COMPLIANCE AUDIT IN HIGHLY REGULATED INDUSTRIES AUDITOR S PERSPECTIVE

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Dr. Firman Muntaqo, SH, MHum Dr. Happy Warsito, SH, MSc Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM Irsan Rusmawi, SH, MH

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mekanisme Investasi Modal Asing Dalam Pertambangan Nasional

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JENIS DAN TAHAPAN IZIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BACKGROUND PAPER ANALISIS KPPU TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

PELAKSANAAN UU 23 TAHUN 2014 DI PROVINSI JAWA TIMUR

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas Peratur

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

PEMERINTAH ACEH BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTAMBANGAN WILAYAH LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Peraturan Reklamasi dan Pascatambang

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

- 4 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

Kewenangan Pengelolaan FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PEMBERIAN IZIN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

BAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat. disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pertambangan. Mineral. BatuBara. Jasa. Penyelenggaraan. Pencabutan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENAMBANGAN UMUM BATUBARA

UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA [LN 2009/4, TLN 4959]

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

TENTANG LAHAN DENGAN. dan dan. hidup yang. memuat. dengan. pembukaan. indikator. huruf a dan. Menimbang : Tahun Swatantra. Tingkat.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMBAGIAN URUSAN PENGELOLAAN MINERAL DAN BATUBARA PASCA UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 DAN PERUBAHANNYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

Inception Report. Pelaporan EITI Indonesia KAP Heliantono & Rekan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, yang

PEMERINTAH ACEH BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi.

KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 6 TAHUN 2010

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH 2012 PERDA PROV NO.2,LD.2012/NO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH MUARA ENIM NOMOR 30 TAHUN 2001 TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA PADA BIDANG PERTAMBANGAN

L E M B A R A N D A E R A H

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Sosialisasi: Peraturan Menteri ESDM No. 48/2017 tentang Pengawasan Pengusahaan di Sektor ESDM (Revisi atas Permen ESDM No.

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PPM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN MUARA ENIM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 24

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud butir air di atas, perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah;

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSII JAWA TENGH NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 08 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang terkandung dalam wilayah hukum. pertambangan Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

COMPLIANCE AUDIT IN HIGHLY REGULATED INDUSTRIES AUDITOR S PERSPECTIE Oleh : Muh. Arief Effendi,SE,MSi,Ak,QIA (Senior Auditor Operasional PT. Krakatau Steel, Dosen Luar Biasa FE Universitas Trisakti, Trisakti School of Management, FE Universitas Mercu Buana & Program MAKSI-MM Universitas Budi Luhur Jakarta) AUDIT TRAINING SEMINAR & ISIT (AT) 2008 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta Senin, 17 Nopember 2008

PENDAHULUAN Beberapa Industri yang termasuk kategori Highly Regulated Industries : Industri pertambangan (Mining Industry) Industri Minyak & Gas Bumi / Migas (Oil & Gas Industry). Industri Perbankan (Banking Industry). Topik khusus yang dibahas dalam seminar : industri pertambangan tinjauan dari Sisi / perspekstif Auditor (Mining Industry Auditor s Perspective). Pembahasan lebih difokuskan pada : Regulasi / Peraturan dari pihak otoritas serta prioritas regulasi yang diterapkan. Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Permasalahan umum dalam industri pertambangan. Manfaat (benefit) perusahaan yang comply. Saran bagi pihak regulator maupun perusahaan.

REGULASI / PERATURAN BAGI HIGHLY REGULATED INDUSTRIES Regulasi Mining Oil & Gas Banking UU UU No. 11 /1967 (RUU Minerba Th 2008) UU No. 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. UU No. 7/2002 tentang Perbankan. UU No. 21/2008 tentang Perbankan Syariah. Keppres / PP Keppres 75/1996 tentang Ketentuan Pokok Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara. RPP Tambang Dalam. RPP PNBP Migas RPP Usaha Hulu Migas RPP Usaha Hilir Migas dll - PSAK PSAK No. 33 : Akuntansi Pertambangan Umum PSAK No. 29 : Akuntansi Minyak dan Gas Bumi PSAK No. 31 : Akuntansi Perbankan Kep Menteri / Menteri ESDM Menteri ESDM Menteri Keuangan Per Menteri Menteri KLH Menteri KLH Menteri BUMN Menteri BUMN Menteri BUMN Regulasi Khusus Bapepam-LK BP Migas. Bapepam-LK SE/PBI (Surat Edaran / Peraturan Bank Indonesia) Bapepam-LK

REGULASI HIGHLY REGULATED INDUSTRIES KHUSUS BAGI STATE OWNED ENTERPRISES (SOE) / BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) Regulasi Mining Oil & Gas Banking UU No. 19 Tahun 2003 Tgl 19 Juni 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara PP No. 44 Tahun 2005 Tgl 25 Oktober 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan penatausahaan Modal Negara pada BUMN & Perseroan Terbatas. PP No. 43 Tahun 2005 Tgl 25 Oktober 2005 tentang Penggabungan, Peleburan, pengambilalihandan Perubahan bentuk Badan hukum BUMN. PP No. 33 Tahun 2005 Tgl 5 September 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan. Inpres No. 8 Tahun 2005 Tgl 3 Mei 2005 tantang Pengangkatan Anggota Direksi dan atau Komisaris / Dewan Pengawas BUMN. Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-BUMN/2002 Tgl 31 Juli 2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada BUMN.

REGULASI HIGHLY REGULATED INDUSTRIES KHUSUS BAGI STATE OWNED ENTERPRISES (SOE) / BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) Regulasi Mining Oil & Gas Banking Keputusan Menteri BUMN No. KEP-59/MBU/2004 Tgl 15 Juni 2004 tentang Kontrak Manajemen Calon Anggota Direksi BUMN. Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 Tgl 4 Juni 2002 tentang Tingkat Penilaian Kesehatan BUMN. Keputusan Menteri BUMN No. KEP-101/MBU/2002 Tgl 4 Juni 2002 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan BUMN. Keputusan Menteri BUMN No. KEP-102/MBU/2002 Tgl 4 Juni 2002 tentang Penyusunan Rencana Jangka Panjang BUMN. Keputusan Menteri BUMN No. KEP-104/MBU/2002 Tgl 4 Juni 2002 tentang Penilaian Calon Anggota Direksi BUMN. Keputusan Menteri BUMN No. KEP-109/MBU/2002 Tgl 4 Juni 2002 tentang Sinergi Antar BUMN.

REGULASI HIGHLY REGULATED INDUSTRIES KHUSUS BAGI STATE OWNED ENTERPRISES (SOE) / BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) Regulasi Mining Oil & Gas Banking Keputusan Menteri BUMN No. KEP-09A/MBU/2005 Tgl 31 Januari 2005 tentang Penilaian Kelayakan dan Kepatutan (FIT and Propre Test) Calon Anggota Direksi BUMN. Keputusan Menteri BUMN No. KEP-05/MBU/2008 Tgl 3 September 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa BUMN. Peraturan Menteri Negara BUMN No. Per-01/MBU/2006 Tgl 23 Januari 2006 tentang Pedoman Pengangkatan Anggota Direksi dan Anggota Komisaris Anak Perusahaan BUMN. Note : Selain Regulasi tsb masih ada regulasi yang khusus berlaku untuk industri tertentu.

REGULASI / PERATURAN BAGI HIGHLY REGULATED INDUSTRIES 1. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK No. SE-02/BL/2008 tanggal 31 Januari 2008 tentang Pedoman dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Pertambangan Umum, Minyak & Gas Bumi dan Perbankan. 2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KLH) No.3 tahun 2000 tentang Jenis Usaha dan/ atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

REGULASI / PERATURAN BAGI MINING INDUSTRY Prioritas Regulasi yang diterapkan pada Mining Industry : 1. Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan. (Saat ini DPR sedang melakukan pembahasan Rancangan Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara / RUU Minerba) 2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 33 tentang Akuntansi Industri Pertambangan umum. 3. Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Pertambangan Umum.

