BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PERGURUAN TINGGI DALAM MENINGKATKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA MAHASISWA STMIK MITRA KARYA BEKASI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan komponen utama dalam kesuksesan pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE SIMULASI DI KELAS V SDN 3 BANGKIR

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan, pengangguran global

BAB I PENDAHULUAN. Asep Tarbini, 2015 IMPLEMENTASI MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN ALAT UKUR OSCILLOSCOPE

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan juga mempunyai keterampilan. Persyaratan yang di tuntut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang sengaja diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

2015 PENGARUH KEIKUTSERTAAN SISWA D ALAM UNIT PROD UKSI TERHAD AP KESIAPAN KERJA SISWA TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN (THP) D I BID ANG AGROINDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MANFAAT HASIL BELAJAR MAKANAN PENUTUP (DESSERT) PADA UJI LEVEL SISWA SMK NEGERI 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kaya sumber daya manusia dengan jumlah

The Relationship Between Entrepreneurship Interest and Learning Outcome of Entrepreneurship SubjectFor Student at Class XII SMKN 1 Padang.

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan antara lain meliputi proses pembelajaran, media pembelajaran,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas berupa pekerjaan yang harus diselesaiakan. Hal ini

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu, hal tersebut dapat dilihat dari semangat dan prestasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. siswa agar memiliki kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Para siswa SMK

BAB I PENDAHULUAN. terampil, dan pengetahuan yang sesuai dengan user need (dunia usaha dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita adalah negara yang memperhatikan pendidikan bangsanya,

, 2016 PENGARUH PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XI JURUSAN TPHP DI SMKN 4 GARUT

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ahyo Ruhyanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fortunata Merry Octaria, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gugun Ruslandi, 2016 Pengaruh Program Mahasiswa Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2012).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan fisikomotor.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia dipandang sebagai faktor kunci dalam era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk melanjutkan pendidikan tingkat yang lebih tinggi. Salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan

RANI DIANDINI, 2016 PENDAPAT SISWA TENTANG PELAKSANAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN TATA HIDANG DI SMK NEGERI 2 BALEENDAH

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Mulyasa (2010) bahwa, pembangunan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ahmad Shidiqi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah A. Rahmat Dimyati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

2014 APLIKASI MEDIA ANIMASI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA GAMBAR PROYEKSI PADA PEMBELAJARAN GAMBAR TEKNIK DI SMKN 2 GARUT

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

2015 PENGUASAAN PENGETAHUAN PEMBUATAN BATIK CAP PADA PESERTA DIDIK SMKN 14 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

2015 KONTRIBUSI HASIL BELAJAR BUSANA PESTA TERHADAP KESIAPAN UJI KOMPETENSI PEMBUATAN BUSANA PESTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai jenjang pendidikan yang berada

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. terjun ke dunia kerja. Di SMK terdapat banyak bidang kejuruan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai lembaga pendidikan baik formal maupun. menghasilkan siswa dengan prestasi yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang mempunyai peran penting dalam

PELATIHAN PRAKTIK KEWIRAUSAHAAN DI SMKN 3 PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

KATA PENGANTAR. Banjarmasin, April Penulis

BAB I PENDAHULUAN. bangsa untuk mencapai kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Usaha

Aida Vita Yahya1, Uyu Wahyudin2, Nike Kamarubiani 3 Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Dengan pengertian bahwa setiap bidang studi adalah pendidikan kejuruan sepanjang bidang studi tersebut dipelajari lebih mendalam dan kedalaman tersebut dimaksudkan sebagai bekal memasuki dunia kerja (Evans dalam Djojonegoro,1999). Mengacu pada pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 mengenai tujuan pendidikan nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja di bidang tertentu. Di SMK terdapat banyak program keahlian, akan tetapi ketika melihat lapangan pekerjaan apabila program keahlian yang didapat siswa SMK tidak ada di lapangan maka mereka akan menjadi pengangguran, dikarenakan mereka dipersiapkan untuk bekerja bukan menciptakan lapangan pekerjaan atau berwirausaha. Ini dibuktikan dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 7,56 juta orang, bertambah 320 ribu orang dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 7,24 juta jiwa. Pada Agustus 2015, tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan didominasi oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12,65 persen, disusul Sekolah Menengah Atas sebesar 10,32 persen, Diploma 7,54 persen, Sarjana 6,40 persen, Sekolah Menengah Pertama 6,22 persen, dan Sekolah Dasar ke bawah 2,74 persen.

2 Oleh karena itu, perlu adanya penanaman jiwa kewirausahaan pada siswa SMK secara langsung seperti halnya mengadakan simulasi tentang kewirausahaan. Metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam memebelajarkan siswa agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif dalam pembelajaran. Setiap metode mengajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam membentuk pengalaman balajar siswa, tetapi satu dengan yang lainnya saling menunjang. Penggunaan metode mengajar yang didasarkan pada pembentukan kemampuan siswa, seperti memiliki kreativitas. Setiap metode mengajar memiliki keunggulan dan kekurangan sehingga hal tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih metode tersebut. Kelemahan-kelemahan metode harus diantisipasi dan dikaji oleh guru agar penggunaannya dapat efektif. Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan dengan tujuan agar orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa berlatih memegang peranan sebagai orang lain. Simulasi mempunyai bermacam-macam bentuk pelaksanaan ialah : peerteaching, socialdrama, psikodrama, simulasi game, dan rope playing. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2005) simulasi adalah satu metode pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan (imakan) yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya. Simulasi adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya.

3 Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata (Udin Syaefudin Sa ud, 2005,h. 129). Dalam pembelajaran yang menggunakan metode simulasi, siswa dibina kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Di samping itu, dalam metode simulasi siswa diajak untuk dapat bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Metode simulasi merupakan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Dalam pembelajaran, siswa akan dibina kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Disamping itu, dalam metode simulasi siswa diajak untuk bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Metode simulasi ini sangat cocok bila di terapkan pada mata pelajaran kewirausahaan di SMK. Entrepreneur as the person who destroys the existing economic order by introducing new product and services, by creating new forms of organization, or by exploiting new raw materials(bygrave, 1994: 1). Jadi menurut Joseph Schumpeter Entreprenuer atau wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi yang baru ataupun bisa pula dilakukan dalam organisasi bisnis yang sudah ada. Di dalam buku THE PORTABLE MBA IN ENTRE PRENEURSHIP terdapat definisi secara lengkap yaitu: Entrepreneur is the person who

4 perceives an opportunity and creates an organization to pursue it (Bygrave, 1994: 2). Dalam definisi ini ditekankan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Pengertian wirausaha di sini menekankan pada setiap orang yang memulai sesuatu bisnis yang baru. Sedangkan proses kewirausahaan meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan menciptakan suatu organisasi. Pengangguran di Indonesia dari data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa pada Agustus 2015, tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan didominasi oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12,65 persen, disusul Sekolah Menengah Atas sebesar 10,32 persen, Diploma 7,54 persen, Sarjana 6,40 persen, Sekolah Menengah Pertama 6,22 persen, dan Sekolah Dasar ke bawah 2,74 persen. Dapat di lihat bahwa tingkat pengangguran di dominasikan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), ini di karenakan mereka dipersiapkan untuk bekerja tidak untuk membuka lapangan baru atau berwirausaha. Salah satu solusi untuk mengurangi pengangguran yang di dominasikan dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah dengan membuka lapangan pekerjaan atau berwirausaha. Dengan adanya mata pelajaran kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dapat mempermudah peserta didik untuk mendalami dan mempelajari kewirausahaan. Dan metode simulasi yang cocok untuk di terapkan pada mata pelajaran kewirausahaan. Seperti halnya di SMKN 14 Bandung, mereka hanya dipersiapkan untuk siap berkerja terjun ke lapangan sesuai dengan jurusan masingmasing tapi tidak diberikan jiwa kewirausahaan untuk dapat membuka lapangan pekerjaan baru atau berwirausaha padahal mereka sudah mempunyai ahli di bidang masing-masing sesuai jurusannya. Oleh karena itu dengan adanya mata pelajaran kewirausahaan di SMKN 14 Bandung seharusnya dapat memotivasi peserta didik untuk tidak hanya siap berkerja

5 tetapi mampu membuka pekerjaan atau berwirausaha sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran setelah lulus dari SMKN 14 Bandung. Jadi dapat disimpulkan bahwa berwirausaha dapat mengurangi pengangguran khususnya pada siswa lulusan SMK 14 Bandung. Sehingga mereka tidak hanya siap untuk berkerja di lapangan tetapi siap juga untuk membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain dan berwirausaha dengan menciptakan suatu organisasi. Dan dengan penerapan metode simulasi ini siswa dapat berperan sebagai wirausaha, sehingga siswa tau dan mempunyai gambaran kegiatan yang sebenarnya. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul PENGARUH METODE SIMULASI TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN KELAS XI SMKN 14 BANDUNG B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ditemukan diatas, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Siswa belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran. 2. Masih minimnya penggunaan media dalam mata pelajaran kewirausahaan 3. Kurangnya fokus perhatian siswa pada proses pembelajaran 4. Dalam mata pelajaran kewirausahaan kelas XI di SMK Negeri 14 Bandung kurang bervariasi dalam menggunakan metode pembelajaran 5. Hasil belajar mata pelajaran kewirausahaan

6 C. Batasan dan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan di atas, dibatasi pada rendahnya hasil belajar kelas XI pada mata pelajaran kewirausahaan di SMK Negeri 14 Bandung. Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil belajar sebelum diterapkan metode simulasi pada mata pelajaran kewirausahaan di kelas XI di SMK Negeri 14 Bandung? 2. Bagaimana hasil belajar sesudah diterapkan metode simulasi pada mata pelajaran kewirausaan di kelas XI di SMK Negeri 14 Bandung? 3. Adanya pengaruh metode simulasi terhadap hasil belajar pada mata pelajaran kewirausahaan di kelas XI di SMK Negeri 14 Bandung? D. Tujuan Penilitian Adapun tujuan dari penilitian ini adalah: 1. Mengetahui hasil belajar sebelum diterapkan metode simulasi pada mata pelajaran kewirausahaan di kelas XI di SMK Negeri 14 Bandung. 2. Meningkatkan hasil belajar siswa sesudah menerapkan metode simulasi pada mata pelajaran kewirausahaan di kelas XI di SMK Negeri 14 Bandung. 3. Metode simulasi dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran kewirausahaan di kelas XI di SMK Negeri 14 Bandung. E. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilaksanakan di SMKN 14 BANDUNG ini memiliki beberapa manfaat antara lain:

7 1. Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini memperkuat teori tentang metode simulasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Secara Praktis a. Bagi Guru Digunakan untuk memperbaikik proses pembelajaran dan menjadi alternatif solusi dalam memilih metode pembelajaran. b. Bagi Siswa Melalui penelitian ini hasil belajar siswa pada mata pelajaran kewirausahaan dapat meningkat. c. Bagi Sekolah Melalui penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi SMKN 14 BANDUNG untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. F. Definisi Operasional 1. Metode Simulasi Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2005) simulasi adalah satu metode pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan (imakan) yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya; simulasi: penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan memakai model statistic atau pemeran. 2. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan

8 hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode simulasi merupakan pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya. Jadi, peserta didik akan di bagi kelompok dan masing-masing diberikan peran wirausaha dan peran yang lainnya agar mendapatkan gambaran suatu proses kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura dan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.