KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 106 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN PENELITI DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

MATERI BUKU. 3. Lampiran lampiran

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR: KEP. 1106/Ka/08/2001 NOMOR: 34 A Tahun 2001

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Peraturan...

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusya

PERATURAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 06/PKS/M/2007 NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

Pengangkatan Dalam Jabatan Struktural Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu. Pegawai Negeri Sipil

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGANGKATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara.

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 43 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER WALIKOTA SURABAYA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 2 SERI E

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA,

XXIII. PERENCANA A. DASAR HUKUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : KEP/128/M.PAN/9/2004 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DAN ANGKA KREDITNYA

XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

2017, No KEP/58/M.PAN/6/2004 tentang Jabatan Fungsional Penggerak Swadaya Masyarakat dan Angka Kreditnya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

PERA PER T A U T R U A R N A N BER

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1994

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA K E P U T U S A N JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-085/J.A/10/1990 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman.

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM

Peraturan...

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ADMINISTRASI JAB-FUNG PRANATA KOMPUTER

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGANGKATAN, KENAIKAN PANGKAT/JABATAN, PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI, DAN PEMBERHENTIAN DALAM DAN DARI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2000 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

Dasar Hukum Jabatan Fungsional

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

2017, No Cara Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan Kategori Keahlian melalui Penyesuaian/I

XVIII. PENELITI A. DASAR HUKUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

XX. TEKNISI LITKAYASA

NOMOR : 61 / HUK / 2008 TANGGAL : 16 OKTOBER 2008 TENTANG : PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH SOSIAL

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.04/2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2006 T E N T A N G JABATAN FUNGSIONAL PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN WALIKOTA SURABAYA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENJABAT SEKRETARIS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PENGANGKATAN DALAM JABATAN STRUKTURAL

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Transkripsi:

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 106 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN PENELITI DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kinerja dan kemampuan pejabat Peneliti di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Daerah, perlu dilakukan upaya pembinaan karier secara profesional sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan, b. bahwa Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 58 Tahun 1998 tentang Persyaratan Dan Tata cara Pengangkatan, Pemindahan, Kenaikan Pangkat/Jabatan, Pembebasan Sementara, Pengangkatan Kembali Dan Pemberhentian Dalam Jabatan Fungsional Peneliti di Jajaran Departemen Dalam Negerl tidak sesuai dengan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan, sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a dan b diatas, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang Jabatan Peneliti di lingkunyan Departemen Dalam Negeri dan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3149); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3156); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4193); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1997 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2001 (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 1.7); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4263); 8. Keputusan Presiden RI Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipli; 9. Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1985 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Peneliti; 10. Keputusan Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara Nomor 01/MENPAN/1983 tentang Angka Kredit Bagi Jabatan Peneliti; 11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri. MEMUTUSKAN: Menetapkan : JABATAN PENELITI DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DAN DAERAH Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. 2. Pejabat Fungsional Peneliti yang selanjutnya disebut Peneliti adalah Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak sebagai seorang yang menduduki jabatan fungsional Peneliti di dalam suatu unit organisasi penelitian dan/atau pengembangan yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada kompetensi tertentu serta bersifat mandiri sesuai dengan bidang kepakarannya.

3. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknoiogi. 4. Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang beitujuan memanfatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. 5. Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butirbutir kegiatan yang harus dicapai oleh pejabat fungsional dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan. 6. Panitia Penilai Jabatan Peneliti Departemen Dalam Negeri ; yang selanjutnya disingkat dengan P2JP Departemen Daiam Negeri adalah Panitia yang dibentuk oleh Menteri Dalam Negeri bertugas membantu Menteri Dalam Negeri dalam memeriksa karya tulis ilmiah sesuai dengan bidang-bidang disiplin ilmu yang menjadi tanggung jawab dan mengusulkan Angka Kredit bagi Peneliti dan calon Peneliti kepada LIPI. 7. Panitia Penilai Jabatan Peneliti Provinsi, yang selanjutnya disingkat dengan P2JP Provinsi adalah Panitia yang dibentuk oleh Gubernur bertugas membantu Gubernur dalam memeriksa karya tulis ilmiah sesuai dengan bidangbidang disiplin ilmu yang menjadi tanggung jawab dan mengusulkan Angka Kredit bagi Peneliti dan calon Peneliti kepada Menteri Dalam Negeri melalui Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan. 8. Lingkungan Departemen Dalam Negeri adalah unit-unit organisasi yang berada dibawah Departemen Dalam Negeri. 9. Daerah adalah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. 10. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, yang selanjutnya disingkat dengan UPI adalah pejabat yang berwenang menetapkan Angka Kredit bagi Peneliti. BAB II PANITIA PENILAI JABATAN PENELITI Pasal 2 (1) P2JP Departemen Dalam Negeri dibentuk untuk membantu Menteri Dalam Negeri dalam melakukan pembinaan Peneliti. (2) Pembentukan P2JP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. (3) P2JP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas : a. memeriksa dan menilai karya tulis ilmiah dan mengusulkan angka kredit kepada UPI; b. mempertimbangkan usul pengangkatan, pemindahan, kenaikan jabatan, pembebasan sementara, pengangkatan kembali dan pemberhentian dalam jabatan Peneliti di lingkungan Departemen Dalam Negeri; c. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Menteri Dalam Negeri berkaitan

