BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas

dokumen-dokumen yang mirip
ESENSI HUKUMAN DISIPLIN BAGI PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN WONOGIRI T E S I S

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah suatu negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini diuraikan dalam Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 5 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. terus melakukan upaya penyesuaian terhadap kemajuan dan perkembangan dunia,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, dibidang pemerintah telah terjadi perubahan yang mendasar. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sejak tanggal 17 Agustus. pembangunan dalam mencapai tujuan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guna mencapai tujuan pembangunan nasional maka dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk dalam negara hukum, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah dinyatakan tujuan nasional

2 pemerintah yang dalam hal ini yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS). 2 Tantangan yang dihadapi oleh pemerintah bidang sumber daya manusia aparatur sebaga

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan pegawai negeri yang merupakan unsur aparatur negara yang. ketaatan kepada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka untuk mencapai tujuan nasional diperlukan pegawai negeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aparatur negara untuk menyelenggarakan pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. akselerasi pembangununan sistem kinerja yang handal. Demikian halnya. perubahan paradigma masyarakat terhadap pemerintah, menuntur

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, Kebijakan otonomi daerah yang tertuang dalam Undang-undang

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik. Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 06. PR. 07.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK POKOK KEPEGAWAIAN;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PELAKSANAAN PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA PADANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian memiliki pengertian setiap

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sejarah Indonesia, khusususnya pada Era Orde Baru terdapat berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut Undang- Undang Nomor 43 tahun 1999), adalah suatu landasan hukum untuk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. 4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang bedasarkan kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN. lainnya sehingga harus benar-benar dapat digunakan secara efektif dan efisien

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan zaman telah membawa konsepsi negara hukum, berkembang pesat menjadi negara hukum modern. Hal ini mengakibatkan

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. tersebut salah satunya adalah sumber daya manusia. Tumbuh lebih baik, bahkan

DAFTAR PUSTAKA. Buku :

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

negara dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum, seperti yang tercantum dalam Pasal I

BAB I PENDAHULUAN. berkompetensi dan memiliki dedikasi tinggi pada Pancasila dan Undang. Negara. Pegawai Negeri merupakan tulang punggung Pemerintahan

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

Jangka Panjang Nasional Tahun

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

profesional, bersih dan berwibawa.

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

ANALISIS PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA. A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang

I. PENDAHULUAN. Pegawai negeri yang sempurna menurut Marsono adalah pegawai negeri yang

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Peraturan. yang berupa Peraturan Pemerintah (PP) maupun Keputusan Presiden

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Apabila manusia yang ada

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk. mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. mengatur yang disebut pemerintah (government). Konsep, ajaran, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan nasional seperti yang termaktub dalam Pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (public service. Perbaikan atau reformasi di bidang kepegawaian

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Abdi Masyarakat yang selalu hidup ditengah masyarakat dan bekerja

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL. B A B I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UDANG NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya pelayanan tidak jelas bagi para pengguna pelayanan. Hal ini terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sipil negara khususnya Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan

SASARAN KERJA DAN PERILAKU KERJA PNS

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyempurnaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

DISIPLIN ASN DENGAN BERLAKUNYA PP NOMOR 11 TAHUN 2017

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan sumber daya manusia merupakan suatu permasalahan yang dihadapi negara maju dan berkembang. Pelaksanaan hukum di bidang kepegawaian yang demokratis, adil, dan bermoral tinggi sangat diperlukan bagi pegawai negeri sipil, yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat, yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang-Undang 1945. Untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan diperlukan pegawai negeri sipil yang profesional, bertanggung jawab, jujur dan adil. Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional terutama tergantung dari kesempurnaan aparatur negara dan kesempurnaan aparatur negara pada pokoknya tergantung dari kesempurnaan pegawai negeri. Tujuan nasional seperti termaksud di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tanah tumpah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Tujuan nasional tersebut hanya dapat dicapai melalui pembangunan nasional yang direncanakan dengan terarah dan realistis serta di 1

