BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli 2011 sampai dengan Oktober 2011 di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Cangkul untuk mencampur tanah dan pupuk serta untuk mempermudah pengambilan tanah dari tumpukan tanah. 2. Meteran untuk mengukur tinggi tanaman. 3. Timbangan digital untuk menimbang jumlah pupuk/dosis pupuk yang harus diberikan. 4. Sendok tembok atau sekop tangan untuk memasukan media ke dalam polybag. 5. Patok untuk menandai tanaman yang diberi perlakuan. 6. Pisau untuk keperluan memotong dan melubangi polybag. 7. Gunting untuk memotong kemasan pupuk dan untuk keperluan lain. 8. Baki untuk penyemaian benih. 9. Ember untuk mencampur formula bokashi. 10. Karung atau terpal plastik untuk pembuatan bokashi. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Benih cabai merah besar varietas hot beauty yang telah disertifikasi dan biasa digunakan petani. 2. Furadan untuk menjaga benih agar tidak terserang serangga. 3. Kelthane 0,1 0,2% untuk memberantas lalat buah (Dacus ferrugineus). 24 FTIP001648/039
25 4. Dithane M-45 atau Anthracol 0,2% untuk memberantas penyakit busuk daun atau busuk buah. 5. Pupuk anorganik (Urea, TSP, KCl) 1:1:1 sebanyak 30 gram per tanaman, dengan selang waktu pemberian 30 hari. 6. Limbah batu bara fly ash. 7. Bahan-bahan untuk pembuatan bokashi: tetes atau gula pasir 10 sendok makan; dedak 10 kg; EM-4 20 ml, sekam 50 kg; dan air secukupnya (Andoko, 2005). 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Dalam penelitian ini dicobakan tujuh perlakuan dosis dan jenis pupuk dengan tujuh kali ulangan. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Perlakuan yang diberikan terdiri dari tujuh buah dengan lima kali ulangan, yaitu: P1 = kontrol P2 = fly ash 10 ton/ha = 125,6 gram/polybag P3 = fly ash 15 ton/ha = 188,4 gram/polybag P4 = fly ash 20 ton/ha = 251,2 gram/polybag P5 = bokashi fly ash 10 ton/ha = 125,6 gram/polybag P6 = bokashi fly ash 15 ton/ha = 188,4 gram/polybag P7 = bokashi fly ash 20 ton/ha = 251,2 gram/polybag Model untuk RAK menurut Sastrosupadi (2000) adalah sebagai berikut: Yij = µ + Ti + Bj + Єij ; i = 1,2,... t j = 1,2,... r dimana: Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. µ = nilai tengah umum. FTIP001648/040
26 Ti = pengaruh perlakuan ke-i Bj = pengaruh blok ke-j Єij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. Menurut Sastrosupadi (2000) asumsi yang digunakan agar dapat dilakukan pengujian secara statistik adalah: a. µ dan Ti bernilai tetap. b. µ, Ti dan Єij saling aditif. c. Єij N (0, σ2) artinya Єij menyebar secara normal dengan nilai tengah = 0 dan ragam sebesar σ2. d. Єij bebas satu sama lain. Dimana model tersebut sesuai dengan ANOVA dari RAK, yaitu: SK db JK KT Fhitung Perlakuan n 1 JKP JK P/(n -1) KTP/KTG Ulangan r 1 JKU JK B/(r-1) KTB/KTG Galat (n -1) (r -1) JKT-JKP-JKU JK G/(n-1)(r-1) Total rn - 1 F5% F1% X FK JKP = r (P X) = JKU = n (B X) = JKT = X X = P G rn X G rn r B G n rn FTIP001648/041
27 Dimana hipotesis yang diuji adalah: H0 : T1 = T2 = T3 =... = Ti = 0 H1 : Paling sedikit ada sepasang Ti yang tidak sama, atau H0 : µ 1 = µ 2 = µ 3 =... = µ i = 0 H1 : Paling sedikit ada sepasang µ i yang tidak sama atau µ i µi. Penerimaan terhadap hipotesis tersebut ditentukan berdasarkan kriterium uji sebagai berikut: F Jika: = dibandingkan dengan Ftabel. F0,05 < Fhitung < F0,01, maka H1 diterima pada taraf nyata 5% Fhitung > F0,01, maka H1 diterima pada taraf nyata 1% Fhitung < F0,05, maka H0 diterima. Apabila Fhitung nyata atau sangat nyata, maka dicari nilai pembanding untuk menentukan perbedaan sepasang nilai tengah, yaitu Uji Jarak Duncan (UJD) (Sastrosupadi, 2000). Dimana: UJD = R ( ; ) x S ulangan s KT Galat = ulangan ulangan p = banyaknya perlakuan R = tergantung dari banyaknya perlakuan yang dibandingkan FTIP001648/042