dengan Jabatan Peneliti. Pasal 3 (1) P2JP Provinsi dibentuk untuk membantu Gubernur melakukan pembinaan Peneliti di lingkungan Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota yang keanggotaannya mempertimbangkan kepakaran dan senioritas. (2) P2JP Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibentuk apabila memiliki 1 (satu) orang Ahli Peneliti Utama (APU) dan beberapa Pejabat Peneliti. (3) Bagi Pemerintah Daerah yang belum memiliki Ahli Peneliti Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat meminjam dari Instansi Pemerintah lain yang bidang kompetensinya relatif sama. (4) Pembentukan P2JP Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur. (5) P2JP Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas : a. memeriksa dan menilai karya tulis ilmiah dan bahanbahan penilaian angka kredit serta mengusulkan angka kredit kepada LIPI melalui Menteri Dalam Negeri up. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan. b. mempertimbangkan usul pengangkatan, pemindahan, kenaikan jabatan, pembebasan sementara, pengangkatan kembali dan pemberhentian dalam jabatan Peneliti path unit organisasi penelitian dan pengembangan di lingkungan Pemerintah Provinsi, Kabupaten/ Kota. c. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Gubernur yang berkaitan dengan Jabatan Peneliti. Pasal 4 Susunan keanggotaan P2JP di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dan pasal 3 ayat (1) terdiri dari : a. Ketua merangkap Anggota. b. Wakil Ketua merangkap Anggota. c. Sekretaris merangkap Anggota. d. Anggota sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang. Pasal 5 Syarat-syarat keanggotaan P2JP di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Daerah meliputi a. mernpunyai kemampuan ilmiah untuk menilai hasil-hasil penelitian; b. menduduki jabatan Peneliti serendah-rendahnya Peneliti Muda; c. mempunyai Integritas ilmiah yang baik; d. dapat aktif melakukan penilaian dan menyelesaikan tugasnya sesuai dengan jadual yang telah ditentukan. BAB III PENGANGKATAN Pasal 6 (1) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil ke dalam jabatan Peneliti didasarkan pada formasi yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan usul Menteri Dalam Negeri

atau Gubernur atau Bupati atau Walikota secara berjenjang. (2) Formasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk jabatan Peneliti ditetapkan setiap tahun anggaran. Pasal 7 Pegawai Negeri Sipil yang dapat diangkat dalam jabatan Peneliti adalah Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat-syarat : a. pendidikan serendah-rendahnya Strata I; b. usia sesuai peraturan perundang-undangan; c. pangkat golongan ruang serendah-rendahnya Penata Muda (III/a); d. bekerja pada unit organisasi penelitian dan/atau pengembangan, dengan tugas pokok melakukan penelitian dan/atau pengembangan; e. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) setiap unsur sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir; f. sehat jasmani dan rohani; g. memenuhi angka kredit tertentu yang ditetapkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pasal 8 Usul pengangkatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dilengkapi dengan : a. fotokopi Keputusan dalam pangkat terakhir yang disahkan oleh pejabat yang berwenang; b. fotokopi Keputusan dalam jabatan terakhir yang disahkan oleh pejabat yang berwenang; c. daftar riwayat pekerjaan dan daftar riwayat hidup; d. fotokopi Kartu Pegawai Negeri Sipil yang disahkan oleh pejabat yang berwenang; e. fotokopi bukti berpengalaman di bidang penelitian yang disahkan oleh pejabat yang berwenang; f. fotokopi Ijazah pendidikan formal terakhir yang disahkan oleh pejabat yang berwenang; g. surat Keterangan Dokter/Tim Penguji Kesehatan; h. fotokopi Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil dalam 2 (dua) tahun terakhir yang disahkan oleh Pejabat yang berwenang; i. surat pernyataan berkeinginan menjadi Peneliti; j. surat Rekomendasi dari pimpinan lembaga teknis yang membidangi penelitian dan pengembangan bagi calon Peneliti di lingkungan Departemen Dalam Negeri; k. surat rekomendasi dari Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi atau lembaga teknis yang membidangi penelitian dan pengembangan bagi calon Peneliti di lingkungan Provinsi; l. surat rekomendasi dari Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten/Kota atau lembaga teknis yang membidangi penelitian dan pengembangan bagi calon Peneliti di lingkungan Kabupaten/Kota; m. surat persetujuan pindah ke unit kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri dan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota atau lembaga teknis yang membidangi penelitian dan pengembangan dari pimpinan instansi yang berwenang. n. bahan-bahan lain untuk penilaian angka kredit disahkan oleh Pejabat Eselon II atau yang ditunjuk meliputi karya tulis ilmiah, pemacuan teknologi, pemasyarakatan ilmu pengetahuan dan teknologi, keikutsertaan dalam kegiatan ilmiah, pembinaan kader

