Pengaruh Penggunaan Mulsa Plastik Terhadap Kelimpahan Serangga Myzus persicae pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Cabai merupakan tanaman yang rentan terhadap hama seperti hama thrips

Pengaruh Penggunaan Jaring Berwarna Terhadap Kelimpahan Serangga Aphis gossypii pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

Pengaruh Penggunaan Mulsa Plastik terhadap Hasil Tanaman Cabai Rawit (capsicum frutescens l.) di Luar musim di Desa Kerta

Pengaruh Dry Heat Treatment dengan Penundaan Waktu Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

INFLUNANCE OF INTER CROPPING BEPPER, TOMATO AND SILVER BLACK PLASTIC MULCH TO THE DEVELOPMENT OF VIRUS VECTOR, VIRUS ATTACK, AND PEPPER YIELD

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Jurnal Agrikultura Volume 19, Nomor 3, Tahun 2008 ISSN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

LAPORAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI. EFEKTIVITAS PERLAKUAN DRY HEAT DAN UMUR BIBIT TERHADAP HASIL TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Bhaskara di PT Petrokimia Gresik

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Gambar 2 Mikroskop video Nikon SMZ-10A (a), dan Alat perekam Sony BLV ED100 VHS (b)

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

Agro inovasi. Kiat Sukses Berinovasi Cabai

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

Turnip BP. Desita Salbiah, Agus Sutikno, Boby Pamrianus Turnip Fakultas Pertanian Universitas Riau ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman yang. termasuk dalam family Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan),

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN CABAI RAWIT (CAPSICUM FRUTESCENS L.) DENGAN MULSA PLASTIK HITAM DAN PERAK. Udayana

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE

J. Agric. Sci. and Biotechnol. ISSN: Vol. 4, No. 1, Juli 2015

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

Budidaya Cabai. Potensi hasil 9 ton/ha. Warna buah merah Panjang buah 10 cm Cocok untuk dataran rendah Toleran terhadap hama pengisap daun

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

RESPONS HASIL CABAI BESAR

STUDY OF THE USE PLASTIC MULCH AND THREE GENERATIONS OF DIF- FERENT SEED TUBER IN COMMODITY OF POTATOES (Solanum tuberosum L.

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

Volume 11 Nomor 2 September 2014

RESPON BEBERAPA JENIS MULSA TERHADAP BEBERAPA VARIETAS CABAI (Capsicum annum L.)

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2017 di Lahan

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

PENGARUH PENGGUNAAN BEBERAPA MULSA PLASTIK

TATA CARA PENELITIAN

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN APLIKASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABAI KERITING ( Capsicum annuum L.)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

EVALUASI DAYA HASIL EMPAT HIBRIDA CABAI

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian,

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BIOPESTISIDA TERHADAP DAYA KENDALI SERANGAN HAMA KUTU PADA TANAMAN CABE RAWIT OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

Respons Pertumbuhan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Aplikasi Mulsa dan Perbedaan Jarak Tanam

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang dijelaskan Sudaryanto dan Swastika (2007), bahwa

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS CABAI RAWIT (Capsicum frustescens L.

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli - November 2016 di Desa Dresi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

METODE PELAKSANAAN. Percobaan ini dilaksanakan di lahan kering BPTP Sumatera Barat kebun

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

PERTUMBUHAN TANAMAN CABE RAWIT

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI RAWIT DI TANAH GAMBUT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor

Transkripsi:

Pengaruh Penggunaan Mulsa Plastik Terhadap Kelimpahan Serangga Myzus persicae pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) KADEK DWI UTAMA 1 I GUSTI NGURAH BAGUS 1 I KETUT SIADI 1 I DEWA NYOMAN NYANA 1*) GEDE SUASTIKA 2 1 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80362 Bali 2 IPB-Institut Pertanian Bogor *) Email: dewanyana@yahoo.com ABSTRACT Effect of Plastic Mulch to Myzus persicae Insect Abundance in Plant Cayenne Pepper (Capsicum frutescens L.) Cayenne Pepper is one of the important vegetables grown commercially in the tropics and occupy the most extensive acreage among other vegetables in Indonesian. There are five species are commonly cultivated chili Capsicum annuum (red pepper), C. frutescens L (cayenne pepper), and C. chinensis, C. bacctum, C. pubescens (chili gendot). However, the economic potential is a type of chili C. annuum and C. frutescens L. The purpose of this study was to know the effect of the use of plastic mulch on insect abundance Myzus persicae on crops and cayenne pepper. There are three treatments being tested are planting chili using black plastic mulch (MH), a silver plastic mulch (MP) and planting without mulch or control (K). The results showed that the use of black plastic mulch and silver plastic mulch can not prevent aphids and whitefly in chilli crop, however the presence of black plastic mulch and silver plastic mulch can reduce both the insect population. Key words : Cayenne Pepper, Myzus persicae, plastic mulch 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Cabai merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara komersil di daerah tropis dan menduduki areal paling luas di antara jenis sayuran lain di Indonesia. Menurut Nawangsih dkk. (1999) terdapat lima spesies cabai yang umum dibudidayakan yaitu Capsicum annuum (cabai merah), C. frutescens L. (cabai rawit), dan C. chinensis, C. bacctum, C. pubescens (cabai gendot). Namun yang memiliki potensi ekonomis adalah jenis cabai C. annuum dan C. frutescens L. Produksi cabai di Bali dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami fluktuasi. Produksi cabai pada tahun 2006 mencapai 12.799 ton, tahun 2007 mencapai 74 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

14.677 ton, tahun 2008 mencapai 14.713 ton, tahun 2009 mencapai 14.506 ton, dan pada tahun 2010 mencapai 11.826 ton. Rataan produksi cabai nasional baru mencapai 4.35 ton/ha (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010), sementara potensi produksi cabai dapat mencapai lebih dari 10 ton/ha. Salah satu kendala dalam produksi cabai di Indonesia adalah rendahnya hasil panen. Hal ini disebabkan oleh serangga hama dan penyakit selama proses produksi di lapangan. Menurut Heddy dan Kurniati (1996), kepadatan populasi merupakan besarnya populasi dalam hubungannya dengan beberapa satuan ruang, umumnya dinyatakan sebagai jumlah individu atau biomasa populasi persatuan areal. Populasi serangga hama di alam tidak konstan, kadang waktu tinggi dan waktu lain rendah populasinya. Tinggi rendahnya populasi serangga hama tergantung kepada faktor lingkungan setempat. Secara umum populasi dapat dianggap sebagai suatu kelompok organisme yang terdiri atas individu-individu yang tergolong dalam satu jenis atau satu varietas yang terdapat pada satu tempat (Odum, 1993). Mizus persicae adalah salah satu hama penting pada tanaman cabai rawit. Serangga tersebut berkembang biak dengan 2 cara, yaitu dengan perkawinan biasa dan tanpa perkawinan atau telur-telurnya dapat berkembang menjadi anak tanpa pembuahan (partenogenesis). Daur hidup hama ini berkisar antara 7-10 hari. Hama ini menyerang tanaman cabai dengan cara mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga ataupun bagian tanaman lainnya. Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabai menurun. Spesies-spesies kutu daun termasuk Myzus persicae yang sudah diteliti ternyata hampir semuanya menghindari pantulan cahaya perak (Blackman dan Eastop, 2000). Mulsa plastik yang berwarna perak bersifat repellent (menolak) terhadap kutu daun, memiliki kemampuan memantulkan sekitar 33 persen cahaya matahari yang menerpa permukaannya (Fahrurrozi dan Stewart, 1994). Selain itu juga penggunaan mulsa plastik perak telah dilaporkan secara konsisten efektif menekan pertumbuhan gulma (Fahrurrozi dan Stewart, 1994). Mulsa plastik yang berwarna perak merupakan salah satu komponen yang dapat digunakan untuk pengendalian penyakit pada tanaman cabai melalui pengendalian vektor, mengendalikan beberapa patogen yang ditularkan melalui tanah dan rumputrumputan, meningkatkan kualitas dan hasil panen, serta direkomendasikan sebagai salah satu komponen dalam pengelolaan hama terpadu (Phoebe et al., 2002 dan Zanic et al., 2009). 1.2 Rumusan Masalah Permasaahan yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah pengaruh penggunaan mulsa plastik terhadap kelimpahan serangga Myzus persicae pada tanaman cabai rawit? http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 75

1.3 Tujuan Penelitian bertujuan untuk mengatahui pengaruh penggunaan mulsa plastik terhadap kelimpahan serangga Myzus persicae pada tanaman cabai rawit. 1.4 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah mulsa plastik memiliki pengaruh terhadap kelimpahan serangga Myzus persicae terhadap tanaman cabai rawit. 2. Metode Penelitian 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Marga Tengah, Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar. Pada ketinggian tempat 700 meter di atas permukaan laut. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai sejak bulan Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014. 2.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah: benih cabai lokal, pupuk kandang serta pupuk NPK. Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah : talam, cawan petri, kertas merang, pinset, mulsa plastik hitam, mulsa plastik perak, lup (kaca pembesar), handcounter, ember, cangkul, sabit. 2.3 Pelaksanaan Penelitian Proses pembibitan cabai diawali dengan merendam biji cabai dalam air selama 12 jam. Selanjutnya benih cabai dikecambahkan di dalam piring petri yang telah dilapisi kertas merang lembab selama 6 hari. Setelah berkecambah benih disemai ke dalam kotak pembibitan yang telah diisi media campuran tanah dan pupuk kandang, diletakkan pada rumah kaca selama 12-14 hari dan dipelihara secara intensif. Kemudian dilakukan pengepalan bibit dengan media campuran tanah dan pupuk kandang. Bibit dalam media kepalan dipelihara selama satu minggu di dalam rumah kaca. Persiapan lahan dilakukan dengan pembersihan gulma yang ada disekitar lahan. Lahan diolah sebagaimana mestinya dan dibuat guludan dengan panjang 3,75 m dan lebar 1 m. Setiap lubang tanam diisi dengan pupuk kandang dengan dosis 1 kg dan pupuk NPK sebanyak 20 g per lubang sebagai pupuk dasar. Untuk perlakuan mulsa, guludan ditutup dengan mulsa plastik hitam, mulsa plastik perak dan satu guludan tanpa mulsa serta dibuatkan lubang berdiameter 10 cm dengan jarak 50 cm x 75 cm sesuai dengan jarak tanam umum yang dipergunakan oleh petani setempat. Tata letak petak penelitian diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi kaidah rancangan acak kelompok (RAK). 76 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

Bibit cabai ditanam pada lubang-lubang yang sudah ditentukan sesuai dengan jarak tanamnya, dan dilakukan pemeliharaan tanaman yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan dilakukan setelah umur tanaman mencapai satu bulan dengan menggunakan pupuk NPK dengan dosis 20 gr tiap tanaman, selanjutnya pemberian pupuk dilakukan setiap satu bulan sekali. Pengamatan mulai dilakukan dua minggu setelah tanam, pengamatan selanjutnya dilakukan satu minggu sekali, sampai tanaman berproduksi (sampai panen pertama). Peubah yang diamati adalah jumlah serangga Myzus persicae pada setiap tanaman pada setiap petak perlakuan. Serangga yang ditemukan dihitung jumlahnya pada setiap tanaman pada setiap petak perlakuan dengan menggunakan handcounter. 2.4 Analisis Data Data hasil pengamatan yang diperoleh ditabulasikan sehingga diperoleh nilai rata-rata dan dibuat grafik rata-rata seluruh pengamatan. Selanjutnya dilakukan analisis sidik ragam sesuai dengan rancangan yang digunakan. Apabila perlakuan menunjukkan perbedaan nyata, maka dilanjutkan dengan uji nilai rata-rata dengan uji Duncan s taraf 5 %. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Kelimpahan Serangga M. persicae pada Pertanaman Cabai di Desa Kerta Hasil penelitian di lapangan menunjukkan ciri-ciri M. persicae yaitu kutu daun yang berwarna kuning kehijauan atau kemerahan. Baik kutu muda (nimfa atau aptera) maupun dewasa (Imago atau alatae) mempunyai antena yang relatif panjang, kira-kira sepanjang tubuhnya. Panjang tubuh ± 2 mm, tubuh lunak seperti buah pir (Tarumingkeng, 2001). Gambar 1. Imago M. persicae (Pembesaran 100 x) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 77

Rata-rata kelimpahan (ekor/tanaman) E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 4, No. 1, Januari 2015 Hasi penelitian menunjukkan bahwa keberadaan serangga M. persicae pada pertanaman cabai mengalami fluktuasi selama pengamatan berlangsung. Gambar 1. menunjukkan pada fase awal pertumbuhan cabai rawit, keberadaan M. persicae sangat sedikit, namun, semakin bertambahnya umur tanaman, keberadaan M. persicae makin meningkat dan mencapai puncaknya pada saat tanaman berumur 8 minggu setelah tanam (pengamatan ke-7). Selanjutnya, keberadaan M. persicae tersebut akan menurun kembali dan terendah populasinya pada saat umur tanaman berusia 15 minggu setelah tanam (pengamatan ke-14). 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 Kontrol Mulsa hitam Mulsa Perak 0.00 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Pengamatan (Mst) Gambar 2. Rata-rata Kelimpahan Myzus persicae pada Tiap Pengamatan Kelimpahan M. persicae dari pengamatan 2 sampai ke 6 terus mengalami peningkatan, persentase peningkatan kelimpahan M. persicae tertinggi terjadi dari pengamatan 6 kepengamatan 7 yaitu sebesar 34,9 % dan persentase kelimpahan M. persicae semakin menurun pada pengamatan 13 kepengamatan 14 yaitu sebesar 100 %. Berdasarkan hasil uji statistik pada pengamatan 2, pengamatan 7 dan pengamatan 14 menunjukkan bahwa rata-rata kelimpahan M. persicae pada perlakuan mulsa perak berbeda nyata dengan perlakuan mulsa hitam dan kontrol berdasarkan uji Duncan taraf 5%. Berdasarkan tabel 3.1 rata-rata kelimpahan M. persicae pada pengamatan 2, dimana kelimpahan terendah terdapat pada perlakuan mulsa perak (2,68 ekor) yang diikuti dengan perlakuan mulsa hitam (5,02 ekor) dan kontrol (6,10 ekor). Pada pengamatan ke 7 dimana kelimpahan M. persicae mencapai kelimpahan tertinggi, dimana perlakuan mulsa perak memiliki rata-rata kelimpahan M. persicae yang terendah yaitu (9,56 ekor) yang diikuti oleh perlakuan mulsa hitam (14,66 ekor) dan tertinggi pada perlakuan kontrol (19,50 ekor). Hasil yang sama pada pengamatan terakhir yaitu pada pengamatan 14, rata-rata kelimpahan M. persicae pada perlakuan mulsa perak memiliki rata-rata kelimpahan M. persicae terendah yaitu (2,13 ekor) diikuti dengan perlakuan mulsa hitam (4,23 ekor) dan rata-rata kelimpahan M. persicae tertinggi pada perlakuan kontrol (6,07 ekor) 78 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

Perlakuan Tabel 1. Analisis Rata-rata Kelimpahan M. persicae Kelimpahan M. persicae (ekor) Pengamatan II VII XIV Kontrol 6,10 a 19,50 a 6,07 a Mulsa plastik hitam 5,02 b 14,66 b 4,23 b Mulsa plastik perak 2,68 c 9,56 c 2,13 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama, menunjukkan perbedaaan tidak nyata pada uji Duncant taraf 5 %. Terjadinya peningkatan kelimpahan M. persicae dari awal pengamatan sampai tertinggi pada pengamatan ke 7 disebabkan karena tanaman memasuki puncak masa vegetatif dimana pada fase ini juga tersedia daun muda secara terus menerus sehingga membuat M. persicae tertarik untuk mendatanginya. Hal ini terjadi karena pada daun muda berkaitan erat dengan adanya ketersediaan makanan yang mendukung bagi perkembangan M. persicae, dimana M. persicae mendapat nutrisi dari cairan sel daun cabai rawit. Selain itu perkembangan M. persicae dapat tumbuh secara optimal pada saat tanaman bertunas (Ditlin, 2008). Kelimpahan M. persicae akan semakin menurun seiring dengan pertumbuhan tanaman yang semakin tua atau memasuki masa generatif, dimana tanaman yang sudah tua akan mengalami pendewasaan jaringan dan jumlah cairan tanaman sedikit sehingga tidak disukai M. persicae. Kelimpahan M. persicae pada tanaman cabai rawit erat kaitannya dengan aktivitas metabolisme tumbuhan (Kennedy & Stroyan, 1959; Dixon, 1987) dan kuantitas serta kualitas nutrisi di bagian tumbuhan itu (Awmack & Leather, 2002), karena jika dalam perkembangannya M. persicae mengalami gangguan dan makanan tidak cukup tersedia maka kelimpahannya akan berkurang. Rendahnya kelimpahan M. persicae pada setiap pengamatan, dalam perlakuan mulsa plastik perak disebabkan karena hampir semua spesies kutu daun menghindari pantulan cahaya perak (Blackman dan Eastop, 2000). Sifat repellent dari cahaya perak ini memberi peluang untuk menggunakan mulsa plastik perak sebagai pemantul cahaya yang bersifat repellent terhadap Kutu daun (Fahrurrozi et al., 2001). 4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Penggunaan mulsa plastik perak lebih baik digunakan dalam mengendalikan populasi M. persicae dibandingkan dengan mulsa plastik hitam. 4.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, penggunaan mulsa plastik perak dapat dijadikan alternatif dalam pengendalian M. persicae pada tanaman cabai rawit. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 79

Daftar Pustaka Awmack C.S. & S.R. Leather (2002) Host plant quality and fecun-dity in herbivorous insects. Annual Review of Entomology 47: 817 844 Blackman R.L., V.F. Eastop. 2000. Aphids on the World s Crop. An identification and Information Guide 2nd eds. New York : John Wiley and Sons. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2010. Statistik Hortikultura Tahun 2010. Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, Jakarta.125p. Ditlin. 2008. Kutu Daun (Myzus persicae). http://ditlin.hortikultura.go. Diakses tanggal 4 Juni 2014. Dixon, 1987. The way of life aphids : host speci-ficity, speciation and distribution. In Minks, A.K. dan P, Harrewijn, (Eds). Aphids : Their Biology, Natural Enemies and Control. Vol. 2A. Elsevier, Amsterdam. P. 197-207. Fahrurrozi, K.A. Stewart, S. Jenni. 2001. The early gowth of muskmelon in mulched mini-tunnel containing a thermal-water tube.i. The carbon dioxide Heddy, S. S., & Kurniati. 1996. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi Suatu Bhasan Tentang Kaidah Ekologi dan Penerapannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kennedy, J. S., and H. L. G. Stroyan. 1959. Biology of aphids. Ann. Rev. Entomol. 4: 139-160. Nawangsih, A. A., H. Purwanto dan W. Agung. 1999. Budidaya Cabai Hot Beauty. Cetakan kedelapan. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 1-14. Odum, Eugene P.1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Penebar Swadaya. Persada Jakarta. Phoebe. R., A. Wangar, I. Tabu, J. Ombiri, and R. Ramkat. 2002. Effects of Mulch and Stage of Inoculation on Incidence and Severity of Tomato Spotted Wilt Virus (TSWV) Disease on Different Varieties of Cucumber (Cucumis sativusl.). J. Molecular Biol. 290.1-20. Tarumingkeng, R. C. (2001). Termite Biology and Behavior, Revised edition, Bogor: Center Study of Biological Sciences, Bogor University of Agriculture,(inIndonesian). Tentang Kaidah Ekologi dan Penerapannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Zanic, K.,D. Ban, S.G.Ban, T.G. Culjak and G. Dumic. 2009. Respon of alate aphid species to mulch colour in water melon. Journal of food Agricurltural and Environment, 7(3&4) : 496-502. 80 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat