Kunjungan ke Desa-Desa di Hulu Sungai Malinau November Desember 2002

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL PENELITIAN PEMETAAN PARTISIPATIF

Dana Reboisasi: Pengertian dan pelaksanaannya

Koordinasi Antar Pihak: Desa Mandiri, Tata Ruang dan Pelestarian Hutan

Seminar Gerakan Pembangunan Desa Mandiri Oleh Pemda 24 Oktober 2002

Lokakarya Bangun Agenda Bersama III di Tanjung Nanga, April 2002

Kabar dari Lokakarya Membangun Agenda Bersama II Setulang, 4-6 Desember 2000

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h. Governance Brief

Pelatihan Legislative Drafting di Malinau Februari 2003

Governance Brief. Bagaimana masyarakat dapat dilibatkan dalam perencanaan tata ruang kabupaten? Penglaman dari Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur

Governance Brief. Dampak Kebijakan IPPK dan IUPHHK Terhadap Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Malinau

Pelatihan Penyusunan Peraturan Desa di Bidang Tata Ruang

Bagaimana Kemiskinan di Malinau bisa dipantau?

1. Apakah perlu atau ada keinginan untuk kerja sama dengan pihak lain, atau bisa mengembangkan usaha sendiri?

DAMPAK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT: WAKIL MASYARAKAT HULU SUNGAI MALINAU BELAJAR DI KABUPATEN PASIR, KALIMANTAN TIMUR

Njau Anau Miriam van Heist Ramses Iwan Godwin Limberg Made Sudana Eva Wollenberg

Hutan Kita, Keputusan Kita Sebuah survei mengenai prinsip-prinsip untuk pengambilan keputusan di Malinau

BUPATI INDRAGIRI HILIR

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

Warta Kebijakan. Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Dasar Hukum

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

HASIL STUDI BANDING KE KABUPATEN KUTAI BARAT

PROGRAM BANTUAN PENGHIJAUAN DAN REBOISASI Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 1976 Tanggal 1 April 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari

Lampiran 1. Daftar Amanat UU yang dijadikan acuan penilaian tingkat respon pemerintah daerah terhadap UU

PERANAN BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DALAM PEMBANGUNAN PLANOLOGI KEHUTANAN KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia semakin memprihatinkan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1976 TENTANG PROGRAM BANTUAN PENGHIJAUAN DAN REBOISASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. masuk dalam pengelolaan TNGGP. Klaim dilakukan dengan cara alih status Batu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebuah komitmen untuk melibatkan masyarakat di dalam pembangunan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Strategi 3: Mencegah erosi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan banjir di wilayah pemukiman penduduk Mengurangi Dampak Erosi Daratan/Lahan Pertanian

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Fasilitas Kemakmuran Hijau. Hibah Pengelolaan Sumber

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1979 TANGGAL 4 Juni PEDOMAN PELAKSANAAN 1/5

Harmonisasi Kebijakan dan Peraturan Perundangan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1977 TENTANG PROGRAM BANTUAN PENGHIJAUAN DAN REBOISASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1979 TENTANG BANTUAN PENGHIJAUAN DAN REBOISASI TAHUN 1979/1980 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BANTUAN PENGHIJAUAN DAN REBOISASI TAHUN 1983/1984 Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 1983 Tanggal 7 Mei 1983 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN. Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DI WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Pesta Seni Budaya: Leten Bangen di Sengayan 7 12 Juli 2003

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

Warta Kebijakan. Dampak Desentralisasi dan Otonomi Daerah terhadap Hutan dan Masyarakat Hutan. Pendahuluan. Pengurusan Hutan di Masa Desentralisasi

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KEHUTANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN TAHUN

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI

NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1981 BANTUAN PENGHIJAUAN DAN REBOISASI TAHUN 1981/1982 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PROGRAM BANTUAN PENGHIJAUAN DAN REBOISASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

LAMPIRAN III LAPORAN FORM A, B, C DAN D

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

CATATAN : - Peraturan Daerah ini memiliki 7 halaman penjelasan. - Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 25 Februari 2015.

