Analisis Erosi lahan Pada Lahan Revegetasi Pasca Tambang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. yang mendayagunakan sumberdaya alam dan diharapkan dapat. menjamin kehidupan di masa yang akan datang. Sumberdaya alam yang tidak

PENINGKATAN EROSI TANAH PADA LERENG TIMBUNAN OVERBURDEN AKIBAT KEGIATAN PENAMBANGAN DI DAERAH CLERENG, PENGASIH, KABUPATEN KULON PROGO

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 93

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

PENDAHULUAN Latar Belakang

A.A Inung Arie Adnyano 1 STTNAS Yogyakarta 1 ABSTRACT

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

Teknik Konservasi Waduk

TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. besar sementara wilayah kawasan lindung dan konservasi menjadi berkurang.

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI DI SUB-DAS TEWEH, DAS BARITO PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

Erosi. Rekayasa Hidrologi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan

BAB II LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EROSI DAN SEDIMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015).

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN AGROFORESTRY DI SUB DAS LAU BIANG (KAWASAN HULU DAS WAMPU)

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari alam dan lingkungannya. Manusia selalu

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Letak dan Luas

MENENTUKAN LAJU EROSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

VIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai Asahan. harafiah diartikan sebagai setiap permukaan miring yang mengalirkan air

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

2012, No

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. sebelah Tenggara Kota Yogyakarta dengan jarak sekitar 39 km. Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EROSI LAHAN PADA DAS AIR DINGIN BAGIAN HULU DI KOTA PADANG. Skripsi APRIZON PUTRA 89059

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

PENDUGAAN EROSI DENGAN METODE USLE (Universal Soil Loss Equation) DI SITU BOJONGSARI, DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PROSES TERJADINYA EROSI E-learning Konservasi Tanah dan Air Kelas Sore tatap muka ke 5 24 Oktober 2013

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

Peraturan Reklamasi dan Pascatambang

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN PANGAN (UBI KAYU) DI KEBUN PERCOBAAN USU KWALA BEKALA

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PREDIKSI EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI KEDUANG KABUPATEN WONOGIRI

PENDUGAAN EROSI TANAH DIEMPAT KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN BERDASARKAN METODE ULSE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG DI DESA BUKIT MULIA DAN SUMBER JAYA PT AKBAR MITRA JAYA KABUPATEN TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Transkripsi:

INFO TEKNIK Volume 7 No. 2, Desember 2006 (67-71) Analisis Erosi lahan Pada Lahan Revegetasi Pasca Tambang Novitasari 1 Abstrack - Reclamation with revegetation is one of the ways to repair of environment which have been strived by some opened mining. This revegetation with plant meant to return land condition originally or come near original condition. The objective of this research is to identify land erosion at the reclamation land after opened mining. In this research obtained by accelerated erosion in farm region of revegetation Paringin for 168.45 ha is 545.3409 ton/year which including at erosion danger classification class I that isn t danger condition. Erosion of revegetation at Tutupan for 50.54 ha is 4418.409 ton/year that mean as danger erosion included at class II classification that is more danger condition than at Paringin, but something that had been consideration was big bank slide. Keywords - Opened mining, Revegetation and Erosion Latar Belakang PENDAHULUAN Pembukaan kawasan pertambangan menyebabkan kerusakan tanah, erosi dan sedimentasi, banjir serta kekeringan. Kerusakan akibat kegiatan penambangan adalah berubah atau hilangnya bentuk permukaan bumi (landscape), terutama pertambangan yang dilakukan secara terbuka (opened mining) meninggalkan lubang-lubang besar di permukaan bumi. Untuk memperoleh bijih tambang, permukaan tanah dikupas dan digali dengan menggunakan alat-alat berat. Para pengelola pertambangan meninggalkan areal bekas tambang begitu saja tanpa melakukan upaya rehabilitasi atau reklamasi. Setelah dilakukan penambangan batubara dan penimbunan lubang bekas tambang menggunakan material sisa penambangan (overburden) biasanya masih dijumpai cekungan (lubang) bekas tambang, disebabkan jumlah batubara yang diambil cukup banyak di samping volume overburden yang ketersediaannya terbatas untuk mereklamasi lubang bekas tambang tersebut. Dengan terjadinya cekungan-cekungan tersebut apabila hujan cukup lebat maka cekungan tersebut akan terisi air hujan dan merubah cekungan menjadi danau atau kolam buatan. Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan yang cukup besar di Kalimantan Selatan, PT. Adaro yang telah berpuluh-puluh tahun melakukan aktivitas pertambangan batubara mempunyai lokasi pertambangan di Paringin, Kabupaten HSU dan Tutupan, Kabupaten Tabalong. Sebagian besar lokasi pasca pertambangan belum melakukan program reklamasi. Akibatnya, lahan bekas tambang kini berubah bentuk menjadi danau yang cukup luas dan dalam. Dari pemantauan di sekitar lokasi tambang batubara PT Adaro, terlihat beberapa buah kubangan yang cukup besar. Sebagian kubangan ada yang digenangi air, namun ada pula yang tidak digenangi air. Beberapa tahun terakhir ini PT. Adaro telah melakukan beberapa aktivitas reklamasi lahan pasca tambang di beberapa lokasi pertambangannya, dengan revegetasi baik di daerah Paringin maupun Tutupan. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis laju erosi lahan pasca tambang di daerah tambang batubara PT. Adaro, yang berlokasi di daerah Paringin dan Tutupan. 2. Memberi masukan untuk reklamasi dan revegetasi lahan pasca tambang. 1 ) Staf pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin

Novitasari, Analisis Erosi Lahan pada Lahan Revegetasi... 68 Kontribusi Penelitian Kontribusi penelitian ini diharapakan sebagai bahan pertimbangan bagi reklamasi lahan pasca penambangan dalam menentukan meto-de reklamasi yang digunakan untuk mencegah kerusakan lahan akibat erosi. KAJIAN TEORITIS Erosi adalah merupakan suatu proses penghanyutan tanah oleh kekuatan air (dan angin), baik yang terjadi secara alamiah maupun sebagai akibat tindakan/perbuatan manusia. Dalam pengertian erosi yang cukup dikenal adalah istilah normal atau geological erosion yaitu erosi yang berlangsung secara alamiah dan accelerated erosion yaitu erosi yang terjadinya dipercepat akibat tindakan manusia. Terjadinya perubahan-perubahan pada tanah dan vegetasi (tanaman-tanaman penutup tanah) dapat menimbulkan terjadinya sheet erosion (erosi permukaan tanah) dan rill erosion (erosi alur), yang membengkak menjadi gully erosion (erosi parit). Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan tanah akibat erosi adalah faktor iklim (erosivitas hujan), faktor erodibilitas tanah, faktor bentuk kewilayahan (tofografi) berupa panjang dan kemiringan lereng, faktor tanaman penutup tanah (vegetasi) dan yang terpenting adalah faktor kegiatan atau perlakuan manusia terhadap tanah. Salah satu penyebab erosi yang cukup dominan adalah curah hujan yang tinggi dan kestabilan tanah terhadap longsor. Metode yang digunakan untuk Menganalisis erosi lahan adalah dengan Model USLE (The Universal Soil Loss Equation) yang dipengaruhi oleh faktor curah hujan dan aliran permukaan (erosivitas hujan), faktor erodibilitas tanah, faktor panjang lereng, faktor kecuraman lereng, faktor jenis vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman dan faktor tindakantindakan khusus konservasi tanah yang telah dilakukan. A = R K L S C P Dengan : A = banyaknya tanah yang tererosi dalam ton/ha/thn R = faktor curah hujan dan aliran permukaan (erosivitas hujan) K = faktor erodibilitas tanah L = faktor panjang lereng S = faktor kecuraman lereng C = faktor jenis vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah Revegetasi adalah suatu tahapan yang dilakukan setelah tahap konstruksi dan tahap pasca konstruksi yang menimbulkan dampak yang buruk terhadap aspek hidrologis di wilayah penambangan. Pada tahap konstruksi pengambilan deposit batubara telah dimulai dan pengambilan yang semakin lama semakin dalam akan menyebabkan perubahan muka air tanah, yang ditandai dengan penurunan muka air tanah. Keadaan ini menyebabkan perubahan hidraulika aliran air permukaan dan aliran air tanah pada daerah di sekitar tambang. Selain itu perubahan struktur tanah juga menyebabkan kondisi tanah menjadi tidak stabil, yang menyebabkan terjadinya erosi lahan yang besar. Hal ini menyebabkan perlu adanya reklamasi lahan pasca konstruksi penambangan yang salah satu caranya adalah dengan menanami kembali lahan pasca penambangan atau yang biasa dikenal dengan revegetasi. Revegetasi lahan pasca tambang ini adalah untuk berusaha mengembalikan kondisi wilayah pasca tambang pada kondisi semula atau mendekati kondisi semula. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini berlokasi di lokasi pertambangan milik PT. Adaro yang berlokasi di Paringin Kabupaten Balangan dan Tutupan Kabupaten Tabalong. Revegetasi pasca tambang di wilayah Paringin sudah berjalan lebih dari 5 tahun, sedangkan untuk wilayah tutupan, revegetasi baru berumur kurang lebih 3 tahun. Analisis data, dimulai dengan menelaah seluruh data, baik data primer hasil

