ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

BAB III METODE PENELITIAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Basic laboratory skills terampil menggunakan alat dasar

PENAMBAHAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum ) UNTUK MENGHAMBAT LAJU PEMBENTUKAN PEROKSIDA DAN IODIUM PADA MINYAK CURAH

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral

BAB III METODE PENELITIAN

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

PENDAHULUAN. secara khusus dilakukan melalui

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1 PERCOBAAN VII TITRASI PENGENDAPAN

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

EFEKTIVITAS AIR PERASAN BUAH NANAS (Ananas comocus) PADA PENINGKATAN NILAI MUTU MINYAK KELAPA (Coconus nucifera)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS. Korry Novitriani M.Si Iin Intarsih A.Md.Ak. Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmlaya

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

Metodologi Penelitian

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM DI TINGKAT MASYARAKAT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III METODE PENELITIAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Bahan-Bahan yang Digunakan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

Pelaksanaan Persiapan Instruktur melakukan pengecekan kelengkapan sarana-prasarana sebelum praktikum dimulai, meliputi:

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

TELUR ASIN PENDAHULUAN

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. labu ukur, gelas ukur, labu erlenmeyer, alat UV-Vis Auto UV-2600,

PENGARUH LAMA PENDIDIHAN TERHADAP KADAR KIO3 PADA GARAM BERYODIUM MERK X

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

METODE. Materi. Rancangan

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KALIUM IODAT DALAM GARAM DAPUR YANG BEREDAR DI PASAR KOTA BITUNG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

(Colocasia esculenta) Wardatun Najifah

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

III. METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

KETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

Bab III Bahan dan Metode

PELUANG BISNIS TELOR ASIN ASLI BREBES

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan setiap manusia atau masyarakat pada

PENGARUH PROSES PENGGARAMAN TRADISIONAL TERHADAP RASIO KEKERASAN DAN KEMASIRAN TELUR ASIN

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Universitas

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian tepung keong mas (Pomacea

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan prosedur analisa besi, baik secara kualitatif maupun. kuantitatif, maka yang menjadi kerangka konsep adalah:

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

MODUL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ( KI-2121) PENENTUAN KADAR IOD DALAM BETADINE SECARA TITRIMETRI

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai masalah yang berkaitan dengan pangan dialami banyak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Transkripsi:

ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN Korry Novitriani dan Dina Sucianawati Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmlaya Juli 2014 ABSTRAK Iodium merupakan zat gizi essensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon thyroxin. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah gizi yang dijumpai hampir diseluruh negara di dunia, baik di negara berkembang termasuk di Indonesia maupun negara maju. Salah satu penenggulangan kekurangan iodium ialah melaui fortifikasi garam dapur dengan iodium. Fortifikasi garam dengan iodium sudah diwajibkan di Indonesia. Iodium yang biasa ditambahkan pada fortifikasi makanan yaitu dalam bentuk KIO 3 karena KIO 3 lebih stabil dibandingkan KI kedalam telur asin. Telur asin yang digunakan ditambahkan dengan KIO 3 dengan konsentrasi 1500 ppm diperoleh dari hasil pemeriksaan secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode titrasi iodometri. Berdasarkan hasil penelitian analisa kadar iodium pada telur asin secara kualitatif terbukti positif mengandung iodium karena terbentuknya warna biru dari hasil reaksi komplek iod amilum. Dan secara kuantitatif didapat kandungan iodium pada telur asin tersebut yaitu 38,59 ppm. Dengan demikian masuknya KIO 3 kedalam telur asin adalah 50% (dari konsentrasi KIO 3 1500 ppm untuk 20 telur). Kandungan iodium pada telur asin tersebut memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) No.01-3556-2000/Rev.9 tentang garam konsumsi beriodium yaitu 30-80 ppm. PENDAHULUAN Seseorang perlu makanan untuk menjaga agar tubuhnya tetap melakukan segala proses fisiologis. Yang dimaksud makanan ialah segala sesuatu yang dipakai atau yang dipergunakan oleh manusia supaya dapat hidup. Zat makanan yang diperlukan oleh tubuh manusia meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Makanan dikatakan bergizi jika mengandung zat makanan yang cukup dalam jumlah dan kualitasnya sesuai dengan kebutuhan tubuh (Irianto dan Waluyo, 2010: 16 dan 20). Mineral merupakan zat makanan yang diperlukan oleh tubuh manusia dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral ada yang dibutuhkan dalam jumlah besar dan ada yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit (Almatsier, 2001: 228). Iodium merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit dalam tubuh. Iodium ada di dalam kelenjar tiroid yang digunakan untuk mensintesis protein hormon tiroksin untuk pertumbuhan normal, perkembangan fisik dan mental pada manusia. Iodium yang biasa ditambahkan pada fortifikasi makanan yaitu dalam bentuk KIO 3 karena KIO 3 lebih stabil dibandingkan KI (Sandjaja, 2009: 109). Apabila kebutuhan iodium tidak dipenuhi akan menyebabkan defisiensi iodium. Defisiensi iodium adalah 236