KAJIAN KONFLIK SOSIAL KEHUTANAN PT WIRAKARYA SAKTI 1

BAB VI ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 114 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA : P.

BAB I PENDAHULUAN tentang Kehutanan, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT

LUAS KAWASAN (ha)

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000

PUBLIC SUMMARY (Resume Hasil Penilaian)

LAPORAN HASIL PENGADAAN BARANG/JASA PASCAKUALIFIKASI

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 6 TAHUN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

Kunjungan ke Desa-Desa di Hulu Sungai Malinau November Desember 2002 Kabar dari Bapak-bapak dan ibu-ibu yang baik, Tim Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau No. 12, Maret 2003 Seperti biasa sekali dalam enam bulan tiba-tiba muncul lagi tim Pengelolaan Hutan Bersama ke desa-desa yang ada di sepanjang Sungai Malinau. Pada kunjungan untuk memantau dan mendiskusi dengan masyarakat pengembangan pengelolaan hutan dan kerjasama masyarakat dengan pihak lain dalam pengelolaan hutan menonjol beberapa perkembangan. Secara luas masyarakat sudah tahu bahwa izin IPPK akan berakhir, namun di masyarakat belum ada informasi jelas tentang HPH mini yang oleh sebagian masyarakat diharapkan sebagai pengganti dari IPPK. Masyarakat punya harapan tinggi tentang program reboisasi (penghijauan kembali) yang dimaksud untuk mengurangi lahan kritis dan memberi usaha jangka panjang untuk masyarakat, namun dalam pelaksanaan masih terjadi banyak kendala. Khusus untuk desadesa di bagian hulu pengaruh dari pembuatan jalan umum cukup menonjol. Selain topik ini ada beberapa hal yang kami sempat diskusi dengan masyarkat di masing-masing desa seperti pandangan masyarakat ter-hadap hubungan dengan pemerintah, peran berbagai pihak untuk mencapai suatu kesepakatan dan pentingnya (atau tidak penting) pembuatan Tata Ruang Kabupaten. Pada kunjungan ke beberapa desa kami sempat melibatkan satu orang staf dari dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Bpk. Mathias Henry, sehingga masyarakat sempat menyampaikan banyak harapan (termasuk kadang-kadang keluhan) kepada Bpk. Matias Henry. Tentunya persoalan-persoalan yang disampaikan tidak bisa dijawab langsung oleh dia, tapi menjadi laporan ke instansi-instansi pemerintah. SELAMAT MEMBACA! 1

Demam jati / Program Penghijauan kembali (reboisasi) Kegiatan penanaman kembali (reboisasi) dengan tanaman jati super oleh PemKab disambut baik oleh masyarakat bahkan dapat disebut terjadi demam jati. Walaupun program ini belum dapat dilaksanakan di semua desa, tetapi masyarakat di desa yang belum tersentuh oleh program ini pada tahun 2002 bersemangat karena mendengar cerita dari desa tetangga. Salah satu faktor yang mendorong masyarakat ingin terlibat dalam proyek ini, karena diberi bibit dan ada insentif berupa uang persiapan lahan dan penanaman. Karena masyarakat ingin ikut program ini mereka banyak bertanya tentang prosedur peng-ajuan usulan agar di masa mendatang juga di-ikutsertakan. Di desa di mana kegiatan penghijauan sudah dimulai kami mengamati beberapa kendala. Karena kontrak-tor yang menangani program ini di lapangan ingin bekerja cepat pendampingan proses perencanaan dan pelaksanaan di masyarakat kurang sehingga ada beberapa permasalahan, misalnya seperti terjadi tumpang tindih lahan, penanaman di lahan yang mungkin lebih penting untuk penggunaan lain, bahkan sampai kegiatan oleh kontraktor tidak dilanjutkan sampai selesai. Pencabutan IPPK Sudah lama beredar issue di tengah masyarakat bahwa izin IPPK akan berakhir dan ternyata pada bulan November 2002 terbit S.K. Bupati dengan jadwal berakhirnya izin IPPK di Kabupaten Malinau. Belum semua masyarakat tahu informasi jelas tentang berakhirnya izin IPPK dan mereka tidak tahu bagaiamana pola pengelolaan hutan setelah berakhir IPPK dan kesempatan masyarakat untuk berperan serta dalam pengelolaan. Ada beberapa tokoh masyarakat menyampaikan bahwa mereka khawatir sebagian masyarakat terlalu menggantungkan penghidupan pada pembagian fee saja dan mungkin tidak siap dengan usaha lain apabila IPPK sudah tidak beroperasi lagi. Demam HPH mini di masyarakat Guna mengantisipasi berakhir izin IPPK dan karena sudah ada peraturan daerah sebagian masyarakat mengharap kegiatan pengelolaan hutan dapat dialihkan ke HPH mini (IUPHHK). Namun prosedur untuk memperoleh izin belum diketahui jelas oleh masyarakat, sehingga mereka lebih menunggu dan mengandalkan giat-nya pihak perusahaan. Sebagian masyarakat mengerti bahwa HPH mini beroperasi di areal 50.000 hektar sehingga meliputi wilayah beberapa desa. Kami belum memperoleh informasi sejauh mana ada perunding- 2