69 INFO TEKNIK, Volume 7 No. 2, Desember 2006 pengamatan langsung di lapangan maupun data-data sekunder yang didapat dari instansiinstansi terkait. Selanjutnya dilaakukan tahap analisis laju erosi yang terjadi. ANALISA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terhadap kondisi-kondisi sifat erosi yang tidak bersifat erosi alamiah dan terjadi pada area revegetasi di wilayah tambang PT. Adaro terutama di wilayah revegetasi Tutupan diketahui bahwa erosi yang terjadi cukup intensif. Hampir semua jenis erosi terjadi, baik erosi permukaan (sheet erosion) yang terjadi pada hampir semua wilayah revegetasi yang ada, erosi alur (rill erosion) yang terjadi pada lereng-lereng yang curam akibat longsor dan erosi parit (gully erosion) merupakan hasil kelanjutan dari aktivitas daya pengikisan partikel-pertikel tanah pada alur yang sudah terbentuk. Lahan Reklamasi Paringin Pada wilayah reklamasi Paringin yang sudah berumur lebih dari 5 tahun telah terbentuk suatu reklamasi yang hampir bersifat alamiah, yang telah menunjang aspek perkembangan pemulihan kondisi hidrologi yang terjadi di wilayah tersebut sehingga tidak membawa dampak yang mengkhawatirkan. Kondisi erosi tanah yang terjadi pada wilayah reklamasi pasca tambang Paringin menempati klasifikasi sangat ringan yang membuktikan bahwa kualitas reklamasi yang cukup baik. Berdasarkan hasil-hasil analisa yang dilakukan dan juga pengamatan lapang maka diperoleh hasil yang cukup memuaskan dari pelaksanaan reklamasi pasca tambang wilayah Paringin, yang ditandai dengan kondisi revegetasi yang cukup baik, dimana disela-sela tanaman hasil reklamasi sudah ditumbuhi tanaman-tanaman alamiahnya, selain itu tingkat kesuburan tanaman yang relatif baik juga dijadikan indikator penilaian. Selain itu hal pokok yang dapat dilihat dan menunjang aspek hidrologi adalah kondisi erosi dan aliran permukaan yang lebih stabil. Tabel 1. Laju Erosi Bulanan Daerah Reklamasi Pasca Tambang Paringin Bulan R K LS C P A Januari 169.17 0.15 0.4 0.08 0.5 0.406 Februari 113.83 0.15 0.4 0.08 0.5 0.273 Maret 159.78 0.15 0.4 0.08 0.5 0.383 April 109.35 0.15 0.4 0.08 0.5 0.262 Mei 86.16 0.15 0.4 0.08 0.5 0.207 Juni 52.57 0.15 0.4 0.08 0.5 0.126 Juli 45.70 0.15 0.4 0.08 0.5 0.110 Agustus 32.28 0.15 0.4 0.09 0.5 0.087 September 35.73 0.15 0.4 0.1 0.5 0.107 Oktober 119.77 0.15 0.4 0.1 0.5 0.359 Nopember 149.55 0.15 0.4 0.09 0.5 0.404 Desember 213.41 0.15 0.4 0.08 0.5 0.512 Total kehilangan tanah yang tererosi per tahun 3.237 Kehilangan tanah per tahun adalah sebesar 3.237 ton/ha/tahun yang termasuk pada klasifikasi kelas bahaya erosi tingkat I yaitu pada kondisi sangat ringan. Laju erosi lahan revegetasi pasca tambang tahunan seluas 168.45 ha adalah sebesar 545.3409 ton/tahun. Yang menjadi masalah adalah adanya sedimentasi yang cukup tinggi pada kolam penampungan air yang ada di bagian selatan

