ANALISIS CUACA TERKAIT KEJADIAN BANJIR DAN GENANGAN AIR DI KECAMATAN TALAMAU, PASAMAN BARAT TANGGAL 26 NOVEMBER 2016 Eka Suci Puspita W. (1) Herlan Widayana (2) Stasiun Meteorologi Klas II Minangkabau padang I. DATA CURAH HUJAN Ditakar pada 27 Juni 2016 pada pukul 00.00 UTC Stasiun Curah Hujan (mm/24jam) Keterangan Stamet Minangkabau 14.5 Hujan Ringan Stamar Teluk Bayur 12 Hujan Ringan Stageof Padang Panjang 72.5 Hujan Lebat Staklim Sicincin 58 Hujan Lebat GAW 31.5 Hujan Sedang II. DAMPAK Informasi kejadian bencana di terima dari Posko PMI Kec. Talamau A. Hari/Tanggal : Sabtu (26/11/2016 ) Pukul : 17:20 wib. B. Jenis Bencana : Banjir C. Lokasi : Jorong Penteng dan Jorong Perhimpunan, Nagari Sinuruik, Kec.Talamau D. Dampak Bencana: rumah terendam : 15 unit, Masjid : 2 unit, Sawah 20ha
III. ANALISIS METEOROLOGI 1. Analisis MJO
Pada diagram fase MJO (sumber: www.bom.gov.au), posisi MJO sampai dengan tanggal 25 November 2016 berada di kuadran 3 wilayah Indian Ocean. Sehingga MJO mendukung terhadap meningkatnya pembentukan awan hujan di wilayah Sumatera Barat pada tanggal 26 November 2016. 2. Analisis SST Berdasarkan dari peta analisis Sea Surface Temperature (SST) tanggal 25 November 2016 (sumber: BMKG), dapat diketahui bahwa suhu permukaan laut wilayah perairan Samudera Hindia Bagian Barat Sumatera Barat cukup hangat berkisar 28-29. Dimana kondisi ini mendukung terjadinya penguapan di laut tersebut sehingga menambah kandungan uap air dan memicu terjadinya proses pertumbuhan awan awan konvektif di daerah tersebut.
Berdasarkan dari peta anomaly SST tanggal 25 November 2016 (sumber: BMKG), dapat diketahui bahwa anomaly SST di perairan Samudera Hindia Bagian Barat Sumatera Barat berkisar antara 0-1 C yang berarti kondisi tersebut lebih hangat dari pada rata-rata klimatologisnya. Hal ini mendukung adanya pertumbuhan awan di wilayah tersebut. 3. Analisis Pola Angin Berdasarkan streamline tanggal 26 November 2016 jam 00 dan 12 UTC (sumber: www.bom.gov.au), dapat dilihat terdapat daerah L (1007) di wilayah Samudera Hindia barat Sumatera Barat dan adanya Eddy di wilayah Selat Karimata yang menyebabkan adanya pumpunan massa udara di wilayah Sumatera Barat. Hal ini mendukung terjadinya pembentukan awan hujan. 4. Analisis Kelembaban Relatif Berdasarkan data kelembaban relative dari hasil pengamatan radiosonde dapat dilihat bahwa secara umum kondisi kelembabann di Sumatera Barat pada lapisan 850 mb, 700 mb dan lapisan umumnya bernilai 75-82%, nilai ini melebihi nilai ambang batas syarat terbentuknya awan cb yaitu lapisan 850 mb >80% dan 700 mb > 60%. RH lapisan 500 mb berkisar antara 50-60% dimana nilai ini melebihi ambang batas syarat terbentuknya CB yaitu >40%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi udara basah yang berpotensi terhadap pertumbuhan awan-awan hujan cukup besar di wilayah tersebut. 5. Analisis Udara Atas Kondisi udara atas ditinjau dari labilitas atmosfer lapisan atas, yakni dengan menggunakan data Radiosonde dari Stasiun Meteorologi Klas II Minangkabau Padang yang diolah dengan menggunakan software RAOB 5.5 untuk mendapatkan indeks-indeks labilitas.
TGL LI SI KI TT CAPE 25-Nov 12-3.1 1.5 33.5 41.1 1599 26-Nov 0 0.7 1.5 34.2 41.3-12 -3.5 0.3 34.2 44 713 Berdasarkan nilai indeks LI, SI, KI, TT kondisi atsmosfer di Sumatera Barat berpeluang sedang terjadinya TS. hal ini menandakan kondisi atmosfer lalbil dan mendukung terjadinya pembentukan awan. Berdasarkan nilai CAPE yaitu 1599 ini termasuk dalam kategori energi terjaidnya konvektif adalah besar. Sehingga mendukung terbentuknya awan di wilayah Sumatera Barat. Berdasarkan data PPBB dan dianalisa menggunakan hodograph dapat dilihat bahwa massa udara di dominasi oleh adevksi udara dingin sehingga mendukung terjadinya pertumbuhan awan hujan. Data PPBB Tanggal 26 November 2016 Pukul 00.00 UTC No Lapisan dddff Keterangan Adveksi 1 Surface 06002 2 1000 32506 Backing Warm 3 2000 35506 Veering Cold 4 4000 32504 Backing Warm 5 11000 26014 Backing Warm 6 14000 26016 Veering Cold 7 17000 26016 Veering Cold 8 19000 28013 Veering Cold 9 23000 24511 Backing Warm 10 24000 27017 Veering Cold 6. Analisis Citra Radar Berdasarkan data radar CMAX pada pukul 06.46 UTC terdapat beberapa sel awan konvektif yang tumbuh di sekitar daerah Kec. Talamau Pasaman Barat, selanjutnya dari citra radar pukul 07.46 UTC sel-sel awan konvektif bergabung dan menjadi lebih besar. Kemudian pada citra radar pukul 08.46 UTC sel konvektif mulai melemah dan pecah, selanjutnya pada citra radar pukul 09.46 dan 10.46 UTC perawanan stratiform dari Samudera Hindia bergerak ke daratan dan bergabung dengan perawanan yang telah ada. Hal ini menunjukan bahwa hujan terjadi di wilayah Pasaman Barat dari pukul 06.46 UTC dan berlanjut hingga 10.46 UTC dengan intesitas sedang-lebat yang menyebabkan terjadinya banjir di wilayah Pasaman Barat.
Berdasarkan citra radar produk PPI Velocity pada pukul 06.46, 07.46, 08.46, dan 09.46 UTC terdapat pola rotasi berlawanan jarum jam (siklonik) yang mengindikasikan keberadaan awan konvektif yang cukup kuat, dan berpotensi menghasilkan hujan dengan intensitas sedang-lebat.
Berdasarkan citra radar VCUT diatas dapat dilihat bahwa secara umum ketinggian sel awan mencapai lebih dari 8 km. Pada pukul 06.46 UTC terdapat refelktifitas 50 dbz di ketinggian 2 km. Dapat dikatakan bahwa sel ini adalah Cumulonimbus. Awan bertahan di wilayah Pasaman Barat hingga pukul 10.46 UTC sehingga menyebabkan hujan dengan durasi lama di wilayah Pasaman Barat.
Berdasarkan citra radar PAC 24 jam dapat dilihat bahwa nilai PAC di wilayah Pasaman Barat bagian barat mencapai 50 mm. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hujan lebat di wilayah Pasaman Barat.
7. Analisis Citra Satelit Berdasarkan citra satelit dapat dianalisis bahwa terlihat pertumbuhan awan konvektif pada siang hari pukul 07.00 UTC di wilayah Pasaman Barat dan terus berkembang meluas ke wilayah Sumatera Barat hingga malam hari dan mulai punah pada pukul 17.00 UTC. Hal ini menyebabkan hujan merata di seluruh wilayah Sumatera Barat.
IV. KESIMPULAN Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa hujan yang terjadi di wilayah Pasaman Barat diakibatkan karena kondisi SST yang hangat dan anomali yang positif, MJO yang aktif di wilayah Indian Ocean, adanya daerah tekanan rendah dibarat Sumatera Barat dan adanya eddy di wilayah Selat Karimata yang menyebakan adanya pumpunan massa udara di wilayah Sumatera Barat. Hal ini juga didukung dengan RH yang basah hingga lapisan 500 mb dan kondisi atmosfer yang cukup labil. V. PROSPEK 2 HARI KEDEPAN Potensi Hujan sedang hingga lebat di seluruh Wilayah Sumatera Barat (27 November - 29 November 2016) NARASI: Terdapat sirkulasi siklonik di Samudera Hindia Barat Daya Sumatera (925/850 mb) yang membentuk pertemuan massa udara di sekitar perairan Mentawai.Kondisi tersebut dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah sekitarnya. POTENSI: Potensi hujan - hujan sedang hingga lebat diwilayah Mentawai meluas ke wilayah Pasaman Barat, Padang ( meluas ke Indarung, Sitinjau Laut, Kab Solok bag barat), Kota Pariaman, Padang Pariaman, Pesisir Selatan dan Tiku Pertumbuhan awan- awan hujan secara lokal berpotensi hujan - hujan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Maninjau (meluas ke Agam, Bukitinggi, Payakumbuh, Limapuluh Kota bagian barat, Pasaman), Padang Panjang (meluas ke Tanah Datar, Lembah Anai, Kayu Tanam, Sicincin), Singkarak (meluas ke Tanah Datar), Kab Solok (meluas ke Alahan Panjang, Solok Selatan), Sawahlunto, Kota Solok, Gunung Talamau (meluas ke Pasaman bag barat) Potensi hujan - hujan lebat di wilayah Riau bagian barat juga berpotensi meluas ke Sumatera Barat bagian Timur seperti Lima Puluh Kota ( Pangakalan ) dan Pasaman bagian timur Potensi hujan-hujan lebat di Jambi (seperti Kerinci, Muaro Bungo) berpotensi meluas ke wilayah Padang Aro, Sijunjung (meluas ke Sawahlunto/ Muaro Kalaban dan sekitarnya), Dharmasraya, Pesisir Selatan bagian selatan Angin kencang berpotensi terjadi di Mentawai, Pesisir pantai barat Sumatera Barat, Solok, Padang Panjang.
DAMPAK: Dari kondisi cuaca diatas secara meteorologis perlu diwaspadai genangan air,longsor dan banjir di wilayah pesisir pantai Sumatera Barat (seperti Padang Pariaman,Pasaman Barat,Padang,Pesisir Selatan ) dan Mentawai, Solok, Lima Puluh Kota, Agam,Maninjau,Solok Selatan VI. INFORMASI PERINGATAN DINI Padang, 27 November 2016 Mengetahui, Kasi Observasi dan Informasi