KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom.

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah bagi pemerintah untuk menjalankan pembangunan di bidang lainnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia pada dewasa ini telah dikenal usaha franchise di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi banyak variabel diantaranya jual beli, barter sampai kepada leasing,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai

PELAKSANAAN PERATURAN WALI KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA

PERLINDUNGAN HUKUM HAKI DALAM PERJANJIAN WARALABA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi,

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA. (Studi Pada Perjanjian Waralaba Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) DI BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang bergerak melaju sangat pesat, serta

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KLAUSULA DALAM PERJANJIAN WARALABA YANG DAPAT MENIMBULKAN PRAKTIK MONOPOLI

PERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BISNIS FRANCHISE

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG

Perlindungan Hukum terhadap Franchisee Sehubungan Dengan Tindakan Sepihak Franchisor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARALABA. waralaba dapat diartikan sebagai usaha yang memberikan untung lebih atau

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISEE USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM BISNIS FRANCHISE

BAB I PENDAHULUAN. memulai usaha dari nol, karena telah ada sistem yang terpadu dalam. berminat untuk melakukan usaha waralaba.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak yang baik secara pribadi maupun terhadap orang lain.

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Franchise Bisnis dan Pengaturan Hukum Lintas Batas

I. PENDAHULUAN. Pepatah mengatakan buku adalah jendela dunia. Buku adalah media yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 12/M-Dag/Per/3/2006 tentang Ketentuan dan tata Cara Penerbitan. Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba.

PERTANGGUNGJAWABAN SEKUTU DALAM PERSEKUTUAN KOMANDITER YANG MENGALAMI KEPAILITAN

BISNIS WARALABA. STMIK-STIE Mikroskil. Maggee Senata

BAB I PENDAHULUAN. bisnis internasional. Bentuk kerjasama bisnis ini ditandai dengan semakin

PENGATURAN PROSPEKTUS PENAWARAN WARALABA DALAM PERJANJIAN WARALABA. Oleh Calvin Smith Houtsman Sitinjak Desak Putu Dewi Kasih.

KARAKTERISTIK YURIDIS PERJANJIAN WARALABA. Oleh: Selamat Widodo

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang sangat pesat, hal ini tidak terlepas dari pengaruh

Lex et Societatis, Vol. III/No. 6/Juli/2015

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan-pembangunan berkesinambungan. Pembangunan-pembangunan

DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir, Muhammad. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung : PT. Citra

BAB I PENDAHULUAN. dengan tumbuh dan berkembangnya perusahan perusahan di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Restoran

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN YANG MENGALAMI KERUGIAN AKIBAT TIDAK DICANTUMKANNYA INFORMASI MENGENAI KOMPOSISI PRODUK SECARA LENGKAP

BAB IV CV BINTANG ELMI VISION LAMONGAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang implementasi shirkah yang

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK EKSKLUSIF PEMILIK MEREK DI INDONESIA TERHADAP PELANGGARAN MEREK DALAM BENTUK PERJANJIAN LISENSI

I. PENDAHULUAN. manajemen. Waralaba juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

AKIBAT HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN APABILA TERJADI PEMBATALAN PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, kehidupan manusia juga berkembang. memenuhi kebutuhannya. Produsen berusaha menjual produknya sebanyak

I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia tergolong sangat prospektif karena

BAB I PENDAHULUAN. itu tidaklah mudah. Salah satu alternatif yang di ambil guna mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat adalah melalui jalur wirausaha. Kemampuan teknologi dan. tersebut kepada pihak lain untuk menjalankan usahanya.

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DI SURAKARTA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PENGATURAN PENGGUNAAN DESAIN YANG SAMA PADA PRODUK MOBIL YANG MEREKNYA BERBEDA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

PERLAKUAN AKUNTANSI FRANCHISE PADA CV.DAYA OPTIMASI MANDIRI NAMA : MULYATI INDRI LESTARI NPM : JURUSAN : AKUNTANSI

Pedoman Pasal 50b Tentang Pengecualian Waralaba. Bab I: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan (%)

TINJAUAN HUKUM TERHADAP WANPRESTASI ROYALTY RAHASIA DAGANG DALAM PERJANJIAN WARALABA

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

TANGGUNG GUGAT PRODUCT LIABILITY DALAM HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mudahnya untuk dilaksanakan. Oleh karena itu bisnis di zaman sekarang ini

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE)

BAB V PENUTUP. permasalahan pada skripsi ini, sebagai berikut: pihak franchisor selaku pemberi merk dagang dan franchisee selaku

