BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan berdasarkan pada kebutuhan dan perkembangan lingkungannya,

BAB I PENDAHULUAN. awalnya tidak berkompeten akan menjadi manusia yang lebih berkompeten dan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1

BAB I PENDAHULUAN. akhlak maupun pendidikan ilmu umum. Pendidikan telah mengubah manusia

BAB I PENDAHULUAN. secara eksak berbagai ide dan kesimpulan. 1 Matematika tidak lepas dari. sebagaimana yang ada dalam QS. Mujadilah ayat 11 :

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sebagaimana hadist Rasulullah S.AW yang berbunyi: Artinya : Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar.

memberikan gairah dan motivasi kepada para siswa. Sesuai dengan Undang dengan visi misi pendidikan nasional dan reformasi pendidikan menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. jati diri dan membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan nasional. Perkembangan zaman saat ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian dan prioritas secara optimal dari pemerintah maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan berasal dari bahasa Yunani paedagogie yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari baik secara langsung dan tidak langsung. Dalam Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Cara efektif untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar dapat. mengerti dan untuk dapat memecahkan suatu masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia lainnya. Allah swt berfirman dalam Q.S. al-hujuraat ayat

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang dihasilkan agar mampu bersaing dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pertumbuhan ekonomi dan modernisasi disegala bidang. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting untuk membekali siswa menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini. Ilmu yang memiliki pengaruh yang besar untuk memacu

BAB I PENDAHULUAN. berpikir untuk menumbuh kembangkan daya nalar, cara berpikir logis, sistematis

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. (jasmani). Untuk melakukan itu semua diperlukan suatu proses yang. yang diakibatkan oleh belajar tersebut. 2

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan dalam

Rata-rata UN SMP/Sederajat

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan berasal dari bahasa Yunani Paedagogike yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. mentransferkan ilmunya ke siswa, sehingga hasil belajar atau kompetensi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 1 Istilah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan. Terlihat juga dalam AL-Qur an surat Al-Anfaal ayat 22.

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memberikan dampak positif. kemampuan untuk mendapatkan, memilih, dan mengolah informasi.

BAB I PENDAHULUAN. 31 ayat 1 dan 3 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berjalan begitu cepat. Pengaruh globalisasi juga menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena tujuan yang dicapai oleh pendidikan tersebut adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi permasalahan-permasalahan dan tantangan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan Negara. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dan Teknologi (IPTEK) merupakan salah satu faktor penunjang yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengorganisasir kegiatan siswa secara aktif serta mampu memanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pasal 1). Pendidikan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan siswa secara optimal baik secara kognitif, afektif dan. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang pendidikan merupakan sara dan wahana yang sangat baik

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Hal ini juga tak dapat dipungkiri terjadi karena peran

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga berkembang di bidang ilmu yang lain, seperti Kimia, Fisika, saat ini dengan penerapan konsep matematika tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki alat-alat potensial yang harus dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. suatu masalah. Menurut Duch (1995), Problem Based Learning (PBL) pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. membudayakan manusia. Melalui pendidikan segala potensi sumber daya manusia

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengembangan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah berupaya

BAB I PENDAHULUAN. tetap relevan dengan perkembangan teknologi informasi dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan model pembelajaran yang interaktif dan melibatkan keaktifan siswa. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan. mudah dari berbagai sumber.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. logis, dan sikap kemandirian dalam diri peserta didik. Proses pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. formal dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan diri siswa secara terencana,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN., karena dengan bekal pendidikan khususnya pendidikan formal diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. belum dewasa sesuai dengan nilai nilai yang berlaku dalam keluarga, peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi awal manusia untuk dapat berjalan dalam kehidupan ini. Sejak awal manusia diciptakan, pendidikan telah menjadi bagian dalam kehidupan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan. Dalam Undang-Undang sistem pendidikan nasional tahun 2003 (bab 1 pasal 1) disebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian diri, kecerdasan, akhlaq mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 1 Jadi ilmu pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluasluasnya, melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Mengingat peran pendidikan tersebut maka sudah seharusnya aspek ini menjadi perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber daya masyarakat Indonesia yang berkualitas. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis. Karena itu, maka perlu adanya 2003), hal. 2 1 UU RI No. 20 Th. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 1