2 laksanakan secara bertahap, bersungguh-sungguh, berdaya guna, dan berhasil guna. 1 Pegawai negeri merupakan salah satu sarana tata usaha negara yang diangkat dan digaji oleh pemerintah untuk melaksanakan tugas negara tertentu berdasarkan peraturan yang telah dibuat dan ditetapkan oleh negara. Pengertian pegawai negeri berdasarkan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pegawai Negeri Sipil sebagai abdi negara dan abdi masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Kinerja pelaksanaan pembangunan nasional tidak lepas dari peran Pegawai Negeri Sipil sebagai pelaksana. Percepatan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta munculnya paradigma baru dalam masyarakat Indonesia berkaitan dengan kinerja aparatur pemerintah harus diakui belum menampakkan hasil yang optimal. Perkembangan yang terjadi berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan keahlian berdampak langsung pada perubahan internal yang terkait dengan penyiapan sumber daya manusia untuk menuju efisiensi, peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah mempunyai kaitan dengan proses pengangkatan dan penempatan yang dilakukan pada awal 1 Pejelasan Umum Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974, tentang Pokok Pokok Kepegawaian, LNRI Tahun 1974 Nomor 3041, tanggal 7 Februari 2011.

3 seseorang menduduki jabatan tertentu. Pengangkatan dan penempatan pegawai negeri sipil yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan menimbulkan pemborosan (inefisiensi dan inefektivitas). Oleh karena itu, proses pengangkatan dan penempatan perlu menjadi perhatian semua pihak, terutama pengambil kebijakan agar dalam menjalankan rencana pemerintahan terjadi efisiensi dan efektivitas kerja. Penempatan pegawai adalah sebagian dari faktor yang mempengaruhi kualitas layanan, lebih-lebih disebabkan karena proses penempatan tersebut berkaitan dengan kesesuaian dan keseimbangan antara kemampuan yang dimiliki oleh pegawai dengan jabatan. Jabatan itu sendiri adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi Negara. 2 Karena itulah proses penempatan pegawai dalam jabatan struktural merupakan titik awal dari keberhasilan layanan kepada masyarakat di masa mendatang. Propinsi Kalteng secara geografis mempunyai kedudukan yang strategis jika ditinjau dari segi politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Hal tersebut ditunjukkan dengan perkembangan dan tingkat kemajuan yang cukup pesat dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan. Undang-undang No 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undangundang No 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, kepegawaian daerah adalah suatu sistem dan prosedur yang diatur dalam peraturan perundang- 2 Ibid.

4 undangan sekurang-kurangnya meliputi perencanaan, persyaratan, pengangkatan, penempatan, pendidikan dan pelatihan, penggajian, pemberhentian, pensiun,pembinaan, kedudukan, hak, kewajiban, tanggungjawab, larangan, sanksi, dan penghargaan merupakan sub-sistem dari sistem kepegawaian secara nasional. Dengan demikian kepegawaian daerah merupakan suatu kesatuan jaringan birokrasi dalam kepegawaian nasional. Dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan nasional tersebut, diperlukan adanya pegawai negeri sipil sebagai unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat disuatu daerah yang penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah serta yang bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya guna, bersih, bermutu tinggi, dan sadar akan tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Sejalan dengan adanya kebijakan tersebut, perlu adanya pembinaan pegawai negeri sipil yang diarahkan untuk mewujudkan pegawai negeri sipil yang profesional, memiliki wawasan luas, memiliki kemampuan, dan kapabilitas dengan kualitas tinggi yang setara dan seimbang. Upaya pengembangan pegawai negeri sipil daerah tersebut dapat diwujudkan dengan melaksanakan pembinaan berdasarkan norma, standar dan prosedur yang berlaku secara nasional. Salah satu faktor terpenting dalam perencanaan sumber daya aparatur adalah pelaksanaan pengangkatan dan penempatan dalam jabatan. Kesalahan dalam tahap pengangkatan jabatan pimpinan akan menimbulkan hambatan terhadap penyelenggaraan organisasi tersebut, misalnya tidak adanya suasana