28 3.4 Pelaksanaan Penelitian Diagram skematik pelaksanaan penelitian. Penyiapan Lahan Penyiapan bibit, pupuk kandang untuk campuran media semai, fly ash, Bokashi fly ash, tanah dan polybag. Pembuatan bokashi fly ash dan analisis fly ash dan bokashi fly ash. Pencampuran media tanam sesuai dengan perlakuan. Penempatan media tanam dalam polybag Penataan polybag sesuai dengan tata letak Pemberian pupuk dan penyiangan Pengamatan penunjang: - Suhu dan kembaban udara - Jumlah pemberian air Pemeliharaan Panen Pengamatan utama: - Tinggi tanaman per minggu Pengamatan utama: - Berat biomassa - Berat hasil buah - Jumlah buah per tanaman - Rata-rata berat per buah - Kadar air buah - Kandungan logam berat Pb pada buah Gambar 3.1 Skema pelaksanaan penelitian. FTIP001648/043
29 3.4.1 Pelaksanaan proses pembibitan Pelaksanaan proses pembibitan terdiri dari dua tahap, yaitu penyiapan benih untuk penanaman bibit dan penyiapan media tanam untuk pembibitan. Penyiapan benih untuk pembibitan dilakukan dengan cara: 1. Perendaman benih dalam air hangat suam-suam kuku selama 15 menit. 2. Memeram benih dalam gulungan kain basah selama 24 jam. Setelah itu dilanjutkan dengan penyiapan media tanam untuk pembibitan, yang dilakukan dengan tahapan: 1. Pembersihan baki dan memberi lubang pada baki dengan jarak antar lubang 2,5 cm. 2. Penyiapan media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. 3. Mencampur media tanam di atas baki hingga semua bagian baki terisi tanah secara merata. 4. Menyiram media tanam hingga jenuh. 5. Membuat lajur di atas media tanam dengan menggunakan kayu dengan jarak antar lajur 2,5 cm. 6. Benih yang telah diperam disebar di antara lajur yang telah dibuat. 3.4.2 Pembuatan bokashi fly ash Pembuatan bokashi fly ash dilakukan dengan cara: 1. Menyiapkan Bahan-bahan untuk pembuatan bokashi yang terdiri dari; 8 kg Fly ash batu bara, 4 kg jerami yang dirajang hingga ukuran ±5 cm, 4 kg sekam, 2 kg dedak, EM-4, 100 gram gula pasir dan air secukupnya. 2. Melarutkan 80 ml EM-4 dan 8 sendok gula ke dalam 8 liter air. 3. Mencampur secara merata 8 kg fly ash batu bara, 4 kg sekam padi, 4 kg jerami dan 2 kg dedak. 4. Menyiramkan larutan EM-4 secara perlahan ke dalam adonan secara merata. FTIP001648/044
30 5. Bila adonan dikepalkan dengan tangan, air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan susah pecah (mekar). 6. Adonan ditumpuk dan dipadatkan diatas ubin yang kering dengan ketinggian 15-30 cm, kemudian tutup dengan karung goni selama 4-7 hari. 7. Menjaga suhu gundukan adonan maksimal 500C, bila suhunya lebih dari 500C, suhu diturunkan dengan cara membolak-balik adonan. Adonan kemudian ditutup kembali dengan karung goni. 8. Setelah 4-7 hari bokashi telah terfermentasi dan siap untuk digunakan. 3.4.3 Penanaman cabai di dalam polybag Setelah dilakukan penyemaian, maka benih dipindahkan ke media tanam dalam polybag setelah berusia 1 1,5 bulan. Penyiapan media tanam setelah penyemaian dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Penyiapan polybag dengan diameter 40 cm dan tinggi 50 cm. 2. Menghitung dosis fly ash dan bokashi fly ash. Kebutuhan fly ash (P2) dan bokashi fly ash (P5) sebesar 10 ton/ha. 1 ton = 1.000 kg dan 1 ha = 10.000 m2, maka 10 ton/ha = 10.000 kg/10.000 m2 = 1 kg/m2. Kebutuhan fly ash (P3) dan bokashi fly ash (P6) sebesar 15 ton/ha = 15.000 kg/10.000 m2 = 1,5 kg/m2. Kebutuhan fly ash (P4) dan bokashi fly ash (P7) sebesar 20 ton/ha = 20.000 kg/10.000 m2 = 2 kg/m2. Tanaman cabai merah menggunakan polybag dengan diameter 40 cm (0,4 m), maka luas polybag adalah A = πr = π0,2 = 0,1256 m. Dengan demikian dosis yang diberikan adalah: P1 = kontrol P2 = fly ash 10 ton/ha = 125,6 gram/polybag P3 = fly ash 15 ton/ha = 188,4 gram/polybag P4 = fly ash 20 ton/ha = 251,2 gram/polybag P5 = bokashi fly ash 10 ton/ha = 125,6 gram/polybag FTIP001648/045
31 P6 = bokashi fly ash 15 ton/ha = 188,4 gram/polybag P7 = bokashi fly ash 20 ton/ha = 251,2 gram/polybag Untuk mengetahui cara penghitungan kebutuhan pupuk, lihat lampiran 2. 3. Penyiapan media tanam berupa campuran tanah sebanyak 10 kg dengan berbagai dosis fly ash dan bokashi fly ash yang telah ditentukan. 4. Penyiraman media tanam hingga jenuh. 5. Media tanam yang telah jenuh air dibiarkan selama 24 jam, setelah itu bibit ditanam di dalam polybag. 3.4.4 Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi: 1. Pembersihan gulma yang hidup di media tanam setiap hari 2. Penyiraman tanaman 2 kali sehari yaitu pagi pukul 08.00 WIB dan sore pukul 15.00 WIB. 3. Memasang turus pada tanaman setelah berumur 4 minggu, berupa bilah bambu sepanjang 1 m. 4. Menyemprot pestisida dengan frekuensi 1 minggu sekali untuk mencegah berkembangnya hama dan penyakit tanaman. Jenis pestisida yang disemprotkan tergantung pada jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman. 3.4.5 Pemberian air Menurut Tjahjadi (1991) tanaman cabai pada awal pertumbuhannya memerlukan banyak air untuk pertumbuhan cabang, daun, bunga dan buah. Tanaman cabai tidak tahan terhadap genangan air, namun selain itu juga tidak tahan dengan kekurangan air. Untuk itu, jumlah pemberian air disesuaikan dengan jumlah kehilangan air. Pemberian air pada tanaman cabai merah besar dilakukan dengan cara menimbang selisih berat antara berat tanah hari pertama dan berat tanah hari ke dua, dan seterusnya dengan cara yang sama untuk hari-hari selanjutnya. FTIP001648/046
32 3.4.6 Pemberian pupuk Pemberian pupuk terdiri dari pemberian pupuk dasar dan pemberian pupuk lanjutan. Pupuk dasar diberikan bersamaan dengan penyampuran media tanam, sedangkan pupuk lanjutan diberikan setelah penanaman dengan selang waktu tertentu. 1. Pupuk dasar P1 = tanpa pupuk dasar = 0 gram/polybag P2 = fly ash 10 ton/ha = 125,6 gram/polybag P3 = fly ash 15 ton/ha = 188,4 gram/polybag P4 = fly ash 20 ton/ha = 251,2 gram/polybag P5 = bokashi fly ash 10 ton/ha = 125,6 gram/polybag P6 = bokashi fly ash 15 ton/ha = 188,4 gram/polybag P7 = bokashi fly ash 20 ton/ha = 251,2 gram/polybag 2. Pupuk lanjutan Menurut Tjahjadi (1991) pemberian pupuk lanjutan untuk tanaman cabai merah besar berupa pupuk anorganik (Urea, TSP, KCl) 1:1:1 sebanyak 30 gram per tanaman bersamaan dengan pencampuran media tanam, selanjutnya 30 gram untuk setiap 30 hari, 60 hari, 90 hari dan 120 hari atau hingga usia panen. 3.5 Pengumpulan Data Pengumpulan data terdiri dari pengamatan penunjang dan pengamatan utama, dengan jenis data berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapat dengan cara melakukan pengukuran dan pengamatan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder didapat dari data penelitian sebelumnya. 3.5.1 Pengamatan penunjang Pengamatan penunjang terdiri dari: 1) Pengukuran suhu dan kelembaban udara rumah kaca. FTIP001648/047
33 2) Sifat fisik dan kimia tanah yang dipakai yang didapat dari penelitian sebelumnya (data sekunder). 3) Pemberian air berupa data primer. Nilai crof coefficient (Kc) tanaman cabai dan data evapotranspirasi potensial (Eto) wilayah Jatinangor untuk mengetahui efektivitas pemberian air berupa data sekunder. 4) Karakteristik kimia fly ash dan bokashi fly ash. 5) Pertumbuhan gulma. 6) Hama dan penyakit yang menyerang tanaman. 3.5.2 Pengamatan utama Pengamatan utama terdiri dari tiga tahapan, yaitu pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman cabai, hasil buah tanaman cabai dan pengukuran kandungan logam berat pada tanaman cabai. 1. Parameter pertumbuhan tanaman cabai Parameter pertumbuhan tanaman cabai yang diamati meliputi: 1) Tinggi tanaman (cm) cabai yang diamati 7 hari setelah penanaman (setelah penyemaian) dengan interval pengamatan 1 kali/minggu. 2) Berat biomassa total (gram) setelah panen terakhir. 2. Parameter hasil buah tanaman cabai Parameter hasil buah tanaman cabai yang diamati adalah: 1) Berat buah cabai (kg) per tanaman. 2) Jumlah buah cabai (buah) per tanaman. 3) Rata-rata berat buah cabai. 4) Kandungan air buah cabai. 3. Parameter logam berat Parameter logam berat yang diamati adalah kandungan logam berat Pb di dalam buah (ppm) yang diukur dengan menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) dengan metode AAS-Flame dan AAS-GTA. FTIP001648/048