Novitasari, Analisis Erosi Lahan pada Lahan Revegetasi... 70 dan bagian utara wilayah tambang Paringin. Hal ini ditandai dengan tingkat kekeruhan yang cukup tinggi. Berdasarkan pengamatan di lapangan maka erosi yang terjadi pada revegetasi Paringin merupakan erosi yang terjadi secara alamiah (normal erosion). Lahan Reklamasi Tutupan Pada areal reklamasi Tutupan yang secara umum tanamannya berumur lebih muda dibanding tanaman reklamasi tambang Paringin dengan pertumbuhan tanaman reklamasi yang kurang sempurna ditanda dengan adanya longsoran belum menunjang aspek perkembangan pemulihan kondisi hidrologi yang terjadi di wilayah tersebut sehingga masih mempunyai dampak yang cukup mengkhawatirkan jika tidak ada upaya pengendalian. Erosi lahan yang terjadi pada wilayah revegetasi Tutupan masih cukup tinggi diakibatkan akar-akar tanaman hasil revegetasi yang belum cukup kuat, jenis tanah dan pemadatan yang kurang baik, terutama pada lokasi C2 yang terjadi longsoran tanah yang telah direvegetasi. Hal ini juga disebabkan erosi parit yang terbentuk akibat terkonsentrasinya aliran permukaan pada muka tanah, yang terjadi akibat intensitas hujan yang tinggi sehingga kuantitas aliran permukaan besar dengan kecepatan yang tinggi yang membawa daya erosi yang besar membentuk erosi parit. Adapun hasil perhitungan laju erosi bulanan disajikan pada Tabel 2. di bawah ini. Tabel 2. Laju Erosi Bulanan Daerah Reklamasi Pasca Tambang Tutupan Bulan R K LS C P A Januari 236.74 0.15 0.4 0.4 0.5 2.841 Februari 208.93 0.15 0.4 0.4 0.5 2.507 Maret 290.02 0.15 0.4 0.4 0.5 3.480 April 225.54 0.15 0.4 0.4 0.5 2.706 Mei 90.20 0.15 0.4 0.4 0.5 1.082 Juni 165.44 0.15 0.4 0.4 0.5 1.985 Juli 77.54 0.15 0.4 0.4 0.5 0.930 Agustus 26.16 0.15 0.4 0.45 0.5 0.353 September 87.59 0.15 0.4 0.5 0.5 1.314 Oktober 92.75 0.15 0.4 0.5 0.5 1.391 Nopember 260.28 0.15 0.4 0.45 0.5 3.514 Desember 343.73 0.15 0.4 0.4 0.5 4.125 Total kehilangan tanah yang tererosi per tahun 26.230 Kehilangan tanah per tahun adalah sebesar 26.230 ton/ha/tahun yang termasuk pada klasifikasi kelas bahaya erosi tingkat II yaitu pada kondisi ringan. Kehilangan tanah yang terjadi pada wilayah tutupan lebih besar dari laju erosi yang terjadi di Paringin. Erosi lahan revegetasi pasca tambang tutupan tahunan seluas 50.54 ha adalah sebesar 4418.409 ton/tahun. Untuk kestabilitasan lereng yang terdiri dari timbunan disposal dari bahaya erosi yang cukup tinggi dan sedimentasi di hilir atau di bawah tebing yang cukup tinggi, atau bahkan terjadinya longsoran seperti yang terjadi pada lokasi C2 memerlukan suatu studi lebih lanjut untuk mencari cara yang tepat dalam mengendalikan longsor pada tebing dengan jenis tanah lempung yang mempunyai sifat fisik kurang baik. Sebagai pencegahan dengan cara vegetatif dengan sistem brushwood yang dipasang antara lapisan-lapisan timbunan. Setelah menimbun dan memadatkan lapisan pertama, brushwood dengan panjang 2-4 m dipasang menyilang dan ditimbun dengan lapisan tanah, dengan ¼ potongan semak berada di luar timbunan. Jarak vertikal antara brushwood sekitar 2 m, pada kondisi tanah lempung jarak vertikal dapat diperbesar. Untuk pencegahan sementara cara ini cukup

