BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan (principal) dan manajer (agent). Menurut Einsenhardt (1989) teori

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan (agency theory)

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul

BAB I PENDAHULUAN. terlihat lebih baik dibandingkan pesaing-pesaingnnya, salah satunya dalam hal

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis dituntut untuk lebih produktif dan memiliki kinerja yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat sekarang ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. auditor sebagai pihak yang dianggap independen dan memiliki profesionalisme

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi (SNI ). Perusahaan harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI

BAB I PENDAHULUAN. kepatuhan dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami krisis ekonomi. Terjadinya krisis ekonomi ini menyadarkan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan tersebut bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrak yaitu pihak (principal) mengikat pihak lain (agent) untuk melalukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajer

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam semua area profesi akuntansi Louwers et al. dalam (Husein, 2004). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan dan mencari informasi tentang kehandalan laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaannya. pihak internal maupun eksternal. Sudah menjadi kewajiban perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theori.grand

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan agent untuk memberikan

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

Abstrak. Kata kunci: fee audit, profesionalisme auditor, kepuasan kerja dan kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). tanggungjawab profesionalnya. Standar-standar ini meliputi pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat terutama dalam bidang audit terhadap laporan keuangan yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber daya ekonomi dan sumber daya manusia. Sumber daya ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang bergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini tentang kewajaran laporan keuangan serta memberi keyakinan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang ini, perusahaan dan profesi auditor sama-sama dihadapkan pada. tantangan-tantangan yang berat. Mereka sama-sama harus

BAB I PENDAHULUAN. dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan publik dalam

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, ada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan sumber dana yang akan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam suatu organisasi profesi setiap anggota. komitmen profesi. Harsanti (2001) menyatakan bahwa komitmen dapat dijadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini merupakan tinjauan atas berbagai referensi, literatur, jurnal-jurnal

BAB I PENDAHULUAN. mempekerjakan auditor untuk memeriksa catatan keuangan. Revolusi industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan Profesi auditor tidak terlepas dari perkembangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada prinsip-prinsip independensi dan profesionalisme. Dalam

PENGARUH KUALITAS AUDITOR, INDEPENDENSI DAN OPINI AUDITOR TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) dan Ng

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang disajikan oleh manajeman dapat dipercaya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan tentunya dapat mengurangi kualitas keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengelola perusahaannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian dari Ivan dan Nurul ini mengenai Faktor-faktor yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keputusan. Menurut finally accounting standart board (FASB), laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Keagenan (Agency Theory) bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang dihadapi dunia pengauditan global beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang semakin berkembang saat ini, tidak hanya membutuhkan modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan (agency theory) merupakan teori yang menjelaskan adanya hubungan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajer (agent). Menurut Einsenhardt (1989) teori keagenan dibagi menjadi dua yaitu, 1) Positive agency research, yaitu memfokuskan pada identifikasi situasi dimana agen dan prinsipal mempunyai tujuan yang bertentangan dan mekanisme pengendalian yang terbatas hanya menjaga perilaku self serving agen. 2) Principal agent research, yaitu memfokuskan pada kontrak optimal antara perilaku dan hasilnya, secara garis besar penekanan pada hubungan principal dan agent. Teori keagenan ini terkadang menimbulkan masalah, karena para pelaku yang terlibat dalam hubungan ini memiliki kepentingan yang berbeda-beda dan masing-masing pihak berusaha untuk memenuhi kepentingannya sendiri, sehingga permasalahan tersebut menimbulkan terjadinya konflik kepentingan. Pemegang saham memiliki kepentingan untuk memperoleh tingkat pengembalian atas investasinya dalam bentuk deviden dengan jumlah yang besar secepat mungkin, sedangkan manajer selaku pengelola perusahaan berkepentingan untuk 9

