BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN. Kota Denpasar terletak diantara 08 35"31' "49' Lintang Selatan dan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian survei melalui kegiatan wawancara,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT LINGKUNGAN HIDUP

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

ANALISIS KUALITAS LIMBAH CAIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (IPLC) RUMAH SAKIT UMUM LIUN KENDAGE TAHUNA TAHUN 2010

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Linda Maulidia Kosasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

Efisiensi Instalasi Pengolahan Air Limbah Terhadap Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 58 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

Kata Kunci : Waktu Aerasi, Limbah Cair, Industri Kecap dan Saos

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan

MAKALAH KIMIA ANALITIK

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya

KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK

Bab V Hasil dan Pembahasan

SPO INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DENGAN SISTEM TANGKI SEPTIK MODIFIKASI

Y. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016:

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

Transkripsi:

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL Berdasarkan hasil pengamatan sarana pengolahan limbah cair pada 19 rumah sakit di Kota Denpasar bahwa terdapat 3 rumah sakit tidak memiliki IPAL atau sebesar 15,79%, terdapat 9 rumah sakit memliki IPAL atau sebesar 47,37% dan terdapat 7 rumah sakit memiliki IPAL dan septik tank untuk mengolah limbah cair yang dihasilkannya atau sebesar 36,84%. Data ini menunjukkan hanya 9 rumah sakit atau sebesar 47,37% taat terhadap peraturan yang berlaku, yakni mengolah seluruh limbah cair rumah sakit dengan instalasi pengolahan air limbah. Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, mewajibkan rumah sakit memiliki instalasi pengolahan air limbah dengan saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem tertutup, kedap air dan limbah harus mengalir dengan lancar (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). 6.2 Analisa Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit 6.2.1 Biological Oxygen Demand (BOD) Hasil analisa parameter BOD dari air limbah 16 rumah sakit menunjukkan bahwa terdapat 5 rumah sakit yang melampaui baku mutu yang ditetapkan, yakni RSU Surya Husadha, RSU Prima Medika, RSU Bali Medistra, RSU Bali Royal 67

68 Hospital dan RSIA Puri Bunda. Konsentrasi BOD dari 16 rumah sakit berkisar antara 10-88 mg/l, baku mutu yang ditetapkan yaitu 30 mg/l. Nilai BOD yang tinggi menunjukkan banyaknya jumlah bahan-bahan organik yang diuraikan secara biologis. BOD tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut tinggi, hal tersebut menunjukkan didalam air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya mikroorganisme yang tumbuh dalam air disebabkan banyaknya makanan yang tersedia (bahan organik seperti halnya amonia), oleh karena itu secara tidak langsung BOD selalu dikaitkan dengan kadar bahan organik dalam air (Yuwono dan Adinugroho, 2006). 6.2.2 COD (Chemical Oxygen Demand) Hasil analisa parameter COD dari air limbah 16 rumah sakit di Kota Denpasar berkisar antara 30 171 mg/l. Dari hasil analisa tersebut terdapat 3 rumah sakit yang melampaui baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 80 mg/l. Rumah sakit yang melampaui baku mutu yaitu RSU Surya Husadha, RSU Prima Medika dan RSIA Puri Bunda. Tingginya kadar COD di dalam air limbah, dikarenakan belum terurainya bahan organik secara sempurna atau terlalu banyaknya kandungan bahan organik di air limbah. Kandungan COD yang tinggi juga berkaitan dengan kadar BOD yang tinggi, karena melibatkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh perairan untuk mendegradasi bahan organik (Wardhana, 2004).

69 Menurut Soemarwoto (2001), nilai parameter COD akan lebih tinggi dari nilai parameter BOD, karena pada uji COD dapat diketahui zat-zat organik, baik yang dapat dirombak atau tidak dapat dirombaj oleh mikroorganisme Parameter BOD dan COD diperlukan sebagai parameter dalam baku mutu air limbah atau sebagai parameter pencemaran air, karena perannya sebagai penduga pencemaran bahan organik dan kaitannya dengan penurunan kandungan oksigen terlarut perairan. 6.1.3 TSS (Zat Padat Tersuspensi) Hasil analisa parameter TSS (Zat Padat Tersuspensi) dari air limbah 16 rumah sakit di Kota Denpasar berkisar antara 3-116 mg/l. Dibandingkan dengan baku mutu untuk parameter TSS yaitu sebesar 30 mg/l terdapat 3 rumah sakit yang melewati ambang batas baku mutu yaitu RSU Bali Royal Hospital, RSIA Puri Bunda dan RSU Dharma Yadnya. Parameter TSS yang mengalami peningkatan disebabkan oleh adanya jumlah partikel partikel atau padatan organik yang tidak terendapkan di bak sedimentasi, sehingga air limbah yang berisi partikel tersebut ikut terbawa (Agnes dan Azizah, 2005). Menurut Yuwono dan Adinugroho (2006), setiap industri akan menghasilkan air limbah yang mengandung partikel-partikel padatan yang berasal dari pembersih bahan baku, pencucian alat, kegiatan produksi dan lainnya.

