Peran Konsep Diri Dan Dukungan Sosial Terhadap Depresi Pada Penderita Gagal Ginjal Yang Menjalani Terapi Hemodialisis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL YANG MENJALANI HEMODIALISIS

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

Pada penderita kanker, tekanan psikologis seperti sedih, rasa putus asa, malu, kecemasan dan depresi sangatlah mungkin untuk asa, malu, kecemasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN SOLOPOS NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sehat, baik fisik-bio-psiko-sosio-spiritual. Karena dengan kondisi sehat

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD BANYUMAS

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. uji asumsi dan uji hipotesis terhadap data penelitian tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

Lampiran 1 LEMBAR INFORMASI PASIEN Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Pasien di Unit Hemodialisis RS PKU Muhammadiyah Gamping Dengan hormat, Saya

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Salah satu masalah yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA. Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif *

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Correlational Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengerjakan semua kegiatan dan aktivitasnya dengan baik, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Lhoksukon dan rumah pasien rawat jalan Puskesmas Lhoksukon.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENERIMAAN DIRI PENDERITA GAGAL GINJAL TERMINAL. Muhammad Dody Kurniawan Rina Mulyati INTISARI

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN DEPRESI POSTPARTUM DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gagal ginjal kronis atau yang biasa dikenal sebagai Chronic Kidney

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN REKAN KERJA DENGAN

Transkripsi:

Peran Konsep Diri Dan Dukungan Sosial Terhadap Depresi Pada Penderita Gagal Ginjal Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Mega Azahra Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta megaazahra@rocketmail.com Abstact This research aimed to determine the role of Self-Concept and Social Support on Depression in Patients Kidney Disease with Hemodialysis Therapy. The Subjects of this research were 60 patients kidney disease with hemodialysis therapy at PKU Mumammadiyah Yogyakarta Hospital. The data collection tools of this research used the The Beck Depression Inventory (BDI) Scale, the Self-Concept Scale, and the Social Support Scale. Analysis of the statistical method of multiple regression analysis using SPSS 17 for windows. The results of research showed : (1) The Role of Self-Concept and Social Support on Depression in Patients Kidney Disease with Hemodialysis Therapy with R = 0.616 and a value of F = 17.400 with p = 0.000 (p <0.01), (2) The existence of a negative role self-concept of the depression to the value t = -2.957 and p = 0.005 (p <0.01), (3) the negative role of social support on depression with the value t = -3.820 and p = 0.000 (p <0.01). Keyword: Self Concept, Social Support, Depression Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peranan Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Depresi pada Penderita Gagal Ginjal yang Menjalani Terapi Hemodialisis. Subjek dalam penelitian ini adalah penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis secara rutin di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang berjumlah 60 Orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Konsep Diri, Skala Dukungan Sosial dan Skala Beck Depression inventory (BDI). Analisis dengan metode statistik analisis regresi berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS 17 for windows. Hasil menunjukkan

: (1) Adanya Peran Konsep Diri dan Dukungan Sosial terhadap Depresi pada Penderita Gagal Ginjal yang Menjalani Terapi Hemodialisis dengan R = 0,616 dan nilai F = 17,400 dengan p = 0,000 (p < 0,01), (2) Adanya peran negatif konsep diri terhadap depresi dengan nilai t = -2,957 dan p = 0,005 (p<0,01), (3) Adanya peran negatif dukungan sosial terhadap depresi dengan nilai t= -3,820 dan p=0,000 (p<0,01). Kata kunci : Konsep Diri, Dukungan Sosial, Depresi. Pendahuluan Setiap individu dalam kehidupan ini pada dasarnya selalu menginginkan untuk dapat hidup dalam keadaan sehat baik secara fisik maupun psikis karena individu yang hidup dalam keadaan sehat akan dapat mengerjakan semua kegiatan dan aktivitasnya dengan baik, namun pada kenyataannya selama rentang kehidupannya individu selalu dihadapkan pada permasalahan kesehatan seperti mengalami suatu penyakit yang diderita. Jenis penyakit yang diderita bentuknya beraneka ragam, ada yang tergolong penyakit ringan dan ada pula yang tergolong penyakit berat dan berbahaya. Penyakit yang tergolong ringan biasanya dalam proses pengobatannya relatif tidak membutuhkan biaya serta waktu yang lama dan tidak terlalu menimbulkan tekanan psikologis bagi penderita, sedangkan penyakit yang tergolong penyakit berat dan berbahaya biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses penyembuhannya, diperlukan pula tenaga dan biaya yang cukup besar dalam proses penyembuhannya sehingga tidak jarang dapat mengganggu kondisi emosional dan lama-kelamaan dapat menimbulkan tekanan secara psikologis. Salah satu yang tergolong penyakit berat yaitu penyakit gagal ginjal. Penyakit gagal ginjal merupakan penyakit yang terjadi ketika kedua ginjal gagal menjalankan fungsinya (Alam dan Hadibroto, 2007). Penyakit gagal ginjal dapat menyerang siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Menurut Endang Susalit, Kepala Divisi Ginjal Hipertensi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Koran Jakarta, 2012) saat ini jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia terbilang tinggi, mencapai 300.000 orang dan jumlahnya terus bertambah. Prosedur pengobatan yang dapat digunakan untuk memperbaiki keadaan pasien yaitu melalui terapi hemodialisis (cuci darah) dan transplantasi (cangkok) ginjal, tetapi karena mahalnya biaya operasi transplantasi ginjal dan susahnya mencari donor ginjal maka cara yang paling banyak digunakan adalah terapi Hemodialisis. Proses terapi hemodialisis dapat membantu memperbaiki