5 kerja yang harmonis, hubungan kerja yang selalu tegang antara pemimpin dengan bawahan, cara kerja yang tidak efisien dan efektif, dan berbagai penyimpangan prosedur kerja. Oleh karena itu, dalam rangka pengelolaan suatu organisasi terhadap pengangkatan dalam jabatan merupakan satu di antara langkah-langkah di dalam keseluruhan proses pengelolaan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia ditujukan untuk mewujudkan manusia yang berbudi luhur, tangguh, cerdas, dan terampil, mandiri, bekerja keras, produktif, berdisiplin dan berorientasi ke masa depan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. 3 Pengembangan pegawai negeri sipil dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan yang meliputi Diklat Prajabatan, Diklat Administrasi Umum (ADUM) dan Diklat Staf Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (SPAMA) yang merupakan salah satu persyaratan untuk diangkat menjadi pegawai negeri sipil maupun untuk menduduki jabatan struktural. Pengangkatan pegawai negeri sipil dalam jabatan strutural dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor pendidikan dan pelatihan kompetensi, serta masa jabatan seorang pegawai negeri sipil sejak pengangkatan dalam jabatan struktural. Dalam prakteknya, pengangkatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural tertentu seringkali tidak hanya murni berdasarkan penilaian atas bobot tugas, tanggung jawab dan wewenang tetapi kadang justru lebih ditentukan karena faktor di luar hal tersebut, antara lain kedekatan pegawai dengan pimpinan. Pelaksanaan pengangkatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural dalam prakteknya sering tidak sesuai dengan peraturan. Hal itulah yang sering 3 P Tjiptoherijanto dan S.Z. Abidin, Reformasi administrasi dan Pembangunan Nasional, (Jakarta: UI- Press, 1993), hlm. 41.

6 menimbulkan masalah kepegawaian antara lain rasa tidak senang dengan pejabat yang diangkat karena pengangkatan tersebut tidak adil. Rasa tidak senang ini sering berakibat menurunnya tingkat kerja sama dengan pejabat yang bersangkutan sehingga akhirnya pekerjaan yang menjadi tanggung jawab bersama antara pegawai yang bersangkutan dengan pejabat tersebut menjadi kurang baik hasilnya. Selain itu ada rasa kurang puas dari pegawai lain yang akhirnya berakibat menurunnya prestasi kerja pegawai. Pembinaan yang dilakukan terhadap pegawai negeri sipil yang antara lain pembinaan karier dan prestasi kerja belum berjalan secara baik, disebabkan oleh lemahnya tolak ukur yang dijadikan dasar untuk mengetahui apakah seorang telah berprestasi atau tidak berprestasi. Salah satu tolak ukur yang digunakan selama ini yaitu Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) dan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) yang cenderung bersifat subjektif. Demikian pula halnya penempatan seseorang sering tidak sesuai jenjang karier yang dimilikinya, sehingga cenderung penempatan pegawai negeri sipil tersebut berdasarkan kemauan subjektif pula. Dalam rangka pengisian jabatan pimpinan/jabatan struktural, seorang pemimpin harus dapat mengembangkan potensi optimal bawahannya, serta secara tepat dan benar menilai kesiapan dan kemampuan bawahan, sehingga proses pengangkatan dan penempatan dalam jabatan struktural benar-benar berdasarkan kecakapan, kemampuan atau keahlian tertentu sesuai dengan tingkat jabatannya. Seiring dengan hal tersebut, pola karier bagi aparatur pemerintah haruslah jelas, sehingga setiap pegawainya dapat mengerti syarat-sayarat rasional yang harus diraihnya bila ingin meningkatkan diri ke jabatan yang lebih tinggi. Syarat-syarat

7 rasional tersebut menjelaskan secara rinci apa yang harus dicapai oleh setiap pegawai sehingga apabila terjadi kenaikan pangkat atau jabatan yang lebih tinggi tidak ada lagi rasa iri dan curiga kepada pegawai lain. Ada tiga hal yang dapat menjadi pertimbangan dalam pengangkatan calon pejabat struktural, yaitu : kemampuan, kemauan, dan etika moral, yaitu 4 : 1. Kemampuan adalah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang individu untuk melakukan kegiatan atau tugas-tugas tertentu sesuai dengan program untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. 2. Kemauan berhubungan dengan keyakinan, komitmen, dan motivasi untuk menyelesaikan tugas atau program yang telah ditentukan. 3. Etika moral adalah berhubungan dengan nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan kejujuran, ketaatan, kedisiplinan, tanggung jawab, dan menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku. Ketiga hal tersebut harus dapat diterapkan dan dilaksanakan secara teratur, karena tanpa menunjukkan kemampuan berarti orang tidak punya kemauan. tanpa kemauan berarti orang tidak akan menghasilkan apapun, kemudian kemampuan dan kemauan harus ditunjang dengan etika moral yang tinggi, sehingga hasil dari pekerjaan tidak berdampak negatif. Tujuan pembinaan sumber daya aparatur adalah untuk membentuk sosok pegawai negeri sipil yang bersih, berwibawa, dan dapat memberikan pelayanan terhadap masyarakat, maka dalam pembinaan harus diperlakukan 4 Tim Peneliti Badan Kepegawaian Negara, Persepsi PNS Daerah Tentang Pengangkatan Dalam Jabatan Struktural, (Jakarta: Puslitbang BKN, 2003), hlm. 12.