mendapatkan kompensasi dan bonus atas kinerjanya sebesar mungkin. Pemilik perusahaan menilai kinerja manajer dalam menghasilkan laba melalui laporan keuangan yang dibuat oleh manajer, sebaliknya manajer berusaha memenuhi tuntutan pemegang saham dengan menghasilkan laba yang tinggi sehingga bisa memperoleh kompensasi yang diiinginkan. Pada kenyataannya, laporan keuangan yang dibuat oleh manajer tidak selamanya menggambarkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal tersebut dilakukan oleh manajer agar tujuannya untuk mendapat kompensasi bisa tercapai. Guna mencegah segala bentuk kecurangan maupun kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan, maka laporan keuangan tersebut harus diperiksa oleh auditor eksternal (auditor independen). Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh auditor eksternal (auditor independen) diharapkan dapat menjadikan dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Mekanisme kelembagaan antara auditor dan manajer sering menimbulkan masalah keagenan (Gavious,2007). Pada satu sisi manajer menunjuk auditor untuk melakukan audit, namun disisi lain manajer membayar jasa audit yang dilakukan oleh auditor yang ditunjuk. Pada akhirnya mekanisme kelembagaan tersebut membuat auditor bergantung pada independensi yang dimiliki oleh auditor (Indra, 2014). Tidak hanya itu, auditor juga dituntut untuk memenuhi keinginan klien demi menjaga perikatan antara auditor dengan klien di masa mendatang. Keadaan ini yang nantinya akan menimbulkan konflik kepentingan dalam diri auditor tersebut. 10

2.1.2 Kualitas Audit Menurut Enofe et al (2013), audit adalah pemeriksaan audit independen atas laporan keuangan suatu perusahaan yang telah dipersiapkan oleh manajemen perusahaan. De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan dimana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi. Palmrose (1998) dalam Chadegani (2011) mendefinisikan kualitas audit dalam hal tingkat jaminan karena tujuan audit adalah untuk memberikan jaminan terhadap laporan keuangan. Kualitas audit adalah probabilitas bahwa laporan keuangan tidak mengandung salah saji material. Azary (2008) dalam Edosa et al. (2013) mengatakan kualitas audit sebagai seberapa baik audit mampu melindungi kepentingan pengguna dengan mendeteksi dan melaporkan salah saji material dalam laporan keuangan dan mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan tanpa asimetri informasi dan salah saji membuktikan adanya kualitas audit (Edosa et al, 2013). Kualitas audit didefinisikan sebagai kesediaan untuk melakukan pelaporan setiap manipulasi materi atau salah saji yang akan meningkatkan ketidakpastian material (Bradshaw et al. 2001) dalam Velnampy et al (2014). Silvya et al (2012) menyatakan presepsi kualitas audit menunjukan tingkat kepercayaan pengguna dalam laporan keuangan dan efektivitas auditor dalam mengurangi salah saji material dalam laporan keuangan yang disusun oleh manajemen. Hay dan Knechel (2010) mengemukakan audit bisa dikategorikan 11

sebagai jenis kepercayaan yang baik dikarenakan auditor menambah kredibilitas perusahaan laporan keuangan dengan mengungkapkan pendapat tentang representatif yang benar dan adil, tetapi hanya sejauh pengguna laporan keuangan menganggap bahwa pendapat itu berharga. Menurut Badjuri (2011) kualitas audit biasanya diukur dengan pendapat professional dan didukung oleh bukti dan penilaian objektif. 2.1.3 Independensi Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2002). Sementara itu, (Christawan, 2000) menyatakan Auditor berkewajiban untuk tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakan keprcayaan atas pekerjaan auditor. Hussey dan Lan (2001) mengungkapkan bahwa audit akan efektif jika auditor diberikan kepercayaan untuk bersikap independen dalam mengungkapkan kecurangan pada laporan keuangan yang disajikan manajemen. Menurut E.B. Wilcox dalam Samsi (2013), independensi merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. 12

