Evaluasi Pertumbuhan dan Hasil Plasma Nutfah Sorgum (Sorghum vulgare (L.) Moench.) dari Tanaman Induk dan Ratoon

dokumen-dokumen yang mirip
Evaluasi Pertumbuhan dan Hasil Plasma Nutfah Sorgum (Sorghum vulgare (L.) Moench.) dari Tanaman Induk dan Ratoon

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan energi masih menjadi salah satu perhatian besar di

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan krisis energi sampai saat ini masih menjadi salah satu

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi dunia yang dinamis dan semakin terbatasnya cadangan energi

Uji Adaptasi Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor L.) pada Lahan Kering di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor [L] Moench) Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) termasuk dalam divisi

Karakterisasi Beberapa Sifat Kuantitatif Plasma Nutfah Gandum (Triticum aestivum. L)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh sebab

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang termasuk di

Pengelompokan Plasma Nutfah Gandum (Triticum aestivum) Berdasarkan Karakter Kuantitatif Tanaman

Penyediaan Bibit untuk Budi Daya Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.)

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sungai Niger di Afrika. Di Indonesia sorgum telah lama dikenal oleh petani

TINJAUAN PUSTAKA. berikut, Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae,

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

PENDAHULUAN. dengan laju pembangunan dan pertambahan penduduk. Usaha ini tidak. terbatas pada tanaman pangan utama (padi) melainkan penganekaraman

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia komoditas tanaman pangan yang menjadi unggulan adalah padi,

PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

Perbanyakan Bibit Stek Umbi dan Uji Adaptabilitas Plasma Nutfah Garut (Marantha arundinaceae L.)

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

Evaluasi Plasma Nutfah Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L.) di Lahan Masam

[ ] Pengembangan Varietas Jagung Putih untuk Pangan, Berumur Genjah dan Toleran Kekeringan Muhammad Azrai

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

Budi Daya Tanaman Sorgum

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

PENAMPILAN SIFAT AGRONOMI GALUR MUTAN SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench) DI KABUPATEN BOGOR. Sihono

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

VARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul)

Identifikasi Plasma Nutfah Kedelai Berumur Genjah dan Berdaya Hasil Tinggi

INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA

PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

DAYA HASIL TIGA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI KEBON AGUNG BANTUL THE POTENTIAL YIELD OF THREE NEW PADDY VARIETIES AT KEBON AGUNG BANTUL

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN. The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

PYRACLOSTROBIN ROLE IN IMPROVING EFFICIENCY NITROGEN FERTILIZER AND EFFECT ON QUALITY OF YIELD SEEDS CORN (Zea mays L.)

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di dunia. Hal itu dikarenakan jagung memiliki nilai gizi yang

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS UREA PADA BEBERAPA VARIETAS SORGUM ( Sorghum bicolor L.) TERHADAP HASIL DAN MUTU BENIH

Oleh: Totok Agung Dwi Haryanto Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 25 Agustus 2004, disetujui: 27 September 2004)

IDENTIFIKASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL PADI GOGO DI ACEH BESAR. The Identification Some Upland Rice Superior Varieties in Aceh Besar

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori

PEMURNIAN GENETIK DAN PRODUKSI BENIH JAGUNG MANADO KUNING. Oleh: Semuel D. Runtunuwu, Yefta Pamandungan, dan Selvie Tumbelaka

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum merupakan tanaman yang termasuk di dalam famili Graminae bersama

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

Sasi Pestarini. *1), Sri Ustanti Wahyuningsih *2) dan Sri Hariningsih Pratiwi *2) ABSTRAK

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

Evaluasi Mutu Gizi Plasma Nutfah Tanaman Pangan

Pengembangan Jagung Varietas Lokal Sumenep

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) DENGAN PERBEDAAN SISTEM PENGOLAHAN TANAH

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

TANGGAP BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP PEMUPUKAN DI LAHAN KERING [THE RESPONSES OF SEVERAL SOYBEAN VARIETIES ON FERTILIZATION ON DRYLAND]

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

IDENTIFIKASI PLASMA NUTFAH KEDELAI BERUMUR GENJAH DAN BERBIJI SEDANG

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani Tanaman Sorgum. Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN DI PAPUA. Fadjry Djufry dan Arifuddin Kasim Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua

Fauziah Yulia Andriyani dan Kiswanto: Produktivitas dan Komponen Hasil

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Prospek Pengembangan Sorgum untuk Ketahanan Pangan dan Energi

USAHA TANI PARIA MENUNJANG KEGIATAN VISITOR PLOT DI KEBUN PERCOBAAN MAUMERE. I. Gunarto, B. de Rosari dan Masniah BPTP NTT

KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH PADA LAHAN KERING DI NTT

POTENSI HASIL BEBERAPA JAGUNG LOKAL KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DENGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Transkripsi:

Evaluasi Pertumbuhan dan Hasil Plasma Nutfah Sorgum (Sorghum vulgare (L.) Moench.) dari Tanaman Induk dan Ratoon Mamik Setyowati, Hadiatmi, dan Sutoro Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor ABSTRACT Sorghum had been cultivated by farmers in certain area for a long time. It is used for food or feed and its production was relatively low. Germplasm collection have to be evaluated to obtain certain character which were important to plant breeding. The purpose of this study was to evaluate ratooning ability of sorghum. Research was conducted in Cikeumeuh Experiment Station, Bogor from April-December 1999 using randomized complete block design. There were three type of maturity were studied (21 accessions, 44 accessions and 35 accessions for short, medium and long maturity, respectively). Result showed that main crop was better than ratoon crops. Grain yield of accession No. 15/226 classified as short maturity in ratoon crop, was better than main crop, but total grain yield (main and ratoon crop) was not significantly different compare to Keris M3 and ICSV 93003. Key words: Sorghum, ratoon, germplasm. ABSTRAK Tanaman sorgum telah lama dibudidayakan petani di daerah tertentu. Sorgum dapat digunakan sebagai pangan atau pakan dan umumnya memiliki produksi relatif rendah. Koleksi plasma nutfah perlu dievaluasi untuk mendapatkan karakter tertentu yang penting untuk pemuliaan tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kemampuan ratoon dari plasma nutfah sorgum. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Percobaan Cikeumeuh Bogor yang berlangsung pada April- Desember 1999 dengan menggunakan rancangan acak kelompok. Umur masak tanaman sorgum yang dipelajari terdiri dari 3 kelompok umur panen (21 aksesi umur pendek, 44 aksesi umur sedang, dan 35 aksesi umur panjang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman utama lebih baik daripada tanaman ratoon. Bobot biji aksesi No. 15/226 lebih baik daripada tanaman utama, tetapi total bobot biji tanaman utama dan ratoon tidak berbeda nyata apabila dibandingkan dengan aksesi Keris-M3 dan ICSV 93003. Kata kunci: Sorgum, ratoon, plasma nutfah. PENDAHULUAN Tanaman sorgum telah lama dibudidayakan di Indonesia, namun dalam areal yang masih terbatas. Pertanaman sorgum banyak dijumpai di daerahdaerah yang memiliki curah hujan sedikit seperti di Demak dan Pati Jawa Tengah dan Bojonegoro Jawa Timur (Roesmarkam 1981). Pada umumnya tanaman ini ditumpangsari dengan padi gogo, kedelai atau tanaman palawija lainnya. Sorgum merupakan salah satu tanaman penting sebagai bahan baku pakan ternak. Produksi sorgum perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan atau pakan (Singgih dan Hamdani 1998). Biji sorgum memiliki kualitas nutrisi yang sebanding dengan biji-bijian lainnya. Sebagai perbandingan, biji sorgum mempunyai kandungan nutrisi yang hampir sama dengan biji jagung, sehingga dapat menggantikan jagung yang sewaktu-waktu sulit dicari di pasaran. Pembudidayaan tanaman sorgum relatif lebih mudah, tidak memerlukan tanah yang subur, dan relatif toleran kekeringan. Biji sorgum mengandung 9,8% protein dan 2,3% lemak sedangkan biji jagung mengandung 9,4% protein dan 4,2% lemak (Ismail dan Kodir 1977). Oleh karena itu, sorgum layak dipertimbangkan sebagai sumber pangan dan pakan. Tepung sorgum relatif baik sebagai bahan baku (Aluko dan Ohegbemi 1989) atau campuran dengan tepung terigu untuk roti tawar, roti biasa, atau biskuit. Sorgum dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan baku gula sirup (Mudjisihono 1991). Dibandingkan dengan tanaman serealia lainnya, tanaman sorgum lebih toleran kekeringan (Doggett 1988). Hal ini disebabkan oleh adanya lapisan lilin pada batang dan daun sorgum yang dapat mengurangi kehilangan air melalui penguapan (transpirasi tanaman). Kelebihan lain dari sorgum adalah dapat diratoon (tanaman tumbuh kembali setelah tanaman dipangkas saat panen). Kemampu- Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005 41

an tanaman untuk dapat diratoon berbeda antarvarietas. Hingga saat ini belum banyak varietas sorgum yang dievaluasi kemampuan daya ratoonnya. Hasil penelitian terhadap 10 varietas introduksi yang diratoon diperoleh perbedaan hasil biji antarvarietas (Dahlan et al. 1986). Di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian terdapat koleksi plasma nutfah sorgum, namun evaluasi terhadap kemampuan ratoonnya belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pertumbuhan dan hasil plasma nutfah sorgum pada tanaman ratoon. 42 BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikeumeuh, BB-Biogen Bogor, pada April-Desember 1999. Benih yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari koleksi plasma nutfah, baik varietas lokal maupun introduksi. Aksesi Cantel Abrit dan Kempul Putih merupakan varietas lokal, sedangkan yang lain merupakan galur introduksi dari berbagai negara, antara lain Thailand, Hungaria, India, Philipina, USA, Afrika Selatan. Pertanaman induk dipupuk dengan 100 kg urea, 100 kg TSP, dan 50 kg KCl yang diberikan pada saat tanam. Selanjutnya, pada umur kurang lebih 1 bulan diberikan pupuk urea sebanyak 200 kg/ha. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua ulangan. Setelah tanaman induk dipanen, pertanaman diratoon dengan cara memangkas tanaman saat panen, 5 cm di atas permukaan tanah lalu dibiarkan tanaman tumbuh kembali. Kemudian dipilih satu tunas tanaman yang tumbuh untuk dipelihara sampai menghasilkan biji. Tunas yang dipilih adalah yang tumbuh di bawah permukaan tanah. Tanaman yang tumbuh di atas permukaan tanah atau tumbuh dari batang yang dipotong pertumbuhannya lemah sehingga mudah rebah (Phillipine Council for Agricultural Research 1975). Penanaman tanaman induk dilakukan dengan cara ditugal, dengan kedalaman 2-3 cm, jarak tanam 75 x 15 cm. Pemupukan tanaman ratoon sama dengan tanaman induk. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Induk Dalam deskripsi varietas tanaman, seringkali suatu varietas dikelompokkan berdasarkan umur panen, yaitu genjah, sedang, dan dalam. Suatu varietas dikatakan genjah bila tanaman dan varietas tersebut memiliki umur panen kurang dari 85 hari, varietas berumur sedang dipanen pada umur 85-95 hari, dan varietas berumur dalam dipanen setelah berumur lebih dari 95 hari (Subandi 1988). Oleh karena itu, data pengamatan dikelompokkan menurut umur panen dari varietas sorgum tanaman induk. Umur panen tanaman merupakan salah satu pertimbangan bagi petani dalam memilih varietas. Petani umumnya memilih varietas yang berumur pendek atau genjah. Umur panen ini dapat dijadikan pertimbangan dalam budi daya pertanaman atau pergiliran tanaman sepanjang tahun. Berdasarkan pengamatan terhadap 100 aksesi tanaman induk yang diuji diperoleh 21 aksesi berumur genjah, 44 aksesi berumur sedang, dan 34 aksesi berumur dalam. Umur panen terpendek pada tanaman induk, yaitu 77 hari dan terpanjang 108 hari. Sedangkan pada tanaman ratoon, umur terpendek 83 hari dan terpanjang 121 hari (Tabel 1). Tinggi tanaman varietas sorgum yang berumur dalam umumnya lebih tinggi daripada tanaman berumur lebih cepat. Di samping itu, rata-rata tinggi tanaman ratoon cenderung lebih pendek daripada tanaman induk. Variasi tinggi tanaman induk plasma nutfah sorgum antara 93-220 cm (Tabel 2). Ukuran butir sorgum diukur berdasarkan bobot 100 butir. Berdasarkan ukuran butir dapat ditentukan jumlah benih yang diperlukan untuk ditanam. Di samping itu, ukuran butir juga dapat dijadikan pertimbangan dalam pemanfaatan biji sorgum. Secara umum, rata-rata bobot 100 butir tanaman induk lebih tinggi daripada tanaman ratoon. Umur panen tanaman tidak selalu terkait dengan tinggi tanaman dan ukuran butir. Bobot 100 butir tertinggi (2,9 g) terdapat pada varietas berumur genjah dan bobot terendah (1,4 g) pada varietas berumur sedang (Tabel 3). Persentase tumbuh tanaman ratoon bervariasi. Untuk mendapatkan hasil yang baik maka tanaman ratoon harus memiliki populasi yang tinggi (Living- Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005