2 peningkatan mutu pendidikan matematika. Untuk meningkatkan mutu suatu pendidikan diperlukan proses pembelajaran yaitu proses belajar dan mengajar. 2 Proses belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Walau telah diatur sedemikian rupa, pada dasarnya masalah utama pendidikan di Indonesia saat ini adalah berkaitan dengan rendahnya daya serap peserta didik terhadap pelajaran, sehingga tujuan pendidikan nasional sulit untuk dicapai. Seperti yang kita ketahui sampai saat ini bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa sulit oleh sebagian besar siswa, sehingga minat untuk mempelajarinya semakin rendah. Padahal matematika merupakan pelajaran dasar yang sangat penting dan termasuk salah satu mata pelajaran yang diujikan pada waktu Ujian Akhir Nasional untuk menentukan keberhasilan peserta didik. Selain digunakan untuk kebutuhan akademik, matematika juga sangat diperlukan dalam dunia nyata ketika para siswa terjun di masyarakat, sehingga tidak ada salahnya ketika para siswa dituntut untuk mampu menguasai ilmu matematika dengan baik. Kemajuan negara-negara maju, hingga sekarang menjadi dominan ternyata 60%-80% menggantungkan kepada Matematika. 3 Oleh karena itu agar matematika benar-benar bisa dipahami oleh peserta didik, maka proses pembelajaran yang berlangsung harus diperhatikan. Didalam proses pembelajaran guru harus mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh didalamnya sehingga pengajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 2 Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), hal.7 3 Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Malang: UM Press, 2005), hal.23

3 Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Matematika perlu diajarkan di sekolah karena memang berguna, berguna untuk kepentingan matematika itu sendiri dan memecahkan persoalan dalam masyarakat. Dengan di ajarkannya matematika kepada siswa di semua tingkat, matematika bisa diawetkan (memeliharanya agar tidak punah) dan dikembangkan. 4 Sebaiknya guru (pendidik) untuk lebih berinovatif dalam menggunakan metode mengajar yang dapat meningkatkan prestasi siswa. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMK PGRI 1 Tulungagung beberapa minggu sebelum penelitian dilakukan bahwa prestasi peserta didik belum mampu mencapai standar yang diinginkan, ini terlihat dari hasil ulangan harian siswa yang masih banyak mendapatkan nilai matematika di bawah KKM yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan. Dari hasil wawancara dengan guru matematika, diperoleh informasi bahwa guru selama ini menerapkan model pembelajaran konvensional yaitu menggunakan model ceramah dan diskusi, serta belum pernah menerapakan model pembelajaran Problem posing. Kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari matematika, terlihat bahwa kemampuan siswa dalam mempelajari matematika dipengaruhi oleh bagaimana cara guru mengajarkan mata pelajaran yang bersangkutan kepada peserta didik. Guru dapat mengubah rasa takut peserta didik terhadap pelajaran matematika, dengan mengusahakan dalam penyampaian materi hal.9 4 Ruseffendi, Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini, (Bandung: Tarsito, 1990),