8 sama terhadap seluruh pegawai negeri sipil, dan pengangkatan pegawai negeri sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat, yang ditetapkan untuk jabatan tersebut serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan. Pengangkatan dalam jabatan struktural merupakan bagian dari manajemen karier pegawai negeri sipil sebagai kebijakan pemerintah yang bersifat menyeluruh. Hal ini sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, bahwa pembinaan pegawai negeri sipil diarahkan untuk mewujudkan (1) unsur aparatur negara yang profesional, jujur, adil, bermoral tinggi, berwawasan dan nasionalis (2) netral dari pengaruh partai politik atau golongan tertentu (3) tidak diskriminatif baik dalam rekrutmen, penempatan, maupun dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, perekat negara kesatuan Republik Indonesia. Unsur-unsur tersebut muncul dengan sangat sederhana dan mudah diungkapkan namun sangat kompleks dan sulit untuk mewujudkannya. Berbagai faktor perlu di perbaiki dan ditingkatkan untuk mendorong terciptanya tujuan tersebut misalnya mentalitas dan integritas manusianya, birokrasi, faktor kepemimpinan, mekanisme dan sistem kerja. Fakta menunjukkan bahwa dalam proses pengangkatan dan penempatan dalam jabatan struktural terjadi berbagai penyimpangan, serta kurang

9 memperhatikan faktor-faktor obyektif yang telah ditentukan. Hal ini berarti pegawai negeri sipil tidak memperoleh jaminan hukum dalam proses promosi dan pengembangan karier, bahkan kini ada persepsi yang berkembang dalam promosi jabatan/pengembangan seseorang harus memiliki empat syarat, yatu 4D (duit, dekat, dukung, dan dawuh). Persepsi ini tentu tidak sehat, kendatipun realitas sosial menyatakan begitu. 5 Hal tersebut sesuai dengan pendapat Affandi, 6 yang menyebutkan bahwa tidak tertampungnya pejabat struktural pada instansi vertikal untuk menduduki jabatan struktural, terutama secara kuantitatif jumlah jabatan yang tersedia sangat terbatas sebagai akibat penataan organisasi pemerintahan serta munculnya paradigma lama yaitu pengangkatan dan penempatan dalam jabatan struktural berdasarkan suku, agama, kekeluargaan, dan indikasi adanya kolusi, nepotisme akan semakin memperburuk dan memperlemah citra pegawai negeri sipil. Kalau kondisi tersebut terus di biarkan berlanjut dan tidak dibenahi secara tepat maka akan menimbulkan dampak yang negatif bagi pembinaan dan pengembangan karier pegawai negeri sipil, misalnya terjadi persaingan yang kurang sehat antara pegawai negeri sipil. Hal ini sangat bertentangan dengan prinsip pembinaan dan manajemen Pegawai Negeri Sipil yang seragam secara nasional. Penempatan seorang pegawai negeri sipil untuk menduduki suatu jabatan dalam suatu dinas seringkali pejabat atasan tidak melihat pada kesesuaian antara bidang keahlian dengan kemampuan pegawai negeri sipil sehingga pegawai tersebut ketika mengerjakan tugas-tugas kantor mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya, contohnya, seorang pegawai negeri sipil dengan latar belakang sarjana kehutanan di tempatkan di Dinas Sosial, Tenaga kerja dan Transmigrasi. Pegawai negeri sipil yang kurang profesional dalam bidang keahliannya maupun etos kerjanya merupakan kendala yang serius dalam pembangunan. Peningkatan dalam efektivitas penempatan pegawai negeri dalam kerja pegawai negeri sipil khususnya di Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah, sangat penting dalam meningkatkan serta mendukung 5 Ibid. 6 M. Joko Affandy, Dampak Penataan Organisasi Pemerintahan Daerah, (Jakarta: Puslitbang BKN, 2002), hlm. 3-4.