DELAPAN (8) BUTIR PENTING RUU MINERBA 1. Usaha pertambangan dibagi menjadi : mineral radiokatif, mineral logam dan batubara, mineral bukan logam dan batuan. (Pasal 8 ayat 1) 2. Hanya ada satu jenis Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dikeluarkan oleh Pemerintah untuk suatu wilayah tertentu (tidak ada lagi kontrak antara perusahaan dan Pemerintah. (Pasal 17 ayat 1). 3. Perizinan dikeluarkan melalui proses lelang dengan perlakuan sama dan prinsip transparansi. (Pasal 15). 4. Pemegang IUP operasi produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri dari hasil penambangan mineral dan batubara. (Pasal 23).

DELAPAN (8) BUTIR PENTING RUU MINERBA 5. Sistem perizinan disederhanakan menjadi dua bagian : Izin eksplorasi meliputi GS, eksplorasi dan FS. Izin operasi, meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan, Transportasi dan penjualan.(pasal 26) 6. Lebih memperhatikan aspek perlindungan lingkungan (reklamasi dan pasca tambang). (Pasal 34 & 36). 7. Memperhatikan Community Development (CD) terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar tambang. (Pasal 37,38 dan 39). 8. KP, KK, PKP2B, SIPD, SIPR yang telah dikeluarkan tetap berlaku sampai berkahirnya jangka waktu kontrak / izin.

POKOK-POKOK PERBEDAAN UU NO. 11 TH. 1967 S RUU MINERBA UU NO. 11 TH. 1967 Judul : Ketentuan-Ketentuan pokok Pertambangan Penguasaan Bahan Galian : Penguasaan diselenggarakan Pemerintah Kewenangan Pengelolaan : Kebijakan dan pengelolaan secara nasional. Judul : Pertambangan Mineral dan batubara Penguasaan Mineral & Batubara : Diselenggarakan oleh Pemerintah dan Daerah Penetapan untuk Kepentingan nasional oleh Presiden. Pencadangan mineral dan batubara, pengutamaan kebutuhan dalam negeri. Data dan informasi milik Pemerintah. Pengelolaan dilaksanakan oleh Pemerintah dan daerah. Urusan Pengelolaan : RUU MINERBA Pemerintah Pusat (Kebijakan dan Pengelolaan Nasional).

POKOK-POKOK PERBEDAAN UU NO. 11 TH. 1967 S RUU MINERBA UU NO. 11 TH. 1967 RUU MINERBA Propinsi ( Kebijakan & Pengelolaan Regional ) Kab/Kota ( Kebijakan & Pengelolaan lokal ) Penggolongan Bahan Galian : Strategis ital Non strategis & Non vital Perizinan dan Perjanjian : Penugasan Kuasa Pertambangan (KP) Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD) Surat Izin Usaha Pertambangan Rakyat (SIPR) Kontrak Karya / Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (KK/PKP2B) Pengusahaan & Penggolongan usaha : Mineral Radioaktif- Mineral Logam& Batubara- Mineral Bukan Logam dan Batuan. Perizinan : Penugasan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Izin Pertambangan Rakyat (IPR) Kontrak Pertambangan hanya dengan BUMN/BUMD sebagai pemegang IUP.