an terinci antar desa-desa yang ingin kerjasama untuk dapat HPH mini terutama untuk mengatur pembagian fee nanti. Kemungkinan besar luas areal dari masing-masing desa yang akan digarap tidak sama, potensi kayu mungkin juga beda dan jumlah penduduk beda sehingga perlu ada kesepakatan bagaimana menentu-kan pembagian fee untuk masing-masing desa. Pengaruh pembuatan jalan P.U. Pada saat kegiatan pembuatan jalan umum dari Tanjung Nanga ke Long Alango baru dimulai timbul be-berapa protes dari desa di mana jalan umum direncanakan. Di satu sisi masyarakat di hulu Malinau menilai pembuatan jalan positif karena membuka berbagai peluang: memudahkan transport, kemungkinan ada jalan tembus dari jalan umum ke masing-masing pemukiman, mengharap alat berat dapat meratakan daerah untuk perluasan pemukinan, mengharap dapat fee dari perusahaan kontraktor untuk dinas Pekerjaan Umum dan mengharap dapat bekerjasama dengan perusahaan kayu untuk membuka IPPK. Namun ada juga dampak negatif seperti adanya demo dan tuntutan fee, terjadi perebutan wilayah hutan karena ingin dapat fee dan kerjasama dengan perusahaan kayu untuk buka IPPK dan ada sebagian masyarakat khawatir hutannya akan rusak. Dampak untuk masyarakat di hilir Malinau disampaikan adalah perubahan mutu air yang mengakibatkan ada keluhan tentang keruhnya air Sungai Malinau. Hubungan antara Pemerintah dan masyarakat Dengan adanya pemekaran kecamatan sebagian besar masyarakat mengatakan bahwa hubungan dengan pemerintah (baik kecamatan maupun kabupaten) semakin baik. Sebagai akibat dari pemekaran kabupaten dan ke-camatan masyarakat mengatakan bahwa mereka lebih mudah dapat menjangkau kantor-kantor pemerintah. Dengan berlaku otonomi daerah masyarakat punya harapan tinggi terhadap pelayanan pemerintah. Misalnya walaupun kecamatan Malinau Selatan baru diresmikan pada bulan Agustus 2002 masyarakat mengharap kantor dapat memberi semua pelayanan yang dulu diberikan oleh kantor Camat Malinau. Sebagian masyarakat tidak sadar bahwa perlu waktu untuk melengkapi staf dan (pra)sarana terlebih dulu. Kesepakatan Dalam pembahasan tentang pandangan masyarakat bagaimana memperoleh suatu kesepakatan yang baik kami mencari informasi tentang 3

kesepakatan di dalam desa, antar desa dan antar masyarakat dengan perusahaan. Untuk mencapai kesepakatan di tingkat desa masyarakat sebut cukup hanya melibatkan unsur masyarakat itu sendiri. Apabila terjadi perundingan antar desa, misalnya tentang batas desa masyarakat mengutuskan tokohtokoh masyarakat dan mengharap keterlibatan pemerintah. Keterlibatan pemerintah terutama diharapkan oleh masyarakat di desa di mana hingga sekarang belum ada kesepakatan tentang batas desa. Beberapa kali dikatakan : "Kalau hanya masyarakat berunding tidak akan selesai. " Dalam proses perundingan dengan perusahaan sebagian tokoh masyarakat menyebut perlu ada pertemuan dengan seluruh masyarakat dulu. Ada dua peran yang diharapkan dari pemerintah (terutama dari PemKab), yaitu sebagian mengharap pemerintah ikut dalam perundingan, sebagian merasa hanya perlu pemberitahuan kesepakatan kepada pemerintah sehingga kalau di kemudian hari timbul konflik pemerintah bisa menjadi penengah. Tata Ruang Mengingat bahwa tata ruang senantiasa merupakan salah satu dasar yang mengatur peruntukan wilayah kabupaten Malinau dan karena PemKab sedang merevisi tata ruang yang ada, kami tanya pandangan tokoh masyarakat tentang perlu atau tidak masyarakat dilibatkan dalam proses ini. Walaupun masyarakat tidak pernah dengar tentang proses penyusunan tata ruang sebagian besar menganggap penting masyarakat dilibatkan dalam proses. Sebagian berpendapat bahwa masyarakat seharusnya dilibat sejak awal proses penyusunan tata ruang. Sebagian beranggapan bahwa cukup disebarkan informasi tentang tata ruang yang ditetapkan kepada masyarakat supaya masyarakat dapat mendukung program pembangunan PemKab. Harapan masyarakat ada bantuan dari pemerintah Pada kunjungan dan diskusi di Loreh, Adiu, Gong solok dan Batu Kajang Bpk. Mathias Henry dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa mendampingi BPk. Made Sudana. Dalam diskusi maysarakat sempat menyampaikan berbagai pertanyaan dan harapan mereka terhadap pemerintah. Misalnya masyarakatmengharapkan bantuan dana untuk mengembangkan usahanya, misalnya untuk perluasan perkebunan, pembelian bibit, pembelian peralatan, upah kerja, dan pemberantasan hama. Dana yang diharapkan masyarakat ini apakah berupa bantuan hibah atau berupa pinjaman dengan bunga ringan atau tanpa bunga. Masyarakat juga ingin mendapat petunjuk dan penjelasan 4

pemerintah mengenai prosedur, persyaratan, dan proses penyaluran dana tersebut. Masyarakat menanyakan apakah penggunaan dana DR dapat disalurkan langsung kapada masyarakat dan masyarakat yang menentukan jenis tanamannya. Kalau bekerjasama dengan perusahaan apakah masyarakat bisa memilih perusahaan patnernya. Proyek percontohan (pilot proyek) Masyarakat mengusulkan ada proyek percontohan yang dilakukan pemerintah untuk program-program yang dilakukan di desa. Masyarakat katanya belum mengerti kalau dikasi teori dan dibagikan buku-buku. Usul masyarakat yang paling mendesak adalah proyek percontohan penanganan penyakit kakao (coklat) dilakukan di Loreh, Tanjung Nanga, dan Gong Solok. Proyek percontohan tanaman perkebunan lainnya merupakan prioritas berikutnya. Penyediaan penyuluh pertanian lapangan (PPL) Dalam diskusi yang dilakukan di setiap desa, masyarakat menjelaskan bahwa keinginan mereka terhadap usaha perkebunan menetap dan jangka panjang semakin meningkat dan semakin kuat mengusulkan kepada pemerintah agar dapat terwujud. Dengan demikian masyarakat mengusulkan perlu ada tenaga penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang berada di tengah-tengah masyarakat. CIFOR bisa dihubungi di lapangan di Desa Long Loreh dan Stasiun Seturan. Atau di Bogor: Jl. CIFOR, Situgede Sindang Barang Bogor 16680 Jakarta 10065 Telp. (0251) 622-622 Fax. (0251) 622-100 E-mail: cifor@cgiar.org Atau lewat surat: CIFOR PO Box 6596 JKPWB 5