Guyton, A.C. & Hall, J.E. 2007. Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Imanudin, Iman. 2008. Teori Ilmu Kepelatihan. Bandung: UPI Kadir, A. 2005. Adaptasi Kardiovascular Terhadap Latihan Fisik. Surabaya: Universitas Wijaya Kusuma. Madhankumar, T. 2012. Effect of Continuous Running and Fartlek Training on Selected Physical Physiological and Skill Related Variables of Football Players. India: Department of Physical Education and Sports Pondicherry University Puducherry 605 014. Notoatmodjo. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Peling, S.W.Y. 2011. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Leg-Press dan Squat Terhadap Peningkatan Prestasi Lari 100 Meter Ditinjau dari Waktu Reaksi. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Sharkey, B.J. 2011. Kebugaran & Kesehatan. (Edisi Terjemahan oleh Nasution E.D.), Cetakan kedua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Smith, D.L & Fernhall, B. 2011. Advanced Cardiovascular Exercise Physiologi. USA: Human Kinetics Spades, J. 2012. Soccer Training for Flexibelity. Diakses 25 Januari 2016 dari: http://soccer training for flexibelity-the soccer essentials. htm. Sukmaningtyas, H., Pudjonarko, D., & Basjar, E. 2004. Pengaruh Latihan Aerobik dan Anaerobik terhadap Sistem Kardiovaskuler dan Kecepatan Reaksi; Medika Media Indonesia, hal 39: 74-9. Wiarto, G. 2013. Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu. Wilmore, J. H. & Costill. 2005. Athletic Training and Psysical Fitness. Boston, Sidney : Allyn and Bacon. 10