POKOK-POKOK PERBEDAAN UU NO. 11 TH. 1967 S RUU MINERBA UU NO. 11 TH. 1967 RUU MINERBA Tatacara Perizinan : Permohonan Pelaku Usaha : Investor domestik (KIP, SIPD,PKP2B) Investor asing (KK, PKP2B) Jangka Waktu : KP/KK/PKP2B Penyelidikan Umum (1 + 1 tahun) Tatacara Perizinan : Lelang (data potensi sudah tersedia). Permohonan Pencadangan Wilayah : Mineral logam & batubara (data potensi belum tersedia & luas terbatas). Mineral bukan logam & batuan. Pelaku Usaha : Instansi pemerintah (Radioaktif) Badan Usaha (PMA & PMDN, Koperasi) Perorangan. Jangka Waktu : IUP Eksplorasi (8 tahun) : Survey Tinjau & Penyelidikan Umum (1 tahun)

POKOK-POKOK PERBEDAAN UU NO. 11 TH. 1967 S RUU MINERBA Pengembangan Wilayah & Masyarakat : Tidak diatur. Kewajiban Pelaku Usaha : Keuangan : UU NO. 11 TH. 1967 KP/KK/PKP2B Eksplorasi (3 tahun + 2 X 1 tahun). KK/PKP2B Studi Kelayakan (1 + 1 tahun) KK/PKP2B Konstruksi (3 tahun) KP/KK/PKP2B Operasi Produksi / Eksploitasi termasuk pengolahan dan pemurnian serta pemasaran (30 tahun + 2 X 10 tahun) KP, sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. RUU MINERBA Eksplorasi Umum & Eksplorasi Rinci (5 tahun) Studi Kelayakan (2 tahun) IUP Operasi Produksi (23 tahun) : Konstruksi (3 tahun) Kegiatan penambangan, pengolahan & pemurnian, pengangkutan & penjualan (20 tahun) Pengembangan Wilayah & Masyarakat : Kewajiban Pemerintah / Pemerintah Daerah. Keharusan pemegang IUP. Kewajiban Pelaku Usaha : Keuangan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku : Pajak & PNBP. Lingkungan :

POKOK-POKOK PERBEDAAN UU NO. 11 TH. 1967 S RUU MINERBA UU NO. 11 TH. 1967 KK/PKP2B, tetap pada saat kontrak ditandatangani. Lingkungan (sedikit diatur). Kemitraan (sedikit diatur). Nilai Tambah (hanya diatur di kontrak). Data dan Pelaporan (sedikit diatur). Penggunaan Lahan : Pembatasan tanah yang dapat diusahakan. Pembinaan dan Pengawasan : Terpusat (khususnya KP,KK dan PKP2B) Syarat perizinan. Reklamasi / pasca tambang. Kemitraan. Nilai Tambah. Data dan Pelaporan. Kemitraan & bagi hasil. Penggunaan Tanah : RUU MINERBA Pembatasan tanah yang dapat diusahakan. Apabila telah memasuki tahap Operasi Produksi, maka luas WUP operasi produksi tersebut ditetapkan sebagai kawasan pertambangan. Pembinaan dan Pengawasan : IUP (Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangan)

POKOK-POKOK PERBEDAAN UU NO. 11 TH. 1967 S RUU MINERBA UU NO. 11 TH. 1967 RUU MINERBA IPR (Bupati / Walikota). Penyidikan : Tidak diatur (limitatif). Ketentuan Pidana : Diatur, tetapi sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi saat ini. Sanksi Pidana / kurungan sangat lunak. Penyidikan : Penyidik POLRI. Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Ketentuan Pidana : IUP (Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangan). Sanksi cukup keras. Apabila pidana dilakukan oleh Badan Hukum, maka sanksi & denda ditambah 1/3. Sumber : DJMBP-ESDM, Majalah EKSPLO No. 7/Th I/ 1-15 Nop 2008.

PSAK NO. 33 AKUNTANSI PERTAMBANGAN UMUM Isi pokok : 1. Karakteristik Akuntansi Industri Pertambangan umum. 2. Jenis Biaya, Penyajian Laporan Keuangan & Pengungkapan : Eksplorasi. Pengembangan & Konstruksi. Produksi. Pengelolaan Lingkungan Hidup.