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE) KUCH2HOTAHU DI DENPASAR. Oleh Gusti Ayu Mirah Handayani I Made Sarjana I Made Dedy Priyanto

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

KEBERADAAN RAHASIA DAGANG BERKAITAN DENGAN PERLIDUNGAN KONSUMEN

PENGATURAN PENGALIHAN JAMINAN FIDUSIA DI INDONESIA

KEPEMILIKAN SAHAM MAYORITAS OLEH DIREKTUR UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada, dikenal istilah franchise yang sudah di Indonesiakan menjadi

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PENAHANAN UPAH KEPADA PEKERJA YANG TIDAK DISIPLIN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISEE DALAM HAL PEMUTUSAN PERJANJIAN WARALABA (Studi kasus Salon De Grace dan Salon Yemember Surabaya)

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA INTERNASIONAL DI INDONESIA PADA PT. FASTFOOD INDONESIA TBK. SKRIPSI

AKIBAT HUKUM PEMUTUSAN PERJANJIAN FRANCHISE SECARA SEPIHAK OLEH FRANCHISOR SEBELUM BERAKHIRNYA KONTRAK 1 Oleh : Lannemey 2

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

TANGGUNG JAWAB LESSEE TERHADAP MUSNAHNYA BARANG MODAL KARENA KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE) DALAM PERJANJIAN LEASING

MERINTIS USAHA MELALUI BISNIS FRANCHISE Retno Djohar Juliani Dosen Administrasi Niaga Universitas Pandanaran

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. akhir-akhir ini, dengan di dukung oleh semangat jiwa entrepeneur / wirausaha

AKIBAT HUKUM ATAS PELANGGARAN MEREK OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMEGANG LISENSI

Silakan jawab pertanyaan di bawah ini disertai alasan dari jawaban Anda.

Franchise sebagai Peluang Bisnis yang Menjanjikan. Oleh: Ida Faiza ( ) S1 SI 2L

STRATEGI UNTUK BERWARALABA

KEDUDUKAN DAN KEKUATAN MENGIKAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DITINJAU DARI SEGI HUKUM KONTRAK

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN WARALABA. dimana masing-masing pihak berjanji akan menaati apa yang tersebut dalam perjanjian

PENERAPAN PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH BAGI PELAKU USAHA PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen

MENJALANKAN BISNIS. Ade Rismanto, ST.,MM.

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

AKIBAT HUKUM KEPAILITAN SUAMI/ISTRI TERHADAP HARTA BERSAMA SUAMI-ISTRI TANPA PERJANJIAN KAWIN. Oleh Putu Indi Apriyani I Wayan Parsa

memberi kebebasan kepada para pihak. Hakikat dari pengertian franchise adalah

PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI KARENA FORCEMAJEURE PADA PERJANJIAN KERJASAMA DALAM BIDANG JASA HIBURAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

BAB II LATAR BELAKANG MUNCULNYA PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE) 1313 Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. menjamur, hal ini disebabkan oleh adanya keinginan pemilik franchise untuk

MEMBANGUN BISNIS MAKANAN MELALUI MEDIA ONLINE

Transkripsi:

KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA oleh Ida Ayu Trisnadewi Made Mahartayasa Bagian Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Saat ini berbisnis dengan konsep waralaba dalam berbagai bidang sedang diminati di kalangan masyarakat. Berbisnis dengan konsep waralaba diminati karena selain dilihat dari segi keuntungan dan berbagai kemudahan berbisnis yang tawarkan oleh pihak franchisor kepada pihak franchisee. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode normatif dengan menganalisis peraturan perundang-undangan yang ada dan berbagai literatur terkait masalah Kedudukan Hukum Para Pihak dalam Perjanjian Waralaba di Indonesia. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memahami kedudukan hukum para pihak dalam perjanjian waralaba di Indonesia. Kedudukan hukum para pihak dalam perjanjian waralaba yang berlaku di Indonesia adalah berdiri sendiri. Kata kunci : Waralaba, kedudukan hukum, franchisee, franchisor Abstract Franchise has emerged as widely favored business concept in society currently. Conducting business under franchise concept is favored due to its profitability and many features of advantages offered by franchisor towards the franchisee. Methods conducted in composing this writing shall be normative legal research combined with statutory approach. The author shall analyze relevant regulations in respect with Status of Parties in Franchise Agreement in Indonesia. Aims of the writing shall serve to comprehend the legal status of parties in Indonesian franchise agreement. Legal standing of parties within franchise agreement shall serve on its own according to Indonesian Law. Keyword : Franchise, legal position, franchisee, franchisor I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini berbisnis dengan konsep waralaba dalam berbagai bidang sedang diminati di kalangan masyarakat. Berbisnis dengan konsep waralaba diminati karena selain dilihat dari segi keuntungan serta berbagai kemudahan berbisnis yang tawarkan oleh pihak franchisor kepada pihak franchisee. Di dalam perjanjian waralaba telah memuat ketentuan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban franchisee, persyaratan lokasi, ketentuan pelatihan, biaya-biaya yang harus dibayarkan oleh franchisee kepada franchisor, ketentuan yang berkaitan dengan jangka waktu perjanjian waralaba, serta

