BAB I PENDAHULUAN. tentang isu kemerosotan nilai-nilai yang terkandung dalam keluarga cukup

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. lakunya remaja itu sehari-hari baik di rumah, di sekolah, maupun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. sehingga disebut usia emas (golden age). Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ini. Akan tetapi, perkembangan teknologi dan industri yang menghasilkan budaya teknokrasi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan bersaing dengan orang lain dan bangsa lain. Dengan kita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengetahuan serta membentuk kepribadian individu. Sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) saja, tetapi masyarakat mulai mengenal PAUD. Dalam hal

Peran Guru dalam Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab Anak pada Pendidikan Anak Usia Dini Yanuarita Niken P. I Pendahuluan Pendidikan Anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pendidikan yang terbaik yakni pendidikan yang mencangkup. kepada kebudayaan, pendidikan, nilai dan norma-norma kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa-masa berikutnya. Rentangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. wajib untuk Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar. Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. adalah bahasa. Melalui bahasa, individu dapat menyampaikan ide kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar belakang masalah. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa kanak-kanak merupakan bagian dari perjalanan panjang bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

BAB I PENDAHULUAN. tantangan hidup harus dihadapi dengan berbuat sesuatu (Barbara, 2003: 10).

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Kedua kemampuan ini akan menjadi tonggak atau landasan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pendidikan memberikan pengaruh terhadap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali nilai-nilai dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. pada usia dini merupakan masa keemasan dimana pada masa ini setiap aspek

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

BAB I PENDAHULUAN. persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. yang menangani anak usia 4-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

TINJAUAN MATA KULIAH... MODUL 1: Hakikat Perkembangan Moralitas. Anak Usia Dini 1.3

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak adalah amanat dari Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap

PERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN NILAI MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK AISYIYAH V PALU

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan selanjutnya (PKBTK, 2004:4). Didalam Undang-Undang. dijelaskan bahwa pendidikan pra sekolah (Taman Kanak-Kanak) adalah

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter merupakan perwujudan amanat dari Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terlarang serta tingginya budaya kekerasan merupakan contoh permasalahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah pendidikan sudah tidak asing lagi bagi manusia, Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Realitas perubahan zaman yang terus bergerak dinamis menjelaskan tentang isu kemerosotan nilai-nilai yang terkandung dalam keluarga cukup signifikan dalam hal ini, akan kurang memperhatikan kesopanan terhadap orangtua dan kurang pedulinya anak terhadap oranglain. Berbagai perubahan oleh faktor perkembangan zaman tentu saja mempengaruhi corak kehidupan dalam keluarga. Perubahan ini tentu saja menuntut adanya kualitas manusianya yang mampu bekerja dengan etos kerja tinggi, menghargai waktu, berorientasi ke masa depan, mampu bekerja sama dengan orang lain dan menghargai prestasi. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas manusia tersebut adalah melalui pendidikan yang dimulai sejak usia dini. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada masa rentan usia lahir sampai 6 tahun. Hal ini juga sama diungkapkan oleh Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD 2004), bahwa usia dini itu dimulai dari 0 sampai 6 tahun. Menurut hasil penelitian Direktorat PAUD dalam Wibowo (2012), bahwa pada anak usia dini otak anak mengalami perkembangan sekitar 80% dari total perkembangannya. Dalam perkembangan otak pada anak, maka akan terjadi suatu proses pembentukkan. Pembentukkan yang terjadi pada masa awal anak-anak, membutuhkan suatu peranan baik itu internal atau yang lebih dikenal dengan orangtua dan juga eksternal atau peran lingkungan dimana anak 1

2 itu berada. Dalam pembentukan dan perkembangannya, anak-anak merupakan makhluk yang membutuhkan perhatian dari orangtua, kasih sayang yang diberikan padanya dan tempat untuk anak mendapatkan perlindungan yang didapatkan anak dari orangtuanya. Anak usia dini ialah masa awal anak-anak yang merupakan usia 5 sampai 6 tahun yang terjadi pada diri seseorang yang akan menjadi bagian dari manusia yang seutuhnya dimana anak merupakan mahluk individu yang sekaligus mahluk sosial. Dikatakan sebagai mahluk sosial, karena seseorang dalam kehidupannya harus berada ditengah-tengah kehidupan sosial. Dalam hubungannya terhadap manusia lain, seorang manusia akan selalu hidup bersama dalam berbagai bentuk komunikasi dan interaksi. Seseorang memiliki cara untuk mengkomunikasikan apa yang menjadi perasaannya ialah dengan cara ditunjukkannya perilaku moral dari dalam dirinya. Perilaku moral juga dapat dijadikan sebagai simbol untuk menunjukkan suatu ide atau gagasan seseorang kepada orang lain atau khalayak. Helden dan Richards dalam Sjarkawi (2011) merumuskan pengertian perilaku moral sebagai suatu kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip dan aturan. Perilaku moral merupakan tampilan penalaran, perasaan dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah. Perilaku moral pada masa kanakkanak masih dalam tingkat yang rendah, dimana hal ini disebabkan karena penalaran intelektual anak-anak belum dapat membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang tidak baik. Piaget dalam Hurlock (1980) menyebutkan perilaku moral kanak-kanak yang ditandai dengan;