70 6.2.4 Suhu Hasil analisa parameter suhu dari air limbah 16 rumah sakit menunjukkan suhu antara 28-32 0 C, dengan baku mutu < 30 0 C. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa terdapat rumah sakit yang melampaui baku mutu yang telah ditetapkan. Terdapat 6 rumah sakit yang melampaui batas baku mutu untuk parameter suhu yaitu RSAD XVI Denpasar, RS Bhayangkara, RSU Kasih Ibu, RSU Bali Medistra, RSU Bali Royal Hospital dan RSU Manuaba. Keadaaan tersebut menunjukkan bahwa nilai temperatur keenam rumah sakit tersebut dalam keadaan tidak normal, selama proses di dalam pengolahan air limbah terdapat proses yang menyebabkan peningkatan temperatur air limbah tersebut. Menurut Susanto et al. (2012), terjadinya kenaikan atau penurunan suhu di dalam air dari kondisi normal kurang lebih 3 0 C dari suhu udara dapat memperburuk kualitas air serta kehidupan organisme didalamnya. Apabila setiap hari perairan memperoleh pasokan limbah cair dengan suhu yang tinggi maka akan membahayakan kehidupan organisme air. Suhu yang optimum untuk kehidupan dalam air adalah 25-30 0 C. Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan maupun tanaman air karena kadar oksigen terlarut akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu (Wardhana, 2004). 6.2.5 ph Hasil analisa parameter ph dari air limbah 16 rumah sakit menunjukkan bahwa ph air limbah berada diantara 7-8,7 dimana baku mutu ph air limbah

71 yaitu 6-9. Hal tersebut menunjukkan bahwa ph air limbah rumah sakit tidak melampaui baku mutu yang telah ditetapkan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kadar kualitas ph air limbah dalam keadaaan yang stabil dan normal. Derajat keasaman atau ph adalah ukuran untuk menentukan sifat asam dan basa. Nilai ph air digunakan untuk mengekpresikan kondisi keasaman (kosentrasi ion hidrogen) air limbah. Skala ph berkisar antara 1-14. Kisaran nilai ph 1-7 termasuk kondisi asam, ph 7-14 termasuk kondisi basa, dan ph 7 adalah kondisi netral. Perubahan ph di suatu air sangat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, maupun biologi dari organisme yang hidup di dalamnya (Azwir, 2006). Nilai ph yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan korosif pada pipa logam yang dapat menyebabkan senyawa senyawa kimia berubah menjadi racun yang dapat mengganggu kesehatan manusia (Sanropie et al., 1984). 6.2.6 Ammonia (NH 3 Bebas) Hasil Parameter ammonia (NH 3 bebas) dari air limbah 16 rumah sakit di kota Denpasar menunjukkan hasil yang berkisar antara < 0,1-54 mg/l, dimana ambang batas baku mutu air limbah < 0,1 mg/l. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa terdapat rumah sakit yang melewati baku mutu parameter ammonia (NH 3 bebas), yakni terdapat 15 rumah sakit yang melampaui baku mutu yang telah ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat proses di dalam pengolahan air limbah yang dapat menyebabkan tingginya ammonia (NH 3 bebas). Tingginya

