I. PENDAHULUAN. Tinggi badan ditentukan olah kombinasi faktor genetik dan faktor. antropologis untuk menentukan perbedaan rasial (Patel, 2012).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. faktor lingkungan. Tinggi badan adalah ukuran kumulatif yang terdiri atas

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN pulau dengan keanekaragaman suku yang tinggi (Kementerian

BAB 1 PENDAHULUAN. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkiraan Tinggi Badan Berdasar Panjang Telapak Kaki Pada Populasi Mongoloid Dewasa Di Indonesia

HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG FEMUR PADA ETNIS SANGIHE DI MADIDIR URE. Novitasari Mangayun

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

KORELASI PANJANG LENGAN ATAS DENGAN TINGGI BADAN PADA WANITA SUKU BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh keadaan geografis dan demografisnya. Menurut Kementrian

Korelasi antara Tinggi Badan dan Panjang Jari Tangan

I.PENDAHULUAN. tengkorak dan rahang berbeda. Pola tersebut sering kali dipengaruhi variasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain

KORELASI PANJANG LENGAN BAWAH DAN TINGGI BADAN MAHASISWI SUKU BANJAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita salah satu diantaranya adalah bencana alam, kecelakaan, ledakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rugae palatina disebut juga dengan plica palatine transversa atau palatal rugae

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik (non-eksperimental)

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak. dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam, pesawat jatuh, ledakan bom dan lain-lain, menyebabkan banyak

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional adalah suatu

HUBUNGAN TINGGI BADAN DAN PANJANG ULNA PADA ETNIS SANGIHE DEWASA DI MADIDIR URE

PANJANG TULANG FEMUR DAPAT MENJADI PENENTU TINGGI BADAN PRIA DEWASA MUDA

Hubungan panjang klavikula dan tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Indoaustralia dan Pasifik serta terletak pada zona Ring of Fire. Kondisi ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. badan yang kemudian dipopulerkan oleh Hewing pada tahun Formula

ABSTRAK HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG LENGAN PADA POPULASI DEWASA DI DENPASAR

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG TELAPAK TANGAN TESIS ISMURRIZAL / IKF PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. mayat korban susah untuk dapat diidentifikasi. yaitu adalah bencana alam. Kejadian bencana massal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun jenis pekerjaan dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik noneksperimental

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan metode analitik korelatif, dengan pendekatan cross

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Masalah lalu lintas melalui darat, laut, dan udara

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat

PENDAHULUAN BAB I A. LATAR BELAKANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Diantaranya adalah korban kriminalitas dan korban kecelakaan lalu lintas.

Perbandingan Korelasi Penentuan Tinggi Badan antara Metode Pengukuran Panjang Tibia Perkutaneus dan Panjang Telapak Kaki

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara di dunia. Keadaan ini dapat berupa defisiensi makronutrien,

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan

MODUL-1 LUKA / TRAUMA

BAB I PENDAHULUAN. berkeluarga maupun belum berkeluarga sering mengunjungi pusat perbelanjaan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Proses identifikasi dari jenazah dan sisa-sisa. makhluk hidup yang telah meninggal merupakan ranah yang

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam. Gambar 1.1 menggambarkan kondisi geologi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pertumbuhan manusia merupakan proses dimana manusia. meningkatkan ukuran dan perkembangan kedewasaan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan

KORELASI PANJANG LENGAN BAWAH DENGAN TINGGI BADAN PRIA DEWASA SUKU BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian tidak wajar yang kadang-kadang belum. diketahui penyebabnya saat ini semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan lipatan anatomik berupa garis jaringan ikat fibrous yang iregular dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit

I. PENDAHULUAN. Pemeriksaan identifikasi memegang peranan cukup penting dalam ilmu

untuk penduduk Sumatera Utara pada tahun 2000.

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TANGAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT ANGKATAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

MODUL-1 LUKA / TRAUMA

Penger&an dan Ruang Lingkup Penanggulangan Bencana

RISIKO KERUSAKAN PROPERTY & KEWAJIBAN (LIABILITY)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia. mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara

BAB I PENDAHULUAN. penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu

Perkembangan harga Pangan Tingkat Pedagang Eceran

BAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. Peran bahasa mencakup segala bidang kehidupan karena segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi. yang berasal dari alam ataupun buatan yang pada dosis

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aditia Bahrul Ilmy, 2014

BAB V IDENTIFIKASI FORENSIK

BAB I PENDAHULUAN. Rekam medis harus memuat informasi yang cukup dan akurat tentang identitas

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

PENENTUAN UMUR BERDASARKAN OBLITERASI SUTURA TESIS OLEH INDRA SYAKTI NASUTION / IKK PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

BAB I PENDAHULUAN. gigi anak untuk menentukan diagnosis yang akurat dan strategi terapi yang

BAB I PENDAHULUAN. manuisia bertujuan untuk melihat kualitas insaniah. Sebuah pengalaman

Definisi dan Jenis Bencana

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari

PERBEDAAN RASIO D2:D4 ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU. Oleh : RATNA MARIANA TAMBA

Rumah Tahan Gempabumi Tradisional Kenali

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi Indonesia dalam 2,5 tahun akhir-akhir ini dalam keadaan yang

BAB I PENDAHULUAN. menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT kemudian dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Susunan gigi dan penampilan wajah memainkan peranan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

BAB I PENDAHULUAN. statistik untuk menganalisis data dengan variabel terikat yang diperhatikan berupa

BAB IV METODE PENELITIAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggi badan ditentukan olah kombinasi faktor genetik dan faktor lingkungan. Tinggi badan merupakan penjumlahan dari panjang tulangtulang panjang dan tulang-tulang pelengkap, yang sangat penting secara antropologis untuk menentukan perbedaan rasial (Patel, 2012). Perkiraan tinggi badan adalah penting untuk keperluan medikolegal, dimana penentuan tinggi badan merupakan langkah utama dalam proses identifikasi subyek ketika hanya sebagian tubuh saja yang ditemukan (Patel, 2012). Hasil penelitian ini juga penting dalam pembuatan prosthesis kaki. Prothesis harus dibuat secara proporsional dengan ukuran tinggi badan dan juga dengan ukuran penunjang tinggi badan yang lainnya sehingga terlihat serasi (Eckert, 1997). Menentukan identitas individu yang dimutilasi, yang membusuk, dan yang terpotong bagian tubuhnya, menjadi sangat penting akhir-akhir ini, misalnya pada korban bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, angin topan, banjir, dan bencana yang dibuat manusia seperti serangan teror, ledakan bom,

2 kecelakaan masal, perang, pesawat jatuh, dll. Tinggi badan adalah salah satu elemen terpenting dalam proses identifikasi seseorang (Chikhalkar, 2010). Penentuan tinggi badan berdasarkan panjang telapak kaki sebelumnya pernah diteliti oleh Ratishauser I.H.E. (1968), Kevin T.D. (1990) pada orang Eropa, Amar Singh (1990) di Medan, Patel S.M. (2007) dan Patel J.P (2012) pada daerah Gujarat, dan Mansur D.I. (2012) di Nepal. Rustishauser adalah yang pertama kali menunjukkan adanya reliabilitas dari estimasi tinggi badan berdasarkan panjang telapak kaki yang hampir sama besarnya dengan reliabilitas estimasi tinggi badan berdasarkan tulang panjang. Tinggi badan pada manusia cendrung memiliki variasi yang berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Variasi tersebut cendrung dipengaruhi oleh ras, jenis kelamin, usia, status gizi, generasi serta kelompok etnis. Tinggi rata-rata dari masing-masing populasi memiliki ragam yang berbeda (Hamilah, 1991). Indonesia merupakan Negara yang memiliki beratus-ratus suku. Masingmasing dari tiap suku memiliki bentuk fisik dan kebudayaan yang khas (Koentjaraningrat,1989). Di Indonesia, penelitian mengenai perkiraan tinggi badan berdasarkan panjang tulang sudah banyak dilakukan, langsung maupun perkutan (di atas kulit). Pengukuran langsung terhadap tulang dengan pengukuran perkutan memberikan sedikit perbedaan karena terdapat jaringan kulit dan lemak.

3 Terhadap Suku Lampung, sudah dilakukan penelitian untuk memperkirakan tinggi badan dengan mengukur panjang os ulna, tibia, dan humerus, tetapi untuk panjang telapak kaki belum dilakukan. Tulang panjang pria dan wanita berbeda. Tulang panjang pria lebih panjang dan lebih masif dibandingkan dengan tulang wanita dengan perbandingan 100:90 (Krogmann, 1986). Dalam penelitian ini penulis hanya melakukan pengukuran pada pria karena keterbatasan peneliti. Selain itu, penulis sekarang kuliah di Provinsi Lampung, sehingga memilih Suku Lampung untuk memudahkan dalam melakukan penelitian. Pusat kalsifikasi pada ujung-ujung tulang atau dikenal dengan epifise line akan berakhir seiring dengan pertambahan usia, dan pada setiap tulang, penutupan dari epifise line tersebut rata-rata sampai dengan umur 21 tahun (Byers, 2008). Untuk menghindari bias yang besar maka peneliti menetapkan subjek penelitian ini adalah pria dewasa, yaitu berusia lebih dari 21 tahun karena pada usia tersebut sudah tidak terjadi pertumbuhan tulang. Penelitian dilakukan di Desa Negeri Sakti Kabupaten Pesawaran karena di Desa tersebut mayoritas penduduknya adalah Suku Lampung. Dalam penelitian ini pengukuran akan dilakukan pada telapak kaki kanan dan kiri pria dewasa Suku Lampung di Desa Negeri Sakti Kabupaten Pesawaran.

4 B. Rumusan Masalah Dalam kasus mutilasi misalnya, perlu dilakukan identifikasi, salah satu data yang penting adalah tinggi badan. Tiap suku memiliki ciri fisik yang berbeda. Perkiraan tinggi badan berdasarkan panjang telapak kaki belum dilakukan pada pria dewasa suku Lampung. Hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana hubungan panjang telapak kaki dengan tinggi badan pada pria dewasa Suku Lampung. Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan tinggi badan dengan panjang telapak kaki pria dewasa Suku Lampung? 2. Bagaimana rumus regresi antara panjang telapak kaki dan tinggi badan pada pria dewasa Suku Lampung? 3. Berapakah rata-rata tinggi badan pria dewasa Suku Lampung? 4. Berapakah rata-rata panjang telapak kaki pria dewasa Suku Lampung? 5. Bagaimana gambaran IMT pria dewasa Suku Lampung?

5 C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan panjang telapak kaki dengan tinggi badan pada pria dewasa Suku Lampung. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis hubungan panjang telapak kaki dengan tinggi badan pria dewasa Suku Lampung. 2. Mencari rumus regresi khusus untuk tinggi badan pria dewasa Suku Lampung berdasarkan panjang telapak kaki. 3. Mendapatkan rata-rata tinggi badan pria dewasa Suku Lampung. 4. Mendapatkan rata-rata panjang telapak kaki pria dewasa Suku Lampung. 5. Mendapatkan gambaran IMT pria dewasa Suku Lampung. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, menambah ilmu pengetahuan tentang metode penelitian, bidang anatomi dan antropometrik serta menerapkan ilmu yang didapat. 2. Bagi masyarakat, memperluas wawasan di bidang kesehatan. 3. Bagi instansi terkait, memperkirakan tinggi badan mayat yang tidak utuh dengan menggunakan panjang telapak kaki (Kedokteran Forensik), serta bermanfaat untuk kepentingan pembuatan prosthesis kaki. 4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai acuan untuk penelitian yang serupa.

6 E. Kerangka Pemikiran 1. Kerangka Teori Menurut Notoatmojo (2002), kerangka teori pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara teori-teori yang ingin diamati untuk diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas, maka dapat digambarkan kerangka teori penelitian dalam diagram sebagai berikut. Genetik Lingkungan: 1. Nutrisi 2. Sosioekonomi 3. Aktivitas Fisik Tinggi Badan Perbedaan Ras/ Suku Gambar 1 Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi badan (Patel, 2012).

7 2. Kerangka Konsep Variabel Bebas: Panjang telapak kaki Variabel Terkendali: Jenis Kelamin Usia Suku Rumus Regresi Variabel Terikat: Tinggi badan Gambar 2 Kerangka konsep. F. Hipotesis Dari paparan di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan panjang telapak kaki dengan tinggi badan pria dewasa Suku Lampung. 2. Terdapat rumus regresi khusus untuk menentukan tinggi badan pria dewasa Suku Lampung.