homeostasis tubuh penderita, namun tidak untuk mengganti fungsi ginjal yang lainnya sehingga untuk mempertahankan hidupnya pasien harus melakukan hemodialisis minimal dua kali dalam seminggu sepanjang hidupnya. Pada penderita gagal ginjal, kondisi tubuh yang melemah dan ketergantungan pada mesin-mesin dialisa sepanjang hidupnya akan menyebabkan penderita dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian diri secara terus menerus sepanjang hidupnya, keadaan tersebut dapat menimbulkan perasaan tertekan dan tidak nyaman bahkan dapat berujung pada munculnya gangguan mental seperti depresi pada penderita. Sebuah penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menemukan bahwa prevalensi depresi pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis mencapai 31,1% (Wijaya, 2005). Dr. Andri, Sp.KJ dari Klinik Psikosomatik RS Omni, Tangerang (Kompasiana, 2012) menyebutkan bahwa prevalensi depresi yang terjadi pada pasien hemodialisis saat ini adalah sekitar 20%-30% bahkan bisa mencapai 47%. Depresi merupakan keadaan abnormal pada seseorang yang ditunjukkan dengan munculnya gejala-gejala seperti perubahan suasana hati berupa kesedihan, kesepian dan apatis, adanya kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri, keinginan untuk menghukum diri sendiri, adanya perubahan fungsi vegetatif berupa gangguan tidur, gangguan makan, kehilangan nafsu seksual (libido) serta adanya perubahan tingkat aktivitas seperti gerakan dan perkembangan mental yang menjadi lambat atau sangat cepat serta kehilangan minat dan motivasi terhadap aktivitas atau kegiatannya bahkan adanya pikiran tentang kematian atau keinginan untuk bunuh diri. Davidson, dkk. (2004) mengatakan depresi adalah suatu keadaan emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan rasa bersalah, menarik diri dari orang lain, dan tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual, dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan. Individu yang mengalami depresi dapat dilihat dari gejala yang muncul. Beck (1985) memberikan penjelasan tentang gejala atau manifestasi yang sering ditunjukan ketika seseorang mengalami depresi sebagai berikut : a. Manifestasi emosional, meliputi perubahan perasaan atau tingkah laku yang merupakan akibat langsung dari keadaan emosi seperti penurunan mood, tidak lagi merasakan kepuasan, lebih sering menangis, dan hilangnya respon kegembiraan. b. Manifestasi kognitif, meliputi harapan-harapan yang negatif, menyalahkan serta mengkritik diri sendiri, tidak dapat membuat keputusan, distorsi body image atau anggapan bahwa dirinya tidak menarik. c. Manifestasi motivasional, meliputi menurunnya minat dan motivasi terhadap aktivitas, ada dorongan untuk mengundurkan diri dari suatu kegiatan, lebih

