I. PENDAHULUAN. kewenangan dan kekuasaan yang legal (formal) dengan adanya kualitas keahlian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tujuan dikeluarkannya kebijakan mengenai otonomi daerah, yang diatur dalam

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Kecil dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara RI Tahun 1956 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1091) ; 3.

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI

PEMERINTAH KOTA BATU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA GORONTALO

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

TAHUN : 2005 NOMOR : 04

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BATAM

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 91 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan P

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DALAM LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 5 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

TENTANG ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KELURAHAN DALAM LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWAKARTA,

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PARIAMAN dan WALIKOTA PARIAMAN MEMUTUSKAN:

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BALIKPAPAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN JEPARA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA KEDIRI

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BAUBAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KEEROM PERATURAN DARAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah mencermati dan mengkaji tentang peranan Badan Satuan Polisi Pamong

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

*40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

BUPATI JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MERANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN DI KOTA BANJAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

BAB 4 Struktur Organisasi Kabupaten, Kota dan Provinsi di Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2005 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI BANTEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh seseorang yang menempati posisi di dalam status sosial (Margono Slamet, 1995: 15).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PASURUAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

B U P A T I B A L A N G A N

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA PADANG


Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi publik merupakan organisasi birokrasi pemerintahan yang menerapkan kewenangan dan kekuasaan yang legal (formal) dengan adanya kualitas keahlian dalam pola struktur yang hirarkis. Organisasi di Indonesia, dalam hal ini institusi pemerintah identik dengan suatu organisasi yang besar tetapi lambat. Organisasi publik sering dilihat sebagai instansi pemerintah atau birokrasi pemerintah, harapan masyarakat menjadi sangat besar kepada organisasi publik. Keberhasilan suatu organisasi publik dapat terlihat dari kinerja aparaturnya. Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja organisasi adalah pencapaian hasil kinerja yang dicapai suatu organisasi. Untuk mengetahui kinerja suatu organisasi publik maka perlu dilakukan suatu pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja merupakan sebuah upaya menilai unjuk kerja pegawai yang diperlukan sebagai sebuah proses pengukuran. Pengukuran kinerja dalam organisasi publik memegang peranan kunci dalam pengembangan pegawai dan produktivitas mereka. Pengukuran kinerja pada prinsipnya merupakan manifestasi dari bentuk penilaiaan kerja seorang pegawai. Penilaiaan kinerja memberikan gambaran tentang keadaan pegawai dan sekaligus dapat memberikan feedback (

2 umpan balik). Moeheriono (2012:65) menyatakan pada prinsipnya penilaian kinerja merupakan cara pengukuran kontribusi-kontribusi dari individu dalam instansi yang dilakukan terhadap organisasi. Nilai penting dari penilaian kinerja individu adalah menyangkut penentuan tingkat kontribusi individu atau kinerja yang diekspresikan dalam penyelesaian tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Pada dasarnya kinerja menekankan pada apa yang dihasilkan (output) dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau manfaat apa yang dihasilkan (outcome). Berdasarkan hal tersebut, penilaian terhadap kinerja suatu organisasi publik memiliki arti yang sangat penting terutama dalam upaya melakukan penilaian perbaikan pada masa yang akan datang, penilaian terhadap kinerja dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu. Penilaian tersebut dapat dijadikan input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja organisasi selanjutnya. Dalam pemerintahan penilaian kinerja sangat berguna untuk menilai kuantitas, kualitas, dan efisiensi pelayanan dan memotivasi birokrat pelaksana untuk melakukan pekerjaan lebih baik lagi. (Moeheriono (2012:162)). Pengukuran kinerja saat ini sangat diperlukan demi kelancaran kinerja para aparatur publik, pentingnya mengukur kinerja para aparatur publik karna terlihat banyak para aparatur yang bekerja tidak sesuai dengan ketentuan aturan aturan yang telah ditentukan. Seiring dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan berpedoman dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja SATPOL PP maka SATPOL PP sebagai organisasi fungsional.

3 SATPOL PP merupakan organisasi yang sangat erat dengan masyarakat yang fungsi utamanya berdasarkan pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2010 adalah menjaga ketertiban umum dan ketentraman masyarakat sehingga penyelenggaraan roda pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan dengan lancar dan masyarakat dapat melakukan aktifitasnya dengan aman. Berdasarkan pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2010 tentang tugas pokok SATPOL PP adalah menegakkan Peraturan Daerah (PERDA), menyelenggarakan ketertiban umum, ketentraman masyarakat dan perlindungan masyarakat. Keamanan dan Ketertiban umum adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan pemerintah dan masyarakat dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan aman, tertib dan teratur. SATPOL PP adalah perangkat Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Upaya peningkatan kinerja SATPOL PP Kota Bandar Lampung sebenarnya telah dilakukan oleh Pemerintah Kota (PEMKOT) Bandar Lampung bersama pihak DPRD memprioritaskan pemberian atau penambahan anggaran kepada kantor SATPOL PP setempat. Hal ini dikarenakan setelah disahkannya Peraturan Daerah (PERDA) Kota Bandar Lampung tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP), sehingga instansi SATPOL PP tersebut berubah statusnya dari kantor menjadi sebuah Badan. Sehingga dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kota (PEMKOT) Bandar Lampung tahun anggaran 2014 yang sudah disahkan pada tanggal 30 Agusutus 2014, pihak SATPOL PP mendapatkan prioritas untuk penambahan anggaran.