ilmiah, penghargaan ilmiah. Pasal 9 (1) Pengangkatan dalam jabatan Peneliti di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Daerah diusulkan oleh : a. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri untuk pengisian formasi Peneliti pada Badan Penelitian dan Pengembangan; b. Gubernur untuk pengisian formasi Peneliti pada Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi atau lembaga teknis yang membidangi penelitian dan pengembangan; c. Bupati atau Walikota melalui Gubernur untuk pengisian formasi Peneliti pada Badan Penelitian dan pengembangan Daerah Kabupaten/Kota atau lembaga teknis yang membidangi penelitian dan pengembangan. (2) Usul pengangkatan dalam jabatan Peneliti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum diajukan kepada Menteri Dalam Negeri dilakukan penelitian dan penilaian angka kredit oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri. (3) Hasil penelitian dan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada UPI sebagai bahan usulan penetapan angka kredit. (4) Penetapan angka kredit jabatan Peneliti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara untuk memperoleh persetujuan. Pasal 10 Menteri Dalam Negeri mengajukan usul kepada Presiden pengangkatan dalam jabatan Ahli Peneliti Utama, Ahli Peneliti Madya dan Ahli Peneliti Muda di lingkungan Departemen Dalam Negeri, Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota. Pasal 11 (1) Menteri Dalam Negeri menetapkan pengangkatan dalam jabatan Peneliti Madya, Peneliti Muda, Ajun Peneliti Madya, Ajun Peneliti Muda, Asisten Peneliti Madya dan Asisten Peneliti Muda di lingkungan Departemen Dalam Negeri. (2) Gubernur menetapkan pengangkatan dalam jabatan Peneliti Madya, Peneliti Muda, Ajun Peneliti Madya, Ajun Peneliti Muria, Asisten Peneliti Madya dan Asisten Peneliti Muda di lingkungan Provinsi. (3) Bupati/Walikota menetapkan pengangkatan dalam jabatan Peneliti Madya, Peneliti Muda, Ajun Peneliti Madya, Ajun Peneliti Muda, Asisten Peneliti Madya dan Asisten Peneliti Muda di lingkungan Kabupaten/Kota. (4) Pengangkatan dalam jabatan Peneliti ditetapkan terhitung mulai tanggal penetapan UPI mengenai angka kredit. BAB IV PEMINDAHAN Pasal 12 Peneliti yang diangkat dan ditugaskan pada satuan organisasi penelitian dan pengembangan dapat dipindahkan tugasnya antar satuan organisasi penelitian dan pengembangan yang tugas pokok dan fungsinya berkaitan erat dengan kegiatan penelitian dan pengembangan.