suka bersikap pasif dan ada kecenderungan untuk bergantung. Hilangnya motivasi juga berhubungan dengan keinginan untuk menjauh dari tanggung jawab dan kesulitan yang harus dihadapi. d. Manifestasi vegetatif-fisik, meliputi kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, mudah merasa lelah, dan tidak ada nafsu seksual (libido). Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang penderita gagal ginjal berinisial SA, perempuan berusia 36 tahun diketahui bahwa setelah menderita penyakit gagal ginjal tersebut subjek mengaku menjadi lebih sering menangis, murung dan merasa tidak berguna lagi. Subjek juga mengaku merasa malu jika bertemu dengan teman lama ataupun tetangganya karena adanya perubahan pada keadaan fisiknya saat ini seperti kaki dan tangannya yang seringkali membengkak dan warna kulit serta wajah yang menjadi menghitam. Subjek merasa sangat menyesal dengan keadaan yang dialaminya saat ini dan merasa bahwa keadaannya tersebut merupakan akibat dari kesalahan-kesalahannya di masalalu. Subjek mengaku tidak jarang memiliki pikiran untuk berhenti melakukan terapi meskipun suami subjek selalu menemani dan memberi dukungan kepada subjek. Hasil wawancara kedua yang dilakukan penulis kepada seorang penderita gagal ginjal berinisal MH, laki-laki berusia 46 tahun diketahui bahwa setelah menderita penyakit gagal ginjal, subjek mengaku menjadi mudah sedih, menangis, dan seringkali mengalami kesulitan untuk tidur bahkan dapat bertahan dua hingga tiga minggu berturut-turut, subjek mengaku hanya dapat tidur ketika dirinya sedang melakukan terapi hemodialisis saja. Subjek juga mengaku telah kehilangan berat badan sekitar lima belas kilogram meskipun subjek merasa pola makannya tidak berubah. Subjek mengaku walaupun keadaan dirinya saat ini tidak seperti dulu lagi, namun tidak ada pihak keluarga yang memberikan dukungan maupun bantuan kepada dirinya, pihak keluarga bahkan lebih menuntut dirinya untuk dapat memenuhi tanggungjawabnya sebagai kepala rumah tangga yaitu mencukupi kebutuhan keluarga dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa penyakit gagal ginjal yang diderita oleh individu ini menimbulkan dampak psikologis yang cukup berat khususnya pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis. Banyak diantara mereka yang menunjukkan adanya gangguan depresi, padahal masalah psikologis yang dialami ini dapat memberikan dampak yang merugikan bagi kondisi kesehatan penderita seperti dapat memperburuk kondisi kesehatan penderita, menurunkan kualitas hidup penderita gagal ginjal dan yang paling membahayakan dapat berujung pada munculnya ide atau upaya melakukan bunuh diri. Kepustakaan mencatat bahwa tindakan bunuh diri pada penderita gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di Amerika Serikat bisa mencapai 500 kali lebih banyak daripada populasi umum. Selain tindakan nyata dalam

melakukan tindakan bunuh diri, penolakan terhadap kegiatan terapi hemodialisis yang terjadwal juga merupakan salah satu hal yang sering dilakukan sebagai upaya halus untuk bunuh diri pada penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis (Kompasiana, 2012). Lubis (2009) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya depresi terbagi menjadi dua, yaitu faktor fisik dan faktor psikologi. Faktor fisik antara lain mencakup faktor genetika, susunan kimia otak dan tubuh, faktor usia, gender, gaya hidup, penyakit fisik, obat-obatan dan kurangnya cahaya matahari. Sedangkan faktor psikologis antara lain mencakup faktor kepribadian seperti konsep diri yang negatif, pola pikir yang salah, pesimis, kepribadian yang introvert, faktor kehilangan/ kekecewaan, harga diri, stres, lingkungan keluarga dan akibat efek yang disebabkan oleh penyakit jangka panjang. Menurut Fitts (Agustiani, 2006) konsep diri berpengaruh kuat pada tingkah laku seseorang. Konsep diri yang positif akan menghasilkan penilaian diri yang positif yang akan menghasilkan bentuk-bentuk tingkah laku yang positif pula. Tingkah laku yang positif akan dapat mengurangi sifat rendah diri, takut, kecemasan yang berlebihan dan sebagainya. Rogers (Ritandiyono & Retnaningsih, 1996) mengatakan orang yang memiliki konsep diri yang positif berarti memiliki penerimaan diri dan harga diri yang positif pula. Mereka menganggap dirinya berharga dan cenderung menerima diri sendiri sebagaimana adanya. Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri negatif akan menunjukkan penerimaan diri yang negatif pula. Mereka memiliki perasaan kurang berharga, yang menyebabkan perasaan benci atau penolakan terhadap diri sendiri. Konsep diri merupakan pandangan, penilaian dan perasaan mengenai dirinya sendiri (Brooks, dalam Rakhmat, 2005). Centi (1993) mendefinisikan konsep diri sebagai gagasan tentang diri yang berisikan mengenai bagaimana individu melihat tentang dirinya sendiri sebagai pribadi, bagaimana merasakan dirinya sendiri, dan bagaimana menginginkan dirinya sebagaimana yang diharapkannya. Konsep diri seseorang diyakini dapat mempengaruhi terjadinya depresi sebagimana Dobson dan Shaw (Ritandiyono dan Retnaningsih, 1993) menyatakan bahwa konsep diri yang negatif seringkali berhubungan dengan terjadinya depresi. Individu dengan konsep diri negatif seringkali mengalami kecemasan yang terusmenerus ketika menghadapi suatu masalah yang tidak dapat diterimanya dengan baik. Keadaan tersebut akan mengikis harga dirinya dan menimbulkan kekecewaan emosional yang sangat parah sehingga meningkatkan terjadinya depresi. Penderita gagal ginjal yang memiliki konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap keadaan yang dialaminya, membenci dirinya, tidak mampu menghargai dan menerima keadaan dirinya, selalu berfikir negatif,

menutup diri dan menghindar ketika dituntut harus berinteraksi dengan oranglain, tidak memiliki pertahanan psikologis yang mampu menjaga harga dirinya, merasa terasing dan malang karena keadaanya, serta seringkali mengalami kecemasan yang tinggi dan perasaan tertekan yang terus-menerus sehingga dapat meningkatkan terjadinya depresi. Sedangkan jika penderita gagal ginjal memiliki konsep diri yang positif maka penderita akan cenderung lebih mampu menerima keadaan dirinya, memberikan penghargaan yang layak bagi dirinya, tidak mudah putus asa dan menyalahkan diri, terbuka dengan orang lain baik keluarga maupun lingkungan sosialnya, tetap optimis dan berjuang menjalani kehidupan walaupun kondisi tubuhnya melemah sehingga akan cenderung jauh dari kecemasan dan perasaan tertekan yang dapat meningkatkan terjadinya depresi. Fitts (Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa aspek-aspek konsep diri meliputi : a. Diri fisik (physical self). Aspek ini menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, helas, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus). b. Diri moral-etik (moral-ethical self). Aspek ini merupakan pesepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaannyadan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk. c. Diri pribadi (personal self). Aspek ini merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat. d. Diri keluarga (family self). Aspek ini menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga. e. Diri sosial (sosial self). Aspek ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya. Setiap individu yang mampu memandang dan mengevaluasi kelima aspek konsep diri tersebut secara positif maka akan mempengaruhi perilaku dan menjadikan perilakunya menjadi positif pula. Selain konsep diri, dukungan sosial juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya depresi pada individu. Menurut Sarafino (2006) yang dimaksud dukungan sosial adalah bantuan yang diterima individu dari orang lain atau kelompok disekitarnya yang

membuat penerima merasa nyaman, diperhatikan, dicintai dan dihargai. Gottlieb (Smet, 1994) menyatakan dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan/atau non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu, hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan stres atau bahkan depresi. Stres yang tinggi dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang atau lama dapat memperburuk kondisi kesehatan. Tetapi dengan adanya dukungan sosial yang diterima oleh individu yang sedang mengalami atau menghadapi stres bahkan depresi akan dapat mempertahankan daya tahan tubuh dan meningkatkan kesehatan individu tersebut (Baron & Byrne, 2000). House (Smet, 1994) menyatakan jenis dukungan sosial terdiri dari : a. Dukungan emosional yaitu mencangkup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan (misalnya: umpan balik, penegasan) b. Dukungan penghargaan dapat terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain, seperti misalnya orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah penghargaan diri) c. Dukungan instrumental yaitu mencangkup bantuan langsung, seperti kalau orang-orang memberi pinjaman uang kepada orang itu atau menolong dengan pekerjaan pada waktu mengalami stress d. Dukungan informatif yaitu mencangkup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran atau umpan balik. Pada penderita gagal ginjal adanya dukungan emosional yang berupa kasih sayang, perhatian dan empati merupakan hal akan dapat membantu individu untuk menjalani kehidupannya. Dukungan ini membuat individu yang menerimanya merasa dipahami dan diterima sehingga membawa kekuatan baru yang berguna untuk membentengi diri dari keadaan yang terus menekan yang dapat menyebabkan depresi. Dukungan penghargaan akan mengembangkan rasa percaya diri pada individu yang menerimanya sehingga akan memberikan penilaian positif, dorongan serta penghargaan pada individu yang bersangkutan. Dukungan instrumental merupakan dukungan berupa benda, tenaga, materi atau bantuan langsung. Dukungan ini akan sangat membantu, berkurangnya masalah yang dihadapi misalnya seperti masalah biaya terapi sehingga akan mengurangi beban penderita gagal ginjal. Dukungan informatif dapat meliputi pemberian nasehat, penjelasan, saran, dan pengarahan, misalnya berupa informasi tentang