72 kadar ammonia disebabkan karena tingginya tingkat kunjungan pasien di rumah sakit dan terjadinya proses dekomposisi bahan organik yang terdapat di air limbah. Kadar ammonia (NH 3 bebas) yang tinggi di perairan dapat menyebabkan kematian organisme di perairan (Pescod, 1973). 6.2.7 Phosphat (PO 4 ) Hasil analisa parameter Phosphat (PO 4 ) dari air limba16 rumah sakit di Kota Denpasar. Hasil analisa menunjukkan bahwa ke 16 rumah sakit tidak melampaui baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 2 mg/l, kadar Phosphat (PO 4 ) dari ke 16 rumah sakit berkisar antara 0,01-1,1 mg/l. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai kadar Phosphat (PO 4 ) dia air limbah rumah sakit dalam keadaan baik dan normal, dimana tidak terdapat proses yang yang mempengaruhi tingginya kadar Phosphat (PO 4 ). 6.1.8 Total Coliform Hasil analisa parameter Total Coliform dari air limbah 16 rumah sakit di Kota Denpasar menunjukkan hasil yang berkisar antara 2.000.000 16.000.000 coli/100ml. Hasil tersebut bila dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan yaitu 10.000 coli/100ml, menunjukkan jumlah coliform dalam air limbah rumah sakit di Kota Denpasar sangat tinggi. Terdapat 11 rumah sakit yang melampaui baku mutu yang telah ditetapkan. Tingginya kuman golongan coli/100ml disebabkan banyaknya jumlah zat organik dan oksigen di dalamnya, serta suhu air sangatlah mempengaruhi

73 perkembangan mikroorganisme di dalamnya. Suhu optimum untuk perkembangan mikroorganisme adalah 32 36 0 C (Agnes dan Azizah, 2005). 6.3 Kinerja Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit Manajemen rumah sakit yang baik adalah bentuk koordinasi antara berbagai sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan adanya pengendalian untuk mencapai tujuan (Adisasmito, 2008). Dalam penelitian ini dibagi dalam 4 variabel yang mencakup dari unsur manajemen lingkungan rumah sakit yaitu unsur sarana pengolahan limbah cair, metode, sumber daya manusia dan pendanaan. Variabel-variabel tersebut kemudian digolongkan berdasarkan skala Likert. (Riduwan dan Akdon, 2007). Berdasarkan penggolongan skala likert dari variabel sarana pengolahan limbah cair dari 19 rumah sakit di Kota Denpasar, tidak adanya rumah sakit dengan klasifikasi sangat baik, terdapat 5 rumah sakit dengan klasifikasi baik, terdapat 11 rumah sakit dengan klasifikasi sedang, terdapat 3 rumah sakit dengan klasifikasi kurang dan tidak adanya rumah sakit dengan klasifikasi sangat kurang. Indikator yang terpenuhi dari sarana pengolahan limbah cair pada 16 rumah sakit di Kota Denpasar adalah tersedianya saluran pembuangan limbah yang kedap, tertutup dan terpisah dari limpahan air hujan. Sedangkan pemenuhan kualitas air limbah berdasarkan baku mutu, kepemilikan alat pengukur debit dan melakukan pencatatan debit harian masih sebagian rumah sakit belum terpenuhi atau manajemen rumah sakit belum melaksanakannya.

74 Tidak terkontrolnya pemenuhan baku mutu dan tidak terdatanya debit limbah yang dihasilkan. Limbah cair yang tidak memenuhi standar baku mutu akan berdampak negatif pada kesehatan seseorang yang terpapar limbah cair tersebut (Gopalakrishnan and Murali, 1999) Berdasarkan penggolongan skala likert dari variabel metode pengolahan limbah cair dari 19 rumah sakit di Kota Denpasar, tidak adanya rumah sakit dengan klasifikasi sangat baik dan baik, terdapat 4 rumah sakit dengan klasifikasi sedang, terdapat 10 rumah sakit dengan klasifikasi kurang dan terdapat 5 rumah sakit dengan klasifikasi sangat kurang. Banyaknya rumah sakit diklasifikasikan kurang dan sangat kurang karena tidak terpenuhinya indikator metode pengelolaan limbah cair. Indikator yang terpenuhi meliputi tidak memiliki Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC), tidak adanya kebijakan dan SOP dalam pengelolaan IPAL, tidak secara rutin minimal setiap bulan sekali melakukan pemantauan kualitas air limbah dan tidak melaporkan pengelolaan limbah setiap 3 bulan sekali kepada instansi terkait. Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Upaya pengelolaan limbah rumah sakit dapat dilaksanakan dengan menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan, pedoman, dan kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit. Pelaksanaan pelayanan rumah sakit juga harus di tunjang kelengkapan materi yang diperlukan berupa proses administrasi, pencatatan dan pelaporan, dan pedoman buku petunjuk teknis sanitasi (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