ketentuan lain yang mengatur hubungan antara franchisor dengan franchisee. 1 Adapun ketentuan hukum yang berlaku saat ini yang mengatur tentang Waralaba yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba. Adanya perjanjian waralaba ini merupakan salah satu aspek perlindungan hukum kepada para pihak dari perbuatan yang dapat merugikan pihak lain. Sehingga perjanjian waralaba dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk menegakkan perlindungan hukum bagi para pihak yang terlibat dalam sistem waralaba. Apabila salah satu pihak melanggar isi perjanjian, maka pihak lain dapat menuntut pihak yang melanggar tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2 Kedudukan hukum para pihak dalam perjanjian waralaba adalah berdiri sendiri (independent contractors atau no agency). Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memahami kedudukan hukum para pihak dalam perjanjian waralaba di Indonesia. II. ISI MAKALAH 2.1. METODE PENELITIAN Metode dalam penulisan karya ilmiah ini adalah menggunakan metode normatif dengan menganalisis peraturan perundang-undangan yang ada dan berbagai literatur terkait masalah Kedudukan Hukum Para Pihak dalam Perjanjian Waralaba di Indonesia. 2.2. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1. Pengertian dan Karakteristik Waralaba Pengertian waralaba berdasarkan Pasal 1 butir 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, waralaba diartikan sebagai hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/ atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/ atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/ atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. 3 Menurut pendapat Amir Karamoy, waralaba adalah suatu pola kemitraan usaha antara perusahaan yang memiliki merek dagang dikenal serta sistem manajemen, keuangan, dan pemasaran yang telah mantap, yang disebut franchisor, dengan 1 Adrian Suteji, 2008, Hukum Waralaba, Cet. I, Ghalia Indonesia, Bogor, h. 79. 2 Ibid, h. 80. 3 Ibid, h. 12.

perusahaan/ individu yang memanfaatkan atau menggunakan merek dan sistem milik franchisor, yang disebut franchisee. Franchisor wajib memberikan bantuan teknis, manajemen, dan pemasaran kepada franchisee dan sebagai timbal baliknya, franchisee membayar sejumlah biaya ( fee) kepada franchisor. Hubungan kemitraan usaha antara kedua belah pihak dikukuhkan dalam suatu perjanjian waralaba. 4 Sebelum adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba adapun ketentuan lain yang mengatur tentang waralaba yaitu; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 12/M-Dag/Per/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba. 5 Karakteristik yuridis dari bisnis waralaba, adalah sebagai berikut; Unsur dasar, dalam setiap waralaba terdapat 3 (tiga) unsur dasar yang harus ada yaitu; ada pihak franchisor, ada pihak franchisee, dan bisnis waralaba itu sendiri. Unsur tambahan lainnya adalah; keunikan produk, konsep bisnis total, franchisee memakai atau menjual produk, franchisor menerima fee dan royalti, adanya pelatihan manajemen dan keterampilan khusus, pendaftaran merek dagang, paten, atau hak cipta, bantuan pendanaan franchisee dari franchisor atau lembaga keuangan, pembelian produk langsung dari franchisor, bantuan promosi dan periklanan dari franchisor, pelayanan pemilihan lokasi oleh franchisor, daerah pemasaran yang eksklusif, pengendalian dan penyeragaman mutu, mengandung unsur merek dan sistem bisnis tertentu. 6 Karakteristik lain dari waralaba ialah para pihak yang terlibat dalam bisnis waralaba sifatnya berdiri sendiri. Franchisee berada dalam posisi independen terhadap franchisor. Maksudnya adalah franchisee berhak atas laba dari usaha yang dijalankannya serta bertanggung jawab atas beban-beban usaha waralabanya sendiri, misalnya pajak dan gaji pegawai. Di luar itu, franchisee terikat pada aturan dan perjanjian dengan franchisor sesuai dengan kontrak yang disepakati bersama. 7 75. 340. 4 Ibid, h. 11. 5 Gunawan Widjaja, 2001, Seri Hukum Bisnis Waralaba, Cet. I, PT. Raja Grafindo Persada, h. 6 Munir Fuady, 2008, Pengantar Hukum Bisnis, Cet. III, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 7 Adrian Sutedi, op.cit, h. 51.

2.2.2. Kedudukan Hukum Para Pihak Dalam Perjanjian Waralaba Kedudukan hukum para pihak dalam perjanjian waralaba yang berlaku di Indonesia adalah berdiri sendiri ( independent contractors atau no agency) klausul ini menegaskan bahwa kedudukan dan hubungan hukum antara franchisor dengan franchisee bukanlah hubungan keagenan, joint venture, atau atasan bawahan. Pihak franchisor sebagai pihak yang memberikan bisnis waralaba dengan memiliki sistem/tata cara dalam berbisnis waralaba, sementara pihak franchisee merupakan pihak yang menerima/menjalankan bisnis waralaba tersebut dengan cara yang dikembangkan oleh franchisor. 8 Adanya penawaran dalam bentuk paket usaha dari franchisor, adanya kerja sama dalam bentuk pengelolaan unit usaha antara pihak franchisor dengan franchisee, dimilikinya unit usaha tertentu ( outlet) oleh pihak franchisee yang akan memanfaatkan paket usaha milik pihak franchisor, dan terdapat kontrak tertulis berupa perjanjian baku antara pihak franchisor dengan pihak franchisee. Dalam perjanjian waralaba telah memuat ketentuan terkait kerja sama ini, dan menjelaskan secara rinci semua hak, kewajiban, dan tugas antara franchisor dan franchisee. Secara garis besar dalam perjanjian waralaba memuat beberapa hal sebagai berikut; 9 1. Hak yang ekslusif diberikan oleh franchisor pada franchisee. Hak yang diberikan tersebut meliputi antara lain penggunaan metode atau resep yang khusus, penggunaaan merek dan atau nama dagang, jangka waktu hak tersebut dan perpanjangannya, serta pemilihan wilayah kegiatan di mana tempat beroprasinya usaha, pelatihan tenaga kerja, bantuan manajemen usaha, pelaksanaan operasional perusahaan, pengawasan dan evalusi kinerja, pemberian manual pengoperasian, pengontrolan biaya, dan hak yang lain sehubungan dengan pembelian kebutuhan operasional. 2. Kewajiban dari franchisee sebagai imbalan atas hak yang diterima dan kegiatan yang dilakukan oleh franchisor pada saat franchisee memulai usaha, maupun selama menjadi anggota dari sistem waralaba. Berupa seluruh mekanisme pembayaran oleh franchisee kepada franchisor misalnya; royalti, franchisee fee, initial assistance fee, dan biaya promosi. 8 Ibid, h. 87. 9 Ibid, h. 82.

3. Hal yang berkaitan dengan penjualan hak franchisee kepada pihak lain. Apabila franchisee tidak ingin meneruskan sendiri usaha tersebut dan ingin menjualnya kepada pihak lain, maka suatu tata cara perlu disepakati sebelumnya. 4. Hal yang berkaitan dengan pengakhiran perjanjian kerja sama dari masingmasing pihak. Dengan adanya perjanjian waralaba yang memuat kumpulan persyaratan, ketentuan, dan komitmen yang dibuat dan dikehendaki oleh franchisor bagi para franchisee-nya merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan perlindungan hukum bagi para pihak dalam menjalankan bisnis waralaba yang kini sedang diminati di kalangan masyarakat. II. KESIMPULAN Kedudukan hukum para pihak dalam perjanjian waralaba yang berlaku di Indonesia adalah berdiri sendiri ( independent contractors atau no agency). Klausul ini menegaskan bahwa kedudukan dan hubungan hukum antara franchisor dengan franchisee bukanlah hubungan keagenan, joint venture, atau atasan bawahan. Pihak franchisor sebagai pihak yang memberikan bisnis waralaba dengan memiliki sistem/tata cara dalam berbisnis waralaba, sementara pihak franchisee merupakan pihak yang menerima/menjalankan bisnis waralaba tersebut dengan cara yang dikembangkan oleh franchisor. DAFTAR PUSTAKA Fuadi Munir, 2008, Pengantar Hukum Bisnis. Cet. III, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Suteji Adrian, 2008, Hukum Waralaba. Cet.I, Ghalia Indonesia, Bogor. Widjaja Gunawan, 2001, Seri Hukum Bisnis Waralaba. Cet. I, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba