WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR DI PERUSAHAAN MENURUT HUKUM POSITIF

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

KEPMEN NO. 234 TH 2003

MENTER! TENAGA KERJA DAN T SMIGRASI KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 102/MENNI/2004 TENTANG

KEPMEN NO. 234 TH 2003

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEPMEN NO. 224 TH 2003

KEPMEN NO. 231 TH 2003

2015, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembar

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2)

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.261/MEN/XI/2004 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III UPAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI MALUKU UTARA NOMOR 167/KPTS/MU/2006 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II MEKANISME KERJA LEMBUR DALAM HUKUM PERBURUHAN DI INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen terdiri dari enam unsur (6M) yang meliputi man, money,

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I KETENTUAN U M U M

BAB I PENDAHULUAN. DI HARI LIBUR DI PT. MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk (HYPERMART) BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 13

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN STRUKTUR DAN SKALA UPAH.

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

8. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri KEP.564/MEN/92 " 115 Tahun 1992 Ketenagakerjaan Daerah;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS PENGGAJIAN DAN PENGUPAHAN KARYAWAN TETAP PADA UD. BERLIAN JAYA SAMARINDA. Desy Setiawaty

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

KEPMEN NO. 228 TH 2003

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-03/MEN/I/2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya dengan cara pemberian upah yang sesuai dengan undang-undang dan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2015

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang. Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa yang dimaksud pekerja/buruh adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 226 /MEN/2003

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MAKALAH HUKUM KETENAGAKERJAAN KETIDAKSUAIAN PENGUPAHAN KERJA LEMBUR

KEPMEN 226/MEN//VII/2003 Tentang TATA CARA PERIZINAN PENYELENGGARAAN PROGRAM

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 561.4/78/2006 TENTANG

*10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702]

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Upah Hak pekerja/buruh uang imbalan termasuk tunjangan

Sistem Aplikasi Perhitungan Upah Lembur Karyawan Berdasarkan UU RI No. 13 Tahun 2003 Pada PT. APM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB II PENGAWASAN DINAS KETENAGAKERJAAN TERHADAP PELAKSAANAN UU NO.13 TAHUN 2003 PADA PERUSAHAAN DI KOTA MEDAN

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 225 /MEN/2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN WALIKOTA SERANG,

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017

Jam Kerja, Cuti dan Upah. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR PER-06/MEN/1985 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA HARIAN LEPAS MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PROVINSI SULAWESI TENGGARA WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG TENAGA KERJA LOKAL

NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu htm

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGUPAHAN KOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Transkripsi:

WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR DI PERUSAHAAN MENURUT HUKUM POSITIF Yulius Kasino Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRACT The all perperator of the process production such as worker / labour, labour of union and entrepreneur will be require to coalesce and professionalism of the develop to growing to have free market. The professionalism will be formed if each party is holding responsible each other will rights and obligations specially in wages to labour / worker, don't know of overtime in working fee and also passed to overtime labourage is worker was paid such of daily, one months and also pursuant to set of result. Keywords: labour wages, labour. PENDAHULUAN Masyarakat pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh dan pengusaha di Indonesia merupakan bagian dari masyarakat dunia yang sedang menuju era pasar bebas. Untuk menghadapi hal tersebut, semua pelaku proses produksi perlu bersatu dan menumbuhkembangkan sikap profesional, ini semua akan terwujud apabila kesejahteraan para karyawan bisa tercukupi. Hal ini berkaitan erat sekali dengan hak dan kewajiban dari karyawan maupun pengusaha yang masing-masing harus secara profesional melaksanakan dan menyadarinya. Para pelaku proses produksi perlu menyadari pentingnya tanggung jawab yang sama dengan kelompok masyarakat lainnya dalam membangun bangsa dan negara, dengan memperhatikan perkembangan kondisi perekonomian negara. Pengusaha atau orang perseorangan; persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri atau bukan milik sendiri yang berada di Indonesia seyogyanya dilarang membayar atau memberi upah kepada para karyawannya lebih rendah dari upah minimum yang telah digariskan oleh pemerintah daerah, sebaliknya para karyawan atau pekerja/buruh bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain haruslah melaksanakan tugas pekerjaannya secara profesional sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan senantiasa mematuhi perjanjian kerja yang sudah disepakati baik mengenai upah yang dimaksud disini dalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan maupun upah lembur dan waktu kerja lembur yaitu waktu kerja yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 90 Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 7, No. 1, April 2007 : 90 93

6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah. PEMBAHASAN Perusahaan atau setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, entah milik swasta maupun milik negara yang memperkerjakan pekerja/buruh, apabila mendapatkan pesanan hasil produksinya oleh pembeli, yang sangat besar jumlahnya sehingga stok produksinya, maka untuk menutup jumlah pesanan yang sangat besar itu. Perusahaan memperkerjakan karyawan atau buruhnya dengan cara melebihi jam kerja, agar jumlah pesanan dari pembeli bisa dicukupi. Perusahaan harus membayar upah lembur karena itu adalah hak dari pekerja/buruh. Menurut Undang-undang yang berlaku bagi ketentuan tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur untuk melakukan kerja lembur harus ada perintah tertulis dari pengusaha dan persetujuan tertulis dari pekerja/buruh yang bersangkutan. Namun pada kenyataannya hal ini tidak semua perusahaan melakukan ketentuan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : KEP/102/UI/2004 tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur. a. Kewajiban Perusahaan Selama Waktu Lembur Perusahaan yang memperkerjakan buruh/pekerja di luar jam kerja, maka perusahaan wajib : - Memberi upah kerja lembur; - Memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya; - Memberi makanan dan minuman sekurang-kurang 1400 kalori apabila kerja lembur dilakukan selama 3 (tiga) jam atau lebih. Pemberian makanan dan minuman tidak boleh diganti dengan uang dan cara perhitungannya didasarkan pada upah bulanan, dan cara menghitungnya adalah upah sejam adalah 1/173 kali upah sebulan. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja. Apabila pengusaha akan melakukan kerja lembur maka harus ada perintah tertulis dari penguasaha dan persetujuan tertulis dari pekerja/buruh yang bersangkutan bentuknya adalah dalam bentuk daftar pekerja/buruh, yang selanjutnya ditandatangani oleh buruh dan pengusaha yang bersedia bekerja lembur. b. Penghitungan Upah Lembur Perhitungan upah lembur ada beberapa jenis tergantung dengan jenis upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh, untuk upah buruh yang dibayarkan secara harian, maka penghitungan besarnya upah sebelan adalah upah sehari dikalikan 25 (dua puluh lima) bagi pekerja/buruh yang bekerja 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau dikalikan 21 (dua puluh satu) bagi Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur di Perusahaan menurut (Yulius Kasino) 91

pekerja/buruh yang bekerja 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Untuk upah buruh dibayar berdasarkan satuan hasil, maka upah sebulan adalah upah rata-rata 12 (dua belas) bukan terakhir. Dalam hal pekerja 1 buruh bekerja kurang dari 12 (dua belas) bulan, maka upah sebulan dihitung berdasarkan upah rata-rata selama bekerja dengan ketentuan tidak boleh rendah dari upah minimum setempat. Dalam hal upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap maka dasar perhitungan upah lembur adalah 100% (seratus persen) dari upah. Dalam hal upah terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap, apabila upah pokok tambahan tunjangan tetap lebih kecil dari 75% (tujuh puluh lima perseratus) keseluruhan upah, maka dasar perhitungan upah lembur 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari keseluruhan upah. Selanjutnya untuk menghitung upah kerja lembur sebulan adalah : 1) Untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar 1,5 (satu setengah) kali upah sejam. 2) Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 (dua) kali upah sejam. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi untuk waktu kerja 6 (enam) hari kerja 40 (empat puluh) jam seminggu, maka perhitungan upah kerja lembur untuk 7 (tujuh) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam Dan jam kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan jam kesembilan dibayar 4 (empat) kali upah sejam. Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek perhitungan upah lembur 5 (lima) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam keenam 3 (tiga) kali upah sejam dan jam lembur ketujuh dan kedelapan 4 (empat) kali upah sejam. Sedangkan bagi perusahaan yang telah melaksanakan dasar perhitungan upah lembur yang nilainya lebih baik dari ketentuan yang berlaku (Keputusan Menteri), maka perhitungan upah lembur tersebut tetap berlaku. c. Dalam Hal Terjadi Perbedaan Perhitungan Di suatu perusahaan kadang-kadang terjadi perbedaan tentang besarnya upah lembur yang dibayarkan kepada karyawan/tenaga kerja. Apabila terjadi perbedaan pembayaran premi seyogyanya diselesaikan oleh pengawas ketenagakerjaan kabupaten/kota, apabila dalam penyelesaian ini dirasa kurang puas oleh pengusaha maupun karyawan, jalan yang ditempuh adalah meminta penetapan ulang kepada pengawas ketenagakerjaan di Propinsi, selanjutnya apabila ternyata perbedaan perhitungan tentang besarnya upah lembur ini masih belum memuaskan kedua belah pihak (karyawan atau pengusaha) maka dapat meminta penetapan ulang kepada pengawas ketenagakerjaan di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Dalam hal terjadi perbedaan perhitungan tentang besarnya upah lembur pada perusahaan yang meliputi lebih dari 1 (satu) propinsi, maka yang berwenang menetapkan besarnya upah lembur adalah pengawas ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 92 Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 7, No. 1, April 2007 : 90 93

KESIMPULAN Perusahaan yang memperkerjakan pekerja/buruh apabila akan melakukan kerja lembur harus ada kesepakatan tertulis yang disetujui oleh kedua belah pihak. Pekerjaan lembur bisa dilaksanakan pada waktu kerja, waktu libur maupun waktu istirahat. Pengusaha wajib membayar upah kerja lembur sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan bersama sesuai dengan jenis upah yang dibayar dan apabila terdapat perbedaan jumlah pembayaran maka dapat diselesaikan oleh dewan pengawas provinsi dan pengawas Departemen Ketenagakerjaan dan Transmigrasi. DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-Undang No. 3 tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Pengawasan Perburuhan. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228/M tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong. Pokok-pokok Pikiran Sekretariat Lembaga Kerjasama Tripartit Nasional tanggal 23 Maret 2004. Kesepakatan Rapat Pleno Lembaga Kerjasama Tripartit Nasional tanggal 23 Maret 2004. Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur di Perusahaan menurut (Yulius Kasino) 93

ABSTRAK Semua pelaku proses produksi pekerja/buruh serikat buruh dan pengusaha perlu bersatu dan menumbuhkembangkan profesionalisme untuk mempunyai pasar bebas. Profesionalisme akan terwujud apabila masing-masing pihak saling bertanggung jawab akan hak dan kewajiban khususnya dalam pemberian upah kepada buruh/tenaga kerja, entah upah waktu kerja lembur maupun upah kerja lembur yang diberikan kepada pekerja dibayar secara harian, secara satu bulan maupun berdasarkan satuan hasil. Kata kunci : Upah buruh/tenaga kerja 94 Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 7, No. 1, April 2007 : 90 93

Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur di Perusahaan menurut (Yulius Kasino) 95