BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS METROLOGI LEGAL PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KOTA SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2011

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan barang atau jasa yang memiliki kandungan teknologi yang

j. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. (3) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

Perancangan Sistem Informasi Kemetrologian dalam Pendekatan Business Process Reengineering untuk Pelayanan Tera

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

GUBERNUR SULAWESI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I INTRODUKSI. Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang. Pemerintahan Daerah, terdapat amanat pemindahan kewenangan dari

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 1

PROPOSAL SARANA KEMETROLOGIAN DAN FASILITAS PENDUKUNGNYA

BAB I PENDAHULUAN I-1

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 97 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 18 TAHUN 2015

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 56 TAHUN 2008 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWATIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN KEMETROLOG IAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI MOTIVASI KERJA PADA PEJABAT FUNGSIONAL BALAI METROLOGI DINAS KUMKM DAN PERDAGANGAN PROVINSI DKI JAKARTA SARAH SUKMA KLADIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ari Dwi Yulianto 1), Wing Wahyu Winarno 2), Addin Suwastono 3)

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan persaingan bisnis pada era globalisasi dewasa ini. semakin tidak dapat diprediksikan. Selain itu disertai juga dengan

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 73 TAHUN 2002 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta harus tetap fokus pada tercapainya

DAFTAR INFORAMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UKM KABUPATEN MUKOMUKO

1/9 MEMBANGUN INFORMASI PELAYANAN TERA DAN TERA ULANG SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PELAYANAN DI KABUPATEN GROBOGAN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 18 TAHUN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB II PEMBENTUKAN BAB III SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA / TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 4.

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK IND PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNISMETROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 55 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-Y TAHUN 2011 TENTANG

BAB IV Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KEPERCAYAAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA INDIVIDUAL

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN SRAGEN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2017 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 14 TAHUN 2008

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

V. SIMPULAN DAN SARAN

GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI NTB

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan

TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA SURABAYA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN LABORATORIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG

PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA UPTD METROLOGI KABUPATEN KAIMANA MELALUI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) SUB BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dalam Alinea ke-iv Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

DAFTAR INFORMASI PUBLIK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI NTB TAHUN 2014

BAB II 2.1. RENCANA STRATEGIS

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

DAFTAR ISI PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

PEMERINTAH KOTA PARE PARE RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017

ARTIKEL WEBSITE BALAI METROLOGI YOGYAKARTA MENGGUNAKAN CODE IGNITER

Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Semarang

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 50 TAHUN2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pembentukan, Unit Pelaksana Teknis, Metrologi, Dinas

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Tentunya untuk mengikuti perubahan perubahan yang terjadi

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN TERA/TERA ULANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 19 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KENDAL PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 35 NOMOR 35 TAHUN 2008

- 1 - BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 61 TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG DEWAN STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Balai Metrologi sebagai salah satu UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, merupakan instansi yang berwenang dalam memberikan pelayanan kemetrologian kepada masyarakat. Di provinsi Jawa Tengah terdapat enam Balai Metrologi, yaitu di Semarang, Surakarta, Magelang, Pati, Banyumas, dan Tegal. Secara umum, pengertian metrologi adalah ilmu tentang ukur-mengukur secara luas dan pelayanan kemetrologian dapat diartikan sebagai pelayanan tera dan tera ulang alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya (UTTP) agar tercipta masyarakat yang tertib ukur dalam kaitannya dengan perlindungan konsumen dan produsen. Dasar hukum yang melandasi kegiatan metrologi di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, sehingga kegiatan unit-unit metrologi lebih befokus pada bidang metrologi legal, yaitu alat-alat UTTP yang lebih berdampak pada transaksi ekonomi, meskipun tidak menutup kemungkinan Balai Metrologi juga dapat masuk ke ruang lingkup metrologi ilmiah dan metrologi industri. Dalam struktur organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, Balai Metrologi bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah. Balai Metrologi memiliki tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang kemetrologian. Balai Metrologi dalam kegiatan operasional kemetrologiannya memiliki tiga jenis kegiatan pelayanan utama yaitu : a. Tera, adalah suatu kegiatan menandai dengan tanda Tera Sah atau Tera Batal yang berlaku, atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda Tera Sah atau tanda Tera Batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat-alat UTTP yang belum dipakai. 1

