Akibat Patik Setitik, Rusaklah Penghasilan Petani Oleh Vikayanti, S.Si POPT Muda BBPPTP Surabaya Senada dengan peribahasa akibat nila setitik rusak susu sebelanga, serangan patik dapat diibaratkan sebagai nila yang merusak daun tembakau dan menghancurkan penghasilan petani. Penyakit ini dapat berakibat fatal bagi para petani tembakau cerutu. Pasalnya, bercakbercak coklat yang melingkar pada daun tembakau apabila dibiarkan akan merusak daun bahkan mengganggu proses fotosintesisnya. Selain merusak penampilan daun, patik juga mengakibatkan turunnya mutu tembakau sehingga tidak laku dipasarkan. Penyakit yang juga sering disebut bopeng ini, infeksinya bersifat laten. Kerusakan tidak hanya terjadi di areal kebun tapi juga dapat terjadi pada tembakau yang difermentasikan di gudang. Pada tembakau rajangan, adanya penyakit tersebut tidak terlalu besar pengaruhnya. Hal ini akan berbeda apabila menyerang tembakau cerutu. Adanya patik pada tembakau cerutu akan menurunkan mutu. Daun tembakau pembalut cerutu haruslah benar-benar berkualitas, tidak terdapat bercak-bercak, tidak berlubang, warna merata, seragam, tipis dan elastis. Menurut Dalmadiyo (1999) dalam Tantawi (2007), penyakit patik dapat menurunkan produktivitas tembakau hingga 60% dengan kerugian lebih dari 100 milyar rupiah. Bahkan untuk tembakau dibawah naungan kerugian bisa mencapai 125 milyar rupiah. Tahun 1998 petani tembakau di Jawa dan Sumatera mengalami kerugian karena serangan penyakit ini. Menurut data Pemerintah Kabupaten Jember sebagai sentra tembakau Besuki, pada tahun 2004 kerugian hasil akibat serangan patik senilai 459 milyar rupiah.
Sumber : http://ephytia.inra.fr Gejala Serangan Patik pada Tembakau Gejala Serangan Patik Tidak sulit bagi kita untuk mengenali ciri-ciri tanaman tembakau yang terserang penyakit ini. Daun yang sakit memiliki bercak-bercak merah kecoklatan melingkar. dengan garis tengah mencapai 2-15 mm. Gejala awal bercak tampak berwarna coklat, lama kelamaan mengering dan berubah warna menjadi putih dengan bagian tepi berwarna coklat. Bercak patik tidak bercincin, ditengah-tengah bercak terdapat titik-titik hitam halus yang merupakan kumpulan konidiofor. Warna bercak patik tidak selalu merah kecoklatan. Pada tembakau Deli, daun tembakau yang terserang patik gejalanya berwarna putih dan sering disebut sebagai bopeng putih (Ardiant, 2009). Bercak tersebut pada akhirnya akan robek dan berlubang bahkan dapat menimbulkan aroma yang tidak sedap. Serangan patik kebanyakan ditemui disaat tanaman tembakau masih dalam pembibitan, pertanaman maupun pada daun yang sudah dipetik. Umumnya kerentanan tanaman tembakau terhadap penyakit ini meningkat dengan semakin tuanya daun (Semangun, 2000). Apabila bercak patik ini jatuh pada tembakau yang akan dipetik dan konidianya melekat pada daun yang akan dibawa ke gudang, maka konidia tersebut mampu berkembang pada waktu daun digantungkan di dalam los pengeringan di gudang. Udara yang sangat lembab sangat cocok untuk perkembangan patik, sehingga daun yang telah kering akan terbentuk bercak-bercak coklat kehijauan yang seringkali disebut bercak gudang atau bopeng hijau Penyakit ini dapat berkembang bila pemetikan daun terlambat dilakukan, sehingga daun sudah dalam kondisi terlalu matang. Semakin
tua daun maka resiko semakin besar dan semakin rentan untuk terinfeksi. Patik akan sangat cepat meluas bila kondisi alam mendukung terutama apabila kelembaban udara di areal tanaman tembakau cukup tinggi. Sumber : https://www.scienceopen.com/ Mikroskopis Cercospora nicotianae Penyebab Penyakit Patik Patik pada tembakau disebabkan oleh jamur Cercospora nicotianae. Jamur ini termasuk dalam kelas Hyphomycetes, ordo moniliales dan famili moniliaceae. Secara mikroskopis jamur ini mempunyai konidiofor panjang, agak membengkok. dan bersekat-sekat serta tidak berwarna (hialin). Ukuran konidia sangat bervariasi tergantung media dan suhunya. Menurut Tantawi (2007) perkembangan penyakit ini sangat tergantung pada cuaca. Cuaca yang lembab akan sangat menguntungkan bagi perkembangan penyakit ini. Apabila kondisi tersebut didukung oleh adanya embun, air dan hujan maka konidium jamur Cercospora nicotianae akan mudah terlepas dari konidiofornya. Jamur kemudian menginfeksi tanaman tembakau melalui mulut daun (stomata). Secara rinci Tantawi (2007) juga mengatakan bahwa unsur-unsur cuaca yang mempengaruhi perkembangan Cercospora yaitu : 1).suhu, berpengaruh pada laju pertumbuhan dan bertahannya hifa dan propagul, 2). Curah hujan dan embun, secara langsung mempengaruhi kebasahan daun sehingga memungkinkan perkecambahan dan pertumbuhan patogen, eksudasi dan mengendapnya konidium pada permukaan tanah. 3). Kelembaban, mempengaruhi kemampuan bertahan hidup, pertumbuhan patogen dan pembebasan spora, 4). Angin, sebagai pembawa dalam penyebaran dan mengendapnya konidium pada permukaan tanah, 5). Cahaya,
mempengaruhi eksudasi, sporulasi, pemencaran konidium, perkecambahan konidium dan pertumbuhan. Konidium jamur ini sangat tahan terhadap kekeringan dan suhu tinggi. Pada suhu tinggi Cercospora akan sangat merusak terutama pada bulan-bulan dengan cuaca yang panas. Serangan cenderung meluas bila cuaca lembab pada saat menjelang panen (Tantawi, 2007). Jamur Cercopora nicotianae dapat mempertahankan diri dalam waktu yang lama, terutama pada sisa-sisa tanaman tembakau. Bahkan apabila konidium melekat pada biji tembakau, maka jamur ini dapat mempertahankan diri dalam tanah yang halus seperti debu hitam. Selain tembakau, tanaman lain yang menjadi inang alternatif bagi Cercospora antara lain terong, cabai, kecubung, lombok, dll. Strategi Pengendalian Pengendalian penyakit patik memang tidak mudah, karena serangannya bersifat laten. Patik tidak hanya menyerang tanaman di lahan tetapi juga menyerang daun tembakau yang sudah diolah dan disimpan digudang. Oleh karena itu diperlukan tindakan secara terpadu dalam menanggulangi penyakit ini. Menurut Semangun (2000), pengendalian awal dilakukan dengan cara sanitasi lahan yaitu melakukan pembersihan sisa-sisa tanaman tembakau sehabis musim tembakau. Dalam penggunaan biji juga harus diperhatikan. Sebaiknya biji yang digunakan adalah biji yang telah disimpan lebih dari satu tahun. Untuk biji yang disimpan belum ada satu tahun disarankan didesinfeksi terlebih dahulu sebelum digunakan. Pada pembibitan, daun-daun yang mempunyai bercak patik harus segera dipetik. kemudian dimasukkan kedalam wadah dan dibakar. Tindakan ini bertujuan memutus siklus hidup Cercospora agar serangan tidak meluas.
Menurut Apriyadi, dkk. (2013), tindakan pengendalian lain yang umum dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini adalah menggunakan pestisida kimia. Akan tetapi penggunaan pestisida kimia harus mengacu pada aturan pembatasan residu kimia tembakau yang sering disebut sebagai Batas Maksimum Residu (BMR) yaitu 2,0 ppm. Oleh karena itu disarankan alternatif pengendalian lain yaitu dengan menggunakan pestisida nabati ekstrak kipahit (Tithonia diversifolia). Ekstrak daun kipahit dengan konsentrasi 50 gr/l dapat menekan perkembangan Cercospora pada daun tembakau. Selain penggunaan pestisida nabati kipahit, pengendalian juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan Agens Pengendali Hayati (APH) golongan jamur Trichoderma. Trichoderma sp. merupakan jamur antagonis. Keberadaannya selain dapat menghambat pertumbuhan jamur sebagai penyakit (Phytopthora, Fusarium, dll.), juga sangat berperan dalam memperbaiki struktur tanah. Penyemprotan dengan menggunakan Trichoderma sp. dapat dilakukan pada saat pembibitan maupun pada saat tanaman sudah dewasa. Pencegahan penyebaran Cercospora pada tanaman dewasa juga dilakukan dengan cara memetik daun-daun bawah yang berpatik untuk menjaga agar tidak terjadi epidemik kalau cuaca lembab datang. Selain itu tidak membiarkan daun di kebun lewat masak apalagi cuaca lembab, juga merupakan salah satu cara pencegahan penyebaran patik. Untuk menghindarkan terbentuknya bercak Cercospora pada tembakau di gudang, menurut Semangun (2000), dapat dilakukan dengan cara tidak memasukkan daun-daun basah ke dalam los dan mempercepat pengeringan. Adanya tindakan pengendalian dan pengelolaan penyakit ini diharapkan dapat membantu para petani untuk menyelamatkan tembakaunya dari patik, sehingga patik tidak lagi menjadi nila setitik yang dapat merusak penghasilan mereka.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2015. Cercospora nicotianae, diakses dari http://ephytia.inra.fr/en/d/4551 pada hari Rabu tanggal 11 Maret 2015, jam 13.00 wib. Apriyadi A.R., W.S. Wahyuni. Dan V. Supartini, 2013. Pengendalian Penyakit Patik (Cercospora nicotianae) Pada Tembakau NA OOGST Secara In-Vivo Dengan Ekstrak Daun Gulma Kipahit (Tithonia Diversifolia, Berkala Ilmiah Pertanian.Vol 1, Nomor 2. Faperta Unej. Jember, hlm. 30-32. Ardiant, 2009. Bercak Daun Si Perusak Kualitas Tembakau Cerutu, diakses dari https://ardiant181.wordpress.com/2009/01/03 pada tanggal 19 Februari 2015, jam 19.00 wib. Groenewald, J.Z. 2012. Species concepts in Cercospora: spotting the weeds among the roses. diakses dari https://www.scienceopen.com pada hari Rabu tanggal 11 Maret 2015 jam 11.00 wib. Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hlm. 665-672. Tantawi, A.R. 2007. Hubungan Kecepatan Angin dan Kelembaban Udara Terhadap Pemencaran Konidium Cercospora nicotianae Pada Tembakau, Agritrop, 26(4). Faperta Universitas Udayana, Denpasar. hlm. 160-167.