71 INFO TEKNIK, Volume 7 No. 2, Desember 2006 efektif mengingat kondisi tanah disposal yang bersifat buruk. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil kegiatan penelitian ini maka aspek hidrologi dalam revegetasi pasca tambang PT. Adaro yang telah dilakukan baik pada wilayah tambang Paringin maupun Tutupan sudah cukup baik terutama pada wilayah revegetasi Paringin yang wilayah penambangannya sudah tidak produktif lagi, dimana revegetasinya yang sudah berumur lebih dari 5 tahun telah terbentuk suatu revegetasi yang hampir bersifat alamiah, sehingga laju erosi yang terjadi di wilayah tersebut tidak membawa dampak yang mengkhawatirkan. Pada areal revegetasi Tutupan yang berumur lebih muda, dan kondisi tambang di sebagian wilayah tutupan yang masih produktif menyebabkan revegetasi yang kurang sempurna, hal ini yang ditanda dengan terjadinya longsoran pada tanah disposal yang sudah direvegetasi. Kondisi erosi lereng yang besar dapat diatasi dengan upaya-upaya teknis. Lahan yang terlindung oleh pepohonan merupakan cara pencegahan yang efektif terhadap erosi lahan. Cara pengendalian erosi dengan menutup tanah dengan pepohonan merupakan cara yang murah dan mudah dilakukan. Usaha pengendalian erosi lahan yang umum dilakukan adalah dengan cara vegetatif dan penggunaan konstruksi tambahan dengan menggunakan batu atau beton atau kombinasi keduanya. Cara vegetatif mempunyai banyak keterbatasan terutama untuk lahan dengan kemiringan lereng yang besar, yang memerlukan cara proteksi terhadap bahaya erosi dan longsor dengan bangunan khusus. yang menghasilkan untuk masyarakat, seperti durian, rambutan, cempedak dan masih banyak tanaman keras lainnya, yang bisa diambil manfaatnya bagi masyarakat sekitar. Selain itu pula, jika ditanami dengan tanaman keras, tanah pucuk atau top soil dari bekas tambang tersebut bisa dikembalikan menyerupai kondisi aslinya atau berupa hutan rona awal dari lahan tersebut. Konsep reklamasi bekas lahan tambang pun telah diperluas pemahamannya, tidak lagi terbatas pada penghijauan kembali, melainkan juga pada pemanfaatannya sebagai lahan dengan penciptaan nilai ekonomi bagi masyarakat. Berdasarkan kesesuaiannya, beberapa bekas lahan tambang dapat dikembangkan menjadi resor wisata. Bekas lahan tambang lainnya telah pula dikonversi menjadi kolam budidaya ikan air tawar untuk kebutuhan lokal maupun ekspor. DAFTAR PUSTAKA Kironoto, Bambang Agus dan Bambang Yulistiyanto, 2000, Konservasi lahan, Universitas Gadjah mada, Yogyakarta. Kironoto, Bambang Agus, 2000, Inti Permasalah Umum Erosi dan Sedimentasi dan Berbagai Prinsip Utama Penyelesaian, Kursus Singkat Sistem Sumberdaya Air dalam Otonomi Daerah II, Universitas Gadjah mada, Yogyakarta. Sri Harto Br, 2000, Hidrologi Teori-Masalah- Penyelesaian, Nafiri Offset, Yogyakarta Saran Sebagai masukan, lahan reklamasi sebaiknya ditanami dengan tanaman keras