3 moralitas melalui paksaan, anak-anak secara otomatis mengikuti peraturan peraturan tanpa berpikir dan ia mengganngap bahwa orang dewasalah yang memiliki kekuasaan. Dan menilai semua perbuatan sebagai benar atau salah berdasarkan suatu akibat-akibat yang akan diterimanya bukan pada motivasi yang mendasarinya. Dalam berperilaku AUD khususnya anak usia 5-6 tahun mampu memahami perilaku moral dalam PERMEN DIKNAS NO 58 TAHUN 2009 yang mulia seperti jujur, penolong, sopan, hormat, dan anak dapat membedakan perilaku baik dan buruk, juga dapat berperilaku menghormati agama orang lain. Oleh sebab itu penanaman moral yang baik pada anak hendaknya dilakukan dengan baik dan benar sejak anak berusia dini. Ketika dilahirkan, anak-anak memiliki pemahaman perilaku moral yang kosong atau disebut dengan imoral. Tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berkomunikasi dengan orang lain khususnya dengan orangtua selaku pendidik utama dan pertama baginya, anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik dan mana yang tidak. Dimana hal ini membentuk suatu proses penyampaian informasi yang ingin disampaikan secara sengaja ataupun tidak terhadap anak. Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi interpersonal sangat erat kaitannya antara anak dan orangtua. Devito memaparkan dalam Suranto (2011) komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. Bungin (2008) mengungkapkan komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi, baik yang terjadi secara langsung (melalui media) ataupun tidak langsung (tanpa media). Komunikasi interpersonal merupakan

4 jenis komunikasi yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Komunikasi interpersonal terjadi antara individu dan individu lainya dimana hal ini merupakan proses penyampaian dan penerimaan informasi dengan maksud dan tujuan yang sama. Dimana komunikasi interpersonal adalah salah satu keharusan bagi manusia, hal ini dikarenakan dengan berkomunikasi kebutuhan manusia akan terpenuhi. Secara kodrati manusia perlu berkomunikasi sejak masih bayi sampai akhir hayatnya, atau ungkapan lain untuk menggambarkan hal ini adalah secara empiris tiada kehidupan tanpa komunikasi secara interpersonal. Sepanjang rantang kehidupan, manusia tidak terlepas dari aktivitas komunikasi interpersonal. Pada kehidupan anak, perilaku moral anak merupakan apa yang ditangkap/direspons oleh anak dari orangtua terlebih yang utama dan pertama dikenal oleh anak. Orangtua merupakan bagian terpenting dalam keluarga karena orangtua sebagai pendidik utama dalam keluarga sangat menetukan pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, dalam hidup dan penghidupannya. Menurut Levine dalam Sjarkawi (2011) menjadi orangtua sesungguhnya merupakan proses yang dinamis. Situasi keluarga sering kali berubah. Tidak ada yang bersifat mekanis dalam proses tersebut. Karena itu tugas orangtua sebagai pendidik tidaklah dapat dipisahkan dari bagaimana kelak perilaku moral anak anak. Apabila pendidikan yang diterima anak dalam keluarga tidak baik dan tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya, maka kelak hal ini akan membekas pada kehidupan dan pola tingkah laku anak dimana dia berada.

5 Orangtua sangatlah penting untuk menjaga anak dari hal-hal yang negatif, untuk membentuk perilaku moral anak agar menjadi insan spiritual. Sebagai orangtua dalam kehidupan dilingkungan rumah tangga bertindak sebagai teman yang dapat bekerja sama dengan anak-anak mereka dalam menyelesaikan segala tugas guna memperbaiki keadaan sosial maupun fisik. Keinginan tersebut tidaklah terlepas dari komunikasi interpersonal yang terjalin antara orangtua-anak. Komunikasi interpersonal tidak hanya cukup dipandang sebagai proses penyampaian suatu pernyataan (informasi), atau penyampaian gagasan, tetapi melibatkan pengirim dan penerima pesan secara aktif-kreatif dalam penciptaan arti dari pesan yang disampaikan. Orangtua merupakan sosok yang paling berperan penting dalam menciptakan kondisi komunikasi interpersonal yang efektif guna menumbuhkan cara berfikir moral anak menuju pembentukan perilaku moral yang baik. Menurut Lestari (2012) menyatakan: Komunikasi interpersonal orangtua dapat mempengaruhi fungsi keluarga secara keseluruhan dan kesejahteraan psikososial pada diri anak. Dan Clark dan Shileds juga menemukan bukti bahwa komunikasi interpersonal yang baik anatara orangtua-anak berkorelasi dengan rendahnya keterlibatan anak dalam perilaku moral yang meyimpang. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada saat melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) tahun ajaran 2013-2014 di TK Santa Lusia Medan, peneliti banyak melihat beraneka ragam perilaku moral yang menyimpang yang tampak pada anak-anak. Ada anak yang berkata tidak jujur, berkata dengan membentak kepada teman dan ibu gurunya, mengganggu temannya pada saat didalam kelas atau pada saat bermain, mengeluarkan kata-kata yang kurang baik. Ada juga anak yang suka melawan pada apa yang gurunya katakan. Perilaku moral yang demikian terpengaruh oleh adanya komunikasi

