HAK-HAK NORMATIF PEKERJA PADA PERUSAHAAN YANG DINYATAKAN PAILIT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. A. Kedudukan Hukum Karyawan Pada Perusahaan Pailit. perusahaan. Hal ini dikarenakan peran dan fungsi karyawan dalam menghasilkan

AKIBAT HUKUM BERAKHIRNYA HUBUNGAN KERJA PADA PERUSAHAAN YANG DINYATAKAN PAILIT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPENTINGAN PARA KREDITOR AKIBAT ACTIO PAULIANA DALAM HUKUM KEPAILITAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 27 ayat (2) yang berbunyi: Tiap tiap warga Negara berhak atas. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DALAM HAL TERJADI KEPAILITAN SUATU PERUSAHAAN ASURANSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN OUTSOURCING JIKA PERUSAHAAN TIDAK MEMBERIKAN TUNJUNGAN HARI RAYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003

AKIBAT KEPAILITAN TERHADAP ADANYA PERJANJIAN HIBAH

HAK HAK KARYAWAN PADA PERUSAHAAN PAILIT (STUDI TENTANG PEMBERESAN HAK KARYAWAN PADA KASUS PERUSAHAAN PT. STARWIN) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

KETENTUAN PENANGGUHAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN OLEH KREDITUR SEPARATIS AKIBAT ADANYA PUTUSAN PAILIT. Oleh :

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK KETIGA (NATUURLIJKE PERSOON) DALAM HUKUM KEPAILITAN TERKAIT ADANYA ACTIO PAULIANA

PERALIHAN DAN HAPUSNYA HAK DAN TANGGUNGAN ATAS TANAH

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERKAITAN DENGAN ADANYA NON COMPETITION CLAUSE DALAM SEBUAH PERJANJIAN KERJA

PENGARUH UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DAN UNDANG- UNDANG HAK TANGGUNGAN TERHADAP KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN APABILA DEBITUR PAILIT

TANGGUNG JAWAB KURATOR PADA TENAGA KERJA YANG DI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) AKIBAT DARI PERSEROAN TERBATAS YANG DINYATAKAN PAILIT

KEPAILITAN PERUSAHAAN INDUK TERHADAP PERUSAHAAN ANAK DALAM GRUP

PEMBATALAN PUTUSAN PENGADILAN NIAGA PADA PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT OLEH MAHKAMAH AGUNG TERKAIT DENGAN PUTUSAN PAILIT PT. DIRGANTARA INDONESIA

AKIBAT HUKUM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP STATUS SITA DAN EKSEKUSI JAMINAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang berkembang, baik dari sumber alam,

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

AKIBAT HUKUM PENGGABUNGAN PERUSAHAAN (MERGER) PADA PERUSAHAAN PERSEROAN TERBATAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional untuk mewujudkan

TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN (THR) BAGI PEKERJA YANG DI PHK OLEH PENGUSAHA

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

PENGATURAN HUKUM WAJIB DAFTAR PESERTA BPJS BAGI TENAGA KERJA PERUSAHAAN

KEBERADAAN RAHASIA DAGANG BERKAITAN DENGAN PERLIDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang maupun jasa agar menghasilkan keuntungan.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen pelaku untuk mencapai tujuan pembangunan itu. Dengan

PELAKSANAAN TUGAS TIM LIKUIDASI DALAM HAL MASA KERJA TIM LIKUIDASI LAMPAU WAKTU

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP DEBITOR YANG MELAKUKAN PERJANJIAN PEMISAHAAN HARTA PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban debitor untuk membayar kembali utang sesuai jangka waktu yang telah

TANGGUNG JAWAB KURATOR DALAM PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT DI KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. mampu lagi untuk membayar hutang-hutangnya, maka pihak debitur ini

PEMBERLAKUAN UMK (UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDITUR DAN DEBITUR. Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

KESEPAKATAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MELALUI PERJANJIAN BERSAMA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN

PERLINDUNGAN HUKUM KARYAWAN PERIHAL PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PADA PERUSAHAAN HOTEL LEGIAN BEACH RESORT & SPA DI KABUPATEN BADUNG

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK NORMATIF KARYAWAN AKIBAT PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PADA PERUSAHAAN PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE DENPASAR

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN PELAYANAN KESEHATAN NON MEDIS TUKANG GIGI

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KEPADA PEKERJA YANG SAKIT

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

PRINSIP DEBT FORGIVENESS DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU)