75 Berdasarkan penggolongan skala likert dari variabel sumber daya manusia dalam pengolahan limbah cair dari 19 rumah sakit di Kota Denpasar, tidak adanya rumah sakit dengan klasifikasi sangat baik, terdapat 1 rumah sakit dengan klasifikasi baik, terdapat 1 rumah sakit dengan klasifikasi sedang, terdapat 13 rumah sakit dengan klasifikasi kurang dan terdapat 4 rumah sakit dengan klasifikasi sangat kurang. Hal ini dikarenakan sebagaian besar rumah sakit tidak memiliki unit yang bertugas melakukan pengelolaan lingkungan dalam srtuktur organisasi rumah sakit dan tidak adanya sumber daya manusia yang telah terlatih dalam pengolahan limbah cair. Sumber daya manusia memiliki kaitan erat dengan metode pekerjaan dan prasarana teknis yang dilakukan. Menurut Kuhre (1996) diperlukan pengalaman teknis, ukuran organisasi, banyaknya pekerjaan yang diperlukan dan adanya kewenangan untuk memastikan implementasi dari sistem pengelolaan lingkungan, juga diperlukan memperoleh dukungan penuh dari pimpinan organisasi agar dapat menjamin dilaksanakannya kebijakan pengelolaan lingkungan. Berdasarkan penggolongan skala likert dari variabel sumber daya manusia dalam pengolahan limbah cair dari 19 rumah sakit di Kota Denpasar, tidak adanya rumah sakit dengan klasifikasi sangat baik, terdapat 3 rumah sakit dengan klasifikasi baik, terdapat 10 rumah sakit dengan klasifikasi sedang, terdapat 3 rumah sakit dengan klasifikasi kurang dan terdapat 3 rumah sakit dengan klasifikasi sangat kurang. Pembiayaan merupakan sarana yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini berkaitan dengan pembiayaan pemeliharaan sarana pengelolaan limbah cair,

76 pelaksanaan periode pemantauan, pelaporan serta pemenuhan izin- izin yang berkaitan dengan lingkungan (Srinivasan, 2008). Capaian kinerja pengelolaan limbah cair dari 19 rumah sakit di Kota Denpasar, dimana 1 rumah sakit dengan penggolongan kinerja pengelolaan limbah cair rumah sakitnya baik, 13 rumah sakit dengan penggolongan kinerja pengelolaan limbah cair rumah sakitnya sedang dan 5 rumah sakit dengan penggolongan capaian kinerja pengelolaan limbah cair rumah sakitnya kurang. Kinerja dari rumah sakit di Kota Denpasar dalam melakukan pengelolaan lingkungan khususnya dalam pengelolaan limbah cairnya masih belum sesuai dengan perundang-undang dan/atau pedoman teknis yang berlaku. Rendahnya capaian kinerja pengelolaan limbah cair rumah sakit dikarenakan 3 rumah sakit tidak memiliki IPAL, adanya 7 rumah sakit memiliki IPAL tetapi IPAL tersebut tidak mengolah seluruh limbah yang dihasilkan, kualitas limbah cair rumah sakit seluruhnya tidak memenuhi baku mutu, tidak kontinyu melakukan pemantauan kualitas limbah cair, pencatatan debit dan pelaporan, tidak memiliki kebijakan dan SOP yang lengkap; tidak memiliki izin pembuangan limbah cair IPLC; tidak memiliki struktur organisasi yang khusus dalam melakukan pengelolaan lingkungan; jumlah dan kualitas SDM yang tidak memadai; tidak adanya anggaran khusus untuk operasional dan pemeliharaan IPAL. Variabel yang diteliti tersebut harus dijaga atau dicapai untuk menjamin kelangsungan mutu dan standar pengelolaan lingkungan, memaksa pihak manajemen untuk lebih efektif. Kebijakan pengelolaan lingkungan yang

77 menyeluruh menyangkut pekerja dalam organisai harus disiapkan. Organisasi harus menunjukkan bahwa perlindungan lingkungan adalah prioritas utama organisasi, dengan menerapkan sistem pengelolaan lingkungan yang didesain untuk meminimaliasi dampak terhadap lingkungan (Kuhre, 1996). Menurut Magda (2009), berbagai manfaat yang bisa didapat apabila menerapkan sistem manajemen lingkungan rumah sakit adalah yang terpenting perlindungan terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Spesifikasi manajemen rumah sakit akan memberikan garis besar pengelolaan lingkungan yang didesain untuk semua aspek, yaitu operasional, produk, dan jasa dari rumah sakit.