b. Tera Ulang, adalah adalah suatu kegiatan menandai berkala dengan tanda Tera Sah atau Tera Batal yang berlaku, atau memberikan keteranganketerangan tertulis yang bertanda Tera Sah atau tanda Tera Batal yang berlaku, dilakukan oleh pegawai yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian yang dijalankan atas alat-alat UTTP. c. Kalibrasi, adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran nilai konvensional penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan membandingkan dengan standar ukurnya yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional atau internasional untuk satuan ukuran. Balai Metrologi merupakan salah satu unit kerja paling vital di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah. Dalam tiga tahun terakhir, yaitu tahun 2010 hingga tahun 2012, keenam Balai Metrologi di Jawa Tengah memiliki total kontribusi terbesar dalam pencapaian PAD bagi Dinas, dimana lebih dari 70% total pemasukan PAD Dinas berasal dari retribusi tera dan tera ulang Balai Metrologi. Akan tetapi, meskipun secara angka PAD mengalami kenaikan, namun kondisi partisipasi masyarakat sebenarnya cenderung turun, dimana indikatornya ditunjukkan melalui menurunnya jumlah UTTP yang ditera dan ditera ulang turun hingga 32% dalam tiga tahun terakhir. Partisipasi masyarakat inilah yang sebenarnya menunjukkan tingkat keberhasilan Balai Metrologi dalam tujuan esensialnya yaitu menciptakan masyarakat yang tertib ukur. Ada beberapa kemungkinan faktor penyebab turunnya partisipasi masyarakat tersebut terutama menyangkut pelayanan yang diberikan Balai Metrologi yang masih memiliki beberapa kelemahan dan mungkin belum mampu memberikan pelayanan prima sehingga memerlukan banyak perbaikan. Kelemahan-kelemahan dalam pelayanan Balai Metrologi tersebut diantaranya : a. SDM kemetrologian yang sangat terbatas jika dibandingkan dengan ruang lingkup wilayah kerja dan jumlah alat UTTP yang harus ditangani b. Masih kurangnya sarana dan prasarana pendukung 2

c. Proses operasional organisasi masih banyak dilakukan secara konvensional dan telah lama tidak mengalami perbaikan yang berarti d. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memeriksakan alat UTTP yang dimiliki Sebagai ujung tombak dalam pencapaian PAD Dinas, Balai Metrologi dituntut untuk selalu meningkatkan pencapaiannya sekaligus tetap mampu memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Dengan adanya tuntutan tersebut, Balai Metrologi harus melakukan perubahan terhadap kondisi organisasi saat ini. Selama bertahun-tahun, cara-cara kerja dalam proses bisnis Balai Metrologi tidak mengalami perubahan dan perbaikan yang signifikan dalam pembenahan fungsi pelayanannya kepada masyarakat. Cara-cara operasional organisasi yang masih menggunakan cara lama ini akan berdampak negatif kepada efektivitas dan efisiensi dalam kinerja organisasi. Dalam era teknologi dan globalisasi saat ini, persaingan akan semakin ketat dan melintasi batas-batas fisik yang ada sehingga dapat mengancam cara-cara tradisional dalam menjalankan bisnis [1]. Saat ini, juga terjadi pergeseran sosial dari sebuah masyarakat industri menjadi masyarakat ekonomi informasi sehingga sebuah organisasi perlu melakukan perubahan dramatis dalam efektivitas organisasi dan usahanya untuk bertahan hidup [2]. Diantara berbagai permasalahan yang dihadapi Balai Metrologi di atas, salah satu kondisi yang mungkin dapat segera dilakukan perbaikan adalah pada manajemen data dan informasi dalam proses operasional organisasi. Dalam pelayanan tera dan tera ulang, proses menangkap data atau masukan data mengenai jenis, jumlah, dan pemilik UTTP serta perolehan retribusi tera masih dilakukan secara manual menggunakan dokumen tertulis. Pada tiap-tiap elemen pelayanan, ada berbagai macam dokumen yang harus diisi secara manual dan pada akhinya nanti dokumen-dokumen tersebut akan diarsipkan secara terpisah. Aliran data dan informasi ini masih berjalan secara konvensional dan tidak terdokumentasi dengan baik padahal data keluaran dari proses pelayanan tera dan tera ulang ini akan diolah menjadi informasi kemetrologian yang akan digunakan 3

oleh manajemen di atasnya dalam mengambil keputusan. Informasi yang menjadi konsumsi manajemen puncak ini seharusnya dapat tersaji dengan cepat dan akurat, karena informasi tersebut digunakan oleh manajemen puncak sebagai dasar pengendalian manajemen dan perbandingan antara realisasi kinerja dengan perencanaan sehingga manajemen dapat memutuskan strategi-strategi organisasi selanjutnya [3]. Proses transaksi operasional pada pelayanan tera dan tera ulang yang masih manual menggunakan dokumen tertulis tersebut pada akhirnya akan menimbulkan beberapa masalah, diantaranya yang sering terjadi adalah pelaporan yang tidak tepat waktu, kesalahan-kesalahan manual yang tinggi, dokumendokumen yang kurang teratur, dan kesulitan jika ingin mengambil kembali (retrieve) data dan informasi masa lalu. Beberapa permasalahan tersebut merupakan indikator bahwa sistem manajemen data dan informasi yang sedang berjalan saat ini perlu diperbaiki atau bahkan jika perlu diganti keseluruhannya [3]. Saat ini, Balai Metrologi memang masih belum maksimal dalam memanfaatkan perkembangan teknologi infomasi untuk mengelola data dan informasi kemetrologian. Teknologi komputer hanya dimanfaatkan sebatas untuk pengetikan dan pencetakan dokumen saja padahal banyak sekali manfaat yang dapat diberikan oleh teknologi informasi dalam fungsi manajemen sebuah organisasi. Menurut Davenport dan Short [4] dan Turban [5], kemampuan utama sebuah sistem informasi berkaitan dengan manajemen data dan informasi diantaranya adalah mampu menjalankan komputasi numerik berkecepatan dan bervolume tinggi, serta mampu menyimpan informasi dalam jumlah besar dalam ruang yang kecil dan dapat diakses kapan pun dengan mudah. Manfaat teknologi informasi bagi organisasi ini memang tidak dapat diukur secara langsung dengan data profit dan fisik yang nyata, atau bersifat intangible. Manfaat intangible tersebut dapat berupa peningkatan produktivitas, peningkatan kepuasan pelanggan, mengurangi dokumen kertas, mengurangi biaya transaksi, dan sebagainya [6]. Kemampuan sistem informasi ini dapat mendukung tujuan umum 4

dalam organisasi yaitu meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya, dan memperbaiki proses pengambilan keputusan [5]. Untuk dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi organisasi, dibutuhkan sistem informasi yang baik dan mampu memenuhi fungsi-fungsi dalam proses organisasi. Menurut DeLone dan McLean [7], sebuah sistem informasi yang baik tergantung pada tiga variabel yang saling berhubungan, yaitu kualitas sistem itu sendiri, kualitas informasi yang diolah, dan kualitas layanan yang diberikan bagi pengguna sistem. Jika kualitas ketiga faktor tersebut terpenuhi, maka akan meningkatkan minat pengguna dan kepuasan pengguna terhadap sistem tersebut. Jika pengguna sistem dapat terpuaskan keinginannya dalam bekerja, maka pada akhirnya sistem informasi tersebut diharapkan juga dapat memberikan manfaat-manfaat yang nyata bagi organisasi. Teknologi informasi telah banyak berperan dalam menggantikan cara-cara yang usang dalam penyelenggaraan proses bisnis suatu organisasi. Namun, adanya pergantian cara-cara bisnis tersebut tidak serta merta hanya mengganti dari sisi teknis saja. Teknologi infomasi bertindak sebagai enabler esensial yang memungkinkan orang-orang melakukan pekerjaan dengan cara-cara yang secara radikal berbeda, sehingga cara kerja organisasi pun akan meninggalkan aturanaturan lama dalam proses bisnisnya [8]. Kemampuan teknologi informasi yang sangat kuat dalam meningkatkan akses informasi dan koordinasi antar unit dalam organisasi bahkan mampu mendorong terciptanya sebuah desain proses bisnis yang baru daripada hanya sekedar mendukung proses bisnis yang ada [9]. Dengan memanfaatkan teknologi informasi sebagai pemicunya, Balai Metrologi pun perlu meninggalkan prosedur-prosedur lama yang telah mapan dan mencari lagi caracara kerja baru yang tingkat perubahannya berskala besar dan radikal, yang diperlukan untuk menciptakan suatu layanan yang lebih baik dan memberi nilai lebih pada pelanggan dengan jalan melakukan rekayasa ulang proses bisnisnya atau yang lebih dikenal dengan konsep Business Process Reengineering (BPR). Konsep BPR ini akan memberikan panduan dalam mengintegrasikan teknologi informasi yang akan digunakan dengan warisan sistem manajemen organisasi yang lama. BPR akan memandang lebih luas hubungan antara 5

pemanfaatan teknologi informasi dan aktivitas bisnis. Penggunaan teknologi informasi dan BPR akan mampu mengidentifikasi titik-titik dalam proses bisnis yang perlu dibuang, dan berpotensi untuk menciptakan sebuah kemampuan kerja yang lebih fleksibel, berorientasi tim, koordinatif, dan kerja yang berbasis pada komunikasi [8][9]. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana mengembangkan sebuah Sistem Informasi Kemetrologian untuk meningkatkan kemampuan manajemen data dan informasi pada proses pelayanan tera dan tera ulang di Balai Metrologi? 2. Bagaimana perubahan proses bisnis yang terjadi serta langkah-langkah yang diperlukan untuk menerapkan Sistem Informasi Kemetrologian ke dalam proses bisnis organisasi Balai Metrologi yang sudah berjalan saat ini? 1.3. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai BPR telah dilakukan sebelumnya, salah satunya dilakukan oleh Setyowati [10] yang meneliti mengenai implementasi BPR di Instalasi Farmasi RS. PKU Muhammadiyah Yogyakata. Namun, penelitian tersebut hanya bersifat memberikan gambaran implementasi BPR yang sudah berjalan, bukan merancang sebuah rekayasa ulang proses dari awal. Budiono dan Loice [11] melakukan penelitian mengenai usaha implementasi BPR di sebuah Usaha Kecil Menengah (UKM) bengkel sepeda motor di Bandung dengan memanfaatkan teknologi informasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa teknologi informasi mampu mendukung usaha reengineering dalam proses penjualan dan proses pembelian serta kontrol inventori di UKM bengkel sepeda motor tersebut. Beberapa penelitian mengenai perancangan sistem informasi tera dan tera ulang juga pernah dilakukan, contohnya yang dilakukan oleh Pribadi [12] yang merancang sebuah sistem informasi pengolahan tera dan tera ulang. Namun, 6

penelitian ini hanya membahas dari sisi teknis saja, tidak ada pembahasan terhadap implikasinya terhadap organisasi dan proses bisnis yang sedang berjalan. Dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, akan lebih menitikberatkan pada upaya merancang sebuah sistem informasi kemetrologian untuk perbaikan manajemen data dan informasi pada proses pelayanan tera dan tera ulang melalui pendekatan Business Process Reengineering untuk analisa proses bisnis organisasinya. 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk merancang sebuah sistem informasi kemetrologian untuk perbaikan manajemen data dan informasi di Balai Metrologi serta menganalisa perubahan proses bisnis yang terjadi dan implikasinya bagi manajemen organisasi Balai Metrologi. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Sistem Informasi Kemetrologian yang diusulkan diharapkan dapat bermanfaat bagi optimalisasi manajemen informasi di Balai Metrologi dan meningkatkan pelayanan tera dan tera ulang kepada publik. b. Usulan rekayasa ulang proses bisnis yang baru diharapkan dapat menjadi sebuah masukan bagi instansi metrologi, khususnya bagi UPTD Balai Metrologi di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, dan juga untuk instansi kemetrologian di daerah-daerah yang lain agar dapat memberikan pelayanan publik yang berorientasi kepada pelanggan. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu studi-studi selanjutnya tentang pemanfaatan teknologi informasi bagi instansi pemerintahan untuk turut mendukung dan menyukseskan penerapan e-government di Indonesia. 7