Tabel 1. Umur panen tanaman induk dan tanaman ratoon sorgum. Tanaman induk Tanaman ratoon Minimal Maksimal Rerata Minimal Maksimal Rerata Jumlah varietas <85 77,0 85 81,3 83 106 91,7 21 85-95 87,0 95 92,1 84 106 85,9 44 >95 96,5 108 102,8 94 121 87,5 35 Tabel 2. Tinggi tanaman induk dan ratoon sorgum. Tanaman induk (cm) Tanaman ratoon (cm) Minimal Maksimal Rerata Minimal Maksimal Rerata <85 93 214 157 74 246 129 85-95 113 212 162 81 207 139 >95 116 220 168 74 226 152 Tabel 3. Bobot 100 butir (g) tanaman induk dan tanaman ratoon sorgum. Tanaman induk Tanaman ratoon Minimal Maksimal Rerata Minimal Maksimal Rerata <85 1,5 3,0 2,5 1,9 3,4 2,2 85-95 1,4 3,6 2,5 0,8 3,5 2,1 >95 1,6 2,9 1,9 0,8 2,9 1,9 Tabel 4. Persentase tumbuh tanaman ratoon sorgum. Tanaman ratoon Minimal Maksimal Rerata <85 27,5 70 39,6 85-95 0,5 70 28,2 >95 0,5 65 24,5 ston dan Coffman 2003). Terdapat kecenderungan bahwa tanaman yang berumur dalam relatif kurang mampu menghasilkan tanaman ratoon atau populasi ratoonnya rendah (Tabel 4). Pada semua kelompok umur panen sorgum, terdapat varietas yang memiliki potensi ratoon yang sama, berkisar antara 65-70%. Pada varietas yang berumur sedang dan dalam terdapat varietas yang tidak mampu menghasilkan tanaman ratoon (persentase tumbuh kurang dari 0,5%). Hasil biji dari tanaman induk pada kelompok varietas berumur genjah, sedang, dan dalam bervariasi antara 847-7133 kg/ha. Hasil biji dari tanaman ratoon berkisar antara 76-3855 kg/ha (Tabel 5). Rendahnya hasil tanaman ratoon disebabkan oleh tanaman yang tumbuh sedikit dan atau hanya sedikit tanaman yang menghasilkan malai. Hasil gabungan tanaman induk dan ratoon dari varietas berumur genjah, sedang, dan dalam hampir sama dengan hasil minimum sekitar 1521 kg/ha dan maksimum 8451 kg/ha (Tabel 6). Tanaman sorgum yang berumur genjah dan memiliki hasil tanaman induk yang tinggi diberikan oleh varietas Keris M3 (5987 kg/ha) dan ICSV 93003 (6082 kg/ha). Sedangkan tanaman sorgum berumur sedang diberikan oleh ICSR 91006 (5736 kg/ha) dan IS23509 (5314 kg/ha). Varietas ICSR 50 dan ICSVLM 9051 yang berumur dalam menghasilkan biji tanaman induk masing-masing sebanyak 5136 kg/ha dan 5314 kg/ha. Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005 43