4 pelajaran yang membuat peserta didik senang, sehingga membangkitkan motivasi, keaktifan serta keterampilan proses peserta didik dalam mengikuti pelajaran. Banyak cara bagi seorang guru untuk menyampaikan materi pelajaran yang akan membuat peserta didik merasa senang, diantaranya adalah dengan menggunakan pendekatan yang tepat dan dibantu dengan adanya media yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Para ahli konstruktivisme mengatakan bahwa ketika siswa mencoba menyelesaikan tugas-tugas di kelas, maka pengetahuan matematika dikonstruksi secara aktif. Para ahli konstruktivis yang lain mengatakan bahwa dari perspektifnya konstruktivistik, belajar matematika bukanlah suatu proses pengepakan pengetahuan secara hati-hati, melainkan tentang mengorganisir aktifitas, dimana kegiatan ini diinterpretasikan secara luas termasuk aktifitas dan berfikir konseptual. Didefinisikan oleh Cobb (1992) bahwa belajar matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Para ahli konstruktifis setuju bahwa belajar matematika melibatkan manipulasi aktif dari pemaknaan bukan hanya bilangan dan rumus-rumus saja. 5 Berdasarkan pandangan ahli konstruktivistik di atas, maka banyak ahli pendidikan matematika yang menciptakan model-model pembelajaran terbaru yang berdasarkan pada pendekatan konstruktivisme. Dengan model-model pembelajaran yang baru ini, diharapkan dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan, salah satunya hasil belajar yang tinggi. 5 Erman Suherman, et. all., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: FPMPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hal. 76

5 Dari sekian banyaknya model-model pembelajaran yang berdasarkan pada pendekatan konstruktivisme, salah satunya adalah model pembelajaran problem posing. Dalam pembelajaran problem posing, siswa diharapkan mampu untuk membuat soal sendiri dan memecahkannya. Selain itu, siswa mampu untuk menguasai materi secara konseptual maupun procedural. Pemahaman konseptual mengacu pada pemahaman konsep, dan kemampuan memecahkan masalah. Sedangkan pemahaman procedural mengacu pada ketrampilan melakukan pengajaran prosedural. 6 Di dalam Al-Qur an telah dijelaskan dalam surat Al-Qori ah ayat 1-4 yang berbunyi: 7 ٱل ي ك ون ق ار ع ة ١ م اٱل كٱل ٱل ن اس ق ار ع ة ٢ و م ا د ر ى ك م اٱل ث وث ٤ م ب ٱل ف ر اش ق ار ع ة ٣ ي و م Artinya : (1) Hari Kiamat, (2) apakah hari Kiamat itu?, (3) Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?, (4) Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran Sesuai dengan arti ayat tersebut dapat diketahui model pembelajaran problem posing adalah pengajuan soal atau pengajuan masalah dimana siswa diharapkan mampu untuk membuat soal sendiri dan memecahkannya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya guna memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru di sekolah. Ellerton mengartikan problem posing sebagai pembuatan soal oleh siswa yang dapat mereka pikirkan tanpa pembatasan apapun baik terkait isi hal. 35 hal. 49 6 Ipung Yuwono, Pembelajaran Matematika Secara Membumi, (Malang: UMM, 2001), 7 Al-Qur an dan Terjemahannya, Departemen Agama, (Semarang: Toha Putera, 1989),

6 maupun konteksnya. 8 Model pembelajaran ini dapat memberikan kebebasan kepada siswa untuk berpikir dalam memahami materi matematika. Berpikir secara bebas dan mandiri sesuai karakter dan kemampuan masing-masing siswa akan menumbuhkan sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin serta dapat membantu siswa dalam mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap matematika, sebab ide-ide matematika siswa dicobakan untuk memahami masalah yang sedang dikerjakan dan dapat meningkatkan kemampuannya dalam pemecahan masalah. Dalam setiap pembelajaran pasti ada sisi kelebihan atau keunggulan dan kekurangan atau kelemahan. 9 Beberapa kelebihan problem posing adalah kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa; minat siswa dalam pembelajaran matematika lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri; semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal; dengan membuat soal dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah; dapat membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih baik; merangsang siswa untuk memunculkan ide-ide yang kreatif dari yang diperolehnya dan memperluas pengetahuan serta siswa dapat memahami soal sebagai latihan untuk memecahkan masalah. Sedangkan kekurangan problem posing adalah persiapan guru lebih banyak karena menyiapkan informasi apa yang dapat disampaikan dan waktu yang 8 Ali Mahmudi, Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. (Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional Matematika Universitas Negeri Yogyakarta, 13 Desember 2008), hal. 4 9 Ibid, hal. 4