gangguan gizi yang sekarang menjadi perhatian pemerintah yaitu GAKI (gangguan akibat kekurangan iodium). GAKI adalah kumpulan segala yang ditimbulkan akibat tubuh kekurangan yodium secara terus menerus dalam waktu lama, yodium adalah yang zat dibutuhkan oleh tubuh manusia diubah menjadi hormon di kelenjar gondok, dan fungsi dari hormon ini adalah menjaga pertumbuhan dan perkembangan (Irianto dan Waluyo, 2010: 78). Penyakit gondok endemik atau kekurangan iodium banyak terdapat di daerah pegunungan yang jauh dari laut, karena tanahnya sangat kurang mengandung iodium. Kekurangan iodium berupa gondok endemik merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang terdapat secara merata di daerah pegunungan diseluruh provinsi, kecuali DKI Jakarta. Menurut Departemen Kesehatan tahun 1990, prevalensi rat-rata gondok total daerah endemik adalah 27,7 %, sedangkan gondok nyata 6,8 % (Almatsier, 2001: 266). Penanggulangan pemerintah untuk kekurangan iodium adalah melalui fortifikasi iodium pada garam dapur dalam bentuk KIO 3. Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia) kadar KIO 3 pada garam di Indonesia sekitar 30-80 ppm. Upaya fortifikasi iodium juga pernah dilakukan pada makanan seperti tempe, beras, terigu dan lain-lain. Telur asin merupakan makanan yang dapat diforifikasi iodium juga karena pada proses pembuatan telur asin ada proses pengasinan/ pengawetan yaitu dengan ditambahkannya garam dan komponen lainnya seperti abu gosok, bata merah dan sebagainya. Keuntungan pengasinan telur yaitu untuk usia simpan telur, rasa, dan nilai gizi yang tetap (http://artikelbuatkita.blogspot.com). Masuknya garam dalam telur selama proses pengasinan melalui mekanisme difusi. Peristiwa masuknya garam terjadi karena sifat permeabilitas dari cangkang dan membran kedalam telur melalui difusi juga diikuti oleh garam lain yang terdapat dalam garam dapur seperti KIO 3 (Winarno, Fardiaz, Fardiaz, 1980: 28) Dalam pengolahan telur asin beriodium ini, iodium yang ditambahkan dalam bentuk KIO 3, komponen iodium akan mengalami perubahan pada saat pengolahan, distribusi dan penyimpanan. Sehingga akan berpengaruh terhadap rasa dan kestabilan KIO 3 karena KIO 3 mungkin menguap pada saat perebusan pada telur asin. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Eksperimen. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi Batang pengaduk, botol semprot, bulf, buret, corong gelas, erlenmeyer, gelas kimia, statif buret, klem buret, labu ukur, 237