10 terciptanya goodgovermance di daerah ini. 7 Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas lebih lanjut mengenai efektivitas penempatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Barito Utara Kalimantan Tengah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan judul diatas peneliti dapat merumuskan suatu pertanyaan untuk dijadikan rumusan masalah yaitu : 1. Bagaimana efektivitas penempatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah? 2. Faktor-faktor apakah yang digunakan oleh pejabat yang berwenang ketika menempatkan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural? C. Tujuan penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas penempatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah dan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang digunakan pejabat yang berwenang ketika menempatkan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural. 7 Miftah Thoha, Manajemen Kepegawaian Sipil Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005.

11 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Subyektif Penelitian ini merupakan persyaratan bagi peneliti untuk menyelesaikan pendidikan di jenjang Strata 1. 2. Manfaat Obyektif a. Bagi ilmu pengetahuan Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan Hukum Kepegawaian. b. Bagi Pemerintah dan pihak-pihak yang berkepentingan Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam penyempurnaan peraturan perundang-undangan khususnya di bidang penempatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan, demi terwujudnya pembinaan hukum nasional pada umumnya. c. Bagi Masyarakat Luas Semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat umum yang ingin mengetahui dan menambah wawasan khususnya mengenai efektivitas penempatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural yang tidak sesuai dengan profesionalismenya. E. Keaslian Penelitian Penulisan Hukum/Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, bukan merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain. Jika penulisan hukum/skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi

12 hukum yang berlaku. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis pada perpustakaan fakultas hukum universitas atma jaya yogyakarta dan website tidak ditemukan judul penelitian yang sama dengan judul penelitian ini. Judul ini merupakan satu-satunya penelitian yang baru. F. Batasan Konsep 1. Efektivitas adalah berasal dari kata efektif, yaitu ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); dapat membawa hasil; berhasil guna (tentu usaha, tindakan). 8 2. Penempatan adalah proses, cara, perbuatan, menempati atau menempatan. 9 3. Pegawai negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. 10 4. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seoarang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi Negara. 11 G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah hukum empiris yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung didasarkan pada 8 KBBI, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2008, Hal. 352. 9 KBBI, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, Balai Pustaka, 2001, Hal.897. 10 Pasal 1 butir (1) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undangundang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. 11 Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

13 fakta-fakta yang terjadi di lapangan. 12 Penelitian yang dilakukan digolongkan ke dalam penelitian hukum empiris, karena penelitian ini berfokus pada perilaku masyarakat hukum dan penelitian ini memerlukan data primer sebagai data utama di samping data sekunder. 2. Sumber Data Data utama yang digunakan dalam penelitian hukum empiris ini adalah data primer, sedangkan data sekunder dipakai sebagai pendukung. a. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden dan narasumber tentang obyek yang diteliti dengan cara mengumpulkan keterangan secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam penelitian ini data primer yang digunakan berupa : 1). Hasil wawancara dengan Drs. Dudy Bagus Prasetyo, Selaku Kasubid Pengembangan Bidang Bangdiklat Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah, tanggal 6 april 2011. 2). Hasil wawancara Ir, Marcony Stenly, Selaku Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah, tanggal 5 april 2011. 3). Drs. Oemar Zaki, Selaku Wakil Bupati Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah, tanggal 8 april 2011. 12 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurinetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990.hlm.92.

14 4). Ir. Sudaryadi, Selaku Kepala Bidang Transmigrasi Pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah, tanggal 5 april 2011. b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan kepustakaan yang berwujud peraturan perundang-undangan, buku, majalah dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Data sekunder dalam penelitian ini adalah : 1). Bahan hukum primer yang terdiri dari : a). Undang-undang Dasar 1945 b). Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian c). Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok kepegawaian d). Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural 2). Bahan hukum sekunder yang terdiri dari : 1. Buku-buku a). Bagus Samawa dan Hayu Sukiyoprati, Manajemen PNS (Suatu Pengantar), Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, 2007. b). Burhan Ashofa, Metodologi Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2004.

15 c). Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metodologi Penelitian Survei, Jakarta, 1989. d). M. Joko Affandi, Dampak penataan Organisasi Pemerintahan Daerah, Jakarta :Puslitbang BKN, 2002. e). Moh. Mahfud MD, Hukum Kepegawaian Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1987. f). Muchsan, Pengangkatan dalam Pangkat PNS, Liberty, Yogyakarta. g). P Tjiptoherijanto dan S.Z. Abidin, Reformasi Administrasi dan Pembangunan Nasional, Unversitas Indonesia-Press, Jakarta, 1993 h). Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1992. i). Sastra Djatmika dan Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1995. j). Soepomo Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum (Universitas Indonesia), Jakarta, 1986. k). Soerjono Soekamto, Pengantar Penulisan Hukum, Universitas Indonesia (UI-Press), 1984. l). Sri Hartini, S.H., M.H., Hj. Setiajeng Kadarsih, S.H., Tedi Sudrajad, S.H., Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.