Pasal 13 Pemindahan Peneliti sebagalmana dlmaksud dalam Pasal 12 ditetapkan oleh : a. Presiden bagi Jabatan Ahli Peneliti Utama, Ahli Peneliti Madya dan Ahli Peneliti Muda dengan tembusan Kepala Badan Kepegawaian Negara atas usul Menteri Dalam Negeri; b. Menteri Dalam Negeri bagi jabatan Peneliti Madya, Peneliti Muda, Ajun Peneliti Madya, Ajun Peneliti Muda, Asisten Peneliti Madya, Asisten Peneliti Muda di lingkungan Departemen Dalam Negeri setelah mendapat persetujuan Kepala Badan Kepegawaian Negara; c. Gubernur bagi Peneliti Madya, Peneliti Muda, Ajun Peneliti Madya, Ajun Peneliti Muda, Asisten Peneliti Madya dan Asisten Peneliti Muda di lingkungan Provinsi setelah memperoleh persetujuan Kepala Badan Kepegawaian Negara. d. Bupati/Walikota bagi Peneliti Madya, Peneliti Muda, Ajun Peneliti Madya, Ajun Peneliti Muda, Asisten Peneliti Madya dan Asisten Peneliti Muda di lingkungan Kabupaten/Kota setelah memperoleh persetujuan Kepala Badan Kepegawaian Negara Pasal 14 Pemindahan Peneliti sebagalmana dimaksud dalam Pas& 12 dilakukan dalam rangka : a. Penyebaran dan pendayagunaan Peneliti dalam kegiatan penelltlan dan pengembangan. b. Pengisian formasi yang tersedia pada unit organisasi penelitlan dan pengembangan di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota sesual bldang dan jenjang jabatan. c. Pengembangan karier Peneliti yang bersangkutan. BAB V KENAIKAN PANGKAT / JABATAN Pasal 15 Peneliti yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dapat diberikan kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi apabila yang bersangkutan telah memenuhi angka kredit kumulatlf minimal yang ditetapkan dengan ketentuan sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat yang dimilikinya dan setiap unsur dalam DP-3 sekurangkurangnya bernilai baik selama 2 (dua) tahun terakhir. Pasal 16 Menteri Dalam Negeri mengusulkan kepada Presiden kenaikan pangkat/jabatan Peneliti menjadi Ahli Peneliti Utama, Ahli Peneliti Madya dan Ahli Peneliti Muda di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota dan kenaikan pangkat Peneliti menjadi Pembina Utama Muda (IV/c). Pasal 17 (1) Menteri Dalam Negeri menetapkan kenaikan pangkat Peneliti menjadi Pembina Tingkat I (IV/b) ke bawah di lingkungan Departemen Dalam Negeri setelah memperoleh persetujuan Kepala Badan Kepegawaian Negara. (2) Gubernur menetapkan kenalkan pangkat Peneliti menjadi Pembina Tingkat I (IV/b) ke bawah di lingkungan Provinsi setelah memperoleh persetujuan Kepala Badan Kepegawaian Negara. (3) Bupati/Walikota menetapkan kenaikan pangkat Peneliti menjadi Penata Tingkat I (III/d)

ke bawah di lingkungan Kabupaten/Kota setelah memperoleh persetujuan Kepala Badan Kepegawaian Negara. Pasal 18 (1) Usul kenaikan jabatan Peneliti dibuat dalam suatu daftar tersendlrl untuk tiap jenis kepegawaian dilengkapi dengan : a. penetapan angka kredit terakhir dart LIPI; b. fotokopi Keputusan pangkat terakhir yang disahkan oleh pejabat yang berwenang; c. fotokopi Keputusan dalam jabatan terakhir yang disahkan oleh pejabat yang berwenang; d. fotokopi DP-3 2 (dua) tahun terakhir; e. daftar riwayat hidup dan daftar riwayat pekerjaan; f. fotokopi Kartu Pegawai (KARPEG) yang disahkan oleh pejabat yang berwenang. (2) Usul kenaikan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat masing-masing rangkap 4 (empat). Pasal 19 Kenaikan pangkat Peneliti diajukan untuk periode 1 April atau 1 Oktober setiap tahun dengan mempedomani baths waktu penerimaan usul kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil. BAB VI PENGUKUHAN PEJABAT FUNGSIONAL AHLI PENELITI UTAMA Pasal 20 Pejabat fungsional Peneliti yang mencapai puncak karier kepenelitiannya sebagai Ahli Peneliti Utama dikukuhkan dalam suatu upacara orasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 21 (1) Biaya penyelenggaraan upacara pengukuhan pejabat fungsional Ahli Peneliti Utama di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri dibebankan pada Anggaran Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri bersumber dad APBN. (2) Biaya penyelenggaraan upacara pengukuhan pejabat fungslonal Ahli Peneliti Utama di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi/ Kabupaten/Kota atau lembaga teknis yang membidangi penelitian dan pengembangan dibebankan pada APBD yang bersangkutan. BAB VII PEMBEBASAN SEMENTARA Pasal 22 Peneliti dibebaskan sementara dari jabatannya apabila : a. tidak dapat mengumpulkan angka kredit minimal yang ditentukan untuk masing-masing tingkat jabatan Peneliti; b. ditugaskan di luar satuan organisasi penelitian dan pengembangan;

