A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

I. PENDAHULUAN. bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai sehingga sehingga mampu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006, h. 1) tentang standar isi

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

dasar hal itulah maka sudah sepantasnya mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan dalam pendidikan jalur sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. (tingkah laku) individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan secara formal disekolah mulai dari pendidikan formal yang paling dasar, yaitu mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, tidak lepas dari kegiatan belajar yang merupakan salah satu kegiatan pokok dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 pasal 1. Menjelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulai, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab Bab II Pasal 3 UU Ri No. 20 Tahun 2003 1

2 Untuk mencapai keberhasilan suatu jenjang pendidikan yang menghasilkan peserta didik berprestasi harus disertai dengan tenaga pendidik (guru atau dosen) yang memiliki kompetensi yang baik seperti tercantum dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 tentang Guru dan Dosen menegaskan bahwa: 1. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 2. Dosen adalah pendidik profesional dan menyebarluaskan ilmu, pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyrakat. Dengan kata lain, Guru dan Dosen wahib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang ini dianggap bisa menjadi payung hukum untuk guru dan dosen tanpa adanya perlakuan yang berbeda antara guru negeri dan swasta. Undang- Undang Guru dan Dosen secara gamblang dan jelas mengatur secara detail aspek-aspek yang selama ini belum diatur secara rinci. Semisal, hak dan kewajiban guru. Sebagai salah satu komponen dalam pendidikan, eksistensi guru menjadi hal yang begitu penting peranannya. Guru bukan saja bertugas merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar didalam kelas, melainkan juga

3 bertanggung jawab terhadap keberhasilan proses belajar mengajarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mutu pendidikan banyak bergantung pada mutu guru dalam membimbing proses belajar siswa. Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Selain itu mutu guru sangat mempengaruhi kepada proses belajar siswa. Namun demikian, sampai saat ini hasilnya masih belum cukup memuaskan. Permasalahan utama pada dunia pendidikan formal (sekolah) saat ini adalah rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari pemahaman siswa yang masih rendah terhadap materi yang sudah diberikan. Pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran yang artinya sebelum siswa belajar harus melalui sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang masalahnya bersikap tertutup dan terbuka. Oleh karena itu pada proses pembelajaran, guru perlu meningkatkan profesionalitas dan kreatifitas dalam mengembangkan kemampuan mengajar, walaupun dalam kenyataannya guru-guru masih banyak mempertahankan metode-metode pembelajaran lama. Kemampuan guru sebagai salah satu usaha meningkatkan mutu pendidikan, dimana guru merupakan elemen yang secara langsung dan aktif bersinggungan dengan siswa pada proses pembelajaran di sekolah, kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan mengajar dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat, efisien, dan efektif.

4 Peran guru sebagai pendidik harus mampu melihat atau memahami kondisi siswa, dengan segala pontesi yang dimiliki, seperti pengetahuan, sifat dan kebiasaan siswa, karena hal tersebut berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Dalam pembelajaran guru harus mampu mengambangkan potensi yang dimiliki siswa, agar dapat bermanfaat bagi siswa dan adanya rasa dihargai atau diakui dalam diri siswa. Oleh karena itu pembelajaran akan lebih menarik, sehingga siswa aktif dan pembelajaran lebih bermakna. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Pada masalah ini ada beberapa hambatan-hambatan yang mempengaruhi proses belajar mengajar khususnya pada pembelajaran IPS pada materi perkembangan teknologi. Pada pembelajaran IPS sebelumnya keadaan kelas yang tidak kondusif sehingga proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik. Siswa sangat pasif dimana siswa hanya duduk mendengarkan dan mencatat, siswa belajar selalu pada pengarahan guru gejala itu merupakan salah satu dampak dimana siswa akan merasa jenuh dalam belajar dan kemampuan berpikirpun sangat rendah dengan demikian siswa akan sulit untuk diajak berpikir logis, aktif dan kritis sehingga aktivitas belajarpun akan sangat terganggu. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

5 Aktivitas dan hasil belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar pembelajaran anak didik merupakan masalah dari anak didik itu sendiri. Dalam proses belajar dan pembelajaran anak didik merupakan masalah yang utama dan pertama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap memahami seluruh materi pembelajaran. Sekolah sebagai salah satu tempat belajar memberikan bermacam-macam pelajaran yang harus ditempuh oleh para siswa untuk mewujudkan suatu tujuan yang ingin dicapai. Pencapaian tujuan ini diukur dengan mengadakan suatu penilaian untuk mengukur hasil belajar tersebut dapat digunakan dengan tes maupun non tes. Ada dua metode yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kemajuan yang dicapai oleh murid-murid dalam proses belajar mengajar yang mereka lakukan ialah metode tes dan non tes. Dengan melalui metode tes dan non tes inilah hasil belajar siswa dapat diketahui. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pada materi permasalahan sosial yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL). CTL menurut Johnson dalam Dadang Iskandar penelitian tindakan kelas (2015, hlm. 41) mengemukakan bahwa CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dalam konteks kehidupan

6 keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Model Contextual Teaching Learning juga merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga, Negara dan pekerja. Penerapan CTL memungkinkan peserta didik melakukan dan membuktikan kebenaran secara langsung ilmu yang dipelajari di sekolah. Pemahaman awal peserta didik menjadi kunci bagi guru untuk mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan dunia nyata. Tujuan pembelajaran CTL antara lain memotivasi siswa untuk memahami makna materi pembelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan ke permasalahan lainnya, agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghapal tetapi juga perlu adanya pemahaman, menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa, melatih siswa agar dapat berpikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain, agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna, untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks kehidupan sehari-

7 hari dan agar siswa secara individu dapat menemukan dan mentransfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas sebagai salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini penulis laksanakan pada kelas IV Sekolah Dasar. Oleh karena itu judul yang sesuai untuk penelitian ini adalah Penggunaan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning Pada Materi Perkembangan Teknologi Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Sekelimus B. Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah : 1. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran rendah. 2. Keadaan kelas yang tidak kondusif sehingga proses pembelajaran tidak berjalan dengan efektif. 3. Hasil belajar siswa belum mencapai KKM. 4. Guru menggunakan metode ceramah, cara mengajar yang membosankan, monoton, kurang menarik, kurang kreatif yang menyebabkan siswa menjadi kurang aktif.

8 5. Media pembelajaran yang kurang menarik membuat siswa tidak semangat dalam belajar. 6. Kurang kerjasama dalam menyelesaikan masalah dalam kelas. C. Rumusan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan yang ada dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Mampukah model Contextual Teaching Learning meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus pada materi perkembangan teknologi 2. Pertanyaan Penelitian Dari perumusan masalah di atas, peneliti merumuskan pertanyaan dalam penelitian ini, yaitu: a. Bagaimanakah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model Contextual Teaching Learning pada materi perkembangan teknologi agar aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus meningkat?

9 b. Bagaimanakah penerapan model Contextual Teaching Learning pada materi perkembangan teknologi agar aktivas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus meningkat? c. Mampukah model Cintextual Teaching Learning meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SDN Sekelimus pada materi perkembangan teknologi? d. Mampukah model Contextual Teaching Learning meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus pada materi perkembangan teknologi? D. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, peneliti membatasi masalah sebagai berikut : 1. Materi ajar yang diteliti hanya materi ajar tentang perkembangan teknologi. 2. Objek penelitian yang diteliti adalah siswa kelas IV SDN Sekelimus Bandung semester II tahun ajaran 2015 2016. 3. Variabel penelitian yang diteliti adalah aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. 4. Kurang keaktifan dalam belajar, sehingga pemahaman terhadap materi kurang dan berdampak hasil belajar siswa rendah.

10 E. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Secara umum penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus pada materi perkembangan teknologi dengan menggunakan model Contextual Teaching Learning (CTL). b. Tujuan Khusus 1. Untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model CTL pada materi perkembangan teknologi agar aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus meningkat? 2. Untuk menerapkan model CTL pada materi perkembangan teknologi agar aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus meningkat? 3. Untuk meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SDN Sekelimus pada materi perkembangan teknologi dengan model CTL? 4. Untuk meningkatkan hasil belajar belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus pada materi perkembangan teknologi dengan model CTL?

11 F. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus pada materi perkembangan teknologi dengan model Contextual Teaching Learning (CTL). b. Manfaat Praktis 1. Bagi guru a. Meningkatnya keterampilan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model CTL pada materi perkembangan teknologi agar aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus meningkat. b. Berkembangnya kemampuan guru dalam menerapkan model CTL pada materi perkembangan teknologi agar aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus meningkat. 2. Bagi siswa a. Meningkatnya aktivitas belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus pada materi perkembangan teknologi. b. Meningkatnya hasil belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus pada materi perkembangan teknologi.

12 3. Bagi sekolah a. Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah sehingga mutu lulusan sekolah tersebut meningkat. b. Meningkatkan citra sekolah. 4. Bagi peneliti a. Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam menerapkan model CTL pada materi perkembangan teknologi. b. Memberikan referansi bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengembangkan model CTL. G. Kerangka Pemikiran Sekolah sebagai salah satu tempat belajar memberikan bermacam-macam pelajaran yang harus ditempuh oleh para siswa untuk mewujudkan suatu tujuan yang ingin dicapai. Pencapaian tujuan ini diukur dengan mengadakan suatu penilaian untuk mengukur hasil belajar tersebut dapat digunakan dengan tes maupun non tes. Ada dua metode yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kemajuan yang dicapai oleh murid-murid dalam proses belajar mengajar yang mereka lakukan ialah metode tes dan non tes. Dengan melalui pengukuran hasil belajar inilah hasil belajar siswa dapat diketahui dengan kata lain dari pengukuran hasil belajar dari siswa itu akan diperoleh tingkat prestasi yang dicapai oleh siswa yang disebut dengan prestasi belajar siswa.

13 Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Pada masalah ini ada beberapa hambatan-hambatan yang mempengaruhi proses belajar mengajar khususnya pada pembelajaran IPS pada materi perkembangan teknologi. Pada pembelajaran IPS sebelumnya keadaan kelas yang tidak kondusif sehingga proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik. Siswa sangat pasif dimana siswa hanya duduk mendengarkan dan mencatat, siswa belajar selalu pada pengarahan guru gejala itu merupakan salah satu dampak dimana siswa akan merasa jenuh dalam belajar dan kemampuan berpikirpun sangat rendah dengan demikian siswa akan sulit untuk diajak berpikir logis, aktif dan kritis sehingga aktivitas belajarpun akan sangat terganggu. Maka menjadi seorang guru sebaik mungkin harus bisa meminimalisir masalah masalah ataupun hambatan hambatan yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran yang meyanangkan yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran agar siswa lebih aktif tidak pasif pada saat proses pembelajaran berlangsung sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada materi perkembangan teknologi yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching Learning ( CTL). CTL menurut Johnson dalam Dadang Iskandar penelitian tindakan kelas (2015, hlm. 41 )

14 mengemukakan bahwa CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dalam konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Model Contextual Teaching Learning juga merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata dan penerapannya dalam kehidupan seperti keluarga, masyarakat dan pekerja serta hubungan dengan materi yang dipelajari. Penerapan CTL memungkinkan peserta didik melakukan dan membuktikan kebenaran secara langsung ilmu yang dipelajari di sekolah. Pemahaman awal peserta didik menjadi kunci bagi guru untuk mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan dunia nyata. Kelebihan dari model pembelajaran Contextual Teaching Learning Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam PBM. Siswa dapat berpikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan serta juga terbentuknya sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok. Model CTL ini juga memiliki karakteristik kerjasama antar siswa dan guru sehingga pembelajaran akan menyenangkan.

15 Gambar kerangka pemikiran yang berjudul Penggunaan Model Contextual Teaching Learning Pada Materi Perkembangan Teknologi Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Sekelimus. Kurangnya aktivitas belajar dan rendahnya hasil belajar siswa 1. Siswa yang pasif 2. Hasil pembelajaran belum mencapai KKM 3. Proses pembelajaran berpusat pada guru Model Contextual Teaching Learning Instrumen Model Contextual Teaching Learnigng dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa Tes, observasi, lembar peserta didik, wawancara, angket Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran a. Asumsi 1. Pendekatan Contextual Teaching Learning dapat menghasilkan pemahaman konsep dan meningkatkan hasil belajar siswa serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup

16 2. Pendekatan Contextual Teaching Learning merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok serta keseluruhan 3. Pendekatan Contextual Teaching Learning merupakan suatu yang mensyaratkan keterlibatan keaktifan siswa dalam belajar terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran IPS pada materi perkembangan teknologi b. Hipotesis 1. Hipotesis Umum jika guru menerapkan model CTL pada materi perkembangan teknologi maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus mampu meningkat. 2. Hipotesis Khusus a. Jika guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 dengan model CTL pada materi perkembangan teknologi maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus mampu meningkat? b. Jika guru menerapkan model CTL sesuai langkah-langkahnya pada materi perkembangan teknologi maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus mampu meningkat?

17 c. Jika guru merapakan model CTL maka aktivitas belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus pada materi perkembangan teknologi mampu meningkat? d. Jika guru menerapkan model CTL maka hasil belajar siswa kelas IV SDN Sekelimus pada materi perkembangan teknologi mampu meningkat? H. Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi yang memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur. Untuk mengatasi ketidakjelasan makna dan perbedaan pemahaman. Mengenai istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka istilah tersebut perlu di jelaskan. Definisi operasional dan istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. b. Aktivitas belajar adalah aktivitas yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat

18 menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. c. Hasil belajar adalah penilaian hasil belajar yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam ranah afektif, kognitif dan psikomotor yang diperoleh sebagai akibat usaha kegiatan belajar dan nilai dalam periode tertentu. I. Struktur Organisasi Skripsi BAB I Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah b. Identifikasi Masalah c. Rumusan Masalah d. Pembatasan Masalah e. Tujuan Penelitian f. Manfaat Penelitian g. Kerangka Pemikiran h. Definisi Operasional i. Struktur Organisasi Skripsi BAB II Kajian Teoritis a. Kajian Teori b. Analisis dan Pengembangan Materi Pelajaran

19 BAB III Metode Penelitian a. Setting Penelitian b. Subjek Penelitian c. Metode Penelitian d. Desain Penelitian e. Tahapan Pelaksanaan PTK f. Rancangan Pengumpulan Data g. Pengembangan Instrumen Penelitian h. Rancangan Analisis Data i. Indikator Keberhasilan BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Deskripsi Hasil dan Temuan Penelitian b. Pembahasan Penelitian BAB V Penutup a. Kesimpulan b. Saran