6 interpersonal antara orangtua dan anak. Sebagai orangtua yang merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak tak jarang diantara mereka yang mengabaikan bagaimana cara orangtua berkomunikasi dengan anaknya. Dalam hal ini, anak sebagai peniru atau dengan kata lain perilaku anak yang terbentuk melalui proses pembiasaan yang diterima oleh anak sejak anak beranjak dari dalam rumah atau proses ini terbentuk karena perilaku orangtua terhadap anak. Lebih sering kebiasaan yang dilakukan terhadap anak, maka kebiasaan perilaku moral tersebut semakin melekat pada anak dan bertambah sulit untuk dihilangkan. Komunikasi interpersonal orangtua dan anak sangat penting bagi orangtua dalam upaya melakukan kontrol, pemantau, dan dukungan pada anak agar perilaku moral yang terjadi pada anak sejak usia dini dapat membentuk perilaku moral yang baik bagi diri anak. Untuk menjadikan perilaku moral anak yang baik hendaknya sebagai orangtua, haruslah bijak menyikapi tentang perilaku moral anak dan bagaimana lingkungan menemani anak-anak dalam pengalaman keseharian anak. Dan orangtua juga perlu untuk memperhatikan bagaimana caranya mereka untuk berkomunikasi dan mengkomunikasikan sesuatu kepada anak. Berdasarkan pernyataan diatas, penulis berusaha untuk membahas dan menganalisisi bagaimana komunikasi interpersonal yang terjadi di lingkungan keluarga anatara orangtua dan pada perilaku moral anak. Untuk itu penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian sehubungan dengan masalah diatas dengan judul : efektivitas komunikasi interpersonal orangtua hubungannya dengan perilaku moral anak usia 5-6 tahun di TK Santa Lusia Medan

7 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut : 1. Anak yang suka berbohong 2. Dalam bermain anak dengan teman sebayanya, berbicara dengan teman sebayanya dengan berteriak 3. Kurangnya sopan-santun anak kepada ibu gurunya 4. Anak sering berkata tidak baik 5. Orangtua kurang memperhatikan cara berkomunikasi yang baik dilakukannya kepada anak. 6. Kurangnya bimbingan guru terhadap anak dalam pembentukan perilaku moral yang baik pada anak. 1.3 Batasan Masalah Karena adanya keterbatasan pengetahuan, waktu,dan dana yang dimiliki penulis, maka penulis memberi batasan masalah yaitu dapat dirumuskan: efektifitas komunikasi Interpersonal orangtua hubungannya dengan perilaku moral anak usia 5-6 tahun di TK Santa Lusia Jl. Pelita V No. 1 Medan 1.4 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana efektivitas komunikasi interpersonal orangtua? 2. Bagaimana perilaku moral anak?

8 3. Apakah ada hubungan positif efektifitas komunikasi Interpersonal orangtua dengan perilaku moral anak usia 5-6 tahun di TK Santa Lusia Jl. Pelita V No. 1 Medan? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ialah; 1. untuk mengetahui efektivitas komunikasi interpersonal orangtua 2. untuk mengetahui perilaku moral anak 3. untuk mengetahui ada hubungan positif efektifitas komunikasi interpersonal orangtua dengan perilaku moral anak usia 5-6 tahun di TK Santa Lusia Jl. Pelita V No. 1 Medan. 1.6 Manfaat Penlitian Sehubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. a.manfaat Teoritis Memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi khususnya dalam perkembangan sebagai komunikasi interpersonal terhadap perilaku moral anak usia dini 5-6 tahun. b. Manfaat Praktis 1) Bagi penulis Sebagai informasi bagi penulis ataupun peneliti lain bagaimana suatu komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi perilaku moral anak. 2) Bagi orangtua

9 Sebagai masukan bagi orangtua agar dapat lebih mengerti bagaimana proses komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi perilaku moral anak sejak dini. 3) Bagi Sekolah Sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah, dengan pengambilan kebijakan yang berkenaan dengan perilaku moral anak yang dialaminya mulai dari tempat pertama anak memperoleh pendidikan yaitu dari rumah. Dimana agar sekolah dapat memahami bagaimana posisi anak sejak dari rumah. Yang menjadi salah satu karakteristik dalam pengambilan keputusan bagi anak.