KEWAJIBAN PERSEROAN TERBATAS YANG DINYATAKAN PAILIT TERHADAP HUTANG PAJAK YANG BELUM DIBAYAR (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

PENGATURAN PENGALIHAN JAMINAN FIDUSIA DI INDONESIA

Oleh: Arga Jongguran Tio Debora Sitinjak. Ngakan Ketut Dunia Marwanto Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

AKIBAT HUKUM ATAS PELANGGARAN MEREK OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMEGANG LISENSI

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK

BAB II PENETAPAN HAK MENDAHULUI PADA FISKUS ATAS WAJIB PAJAK YANG DINYATAKAN PAILIT. A. Kepailitan dan Akibat Hukum Yang Ditinggalkannya

PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI

TANGGUNG JAWAB KREDITOR ATAS HILANGNYA BARANG GADAI

Oleh: Dicki Nelson ABSTRAK

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITOR

SAHAM PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI OBJEK JAMINAN GADAI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kegiatan perekonomian yang berkesinambungan, banyak sekali

Revillia Wulandari S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya

UPAYA BANK DALAM PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

HAK DAN KEWAJIBAN INVESTOR ASING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

ASPEK HUKUM PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN OBLIGASI NEGARA RITEL

BENTUK-BENTUK PRAKTIK OUTSOURCING DALAM UNDANG- UNDANG KETENAGAKERJAAN

PENGURUSAN HARTA PAILIT PEMBERESAN HARTA PAILIT TUGAS KURATOR. Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KEISTIMEWAAN BAGI PELAKU USAHA KECIL TERKAIT DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PENGATURAN DAN PENERAPAN PRINSIP PARITAS CREDITORIUM DALAM HUKUM KEPAILITAN DI INDONESIA

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014

Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014

BATASAN RUMAH SUSUN YANG DIJADIKAN AGUNAN PADA BANK. J. Andy Hartanto Universitas Narotama, Surabaya

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM HAL KETERLAMBATAN SAMPAINYA BARANG

Oleh I Wayan Gede Pradnyana Widiantara I Nengah Suantra Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

KEDUDUKAN KREDITUR SEPARATIS DALAM HUKUM KEPAILITAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

HAK KREDITUR ATAS PENJUALAN BARANG GADAI

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang

TANGGUNG JAWAB KURATOR PADA KEPAILITAN PT. ARTA GLORY BUANA TERHADAP PARA KREDITOR

Oleh Anak Agung Lita Cintya Dewi I Made Dedy Priyanto Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera demi mewujudkan suatu keadilan sosial, dengan cara pemenuhan. layak bagi seluruh rakyat Indonesia. 1

BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITUR. 1. Akibat kepailitan terhadap harta kekayaan debitur pailit

BAB III AKIBAT HUKUM PERGESERAN TUGAS DAN WEWENANG BANK INDONESIA KE OJK TERHADAP KETENTUAN PASAL 2 AYAT (3) UU NO. 37

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ONLINE

Oleh : Ayu Diah Listyawati Khesary Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang berarti bahwa manusia

h. 17. h.1. 4 Ibid, h C.S.T Kansil dan Christine S.T., 2008, Hukum Tata Negara Republik Indonesia (Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Proses perniagaan, apabila debitor tidak mampu ataupun tidak mau

AKIBAT HUKUM PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN ATAU AKUISISI TERHADAP STATUS PERUSAHAAN MAUPUN STATUS PEKERJA PADA PT (PERSEROAN TERBATAS)

TANGGUNG JAWAB SEKUTU TERHADAP COMMANDITAIRE VENNOOTSCHAP ( CV ) YANG MENGALAMI PAILIT

Transkripsi:

HAK-HAK NORMATIF PEKERJA PADA PERUSAHAAN YANG DINYATAKAN PAILIT Oleh I Made Wisnu Yoga Wijaya A.A. Sagung Wiratni Darmadi A.A. Gede Agung Dharma Kusuma Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Judul dari penelitian ini adalah Hak-Hak Normatif Pekerja Pada Perusahaan Yang Dinyatakan Pailit. Hak normatif pekerja merupakan hak dasar pekerja dalam hubungan kerja yang dilindungi dan dijamin dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terdapat beberapa klasifikasi hak-hak normatif pekerja, yaitu hak yang bersifat ekonomis; hak yang bersifat politis; hak yang bersifat medis; dan hak yang bersifat sosial. Ketika suatu perusahaan dinyatakan pailit, seringkali perusahaan tersebut tidak memenuhi hak-hak normatif pekerja. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui hak-hak normatif pekerja pada perusahaan yang dinyatakan pailit. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif dengan menggunakan teknik pengumpulan bahan hukum dengan studi pustaka. Hasil yang diperoleh dari penelitian hukum ini menunjukkan bahwa hak-hak normatif pekerja merupakan utang yang didahulukan pembayarannya, karena hak-hak normatif pekerja ini merupakan salah satu hak asasi manusia, yang pemenuhannya tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Kata Kunci : Hak-Hak Normatif, Perusahaan, Pailit. ABSTRACT The title of this legal research is employee normative rights of bankrupt company. Employee normative rights is a basic rights of employee in employment relationship that protected and guaranteed by the statute. There are several classifications of employee normative rights, such as economical rights; political rights; medical rights; and social rights. When a company was declared bankrupt, the company frequently does not fulfill the employee normative rights. The aim on this paper is to determine the employee normative rights at a bankrupt company. The research method used in this paper is the normative legal research using legal materials collection techniques of literature. The result obtained from this research show that employee normative rights is the precedence debt payment, because the employee normative rights is one of the basic human rights, which is the fulfillment can not be reduced under any circumstances. Key Words : Normative Rights, Company, Bankrupt. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketenagakerjaan menjadi suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan nasional, karena tenaga kerja mempunyai peran dan kedudukan yang penting 1

sebagai pelaku dari pembangunan nasional. Oleh karena itu, haruslah ada hak-hak pekerja/buruh yang diatur dalam peraturan perundang-undangan, yang sekaligus mengatur tentang perlindungan mengenai hak-hak pekerja tersebut. Dalam menjalankan perusahaan, tidak selamanya perusahaan tersebut mengalami pertumbuhan yang stabil. Sebuah perusahaan bisa saja mengalami kebangkrutan atau kepailitan. Jadi dapat dikatakan bahwa kehidupan suatu perusahaan dapat dalam keadaan kondisi untung, dimana perusahaan terus berkembang, atau dalam keadaan rugi, dimana garis hidup perusahaan menurun, seperti grafik. 1 Di dalam kondisi seperti ini, selain perusahaan harus membayar utang kreditur, perusahaan juga harus memenuhi hak-hak pekerja. Sebenarnya pemenuhan hak-hak pekerja telah diatur dalam pasal 95 ayat (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Undang-Undang Ketenagakerjaan), yang menyebutkan bahwa dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan perundangundangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja merupakan utang yang didahulukan pembayarannya. Kemudian dikeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Undang-Undang Kepailitan) sebagai salah satu sarana hukum yang diperlukan dalam menunjang keadilan bagi para pengusaha, kreditur, dan pekerja. Lahirnya Undang-Undang Kepailitan ini telah menimbulkan resonansi yang kuat dalam dunia bisnis Indonesia. 2 Terdapat konflik antarapasal 95 ayat 4 Undang-Undang Ketenagakerjaan dengan pasal 138 Undang-Undang Kepailitan, karena pada pasal 138 Undang-Undang Kepailitan disebutkan bahwa: Kreditur yang piutangnya dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek hak agunan atas kebendaan lainnya atau yang mempunyai hak yang diistimewakan atas suatu benda tertentu dalam harta pailit dan dapat membuktikan bahwa sebagian piutang tersebut akan tidak akan dilunasi dari hasil penjualan benda yang menjadi agunan, dapat meminta diberikan hak-hak yang dimiliki kreditur konkuren atas bagian piutang tersebut, tanpa mengurangi hak-hak untuk didahulukan atas benda yang menjadi agunan atas piutangnya. Ada 3 (tiga) jenis kreditur, yaitu kreditur separatis, kreditur preferen, dan kreditur konkuren. 3 Kreditur yang dimaksud dalam pasal ini adalah kreditur separatis. Dengan 1 Victor M. Situmorang dan Hendri Soekarso, 1994, Pengantar Hukum Kepailitan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 1. 2 Aria Suyudi, Eryanto Nugroho dan Herni Sri Nurbayati, 2004, Kepailitan di Negeri Pailit, Pusat Studi Hukum dan Kebijaksanaan Indonesia, Cetakan II, Jakarta, Hal. 23. 3 Jono, 2010, Hukum Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta, Hal. 5. 2