penyakit yang sedang dialami individu, tempat terapi, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan penyakit yang diderita individu. Peirce dkk. (Hartanti, 2002) mengatakan bahwa dukungan sosial dapat mencegah perasaan tertekan, yaitu mencegah apa yang dipandang individu sebagai stressor yang diterimanya. Kaplan dan Toshima (Lubis, 2009) menjelaskan dukungan sosial yang diterima dapat memberikan arti tersendiri bagi individu yang mengalami depresi. Individu yang mendapat dukungan sosial akan merasa bahwa dirinya diperhatikan, dicintai, dan dihargai sehingga dapat menjadi kekuatan bagi individu yang dapat menolong secara psikologis maupun secara fisik sehingga dapat menurunkan terjadinya depresi pada individu. Menurut Sarafino (2006) dukungan sosial dapat diperoleh dari teman, saudara, keluarga, dan orang tua serta orang-orang disekitar. Thoits (Anggorowati dan Purwadi, 2007) menyatakan dukungan sosial dapat diperoleh dari orang-orang yang dekat seperti pasangan hidup, keluarga, teman dekat, rekan kerja, saudara, dan tetangga. Peneliti berasumsi bahwa keluarga merupakan sumber dukungan terbesar bagi individu karena keluarga adalah lingkungan pertama dan terdekat bagi kehidupan individu sehingga dalam penelitian ini mengkhususkan dukungan sosial yang diterima dari pihak keluarga. STRESSOR KONSEP DIRI DUKUNGAN SOSIAL DEPRESI 1. Konsep diri tinggi = depresi rendah 2. Dukungan sosial tinggi = depresi rendah 3. Konsep diri dan dukungan sosial berperan terhadap depresi Gambar 1 : Skema peran konsep diri dan dukungan sosial terhadap depresi Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa konsep diri dan dukungan sosial merupakan faktor-faktor yang diasumsikan berperan terhadap terjadinya depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis, akan tetapi dugaan tersebut masih bersifat teori dan memerlukan bukti secara nyata. Oleh

karena itu peneliti tertarik untuk meneliti Apakah terdapat peran konsep diri dan dukungan sosial terhadap depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis?. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ada peran konsep diri dan dukungan sosial terhadap depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis. 2. Ada peran konsep diri terhadap depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis. Semakin tinggi konsep diri maka akan semakin rendah depresi yang dialami oleh penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis, sebaliknya semakin rendah konsep diri maka akan semakin tinggi depresi yang dialami oleh penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis. 3. Ada peran dukungan sosial terhadap depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis. Semakin tinggi dukungan sosial maka akan semakin rendah depresi yang dialami oleh penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka akan semakin tinggi depresi yang dialami oleh penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis. Metode Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, berjumlah 60 orang, dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Penderita penyakit gagal ginjal yang merupakan pasien rawat jalan yang rutin menjalani terapi hemodialisis di unit hemodialisis rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Sadar dan mampu berkomunikasi dengan baik untuk memudahkan dalam pengambilan data, 3. Bertempat tinggal bersama keluarga karena berkaitan dengan tujuan untuk mengetahui dukungan keluarga yang diterima oleh subjek penelitian, 4. Bersedia menjadi subjek penelitian. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Beck Depression Inventory (BDI) untuk mengukur depresi yang terdiri dari 21 pernyataan, Skala Konsep Diri yang terdiri dari 25 pernyataan, dan Skala Dukungan Sosial yang terdiri dari 24 pernyataan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi ganda, dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 17.0 for Windows.

Hasil dan Pembahasan Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi ganda. Teknik analisis regresi ganda sebagai salah satu teknik statistik parametik memiliki beberapa syarat, yaitu data berkategori interval/rasio, distribusinya berkategori normal dan hubungan antar variabel yang hendak diukur berkategori linear. Sebelum dilakukan uji hipotesis maka perlu dilakukan asumi terlebih dahulu. Uji asumsi yang digunakan adalah uji normalitas dan uji linieritas dengan hasil sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Variabel Skor KS-Z Sig (p) Keterangan Konsep Diri 1,247 0,089 Normal Dukungan Sosial 1,090 0,185 Normal Depresi 1,104 0,174 Normal Uji normalitas dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada perbedaan sebaran skor pada sampel dan populasinya dengan menggunakan teknik One Sample Kolmogorov-Smirnov. Kaidah yang digunakan dalam uji normalitas yaitu jika p > 0,05 (tidak signifikan) berarti tidak ada perbedaan sebaran skor pada sampel dan populasinya, maka sebaran data tersebut normal. Hasil uji normalitas diatas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sebaran skor pada sampel dan populasinya, sehingga sebaran data pada penelitian ini normal. Variabel Konsep Diri dengan Depresi Dukungan Sosial dengan Depresi Tabel 2. Hasil Uji Linieritas Linearity Deviation from Linearity Keterangan F P F P 19,842 0.000 1,512 0,132 Linier 28,756 0.000 1,520 0,131 Linier Kaidah yang digunakan dalam uji linier jika pada F linearity harga p < 0,05 dan pada F deviation from linearity harga p > 0,05, maka kedua variabel yang dikorelasikan dapat dikatakan linier. Hasil uji linearitas pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel-variabel yang dikorelasikan tersebut berkategori linear. Berdasarkan hasil analisis korelasi regresi ganda diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,616 dan nilai F sebesar 17,400 dengan taraf signifikan 0,000