4 Upaya ini dimaksudkan agar bisa meningkatkan dan memudahkan proses kerja anggota SATPOL PP Bandar Lampung. Selain itu, untuk proyek jangka panjang pemerintah membuka kesempatan untuk penambahan jumlah anggota SATPOL PP. Dengan meningkatkan jumlah anggota SATPOL PP diharapkan tidak terjadi penumpukan tugas di tiap wilayah serta mendapatkan pembagian tugas yang jelas dan sesuai porsinya. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya sebagai aparatur pemerintah, SATPOL PP diawasi oleh Pemerintah Daerah melalui Sekretaris Daerah perihal pelaksanaan tugasnya sehingga diharapkan semakin memperjelas profesionalisme SATPOL PP dan memenuhi kriteria standar pelayanan minimal, agar masyarakat benar-benar mendapatkan pelayanan yang maksimal atas urusan wajib yang harus dilaksanakan Pemerintah Daerah dan Kota, karena SATPOL PP merupakan penegak PERDA. Hingga saat ini dalam pelaksanaanya, kinerja SATPOL PP dinilai belum sesuai dengan apa yang direncanakan pada awalnya. Menurut bapak Roespan Syah Arpan,SH, MH (Kasubag Umum dan Kepegawaian) dalam wawancara yang peniliti lakukan pada tanggal 19 Desember 2014 bahwa dalam SATPOL PP memiliki masalah dalam pelaksanaan kerjanya, karena pengadaan pegawai untuk SATPOL PP tidak optimal karna jumlah pegawai yang sangat besar, sehingga sulit untuk memenuhi standar kinerja yang benar. Contohnya, seperti kasus yang diangkat melalui Kupastuntas.co.id yang diakses pada tanggal 13 Mei 2015, Anggota Komisi D DPRD yang menilai kinerja SATPOL PP setempat yang tidak efektif dalam porsi penempatan kerja. Personel SATPOL PP yang kini berjumlah ribuan orang dinilai penempatan kerjanya tidak sesuai. Pendapat ini didukung juga melalui observasi penulis selama 1 minggu dalam prariset, seperti banyak

5 diantaranya pegawai SATPOL PP yang tidak bekerja dan duduk duduk santai dijalan, sementara sebagian anggota lainnya bekerja membantu polisi mengatur lalu lintas. Akibat terjadinya inefisiensi dalam pembagian tugas dan penyebaran anggota SATPOL PP yang tidak merata maka diperlukan adanya upaya atau strategi untuk meningkatkan kinerja SATPOL PP agar institusinya berjalan dengan apa yang diharapkan. Berikut ini penulis akan menunjukkan beberapa gambar SATPOL PP yang sedang duduk santai di jam kerjanya: Gambar 1. SATPOL PP Yang Terlihat Sedang Duduk-duduk Santai Sumber: Dokumentasi peneliti 2015

6 Gambar 2. SATPOL PP Terlihat sedang santai dan melihat-lihat batu akik Sumber: Dokumentasi peneliti 2015 Dari gambar-gambar tersebut kaitannya dengan lemahnya kinerja SATPOL PP adalah bahwa penyebaran jumlah anggota SATPOL PP yang tidak merata menyebabkan terjadinya ketidakjelasan dalam pembagian tugas, sehingga tidak semua anggota SATPOL PP mendapat tugas yang jelas dan akhirnya hanya duduk diam tanpa melakukan tugas apapun. Hal ini menyebabkan SATPOL PP mendapatkan citra buruk dimata masyarakat karena tidak menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya. Kaitannya dengan kinerja yang sejatinya merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab, maka dalam hal ini pembagian tugas yang tidak sesuai dapat menyebabkan menurunnya kinerja dari anggota SATPOL PP karena para anggota SATPOL PP tersebut tidak bisa menjalankan tugasnya sebagaimana yang diberikan kepadanya. Dari keterangan yang didapat melalui wawancara terdapat adanya kekeliruan

7 persepsi dan image dalam masyarakat terhadap SATPOL PP yang terkadang dianggap hanya sebagai petugas penggusur para pedagang kecil di pasar, sehingga hal ini dianggap menyulitkan upaya SATPOL PP untuk mengembangkan dukungan dari berbagai kelompok serta organisasi sosial-politik dan warga masyarakat pada umumnya dalam upaya pemeliharaan ketertiban dan ketentraman. Dalam banyak kasus, harus diakui bahwa sebagian masyarakat umumnya masih berpandangan bahwa urusan ketertiban dan ketentraman adalah tugas dan tanggung jawab aparat itu sendiri, sehingga partisipasi dari warga masyarakat yang semestinya menjadi kunci sukses kinerja SATPOL PP menjadi kurang berkembang. Oleh karna itu, dalam penelitian ini penulis tertarik untuk meniliti tentang Upaya meningkatkan kinerja SATPOL PP di Bandar Lampung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana upaya meningkatkan kinerja SATPOL PP dalam pelaksanaan dan penjagaan ketertiban serta keamanan Kota Bandar Lampung? C. Tujuan Penelitian Tujuan-tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya dalam meningkatkan kinerja SATPOL PP khususnya dalam pelaksanaan dan penjagaan ketertiban serta keamanan Kota Bandar Lampung.

8 D. Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penilitian ini dapat diuraikan sebagai berikut ini : 1. Secara teoritis, penelitian ini nantinya dapat menambah referensi bagi penelitian mahasiswa lainnya yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan teori organisasi, khususnya mengenai kinerja SATPOL PP. 2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan atau referensi bagi aparatur Pemerintah Daerah dalam mengukur kinerja mengenai SATPOL PP.