demikian dapat dikatakan bahwa di satu sisi ada kepentingan para pekerja menuntut hak mereka yang belum dibayar, tapi di sisi lain ada kepentingan kreditur yang membagi aset pailit secara proporsional. 1.2. Tujuan Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemenuhan hak-hak normatif pekerja pada perusahaan yang dinyatakan pailit. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian hukum normatif, yaitu suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-psrinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. 4 Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan adalah dengan teknik studi pustaka. Keseluruhan data yang terkumpul akan diolah dan dianalisis. 2.2 Hasil Dan Pembahasan Hak-Hak Normatif Pada Perusahaan Pailit Hak-hak normatif pekerja merupakan hak dasar pekerja dalam hubungan kerja yang dilindungi dan dijamin dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-Undang menyebutkan bahwa dalam keadaan pailit, pembayaran upah pekerja didahulukan dari pembayaran utang lainnya, hal ini dinyatakan pada pasal 95 ayat (4) Undang-Undang Ketenagakerjaan. Pada Undang-Undang Kepailitan mengatur bahwa kreditur sesuai dengan kedudukannya menjadi prioritas untuk didahulukan hak dan kewajibannya pada perusahaan pailit. Di dalam ilmu hukum terdapat asas lex specialis derograt legi generalis, yang berarti bahwa aturan hukum yang khusus akan mengesampingkan aturan hukum yang umum. 5 Jadi pengkajian mengenai pembayaran utang ketika perusahaan pailit lebih mengacu pada Undang-Undang Kepailitan. Namun pada Undang-Undang Kepailitan tidak terdapat pasal yang jelas menyatakan bahwa kreditur separatis yang didahulukan haknya dapat menghilangkan hak-hak normatif pekerja. Memang, jika diantara para kreditur tersebut 4 Peter Mahmud Marzuki, 2006, Penelitian Hukum, Kencana Predana Group, Jakarta, Hal. 35. 5 Zainal Asikin, 2012, Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 115. 3

terdapat kreditur pemegang hak jaminan, maka kreditur ini mendapat prioritas. Hal tersebut didasari pada pasal 138 Undang-Undang Kepailitan yang isinya telah disebutkan sebelumnya. Selain itu, pada pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan menyatakan bahwa dengan tetap memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 58, setiap kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Tetapi pada pasal-pasal tersebut tidak menyatakan bahwa kreditur separatis dapat menghilangkan hak-hak normatif pekerja. Jadi hak-hak normatif pekerja tetap harus dipenuhi oleh perusahaan yang telah pailit. Hak-hak normatif pekerja itu sendiri merupakan salah satu hak asasi manusia, karena kerja berkaitan dengan hak atas hidup, bahkan hak atas hidup yang layak seperti yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Tiaptiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hak asasi manusia ini merupakan hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Jadi seharusnya perusahaan terlebih dahulu melakukan pemenuhan terhadap hak-hak normatif pekerja dari pada pemenuhan kreditur-kreditur lainnya. Maka hak-hak normatif pekerja tersebut menjadi utang yang didahulukan pembayaran dan pemenuhannya oleh perusahaan yang telah dinyatakan pailit. III. KESIMPULAN Jika perusahaan telah dinyatakan pailit, maka hak-hak normatif pekerja merupakan utang yang didahulukan pembayarannya. Memang pada Undang-Undang Kepailitan menyatakan bahwa kreditur separatis dapat mendahulukan hak-hak yang dimiliki oleh kreditur konkuren, namun kreditur ini tidak dapat menghilangkan hak-hak normatif pekerja. Karena hak-hak normatif pekerja ini merupakan salah satu hak asasi manusia. DAFTAR PUSTAKA Aria Suyudi, Eryanto Nugroho, dan Heni Sri Nurbayati, 2004, Kepailitan di Negeri Pailit, Pusat Studi Hukum dan Kebijaksanaan Indonesia, Cetakan II, Jakarta. Jono, 2010, Hukum Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta. Peter Mahmud Marzuki, 2006, Penelitian Hukum, Kencana Predana Group, Jakarta. 4

Victor M. Situmorang dan Henri Soekarso, 1994, Pengantar Hukum Kepailitan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta. Zainal Asikin, 2012, Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 131. 5