pipet volume, gelas ukur, lampu spirtus, mortir, alu, baskom, ampelas, lap, ayakan, panci, kompor dan ember. Dan bahan yang digunakan meliputi AgNO 3, akuades, amilum, kertas amilum, H 2 SO 4, Kristal KI, KIO 3, K 2 Cr 2 O 7, Na 2 S 2 O 3, Na 2 CO 3, telur bebek, garam kasar, abu gosok dan bubuk bata merah. C. Prosedur Penelitian 1. Pembuatan Telur Asin Dipilih telur bebek yang baik kemudian dicuci dan dibersihkan dari kotoran yang menempel pada telur. Setelah bersih kemudian keringkan dengan lap lalu diamplas hingga halus, fungsinya agar garam mudah meresap ke dalam telur. Selanjutnya campurkan abu gosok, bubuk bata merah dan air ke baskom hingga menjadi kental, kemudian ditambahkan garam kasar dan KIO 3 dengan konsentrasi 1500 ppm diaduk hingga homogen. Telur yang telah diamplas dilumuri dengan adonan abu gosok dan garam tadi secara keseluruhan sehingga menutupi permukaan telur. Telur yang sudah dilumuri dengan adonan disimpan hingga 1 minggu. Setelah 1 minggu telur disimpan, lepaskan adonan abu dan garam dari telur dan cuci dengan air hingga bersih. Kemudian telur bebek direbus selama 1 jam hingga matang. 2. Analisa Kadar KIO 3 Sampel yang digunakan berasal dari telur asin, telur yang akan digunakan adalah telur asin yang telah direbus dan ditambahkan dengan KIO 3 dengan konsentrasi 1500 ppm. Kemudian sampel dihaluskan terlebih dahulu. Kemudian ditimbang sebanyak 25 gram untuk setiap pemeriksaan. A. Kualitatif Dilakukan dengan cara penambahan beberapa pereaksi yang diuji untuk membuktikan keberadaan iodium didalam sampel. Metode pemeriksaannya yaitu metode pertama sampel ditambahkan H 2 SO 4 pekat, tambahkan Amilum dan satu ujung spatel kristal KI. Memberikan hasil positif adanya iodium pada sampel tersebut karena terbentuk warna biru tua. Metode kedua sampel ditambah dengan AgNO 3. Memberikan hasil positif adanya iodium pada sampel tersebut karena terbentuk endapan berwarna kuning. Metode ketiga sampel ditambah dengan H 2 SO 4 pekat kemudian dipanaskan sampai keluar uap dan simpan kertas amilum diatas tabung reaksi tersebut. Memberikan hasil positif adanya iodium pada sampel tersebut karena terjadi perubahan warna biru pada kertas amilum. (Svehla, 1985 : 350-353). 238

B. Kuantitatif Uji secara kuantitatif dilakukan dengan cara titrasi iodometri, hasil positif bila pada titik akhir warna biru tepat hilang. (DepKes, 1986). D. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Hasil penelitian yang dilakukan pada sampel telur asin secara kualitatif terbukti positif mengandung iodium karena terbentuknya warna biru dari hasil reaksi komplek iod amilum. Dan hasil kuantitatif dari kadar iodium dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1. Kadar KIO 3 dalam telur asin pemeriksaan kualitatif dilakukan dengan cara penambahan beberapa pereaksi yang diuji untuk membuktikan keberadaan iodium didalam sampel. Pereaksi yang khas digunakan untuk uji kualitatif menggunakan indikator amilum karena amilum akan membentuk ikatan dengan sampel berupa ikatan iod-amilum berwarna khas yaitu biru. Pemeriksaan secara kuantitatif dilakukan dengan metode titrasi iodometri dimana sampel berupa oksidator bereaksi dengan KI dan menghasilkan iodium. Dengan reaksi sebagai berikut : KIO 3 + KI - IO 3 + 6H + + 6e I - + 3H 2 O 2I - I 2 + 2e IO - 3 + 6H + + 6I - I - + 3H 2 O + 3I 2 Iodium yang dihasilkan kemudian dititrasi dengan pentiter Na 2 S 2 O 3 berupa reduktor sampai larutan berwarna kuning jerami. Dengan reaksi sebagai berikut : I 2 + Na 2 S 2 O 3 I 2 + 2e 2I - 2-2S 2 O 3 S 4 O 2-6 + 2e 2- I 2 + 2S 2 O 3 2I - 2- + S 4 O 6 PEMBAHASAN Identifikasi iodium dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Untuk Ditambah beberapa tetes indikator amilum dan terbentuk warna biru. Terbentuknya warna biru merupakan hasil reaksi komplek iod amilum. Titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang, hilangnya warna biru merupakan titik akhir titrasi. Hasil penelitian yang dilakukan pada sampel telur asin secara kualitatif terbukti positif mengandung iodium karena 239