Ohiokha et al (2013) mengatakan seorang auditor yang memiliki independensi tinggi maka kinerjanya akan menjadi lebih baik. Carey dalam Razana (2013) mendefinisikan independensi auditor dari segi integritas dan hubungannya dengan pendapat akuntan atas laporan keuangan. Independensi meliputi, 1) Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada beberapa orang professional. 2) Independensi berarti adanya kejujuran adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. (2011), yaitu, Terdapat dua aspek independensi menurut Taylor dalam Wulandari 1) Independensi sikap mental (independence of mental attitude) Independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran auditor untuk bertindak dan bersikap independen. 2) Independensi penampilan (appearance of independence) Independensi penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi auditor. Berdasarkan pengertian tersebut disimpulkan bahwa independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak jujur, tidak memihak, dan melaporkan temuan temuan hanya berdasarkan bukti yang ada. 13

2.1.4 Profesionalisme Menurut Futri (2013) profesionalisme lebih diartikan pada sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan profesinya. Sikap profesionalisme merupakan salah satu syarat utama bagi siapapun yang ingin menjadi auditor disamping memiliki keahlian yang memadai dan sikap disiplin serta konsisten dalam menjalankan pekerjaan sebagai seorang auditor. Profesionalisme (professionalism), didefinisikan secara luas, mengacu pada perilaku, tujuan, atau kualitas yang membentuk karakter atau memberi ciri suatu profesi atau orangorang professional (Messier et al, 2005: 375). (Hall R dalam Syahrir; 2002 : 7) mengembangkan konsep profesionalisme dari level individual yang digunakan untuk profesionalisme eksternal auditor, meliputi lima dimensi. 1) Pengabdian pada profesi (dedication), yang tercermin dalam dedikasi profesional melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Sikap ini adalah ekspresi dari penyerahan diri secara total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan hidup dan bukan sekadar sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penyerahan diri secara total merupakan komitmen pribadi, dan sebagai kompensasi utama yang diharapkan adalah kepuasan rohaniah dan kemudian kepuasan material. 2) Kewajiban sosial (Social obligation), yaitu pandangan tentang pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat ataupun oleh profesional karena adanya pekerjaan tersebut. 14

3) Kemandirian (autonomy demands), yaitu suatu pandangan bahwa seorang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak yang lain. 4) Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation), yaitu suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. 5) Hubungan dengan sesama profesi (Professional community affiliation), berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesinya. Prinsip perilaku professional mewajibkan setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. (SA:2013) 2.1.5 Kepuasan Kerja Auditor Kepuasan kerja menurut Handoko dalam (Iskandar, 2014),adalah suatu keadaan emosional individu, dimana keadaan tersebut menyenangkan atau tidak menyenangkan menurut sisi dan pandangan karyawan itu sendiri. Kepuasan kerja erat kaitannya dengan pencapaian kinerja seseorang yang mempengaruhi prestasi kerjanya. Kaitannya dengan akuntan publik dimana auditor yang bekerja di KAP memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi maka akan menghasilkan kinerja yang baik pula, sehingga tingkat prestasi kerja pun meningkat (Futri, 2013). 15

Kepuasan kerja seorang auditor melahirkan loyalitas terhadap kantor akuntan publik tempatnya bekerja, dikarenakan kepuasan kerja berkaitan dengan pemenuhan keinginan yang bersifat pribadi dikantor tersebut. Keinginan tersebut dapat berupa keinginan terhadap suasana kerja yang aman dan nyaman, kesejahteraan karyawan yang terjamin, serta fasilitas kerja yang memadai. 2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Christawan (2002), mengatakan independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh seorang auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Porter (1920) dalam Stirbu et al (2009) mengungkapkan bahwa tujuan utama dari audit pada awalnya adalah untuk mengungkap kekeliruan. Christawan (2002) juga mengungkapkan jika independensi hilang dari dalam auditor maka hasil laporan keuangan yang diaudit akan sama saja dengan laporan keuangan yang tidak diaudit. Penelitian mengenai hubungan independensi dengan kualitas audit telah banyak dilakukan, seperti penelitian Agusti dan Pertiwi (2013) menemukan hasil bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, begitu juga penelitan Tepalagul dan Ling (2015), Wiratama dan Budiartha (2015) memiliki hasil penelitian yang sama yaitu independensi berpengaruh positif pada kualitas audit. Berdasarkan teori tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H 1 : Independensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. 16