c. diangkat dalam jabatan struktural atau jabatan fungsional Ialnnya; d. menjalankan tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan; e. dijatuhi hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (3) huruf a, b, c dan ayat (4) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980; f. diberhentikan sementara dari Pegawai Negeri Sipil; g. sedang dalam proses peradilan pidana, pernah atau menjalankan hukuman pidana lebih dari 6 (enam) bulan; h. menjalankan cuti di luar tanggungan negara kecuali cuti di luar tanggungan negara untuk persalinan anak yang ke 4 (empat) dan seterusnya. Pasal 23 (1) Pembebasan sementara sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 huruf a dilaksanakan apabila Ahli Peneliti Madya, Ahli Peneliti Muda, Peneliti Madya, Peneliti Muda, Ajun Peneliti Madya, Ajun Peneliti Muda, Asisten Peneliti Madya, Asisten Peneliti Muda dalam jangka waktu 4 (empat) tahun sejak diangkat dalam jabatan tidak dapat mengumpulkan angka kredit minimal yang diperlukan untuk kenaikan jabatan Peneliti yang setingkat lebih tinggi. (2) Pembebasan sementara sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 huruf a dilaksanakan apabila Ahli Peneliti Utama dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak diangkat da!am jabatannya belum berhasil mengumpulkan sekurangkurangnya 20 angka kredit yang berasal dari karya tulis ilmiah dan atau pemacuan teknologi. (3) Peneliti yang tidak dapat mengumpulkan angka kredit minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) mendapat peringatan dari pimpinan instansi yang bersangkutan. (4) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri, Gubernur atau Bupati/Walikota secara berjenjang mengajukan usul pembebasan sementara kepada Menteri Dalam Negeri Up. Badan Penelitian dan Pengembangan apabila di Iingkungannya terdapat Peneliti yang harus dibebaskan sementara dari jabatannya karena sebab-sebab dimaksud dalam Pasal 22. Pasal 24 (1) Peneliti yang dibebaskan sementara diberhentikan pembayaran tunjangan jabatan Peneliti terhitung sejak tanggal Keputusan pembebasan sementara. (2) Peneliti yang dibebaskan dari jabatan tidak dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya sebagai Peneliti. Pasal 25 (1) Peneliti yang dibebaskan sementara dart jabatan Peneliti dapat diangkat kembali apabila : a. telah dapat mengumpulkan angka kredit minimal yang ditentukan untuk masingmasing tingkat jabatan; b. telah selesai melaksanakan tugas di luar satuan organisasi penelitian dan pengembangan yang bersangkutan; c. tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional lainnya; d. telah selesai melaksanakan tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan; e. telah selesai menjalankan hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil; f. dinyatakan tidak bersalah atau dijatuhkan hukuman percobaan berdasarkan putusan pengadilan pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; g. telah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan negara.

(2) Pengangkatan kembali dalam jabatan Peneliti dilakukan sesuai ketentuan Pasal 8 dan Pasal 18. Peneliti diberhentikan apabila : a. atas Permintaan sendiri; b. meninggal dunia/tewas; BAB VIII PEMBERHENTIAN Pasal 26 c. dijatuhi hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (4) huruf b, c dan d Peraturan Pemerinah Nomor 30 Tabun 1980; d. dijatuhi hukuman pidana kurungan/penjara; e. dinyatakan hilang; f. tidak sehat jasmani dan atau rohani; g. menjadi anggota partai politik; h. telah mencapai batas usia pensiun; i. melakukan plagiat Karya Tulis Ilmiah; j. Peneliti yang dibebaskan sementara mencapai usia 56 tahun. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Dengan berlakunya keputusan ini maka Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 58 Tahun 1998 tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pengangkatan, Pemindahan, Kenaikan Pangkat/ Jabatan, Pembebasan Sementara, Pengangkatan Kembali Dan Pemberhentian Dalam Jabatan Fungsional Peneliti di Jajaran Departemen Dalam Negeri dinyatakan tidak berlaku. Pasal 28 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 24 Pebruari 2004 MENTERI DALAM NEGERI ttd HARI SABARNO