7 digunakan lebih banyak untuk membuat soal beserta penyelesaiaannya sehingga materi yang disampaikan lebih sedikit. Agar pelaksanaan pembelajaran model problem posing dapat dilakukan dengan baik maka guru harus menguasai informasi yang akan disampaikan dan perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar terutama membuat soal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Rismawati dengan menerapkan model problem posing terhadap hasil belajar matematika dapat disimpulkan bahwa pengaruh penerapan model pembelajaran Problem posing berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika materi pokok keliling dan luas bangun segi empat pada peserta didik kelas VII SMP Islam Durenan adalah sebesar 24,11%. Dari penelitian tersebut maka diperoleh hasil bahwa rata-rata nilai post test kelas eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata nilai post test kelas kontrol. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Lilik Puspitasari yang menggunakan model pembelajaran yang sama pula yakni model pembelajaran problem posing terhadap hasil belajar dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem posing sangat membantu siswa dalam memahami materi matematika, karena dengan adanya penerapan model pembelajaran problem posing, dapat terlihat dengan jelas bahwa nilai matematika siswa lebih baik dibandingkan dengan nilai siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional dengan pengaruh 18,42%. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem posing berpengaruh terhadap hasil belajar

8 matematika. Model pembelajaran problem posing sangat membantu siswa dalam memahami materi matematika, karena dengan adanya penerapan model pembelajaran problem posing, dapat terlihat dengan jelas bahwa nilai matematika siswa lebih baik dibandingkan dengan nilai siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Hasil belajar merupakan aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman. 10 Dalam setiap mengikuti pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap siswa mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Dalam proses memperoleh hasil belajar yang baik itu diperlukan metode pembelajaran yang tepat artinya yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik dari siswa itu sendiri. Berdasarkan penjelasan mengenai masalah-masalah yang telah diuraikan di atas, kiranya peneliti menemukan suatu model pembelajaran yang tepat untuk digunakan, yaitu model pembelajaran Problem posing yang dikaitkan dengan hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan tersebut dengan memberi judul Pengaruh Model Pembelajaran Problem posing terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada Siswa Kelas X SMK PGRI 1 Tulungagung. 10 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 39

9 B. Identifikasi Masalah Permasalahan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Problem posing Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Sistem Persamaan Linear pada Siswa Kelas X SMK PGRI 1 Tulungagung, ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Peserta didik lebih cenderung menerima apa saja yang disampaikan oleh guru dan masih bersifat konvensional 2. Rendahnya hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran matematika C. Batasan Masalah Identifikasi masalah penelitian sebagaimana diatas, selanjutnya penulis membatasinya agar tidak terjadi pelebaran pembahasan. Adapun pembatasan masalah yang dimaksud adalah Model pembelajaran problem posing yang dilaksanakan sesuai prosedur. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah hasil belajar matematika materi sistem persamaan linear pada siswa kelas X SMK PGRI 1 Tulungagung menggunakan model pembelajaran problem posing? 2. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Problem posing terhadap hasil belajar matematika materi sistem persamaan linear pada siswa kelas X SMK PGRI 1 Tulungagung?

10 E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika materi sistem persamaan linear pada siswa kelas X SMK PGRI 1 Tulungagung setelah menggunakan model pembelajaran problem posing. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Problem posing terhadap hasil belajar matematika materi sistem persamaan linear pada siswa kelas X SMK PGRI 1 Tulungagung. F. Kegunaan Hasil Penelitian Adapun kegunaan penelitian dibagi menjadi dua yaitu: 1. Secara teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan nilai positif untuk memperkaya ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan model pembelajaran yang baik sesuai materi pelajaran dan menarik bagi siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Secara Praktis a. Peneliti Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh selama duduk di bangku kuliah terhadap masalah yang dihadapi di dunia pendidikan secara nyata.

11 b. Sekolah Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak sekolah sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan mutu semua mata pelajaran pada umumnya dan khususnya pada mata pelajaran matematika. c. Guru Memberikan masukan kepada para guru untuk menerapkan model pembelajaran Problem posing dalam melaksanakan pembelajaran di kelas khususnya pada mata pelajaran matematika. d. Siswa Memberikan semangat kepada peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di kelas, serta meningkatkan hasil belajar siswa karena dengan model pembelajaran Problem posing, masalah siswa dalam belajar baik dalam pelajaran matematika maupun mata pelajaran yang lain bisa mudah dipecahkan. G. Hipotesis Penelitian : Ada pengaruh model pembelajaran problem posing terhadap hasil belajar matematika materi sistem persamaan linear pada siswa kelas X SMK PGRI 1 Tulungagung.

12 H. Penegasan Istilah 1. Secara Konseptual Agar diketahui arah dan tujuan dari penelitian ini, maka peneliti akan memberikan gambaran tentang variabel dari judul penelitian ini, berikut penjelasannya: a. Model Pembelajaran Problem posing Menurut Silver, problem posing meliputi beberapa pengertian, yaitu (1) perumusan soal atau perumusan ulang soal yang telah diberikan dengan beberapa perubahan agar lebih mudah dipahami siswa, (2) perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka penemuan alternatif penyelesaian, dan (3) pembuatan soal dari suatu situasi yang diberikan. 11 b. Hasil Belajar Matematika Hasil belajar adalah perubahan perilaku akibat belajar. 12 Hasil belajar matematika adalah hasil usaha yang dicapai yang menunjukkan ukuran kecakapan dalam bentuk nilai pada mata pelajaran matematika. 2. Secara Operasional a. Model Pembelajaran Problem posing Model pembelajaran problem posing adalah salah satu model pembelajaran yang mana dalam proses pembelajaran siswa dilatih untuk mengajukan pertanyaan sendiri sesuai informasi yang 11 Ali Mahmudi, Pembelajaran Problem Posing, hal. 4 12 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta : Pustaka belajar, 2009), hal. 46

13 diperoleh. Pertanyaan yang dibuat oleh siswa bebas sesuai dengan kreativitas dan kemampuan masing-masing siswa. b. Hasil Belajar Yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai post test yang diperoleh siswa setelah diajar dengan model pembelajaran problem posing untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol. I. Sistematika Skripsi Untuk mempermudah dalam membaca dan memahami skripsi ini, maka dipandang perlu adanya sistematika pembahasan. Adapun sistematika pembahasan skripsi yang Berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Problem posing terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada Siswa Kelas X SMK PGRI 1 Tulungagung ini terdiri dari: Bagian awal, terdiri dari: halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar lampiran, abstrak. Bagian utama/inti terdiri dari: BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV, BAB V dan BAB VI dengan penjelasan sebagai berikut: BAB I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional, hipotesis penelitian, kegunaan hasil penelitian dan sistematika skripsi.

14 BAB II merupakan landasan teori penelitian yang membahas tentang hakikat pendidikan matematika, pembelajaran matematika, model pembelajaran problem posing, hasil belajar, materi SPLDV, Implementasi pembelajaran problem posing pada materi SPLDV, kajian penelitian terdahuhulu dan kerangka berfikir. BAB III merupakan metode penelitian yang membahas tentang rancangan penelitian, sumber data, variabel dan skala pengukurannya, teknik pengumpulan data, serta analisis data. BAB IV merupakan laporan hasil penelitian yang berisi tentang deskripsi data untuk masing-masing variabel serta pengujian hipotesis. BAB V merupakan pembahasan yang membahas tentang rumusan masalah yang telah dibuat. BAB VI merupakan penutup yang memuat kesimpulan dan saransaran. Bagian akhir dari skripsi memuat daftar rujukan, lampiran-lampiran, surat.