2.2.2 Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit Sikap dan perilaku professional adalah syarat utama bagi seseorang untuk menjadi auditor disamping memiliki sikap disiplin, pengalaman dan keahlian dalam menjalankan profesinya sebagai seorang auditor. Sebagai seorang auditor eksternal menjadi professional adalah sebuah tanggung jawab individu untuk berprilaku yang lebih baik dari sekedar mematuhi undang-undang, kode etik dan peraturan yang ada (Futri, 2014). Hasil pembahasan penelitian Agusti dan Pertiwi (2013) terdahulu menemukan hasil bahwa Profesionalisme auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian tersebut didukung oleh penelitan Lesmana (2015) memiliki hasil yang sama yaitu profesionalisme auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Berdasarkan teori tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H 2 : Profesionalisme auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. 2.2.3 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Kepuasan Kerja sebagai variabel moderasi Dalam melakukan pemeriksaan terkait dengan pelaporan, auditor bebas dari pihak lain untuk mempengaruhi fakta-fakta yang dilaporkan dan dalam melakukan pemeriksaan dengan pelaporan, auditor bebas dari usaha pihak tertentu untuk mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi laporan pemeriksaan menunjukan sikap auditor semakin independen, maka auditor akan melaporkan pelanggaran tersebut nyata apa adanya. Menurut (Iskandar, 2014) auditor yang 17

dalam bekerja bebas dari campur tangan pihak manapun dan jujur dalam bekerja akan berdampak pada peningkatan kualitas auditnya. Jika seorang auditor menaati penerapan aturan etika yang ada dan dijalankan dengan sungguh-sungguh, maka akan mengarah pada terciptanya motivasi secara professional dan dengan adanya motivasi yang tinggi maka akan menimbulkan kepuasan kerja pada auditor. Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan guna mencapai sasaran akhir yaitu kepuasan kerja. Menurut Luthans dalam (Iskandar, 2014) dengan adanya sikap independen dari seorang auditor dan diperkuat dengan kepuasan auditor dengan pekerjaannya, maka auditor tersebut dapat bekerja dengan lebih baik sehingga berdampak pada semakin meningkatnya kualitas audit. Berdasarkan teori tersebut maka hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut. H 3 : Kepuasan kerja auditor memperkuat pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit. 2.2.4 Pengaruh Profesionalisme terhadap Kualitas Audit dengan Kepuasan Kerja sebagai variabel moderasi Profesionalisme merupakan sikap bertanggung jawab terhadap apa yang telah ditugaskan kepadanya. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi seseorang auditor eksternal seperti auditor yang terdapat pada Kantor Akuntan Publik (KAP), sebab dengan profesionalisme yang tinggi kebebasan auditor akan semakin terjamin dan berdampak terhadap kualitas audit (Agusti dan Pertiwi, 2015). Sementara itu, Khomsiyah dan Indriantoro (1998) dalam Sasongko (2010) mengungkapkan bahwa profesionalisme mempengaruhi sensitivitas etika auditor 18

pemerintah yang menjadi sampel penelitiannya. Windsor dan Ashkanasy (1995) mengungkapkan bahwa asimilasi keyakinan dan nilai-nilai dalam organisasi mempengaruhi integritas dan independensi auditor. Dengan adanya sikap Profesionalisme dari seorang auditor dan diperkuat dengan kepuasan auditor dengan pekerjaannya, maka auditor tersebut diharapkan dapat bekerja dengan lebih baik sehingga berdampak pada semakin meningkatnya kualitas audit. Berdasarkan teori tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H 4 : Kepuasan kerja auditor memperkuat pengaruh profesionalisme auditor terhadap kualitas audit. 19