terbentuknya warna biru dari hasil reaksi komplek iod amilum. Secara kuantitatif didapat kandungan iodium tertinggi yaitu 46,28 ppm dan terendah yaitu 30,60 ppm. Hal tersebut kemungkinan terjadi akibat letak telur asin pada saat pengasinan. Pada telur asin yang terletak diatas menyebabkan kandungan iodium lebih rendah dibandingkan dibawah. Karena proses difusi garam pada telur yang terletak di atas berlangsung singkat dari pada telur yang terletak dibawah, telur yang terletak di atas pada saat pengasinan mengalami penguapan iodium dan KIO 3 pada adonan akan meresap kedalam telur yang terletak dibawah. Sehingga telur yang terletak di bawah mengalami proses difusi yang lebih panjang dibandingkan telur yang terletak di atas. Luas permukaan telur juga mempengaruhi kandungan iodium, karena semakin luas permukaan semakin banyak iodium yang masuk kedalam telur melalui pori-pori telur. Yang disesali, suhu, berat telur dan letak penyimpanan tidak menjadi fokus perhatian pada penelitian ini. Kandungan iodium pada telur asin tersebut yaitu ratarata 38,59 ppm. Dengan demikian masuknya KIO 3 kedalam telur asin adalah 50% (dari konsentrasi KIO 3 1500 ppm untuk 20 telur). Kandungan iodium pada telur asin tersebut memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) No.01-3556-2000/Rev.9 tentang Garam Konsumsi Beriodium yaitu 30-80 ppm. Jadi telur asin ini bisa digunakan sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan iodium di masyarakat terutama masyarakat yang terkena gangguan akibat kekurangan iodium. SIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan kandungan iodium pada telur asin tersebut yaitu rata-rata 38,59 ppm. Kandungan iodium pada telur asin tersebut memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) No.01-3556-2000/Rev.9 tentang Garam Konsumsi Beriodium yaitu 30-80 ppm. SARAN Penelitian ini diharapkan dilanjutkan dengan memperhatikan kondisi suhu, berat telur utuh sebelum diperiksa, dan letak penyimpanan telur pada saat pengasinan. Dan menambah variasi banyaknya telur dengan penambahan KIO 3 1500 ppm karena untuk 20 telur asin terserap KIO 3 2,57 % pada masing-masing telur. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010. Anonim, Manfaat Telur Asin Untuk Kesehatan, http://artikelbuatkita.blogspot.com, 2012. Departemen Kesehatan RI, Persyaratan Garam Beryodium, Penerbit Departemen Kesehatan, Jakarta, 1986. 240

Irianto, Kus dan Waluyo, Kusno, Gizi Dan Pola Hidup Sehat, Yrama Widya, Bandung, 2004. Sandjaja, Kamus Gizi, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2009. Standar Nasional Indonesia, SNI No.01-3556-2000/Rev.9 tentang Garam Konsumsi Beriodium, 2000. Svehla G, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Penerbit Kalman Media Pustaka, Jakarta, 1985. Winarno, Fardiaz dan Fardiaz, Pengantar Teknologi Pangan, Penerbit PT Gramedia, Jakarta, 1980. 241