BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau

BAB I PENDAHULUAN. merambah, tidak saja di Kota Jakarta, tetapi kota-kota lain di luar. apakah pasar tradisional akan tetap eksis di era munculnya

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

BAB I PENDAHULUAN. (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, memberikan definisi pasar tradisional dan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Revitalisasi Pasar Tradisional, Jumlah Kunjungan, Pendapatan Pedagang, dan Pendapatan Pasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha ritel dapat kita pahami sebagai kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN BERBELANJA DI PASAR MODERN PLAJU

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel modern sendiri yang baru lahir (Utami, 2006:4).Meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Asosiasi Perusahaan Retail Indonesia (APRINDO), mengungkapkan bahwa pertumbuhan bisnis retail di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan adanya perusahaan-perusahaan yang mampu menawarkan produk

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek seperti: peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang

BAB I PENDAHULUAN. pembeli berinteraksi. Pasar juga menjadi salah satu tempat dimana. menjadi pasar tradisional dan pasar modern.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemenuhan kebutuhan pelanggan yang cukup besar. Hingga saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan di Pasar Modern Hypermart Binjai Super Mall

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Untuk hal itu, orang mencari tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, baik itu berupa kebutuhan material maupun non- material. Dengan adanya

PENGARUH GENDER DAN PENDIDIKAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN MENGENAI PELAYANAN HYPERMART SOLO GRAND MALL SKRIPSI. Disusun oleh: HAIKAL HABIB HUSAIN

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Permasalahan

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan PT Trans Retail Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai,

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kunci utama dalam memenangkan persaingan. harus mengkaji sikap konsumen terhadap produk yang dihasilkan dan

BAB I PENDAHULUAN. memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran. Dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar merupakan tempat bertemunya antara penjual dan pembeli.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peraturan Daerah No 2 tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta.

BAB I. Dengan adanya kemajuan dan perubahan tersebut secara tidak langsung. menuntut kita untuk dapat mengimbanginya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisnis modern maupun munculnya bisnis ritel modern yang baru seperti

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain,

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan

Oleh : M. Dian Azhari F BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah dengan mengembangkan tempat perbelanjaan. Pola

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan. Hal tersebut membuat masing-masing perusahaan berusaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

PENGARUH GENDER DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN MENGENAI PELAYANAN HYPERMART SOLO GRAND MALL

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengusaha baru yang masuk ke bisnis ritel, baik dalam skala kecil

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan dinamika perekonomian yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. mereka memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang ada dan berusaha untuk

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

KUESIONER Pertanyaan Untuk Pebelanja. Kelurahan :.. Kecamatan :.. Kota :.. DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan konsep pemasaran mutakhir, konsumen. menempati posisi sentral bagi perusahaan. Posisi sentral tersebut terbagi

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan pasar di Indonesia sekarang ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu pasar modern dan tradisional, dimana kedua pasar tersebut memilik keunggulan dan kelemahan masing-masing. Disisi lain masyarakat Indonesia memiliki selera belanja yang multimode, yang artinya dalam sesaat berbelanja ke pasar tradisional dan sesaat kemudian berbelanja di pasar modern. Utami (2010:8) mengemukakan paradigma ritel tradisional merupakan pandangan yang menekankan pengelolaan ritel dengan menggunakan pendekatan konvensional dan tradisional. Selain itu Utami (2010:10) mengemukakan juga paradigma ritel modern merupakan pandangan yang menekankan pengelolaan ritel dengan menggunakan pendekatan modern di mana konsep pengelolaan peritel lebih ditekankan dari sisi pandang pemenuhan kebutuhan konsumen yang menjadi pasar sasarannya. Pasar tradisional memiliki keunggulan dan kelemahan yang berbeda dengan pasar modern. Adapun keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional yaitu memiliki area yang luas, harga yang rendah, sistem tawar menawar harga barang antara penjual dan pembeli dimana akan menimbulkan keakraban. Kelemahan yang dimiliki oleh pasar tradisional yaitu tampilan pasar, atmosfir, tidak adanya promosi dan iklan, jam operasional yang terbatas, tata ruang dan tata letak pasar (Santoso, 2013). 1

2 Selain pasar tradisional, pasar modern juga memiliki keunggulan yaitu faktor desain dan tampilan pasar yang bersih dan bagus, atmosfir, tata ruang, tata letak yang rapi, keragaman dan kualitas barang, promosi penjualan, jam operasional pasar yang tidak terbatas. Selain itu kelemahan yang dimiliki oleh pasar modern yaitu tidak adanya sistem tawar menawar, harga yang lebih mahal dibandingkan dengan pasar tradisional (Santoso, 2013). Pada pasar modern juga menawarkan teknologi dan pelayanan yang berbeda dengan pasar tradisional dengan konsep one stop shopping dan kemudahan dalam sistem pembayaran. Terkait dengan keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional, maka dituntut adanya perlindungan bagi pedagang pasar tradisional dalam menghadapi pesaingnya yaitu pasar modern. Mengenai pasar tradisional pemerintah telah memberikan kebijakan yaitu pemerintah tahun ini menganggarkan Rp 400 miliar untuk program revitalisasi pasar yang tujuannya agar tidak kalah dengan menjalarnya pasar modern. Saat ini sebanyak 85% pasar tradisional di Indonesia kurang pemeliharaan dan perawatan (IKAPPI, 2013). Tetapi menurut Aris (2010) mengatakan bahwa nasib pasar tradisional di Surabaya semakin hari semakin memprihatinkan. Kebijakan investasi pembangunan kota lebih berorientasi pada pembangunan investasi dengan pola modernisasi pasar. Selain itu ada kebijakan mengenai penggusuran pasar tradisional yang dinilai bukan kebijakan yang tepat. Hal itu dapat menyebabkan meningkatnya masyarakat miskin dan jumlah pengangguran dan angka kemiskinan di Indonesia. Untuk itu pasar tradisional diharapkan dapat mencerminkan suatu nilai positif kepada konsumen agar image pasar

3 tradisional dapat bergeser paradigma menjadi pasar yang bersih, bukan pasar yang kumuh.. Menurut Pemerintahan Daerah Kota Surabaya pada pasal 1 nomor 31 menyebutkan bahwa izin usaha pengelolaan pasar tradisional, izin usaha pusat perbelanjaan dan izin usaha toko modern adalah izin untuk melaksanakan usaha pengelolaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern yang diterbitkan oleh pemerintah daerah setempat. Selain itu pada pasal 1 nomor 32/2010 menyebutkan bahwa pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Perkembangan pasar modern semakin pesat dikarenakan prospek yang lebih terjamin karena lebih banyak konsumen yang berbelanja kebutuhannya pada pasar modern. Pasar tradisional pun tidak berkembang pada kota besar, namun pada kota kecil dan daerah yang terpencil pasar tradisional tetap dijadikan tempat utama untuk membeli kebutuhan konsumen. Hal ini dikarenakan selisih harga yang cukup tinggi. Pengembangan pasar tersebut, mempengaruhi perilaku belanja konsumen dan pemilihan tempat untuk berbelanja. Perilaku konsumen dapat dilihat dari kebiasaan, persepsi, suka, memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pembeli di pasar tradisional yang biasanya kaum ibu rumah tangga mempunyai perilaku yang senang bertransaksi dengan

4 berkomunikasi/berdialog dalam hal penetapan harga, mencari kualitas barang, memesan barang yang dia inginkan, dan perkembangan harga barang-barang lainnya (Sinaga, 2008). Selain itu, pembeli di pasar modern biasanya para ibu yang sibuk bekerja saat pagi hari sehingga tidak sempat untuk berbelanja di pasar tradisional dan lebih memilih berbelanja di pasar modern. Munculnya pasar-pasar modern selain menguntungkan bagi konsumen juga menjadi ancaman bagi keberadaan pasar-pasar tradisional (Nielson, 2005 dalam Sinaga, 2008). Menurut Sinaga (2008) yang telah mengumpulkan data, menyebutkan bahwa negara-negara Asia Pasifik (kecuali Jepang) pada tahun 1999-2004 rasio keinginan masyarakat berbelanja di pasar tradisional sebesar 65% (1999), 63% (2000), 52% (2002), 56% (2003), dan 53% (2004). Sedangkan di pasar modern 35% (1999), 37% (2000), 40% (2001), 43% (2002), 44% (2003), dan 47% (2004). Di pasar tradisional menurun dengan tingkat kenaikan/penurunan rata-rata 2% per tahun (Nielson, 2005 dalam Sinaga, 2008). Terjadi pergeseran perilaku konsumen yang lebih suka memilih belanja di Hypermart atau pasar modern lainnya di bandingkan ke pasar tradidional. Hal tersebut disebabkan karena konsumen lebih menyukai berbelanja di tempat yang suasananya nyaman, bersih, rapi, ada pendingin udara (AC), produk yang dijual dikelompokkan sehingga konsumen mudah mencari barang yang dijual relatif lengkap dan mempunyai persediaan yang banyak, dan informasi tentang produk yang dicari dapat dilihat melalui komputer (Sinaga, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Adiprana (2002), variabel usia, pendidikan, dan penghasilan merupakan faktor penting penentu pola belanja konsumen. Tingkat pendidikan dari hasil observasi dapat

5 dibuktikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dapat dibuktikan semakin modern dan hal ini memberikan dampak pada pola belanja mereka. Sehingga semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh konsumen, maka konsumen akan lebih memilih cenderung sering untuk berbelanja ke pasar modern dibandingkan ke pasar tradisional. Indiastuti, Hastuti dan Azis (2008) menemukan bahwa dengan memanfaatkan informasi nilai variabel pada tempat perbelanjaan yang terkategori memiliki persaingan yang dekat dan prospek keberlanjutan, selanjutnya dapat diketahui variabel yang membedakan konsumen yang memiliki kecenderungan melakukan pembelian (belanja) pada pasar tradisional dan pasar modern. Pengkategorian penataan barang dan pendisplayan produk yang menarik akan mempengaruhi minat belanja konsumen untuk cenderung lebih memilih ke pasar modern dibandingkan ke pasar tradisional. Indiastuti, Hastuti dan Azis (2008) dengan menggunakan hasil pengolahan data primer dengan menggunakan analisis diskriminan didapat 4 faktor yang dapat menjadi daya tarik pasar tradisional serta mengakomodasi perubahan perilaku konsumen dan gaya hidup masyarakat perkotaan. Oleh karena itu faktor kunci yang mempengaruhi adalah benefit berbelanja atau manfaat berbelanja, daya dukung pasar, preferensi pasar, dan timing. Sehingga faktor benefit berbelanja ini yang paling signifikan di antara ketiga faktor lainnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kholis, Ratnawati, dan Yuwalliatin (2011) menemukan bahwa mengenai fasilitas pembayaran yang teratur misalnya seperti kasir mempengaruhi perilaku belanja konsumen lebih cenderung untuk memilih belanja ke pasar modern dibandingkan ke pasar tradisional.

6 Produk di pasar tradisional dan pasar modern sudah sangat jelas. Perbedaan tersebut bisa dilihat dari kualitas produk, kualitas pelayanan. Produk memiliki pengertian yang luas yaitu segala sesuatu yang ditawarkan, dimiliki, dipergunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan termasuk di dalamnya adalah fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, serta gagasan (Kotler, 1997:53). Sedangkan menurut Tjiptono (1997:95), menyatakan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, keinginan, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Strategi harga yang diberikan oleh pasar tradisional dan pasar modern juga merupakan perbedaan yang signifikan. Dari harga dapat kita lihat yaitu kewajaran harga, harga yang lebih murah terhadap pasar lain, daya tarik harga dan kesesuaian harga dengan kualitas. Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang beserta pelayanannya (Basu, 2001:147). Sedangkan menurut Corey dalam Kartajaya (2007:93) harga adalah estimasi penjual terhadap arti dari para pembeli potensial, serta menyadari opsi lain yang dimiliki pembeli atas pemenuhan kebutuhan dari produk yang bisa memuaskannya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kholis, Ratnawati, dan Yuwalliatin (2011) bahwa konsumen cenderung berbelanja di pasar modern karena terdapat kejelasan harga, tidak becek, bersih dan tidak bau, ber AC, aman, kondisi fisik bangunan, bagus, terdapat fasilitas pembayaran, terpengaruh promosi, iklan, berbelanja sambil mencari hiburan, nyaman, prestise, menjual produk yang tidak ada di pasar

7 tradisional serta terpengaruh pendidikan konsumen. Selain itu konsumen yang cenderung berbelanja di pasar tradisional karena harga di pasar tradisional bisa ditawar, harganya murah, dilayani langsung serta berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Indiastuti, Hastuti, dan Azis (2008) mengemukakan bahwa tempat berjualan seperti di pasar modern yang luas, nyaman, dan bersih membuat banyak pembeli memilih berbelanja di pasar modern dengan konsekuensi harga yang relatif lebih tinggi. Hal tersebut merupakan penambahan nilai pada pasar. Selain itu hal tersebut juga dapat disikapi oleh manajemen pasar tradisional dengan melakukan edukasi kepada para pedagang mengenai kebersihan dan disiplin bersama dalam menjaganya. Pada hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kholis, Ratnawati, dan Yuwalliatin (2011), terdapat lima belas faktor yang dipertimbangkan konsumen untuk memutuskan berbelanja di pasar tradisional menurut persepsi pedagang, yaitu: komitmen konsumen, keluhan konsumen, lokasi dan harga, faktor yang berasal dari individu konsumen, penanganan keluhan atas barang yang dijual, produk, prestise dan budaya, tidak dijual di pasar modern, konsumen berbelanja sesuai rencana, jumlah pembelian tidak dibatasi, parkir, terpengaruh pembicaraan orang lain, terpengaruh keluarga dan teman, serta kelompok reference. Ada tujuh belas faktor yang dipertimbangkan konsumen untuk memutuskan berbelanja di pasar tradisional menurut persepsi konsumen, yaitu: keluhan akan kondisi pasar, produk, perilaku konsumen, komitmen konsumen, kelompok reference, keluhan akan lorong pasar dan saran parkir, tidak dibohongi, lokasi, budaya dan kepuasan, harga, hidup dan ramai, jam buka, penataan barang,

8 kejelasan harga, berbelanja sambil mencari hiburan, pendidikan, pendapatan dan berharap ada fasilitas pembayaran. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka penelitian ini berjudul Analisis Diskriminan Kecenderungan Perilaku Belanja Konsumen Pada Pasar Tradisional dan Pasar Modern Di Surabaya. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah faktor demografi yang terdiri dari pendidikan, usia, dan pendapatan membedakan kecenderungan konsumen berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern di Surabaya? 2. Apakah harga membedakan kecenderungan konsumen berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern di Surabaya? 3. Apakah merchandising membedakan kecenderungan konsumen berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern di Surabaya? 4. Apakah manfaat penambahan nilai membedakan kecenderungan konsumen berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern di Surabaya? 5. Apakah fasilitas membedakan kecenderungan konsumen berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern di Surabaya? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui:

9 1. Faktor demografi yang terdiri dari pendidikan, usia, dan penghasilan membedakan kecenderungan konsumen berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern di Surabaya. 2. Harga membedakan kecenderungan konsumen berlanja di pasar tradisional dan pasar modern di Surabaya. 3. Merchandising membedakan kecenderungan konsumen berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern di Surabaya. 4. Manfaat penambahan nilai membedakan kecenderungan konsumen berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern di Surabaya. 5. Fasilitas membedakan kecenderungan konsumen berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern di Surabaya. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan awal bagi peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian selanjutnya dan dapat dijadikan tambahan pengetahuan kecenderungan perilaku belanja konsumen pada pasar tradisonal dan pasar modern di Surabaya. 1.4.2. Manfaat Akademis a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi manajemen mengenai kecenderungan perilaku belanja konsumen terhadap pengembangan pasar tradisonal dan pasar modern. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi awal dari pengembangan penelitian selanjutnya untuk lebih

10 dikembangkan lebih lanjut mengenai perilaku belanja konsumen. 1.5. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah : BAB 1. PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas tentang penelitan terdahulu, landasan teori dalam setiap variabel, hubungan antar variabel, kerangka konseptual penelitian, dan hipotesis penelitian. BAB 3. METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas tentang jenis penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional, jenis dan sumber data, pengukuran variabel, alat dan metode pengumpulan variabel, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, metode analisis data. BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang karakteristik responden, uji validitas dan reliabilitas, analisis data dan pembahasan. BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi simpulan hasil analisis dan saran bagi Penjual yang Berada di Pasar Tradisonal Keputran dan Pasar Modern Carrefour Di Surabaya, dan bagi para akademisi dan pembaca.