(p < 0,01). Hal ini menunjukkan bahwa variabel konsep diri dan dukungan sosial secara bersama-sama memiliki peran yang sangat signifikan sehingga hipotesis pertama diterima. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa konsep diri dan dukungan sosial secara bersama-sama berperan dan mempengaruhi terjadinya depresi seperti pendapat yang dikemukakan oleh Lubis (2009) bahwa depresi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor psikologis yang meliputi kepribadian seperti adanya konsep diri yang rendah (negatif), sikap pesimis, tipe kepribadian dan adanya pengaruh yang berasal dari lingkungan keluarga seperti ada atau tidaknya dukungan, dorongan maupun bantuan dari pihak keluarga. Secara khusus dapat dilihat dari masing-masing variabel, dari hasil analisis analisis menunjukkan bahwa konsep diri memberikan peranan yang negatif terhadap depresi. Hasil analisis menunjukkan nilai t sebesar -2,957 dengan p = 0,005 (p < 0,01). Nilai t bertanda negatif, ini menunjukkan bahwa variabel konsep diri mempunyai hubungan atau peranan yang berlawanan arah dengan depresi. Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep diri memiliki peranan negatif yang sangat signifikan terhadap depresi. Semakin tinggi konsep diri maka akan semakin rendah terjadinya depresi dan sebaliknya, semakin rendah konsep diri maka akan semakin tinggi terjadinya depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa hipotesis kedua yang diajukan penulis diterima yang artinya terdapat peran yang negatif antara konsep diri terhadap depresi, seperti pendapat yang dikemukakan oleh Lubis (2009) konsep diri yang positif merupakan salah satu faktor yang cukup penting yang dapat berperan mengubah dan mengurangi terjadinya depresi. Menurut Rogers (Ritandiyono & Retnaningsih, 1996) individu yang memiliki konsep diri yang positif akan memiliki penerimaan diri dan harga diri yang positif pula. Mereka akan menganggap dirinya berharga dan cenderung menerima diri sendiri sebagaimana adanya, sedangkan individu yang memiliki konsep diri yang negatif akan cenderung merendahkan harga dirinya sehingga menyebabkan individu tidak mampu menerima keadaan dirinya yang menyebabkan menjadi frustasi hingga depresi. Sangat penting bagi penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis memiliki konsep diri yang positif karena dapat membuat individu memiliki penerimaan diri dan harga diri yang positif sehingga individu yang bersangkutan akan menganggap dirinya berharga dan dapat menerima diri sendiri sebagaimana adanya, akan membuat individu tidak mudah merasa putus asa, sedih yang berkepanjangan serta bersikap pesimis dengan keadaan yang dialaminya serta akan menjauhkan individu dari gangguan depresi.

Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati dan Rosita (2008) yang menunjukkan bahwa individu dengan konsep diri yang positif memiliki tingkat depresi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan individu dengan konsep diri yang negatif disebabkan karena konsep diri yang dimiliki akan mempengaruhi individu dalam proses berpikir, bersikap dan bertingkah laku. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa dukungan sosial memberikan peranan negatif yang sangat signifikan terhadap depresi. Hasil analisis menunjukan nilai t sebesar -3,820 dengan probabilitas 0,000 (p < 0,01). Nilai t bertanda negatif, ini menunjukkan bahwa dukungan sosial mempunyai hubungan atau peranan yang berlawanan arah dengan depresi. Jadi dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial memiliki peranan negatif yang sangat signifikan terhadap depresi. Semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah terjadinya depresi dan sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial maka akan semakin tinggi terjadinya depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yang diajukan penulis diterima yaitu adanya peranan negatif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan depresi pada penderita gagal ginjal, yang artinya dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang penting dalam menurunkan tejadinya depresi pada pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis. Smet (1994) menyatakan dukungan sosial akan membuat individu menjadi lebih siap dan optimis dalam menyikapi persoalan sehinga akan lebih mudah menghadapi masalah dan akan lebih kecil kemungkinan mengalami stres dan depresi. Terbentuknya hubungan yang erat melalui dukungan sosial dengan orangorang terdekat membuat seseorang tidak merasa kesepian atau merasa memiliki cobaan yang begitu berat. Bantuan-bantuan yang diberikan melalui dukungan sosial akan sangat membantu seseorang melewati masa-masa sulit penuh tekanan khususnya dalam hal ini pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis yang secara tidak langsung mengalami perubahan-perubahan dalam menjalani kehidupannya setelah divonis menderita gagal ginjal. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Hartati (2002) yang menunjukkan bahwa individu yang memperoleh dukungan sosial, tingkat depresinya lebih rendah bila dibandingkan dengan yang tidak memperoleh dukungan sosial. Individu yang mendapatkan dukungan sosial secara berulang merasakan berkurangnya kelelahan emosional dan menjadi bersikap positif. Emosi akan terlampiaskan sehingga ketegangan-ketegangan yang ada menjadi mengendur dan tidak mengganggu kehidupan seseorang. Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa konsep diri dan dukungan sosial secara bersama-sama memberikan sumbangan (R Squared) sebesar 0,379 atau 37,9 % terhadap depresi. Artinya konsep diri dan dukungan sosial secara

bersama-sama bisa memprediksikan terjadinya depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis sebesat 37,9%, sedangkan presentase sisanya sebesar 62,1% dipengaruh faktor atau variabel lain di luar variabel konsep diri dan dukungan sosial. Beberapa faktor lain menurut pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli (Lubis, 2009) yang diduga berpengaruh terhadap terjadinya depresi antara lain yaitu faktor fisik yang meliputi genetika, susunan kimia otak dan tubuh, usia, gender, gaya hidup, penyakit fisik, obat obatan, serta kurangnya cahaya matahari dan faktor psikologis yang meliputi kepribadian, kehilangan atau kekecewaan, harga diri, stres, serta efek yang diakibatkan oleh penyakit jangka panjang. Sumbangan efektif untuk masing-masing variabel adalah (a) konsep diri terhadap depresi sebesar 15,4% dan (b) sumbangan efektif dukungan sosial terhadap depresi sebesar 22,5%. Hal ini dapat diprediksi bahwa dukungan sosial memberikan sumbangan yang lebih besar kemungkinannya untuk mengubah dan menurunkan terjadinya depresi dibandingkan dengan konsep diri. Kategorisasi variabel depresi dari 60 subjek penelitian diperoleh sebanyak 5 subjek (8,33%) berada pada kategori tinggi, sebanyak 10 subjek (16,67%) berada pada kategori sedang, sebanyak 31 subjek (51,67%) berada pada kategori ringan dan terdapat 14 subjek (23,33%) yang berada pada kategori normal. Hal ini menunjukkan bahwa subjek mengalami depresi yang ringan dikarenakan subjek telah mendapatkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya depresi seperti adanya konsep diri yang cukup tinggi serta adanya dukungan ataupun dorongan khususnya dari keluarga yang cukup baik sehingga individu merasa nyaman, diterima, dipahami, dibantu serta dihargai sehingga membawa kekuatan baru yang berguna untuk membentengi diri dari keadaan yang terus menekan yang dapat menyebabkan terjadinya depresi. Kategorisasi variabel konsep diri dari 60 subjek penelitian diperoleh sebanyak 12 subjek (20%) berada pada kategori tinggi, sebanyak 47 subjek (78,33%) berada pada kategori sedang dan sebanyak 1 subjek (1,67%) berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa subjek cukup menyadari betapa pentingnya memiliki konsep diri yang tinggi atau positif yang dapat sangat bermanfaat bagi individu sehingga individu mampu menerima keadaan dirinya, mampu memandang diri, lingkungan serta masa depannya cukup baik. Kategorisasi variabel dukungan sosial dari 60 subjek penelitian diperoleh sebanyak 15 subjek (25%) berada pada kategori tinggi, sebanyak 42 subjek (70%) berada pada kategori sedang dan sebanyak 3 subjek (5%) berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa subjek cukup mendapatkan atau menerima dukungan sosial dari keluarga yang dapat sangat bermanfaat bagi subjek karena dapat membuat subjek mampu mengatasi tekanan yang dialaminya, menghayati pengalaman hidupnya yang positif, memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan

lebih memandang kehidupannya secara optimis selama menjadi pasien gagal ginjal yang harus menjalani terapi hemodialisis secara rutin. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada peranan yang sangat signifikan antara konsep diri dan dukungan sosial dengan depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis. 2. Ada peranan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis, artinya peningkatan terhadap konsep diri maka akan diikuti dengan penurunan terjadinya depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis, sebaliknya penurunan terhadap konsep diri akan diikuti dengan peningkatan terjadinya depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis. 3. Ada peranan negatif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis, artinya peningkatan terhadap dukungan sosial maka akan diikuti dengan penurunan terjadinya depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis, sebaliknya penurunan terhadap dukungan sosial akan diikuti dengan peningkatan terjadinya depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis. 4. Hasil kategorisasi menunjukkan sebagian besar subjek mengalami depresi pada kategori ringan sebesar 51,67% (31 dari 60 subjek), sedangkan konsep diri sebesar 78,33% (47 dari 60 subjek) dan dukungan sosial sebesar 70% (42 dari 60 subjek) berada pada kategori sedang. Saran Bagi penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis diharapkan dapat mempertahankan serta meningkatkan konsep diri yang dimilikinya agar penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis dapat lebih menerima dan menghargai keadaan dirinya dengan apa adanya, tidak memandang dirinya sebagai pribadi yang rendah atau negatif, tetap semangat dan percaya diri, mampu mengatasi tekanan dalam kehidupannya, dapat lebih mensyukuri setiap perubahan yang terjadi pada dirinya sehingga terhindar dari kemungkinan terjadinya depresi. Bagi keluarga penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis, penulis menyarankan untuk dapat lebih meningkatkan dukungan sosial yang diberikan, selalu memberikan dukungan serta bantuan kepada penderita, selalu

memperhatikan keadaan subjek baik fisik maupun psikisnya, tidak mengeluh dihadapan subjek sehingga subjek merasa nyaman, tetap dihargai, disayangi, dan diperhatikan sehingga dapat membantu subjek mengatasi atau menghadapi tekanan yang terjadi pada dirinya yang dapat memicu terjadinya depresi pada subjek. Bagi Peneliti Selanjutnya, penelitian ini hanya mengkaji variabel konsep diri dan dukungan sosial padahal masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis. Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti variabel depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis hendaknya mengkesplorasi lebih mendalam dan perlu diperhatikan lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya depresi pada penderita gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis, memperbanyak jumlah subjek penelitian, serta memperluas wilayah penelitian. Daftar Pustaka Agustiani,H. 2006. Psikologi Perkembangan : Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Jakarta : Refika Aditama. Alam dan Hadibroto. 2007. Gagal Ginjal. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Anggorowati, R.P dan Purwadi. 2007. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan Menghadapi Pensiun. Jurnal Humanitas. Vol. 4 No. 1. Hal : 45-53. Baron., R.A., Byrne, D. 2000. Psikologi Sosial. Jakarta : Penerbit Erlangga. Beck, A.T. 1985. Depression : Causes and Treatment. P.A.USA : University of Pensylvania press. Centi, P.J. 1993. Mengapa Rendah Diri. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Davison, G.C. Neale, J & Kring,A. 2006. Psikologi abnormal. Edisi ke -9. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Detik health. 2012. Penderita Penyakit Kronis Rentan Mengalami Depresi. http://health.detik.com/read/2011/10/31/114046/1756247/775/penderitapenyakit-kronis-rentan-mengalami-depresi?l771108bcj. 1 Nov 2012.

Hartanti. 2002. Peran Sense Of Humor dan Dukungan Sosial Pada Tingkat Depresi Penderita Depresi Pasca Stroke. Jurnal Anima. Vol 17. No.2, 107-119. Kaplan, H.I & Sadock, B.J. 1994. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis. Edisi ke-7. Jilid 2. Jakarta : Binarupa Aksara. Kompasiana. 2012. Aspek Psikososial Pasien Gagal Ginjal. http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/07/08/aspek-psikososialpasien-gagal-ginjal-476262.html. 8 Agustus 2012. Koran Jakarta. 2012. Teknik Baru Pengobatan Gagal Ginjal. http://koranjakarta.com/index.php/detail/view01/ 81403. 15 Mei 2012. Lubis, N.L. 2009. Depresi; Tinjauan psikologis. Jakarta: Kencana Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Ritandiyono dan Retnaningsih. 1996. Aktualisasi Diri : Seri Diktat Kuliah. Jakarta : Universitas Gunadarma. Sarafino. P. E. 2006. Health Psychology : Biopsyshososial Interactions Fifth Edition. New York, John Wiley and Sons, Inc. Sukmawati dan Rosita Y. 2008. Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecenderungan Depresi pada Remaja. Jurnal Psikohumanika. Vol I. Hal. 41-49 Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Alih Bahasa : Bagus Wismanto. Jakarta : PT. Grasindo. Wijaya, A. 2005. Kualitas Pasien GGK yang Mengalami Hemodialisis dan Mengalami Depresi. Skripsi. Jakarta : FKUI. http://lontar.ui.ac.id.opac/ui. 3 Mei 2012.