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ratoon Varietas Berumur Genjah Hasil analisis data tinggi tanaman ratoon menunjukkan adanya perbedaan nyata di antara varietas yang diuji. Varietas ICSR 296B memiliki tanaman terpendek, yaitu 71,5 cm. Dalam kelompok umur genjah, varietas/galur yang memiliki tanaman lebih tinggi daripada varietas Keris adalah CA Wonogiri, ICSV 93003, Sil.75, dan No. 15/226 (Tabel 7). Tanaman ratoon yang berumur genjah sebagian besar lebih rendah dari tanaman induknya. Varietas/galur yang tinggi tanaman ratoonnya melebihi tanaman induknya yaitu varietas/galur ICSV 93003 dan No. 15/226. Aksesi yang memiliki bobot 100 butir nyata lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Keris, Tabel 5. Hasil tanaman induk dan tanaman ratoon sorgum. Tanaman induk (kg/ha) Tanaman ratoon (kg/ha) Minimal Maksimal Rerata Minimal Maksimal Rerata <85 847 6082 3464,5 673 3114 1893,5 85-95 1400 5136 3268,0 138 3855 1996,5 >95 704 7133 3918,5 76 2560 1318,0 Tabel 6. Hasil gabungan tanaman induk dan tanaman ratoon sorgum. Tanaman gabungan (kg/ha) Minimal Maksimal Rerata <85 1521 7172 4054 85-95 1538 8045 4351 >95 1453 8451 3709 Tabel 7. Tinggi tanaman induk, umur masak, bobot 100 butir, dan hasil biji tanaman ratoon plasma nutfah sorgum umur genjah (<85 hari). No. Varietas Tinggi tanaman (cm) Bobot 100 butir (g) Umur panen (hari) Persentase tumbuh tanaman ratoon Hasil biji tanaman ratoon (kg/ha) Total hasil biji tanaman induk dan ratoon (kg/ha) 1. Keris 98 2,0 83 40 673 1521 2. TUBJ 120 2,5 89 50 1363 3161 3. Keris M3 74 2,25 85 47,5 1185 7172 4. IRAT 204 142,5 3,2 95 27,5 1075 3319 5. Hegari Genjah 94 1,9 94 37,5 1334 2934 6. Badik 145,5 2,1 83 55 1304 3122 7. 867-086 85 2,05 85 32,5 1303 4340 8. ICSR 50 136,5 3,4 95 37,5 717 3818 9. ICSR 14 90 2,4 90 52,5 2532 5959 10. Sangkur 95 2,4 95 60 1240 4499 11. UPCASI 90 3,1 90 70 2097 4503 12. ICSV 93004 103 2 103 27,5 788 2672 13. CK 2 148 2,05 84 45 2135 4993 14. CA Wonogiri 214,5 2,6 85 52,5 1508 4941 15. ICSV 93003 192,5 2,4 99,5 30 1198 7280 16. Sil.75 212 2,1 93 45 796 5037 17. MK Progo 91 0,8 93 5 62 2656 18. No. 15/226 246 2,1 95,5 62,5 3114 5695 19. Mandau 141,5 2,55 96,5 45 1530 4452 20. 867032 120 2,3 86,5 5 103 1689 21. ICSR.296B 71,5 0 106 5 279 1381 BNT 5% 78,1 1,31 49,3 24,79 1355 2857 44 Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005

yaitu ICSR 50. Bobot 100 butir dari tanaman ratoon yang jauh lebih rendah dari tanaman induknya terdapat pada aksesi Sil.75 dan MK Progo. Tanaman ratoon varietas UPCASI memiliki persentase tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Keris (Tabel 7). Tanaman ratoon yang menghasilkan biji yang berbeda nyata dengan varietas Keris, yaitu ICSR 14 (2532 kg/ha), UPCASI (2097 kg/ha), CK2 (2135 kg/ha), No. 15/226 (3114 kg/ha). Hasil biji tanaman ratoon umumnya lebih rendah daripada tanaman induk. Hal ini disebabkan oleh umur panen tanaman ratoon umumnya lebih cepat. Hanya varietas No. 15/226 yang memberikan hasil tanaman ratoon yang lebih baik dari tanaman induknya. Namun demikian, total hasil kedua pertanaman (induk dan ratoon) tidak lebih tinggi daripada varietas Keris, M3, dan ICSV 93003 (Gambar 1). Varietas Berumur Sedang Tanaman ratoon terpendek pada varietas berumur sedang terdapat pada galur ICSB 31. Varietas yang memiliki tanaman lebih tinggi dari K-905 adalah ICSV 93002, IS23509, Entry 64DTN, ICSR 31 (Tabel 8). Tanaman ratoon yang tingginya melebihi tanaman induk ditunjukkan oleh varietas/galur ICSV 93025 dan ICSV 93002. Tanaman ratoon yang memiliki bobot 100 butir terendah terdapat pada varietas CK-5 (0,8 g). Tanaman ratoon yang memiliki bobot 100 butir relatif besar (lebih dari 3 g) adalah M-2, ICSR 91006, M-4, ICSV 89102, Entry(X)ISSDAC, ICSV 93050, dan Entry 64DTN. Tanaman ratoon varietas Entry 64DTN, No. 867226, dan ICSV 93051 memiliki persentase tumbuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas K-905. Hasil biji terendah dihasilkan oleh varietas CK-5 (89 kg/ha), sedangkan hasil tertinggi (lebih dari 3,5 t/ha) dicapai oleh varietas Entry 64DTN. Hasil tanaman ratoon umumnya lebih rendah dari tanaman induknya (Gambar 2). Varietas/ galur K-905, CK-5, ICSB 31, ICSV 92024 memberikan hasil yang sangat rendah. Sedangkan ICSB 67, ICSR 89013, dan ICSV 93052 tidak mampu menghasilkan tanaman ratoon. Varietas Berumur Dalam Tinggi tanaman ratoon yang paling pendek dari varietas berumur dalam ditunjukkan oleh ICSR 9102B (80,5 cm). Varietas SPV 669, ICSR 91011, ICSV 92015 memiliki tanaman yang lebih tinggi dari ICSV 705. Tinggi tanaman ratoon yang berumur dalam sebagian besar hampir sama dengan tanaman induknya, sedangkan varietas/galur yang tinggi tanamannya melebihi induknya adalah ICSR 91011. Ukuran butir terbesar pada kelompok tanaman ratoon berumur dalam dimiliki oleh ICSR 97 (2,9 g). Rata-rata bobot 100 butir varietas ICSR 20, SPV 669, ICSR 60, ICSV 92015, dan ICSV 93026 lebih dari 2,5 g (Tabel 9). 8000 7000 = tanaman induk = tanaman ratoon Hasil biji kering (kg/ha) 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Nomor varietas Gambar 1. Hasil biji kering tanaman induk dan ratoon plasma nutfah sorgum berumur genjah. Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005 45

Tabel 8. Tinggi tanaman, umur masak, bobot 100 butir dan hasil biji tanaman ratoon plasma nutfah sorgum umur sedang (86-95 hari). No. Varietas Tinggi tanaman (cm) Bobot 100 butir (g) Umur masak (hari) Persentase tumbuh tanaman ratoon Hasil biji tanaman ratoon (kg/ha) Total hasil biji tanaman induk dan ratoon (kg/ha) 1. K-905 124,5 1,05 113 35 138 1538 2. M-2 143,5 3,2 93 30 997 4930 3. 1416-B 108,5 2,4 99 25 1222 3079 4. CK-5 118 0,8 106 2,5 89 1909 5. MO-432 143 2,5 96 27,5 955 4192 6. ICSR 91006 134,5 3,2 100 35 699 5834 7. ICSR 88020 145 2,55 109 17,5 1167 2950 8. No. 867161 129 1,8 96 10 414 3525 9. M3 143 1,95 96 10 2443 6423 10. M1 134,5 2,65 84 45 1349 5705 11. M4 145 3,1 90 40 836 3137 12. No. 8909/199026 129 2,55 91 52,5 2719 4624 13. TX62313 143 2,4 106 17,5 2495 5573 14. ICSV 88032 133 1,7 92 52,5 566 4758 15. ICSV 93033 143,5 2,35 106 20 890 5336 16. ICSV 93025 196 2,2 90 40 131 2628 17. ICSV 89102 142 3,05 91 35 2679 7611 18. ICSV 745 170,5 2,45 91 40 1924 5532 19. ICSV 93005 172,5 2,7 0 47,5 2081 5853 20. ICSV 93005 0 1,9 96 30 1103 4684 21. ICSV 93002 204,5 2,3 94 35 941 3801 22. ENTRY(X)ISSDAC 165,5 3,1 93 22,5 1951 6694 23. No. 867171 153,5 2,35 88 45 1473 4655 24. N0 3568/199040 152,5 2 104 50 1202 3441 25. ICSV 93050 159 3,15 90,5 37,5 2877 5636 26. No. 867226 199 2,35 96 80 825 3056 27. IS23509 207,5 2,95 92 42,5 2415 7728 28. ENTRY 64DTN 209 3,5 86,5 62,5 3855 8045 29. ISIAP DORADO 134 2,4 102 37,5 612 3833 30. ICSV 93051 147,5 2,65 102 70 1139 4419 31. ICSB 67 0 0 0 0 0 1581 32. ICSR 89013 0 0 0 0 0 2345 33. K. Putih 64R6 149,5 2 87,5 50 2354 5821 34. ICSB 31 81,5 0,95 93 0,5 261 2439 35. ICSR III 158 2,4 106 27,5 1298 4903 36. ICSV 92024 163 2,95 95 0,5 168 3962 37. ICSV LM 86513 148 1,05 91 0,5 120 3378 38. ICSV 93052 0 0 0 0 0 2336 39. ICSV 84 156,5 2,4 106 15 765 2794 40. ICSV 89037 192 2 102,5 35 2111 5256 41. GJ 35-15-15 187 2 104,5 10 728 3902 42. ICSV 93009 130 1,25 94 30 2022 2273 43. ICSV 93010 144 1,8 99,5 27,5 2067 5326 44. ICSR 31 205,5 2,15 98,5 30 704 4026 BNT 5% 78,1 1,31 49,3 24,79 1355 2857 Ukuran butir dari tanaman ratoon varietas/ galur ICSWLM 90502, No. 88005B, No. 296B jauh lebih rendah daripada tanaman induknya. Tanaman ratoon yang memiliki persentase tumbuh yang lebih tinggi dari varietas ICSR 97 ditunjukkan oleh ICSR 20, ICSV 93026, ICSV 247, ICSV 427, LB 5, ICSV 93055, ICSR 70, ICSR 91011, MR 836, ICSV 112, dan ICSV 92015. Hasil biji tertinggi diperoleh pada varietas ICSV 93026 (2560 kg/ha). Tabel 9 menunjukkan varietas ICSR 20, ICSV 247, ICSV 93055, ICSR 91011, ICSV 92010, ICSV 112, ICSV 92015, ICSV 93026 memberikan hasil biji ratoon lebih dari 2 t/ha dan tidak berbeda nyata dengan ICSV 93026, sedangkan hasil varietas lainnya lebih rendah. Hasil biji tanaman ratoon berumur dalam jauh lebih rendah dari tanaman induknya (Gambar 3). 46 Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005

Tabel 9. No. Varietas Tinggi tanaman, umur masak, bobot 100 butir, dan hasil biji tanaman ratoon plasma nutfah sorgum umur dalam (>95 hari). Tinggi tanaman (cm) Bobot 100 butir (g) Umur masak (hari) Persentase tumbuh tanaman ratoon Hasil biji tanaman ratoon (kg/ha) Total hasil biji tanaman induk dan ratoon (kg/ha) 1. ICSR 97 145 2,9 93 12,5 840 3212 2. ICSW.LM 90502 148 0,8 98 12,5 444 3296 3. ICSV II 0 0 0 0 0 2478 4. ICSVLM 9051 170 2,25 105 20 1318 8451 5. ICSVLM.89522 144,5 2,3 107 20 1240 5210 6. ICSR 20 141 2,5 102 40 2473 7575 7. ICSV 93024 200,5 2,25 121 32,5 1336 4140 8. ICSR 119 173 2,25 96 35 878 4256 9. ICSV247 193 2,4 93 52,5 2230 5755 10. ICSV 427 186 1,95 92 42,5 1091 3940 11. LB 5 209 2,1 95 65 1741 4379 12. SPV 669 216 2,5 98,5 32,5 1279 5591 13. ICSV 93055 189 2,2 96,5 65 2409 5090 14. ICSB 88005 133,5 1,5 106 17,5 355 1716 15. ICSV 705 123 1,35 99 0,5 109 3090 16. ICSR 70 173,5 2,25 97 40 1933 3641 17. ICSR 103 146 2,3 98,5 15 657 4247 18. No. 88005B 141 0,7 106 0,5 76 1453 19. ICSR 91011 220,5 1,95 106 37,5 2019 5662 20. MR 836 152 2,15 94,5 40 839 3815 21. ICSR 101 144 1,2 100 0,5 429 3274 22. ICSR 102 136 2,05 116 0,5 112 3621 23. ICSR 103 169,5 2,15 107,5 35 472 2260 24. ICSR 60 163,5 2,7 94 30 1046 2726 25. No. 296B 0 0 0 0 0 837 26. ICSR 9102B 80,5 1,35 92 5 116 2064 27. ICSV III 210 2,1 107,5 25 1426 3700 28. ICSV 92010 197 2,05 112 20 2022 2726 29. ICSV 93002 148 1,2 95 0 0 1665 30. ICSV 112 175 2,25 102,5 45 2005 4631 31. ICSV 92015 226,5 2,55 106 40 2147 2747 32. ICSV 89106 143 1,05 96 25 772 2977 33. 1CSV 93026 191 2,55 102,5 40 2560 5642 34. ICSV 93036 180 2,1 111 0,5 350 1571 35. ICSR 31 135 0,95 95 15 153 2405 BNT 5% 78,1 1,31 49,3 24,79 1355 2857 8000 7000 = tanaman induk = tanaman ratoon Hasil biji kering (kg/ha) 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 Nomor varietas Gambar 2. Hasil biji kering tanaman induk dan ratoon plasma nutfah sorgum berumur sedang. Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005 47

8000 7000 = tanaman induk = tanaman ratoon Hasil biji kering (kg/ha) 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Nomor varietas Gambar 3. Hasil biji kering tanaman induk dan ratoon plasma nutfah sorgum berumur dalam KESIMPULAN DAN SARAN Plasma nutfah sorgum yang telah dievaluasi memiliki tinggi tanaman induk bervariasi antara 93-220 cm, umur panen 77-108 hari, bobot 100 butir 1,4-3,6 g. Tanaman sorgum yang pendek dan berumur genjah ditunjukkan varietas Keris M3 dan ICSV 93003, berturut-turut menghasilkan biji tanaman induk 5987 kg/ha dan 6082 kg/ha. Hasil tertinggi dari tanaman pendek berumur sedang diberikan oleh ICSR 91006 (5136 kg/ha), IS23509 (5314 kg/ha), sedangkan pada tanaman berumur dalam diberikan oleh ICSR 20 (5102 kg/ha) dan ICSVLM 9051 (7133 kg/ha). Hasil tanaman ratoon sorgum cenderung lebih rendah daripada tanaman induk. Potensi hasil tanaman ratoon dari varietas berumur genjah ICSR 14, UPCASI, CK 2, No. 15/226 dapat mencapai 2000-3000 kg/ha. Plasma nutfah sorgum yang memiliki pertumbuhan ratoon yang baik dapat dipertimbangkan sebagai bahan pemuliaan tanaman. Perlu penelitian untuk mendapatkan karakter morfologi atau penanda lain pada tanaman induk yang berhubungan dengan kemampuan ratoon. PUSTAKA Aluko, R.E. and L.B. Ohegbemi. 1989. Sorghum as a raw material in baking industries. ICRISAT and IAR. Phillipine Council for Agricultural Research. 1975. The Phillipines Recommends for Sorghum. Dahlan, M., Haryono, dan Soepangat. 1986. Produktivitas pertanaman ratoon galur-galur introduksi. Pen. Palawija I(1):43-50. Doggett, H. 1988. Sorghum. Longman Scientific & Technical. Singapore. Ismail, I.G. dan A. Kodir. 1977. Cara Bercocok Tanam Sorgum. LP3. Livingston, S. and D. Coffman. 2003. Ratooning grain sorghum on the Texas Gulf Coast. http://soilcrop. tamu.edu/publications/pubs/l1568.pdf Mudjisihono, R. 1991. Prospek biji sorgum dan cara penyosohannya. Jurnal Litbang Pertanian X(2):21-28. Roesmarkam, S. 1981. Prospek sorgum sebagai bahan makanan dan industri. Majalah Pertanian Departemen Pertanian. Singgih, S. dan M. Hamdani. 1998. Evaluasi daya hasil galur sorgum. Risalah Penelitian Jagung dan Serealia Lain 1:31-34. Subandi. 1988. Perbaikan varietas. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. hlm. 81-98. 48 Buletin Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005