PERMASALAHAN UMUM DALAM INDUSTRI PERTAMBANGAN Perbedaan pemahaman terhadap Peraturan Pemerintah (PP) No. 144 Th 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Beberapa perusahaan PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara) oleh Pemerintah dianggap lalai memenuhi kewajiban membayar royalty batubara. Royalty : wujud kedaulatan negara atas sumber daya alam, sebaiknya pembayaran royalty dilakukan sebelum batubara diekspor. Permasalahan tsb sedang ditangani langsung oleh Tim OPN (Optimalisasi Penerimaan Negara).

PERMASALAHAN UMUM DALAM INDUSTRI PERTAMBANGAN Permasalahan Tambang Dalam / Pertambangan Bawah Tanah (Underground Mining) : Pasal 30 ayat (5) UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, disebutkan di kawasan hutang lindung dilarang adanya operasi tambang (openpit). Rencana akan dikeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) yang mengatur Tambang Dalam (Underground Mining). Poin-poin penting Draft Rancangan Perpres Tambang Dalam : 1. Pertambangan bisa dilakukan di kawasan hutan lindung, asalkan menggunakan teknik Underground Mining

PERMASALAHAN UMUM DALAM INDUSTRI PERTAMBANGAN 2. Pertambangan di kawasan hutan lindung tidak boleh merusak permukaan (tidak boleh ada subsidence). Penjelasan : saat menambang tanah tidak boleh turun yang bisa mengakibatkan retakan-retakan. 3. Diperbolehkan/ diizinkan adanya deforestisasi (pembukaan hutan) untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Misalnya untuk membangun kantor, stock pile, perbengkelan dsb. 4. Jumlah dan kawasan hutan yang di-deforestisasi harus didaftar sesuai keperluan dan dicantumkan dengan jelas dalam pengajuan izin/permohonan.

PERMASALAHAN UMUM DALAM INDUSTRI PERTAMBANGAN 5. Lahan hutan lindung yang di-deforestisasi dikenakan tarif sesuai PP2 / 2008. 6. Pengawasan dilakukan oleh Departemen ESDM, Departemen Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup. 7. Pengawasan didasarkan pada AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan RKAB (Rencana Kerja & Anggaran Belanja) yang diajukan perusahaan tambang. (Sumber : Departemen ESDM, Departemen Kehutanan, Majalah Tambang ol 3 No. 28/ September 2008)

PERMASALAHAN UMUM DALAM INDUSTRI PERTAMBANGAN Permasalahan utama industri pertambangan mineral menurut PriceWaterhouseCoopers (2008) : 1. Konflik antara aturan pertambangan dan kehutanan. 2. Kontradiksi aturan Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah. 3. RUU Mineral dan Batubara, seperti masalah pajak, kedudukan kontrak karya, ketidakpastian karena belum disyahkan, serta kaitannya dengan UU Penanaman Modal. 4. Masalah dalam kewajiban divestasi. 5. Pertambangan ilegal (Illegal Mining). (Sumber : Majalah Eksplo No. 7/ Th. 1 /1-15 Nopember 2008)

MANFAAT (BENEFIT) BAGI PERUSAHAAN YANG COMPLY Perusahaan / industri yang comply terhadap berbagai Peraturan / Regulasi yang ditetapkan oleh regulator / Pemerintah akan Memperoleh manfaat sbb. : 1. Suasana kerja menjadi lebih kondusif dan harmonis. 2. Kinerja perusahaan lebih meningkat, melalui peningkatan produktivitas. 3. Citra perusahaan lebih positif di mata Pemerintah, publik dan stakeholder lainnya. 4. Bagi perusahaan yang go publik, maka akan lebih diminati oleh para investor.

SARAN 1. Pemerintah bersama dengan DPR agar segera menyelesaikan RUU Minerba menjadi UU, sehingga dapat terjamin kepastian dalam usaha pertambangan mineral dan batubara. 2. Permasalahan royalty batubara yang ditangani oleh Tim OPN (Optimalisasi Penerimaan Negara) agar dapat dihasilkan keputusan yang win-win solution. 3. Perusahaan agar berusaha mematuhi berbagai regulasi yang telah ditetapkan oleh regulator dengan itikat baik.