16 2. Website http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/efektivitas-kerja-definisifaktor-yang.html, tanggal 31 Januari 2011. http://www.baritoutarakab.net/selayang-pandang/selayang-pandang/, tanggal 23 Februari 2011. http://www.baritoutarakab.net/selayang-pandang/geografis-tofografisdan-demografis/, tanggal 23 Februari 2011. http://www.baritoutarakab.net/selayang-pandang/struktur-organisasi/, tanggal 23 Februari 2011 3. Dokumen/arsip Daftar Urut Kepangkatan (DUK) Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah, Tahun 2011. 3. Metode Pengumpulan Data 1). Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara secara langsung dengan narasumber Drs. Dudy Bagus Prasetyo, selaku Kasubid Pengembangan Bidang Bangdiklat Badan Kepegawaian Daerah dan Drs. Oemar Zaki, selaku Wakil Bupati Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah dengan pedoman wawancara secara terbuka. Selain itu wawancara juga dilakukan terhadap para responden.

17 2). Penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan melalui pengumpulan data dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku, tulisan-tulisan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait dengan penelitian. 4. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah. 5. Populasi dan Sample a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai negeri sipil yang menduduki jabatan struktural pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah. b. Sample Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling. Teknik sampling ini memilih sampel secara acak dari populasi yang telah ditentukan yang akan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang relevan untuk penelitian. Sampel yang diambil oleh peneliti untuk mendukung penelitian tersebut adalah 2 pegawai negeri sipil dari 22 pegawai negeri sipil yang menduduki jabatan struktural yang yang dapat di jadikan sample pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah.

18 6. Responden dan nara sumber 1). Responden dalam penelitian hukum ini adalah pegawai negeri sipil yang menduduki jabatan struktural pada Dinas sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah. 1). Ir. Marcony Stenly, Selaku Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah. 2). Ir. Sudaryadi, Selaku Kepala Bidang Transmigrasi Pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah. 2). Nara sumber dalam penelitian hukum ini adalah : 1. Drs. Oemar Zaki, Selaku Wakil Bupati Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah. 2. Drs. Dudy Bagus Prasetyo, Selaku Kasubid Pengembangan Bidang Bangdiklat Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah. 7. Metode analisis data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriftif kualitatif yang dilakukan dengan cara memahami dan merangkai data yang telah dikumpulan secara sistematis, sehingga diperoleh suatu gambaran mengenai keadaan yang diteliti. Selanjutnya diambil kesimpulan dengan metode berpikir deduktif, yaitu suatu pola berpikir yang mendasarkan pada

19 hal-hal yang bersifat umum, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. H.Sistemetika Penulisan Hukum Sistematika penulisan hukum ini terdiri dari 3 (tiga) bab yang berkesinambungan antara bab satu dengan bab berikutnya : BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian, Keaslian penelitian, Batasan Konsep, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan Hukum. BAB II EFEKTIVITAS PENEMPATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. Dalam bab ini menguraikan tentang berbagai teori dan hasil penelitian yang meliputi : Tinjauan tentang penempatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural, pengertian tentang pegawai negeri sipil, pengertian tentang jabatan, manajemen pegawai negeri sipil, penempatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural, Tinjauan tentang Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah, Kondisi Kabupaten Barito Utara Provinsi kalimantan Tengah, Struktur organisasi pemerintah Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah, Dinas Sosil Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan

20 Tengah, Struktur organisasi Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah, Tinjauan tentang efektivitas penempatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah, Penempatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural tertentu dilakukan berdasarkan : Pangkat, Tingkat Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), Efektivitas penempatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah, Prosedur/tata cara yang digunakan dalam menempatkan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah. BAB III PENUTUP Bab ini menguraiakan analisis hasil penelitian yang terangkum dalam kesimpulan. Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil penelitian. Di samping itu penulis memberikan saran kepada para pihak yang berkepentingan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN