BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 akhirnya resmi diterapkan meskipun belum dilakukan di

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. membantu penyelesaian masalah pembangunan yang ada. Upaya yang dilakukan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sesuai dengan UU Republik

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. semata-mata untuk hari ini melainkan untuk masa depan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

I. PENDAHULUAN. pendidikan adalah agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan keterampilan

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DI SMK 45 LEMBANG

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Drajat Sarjana S-1. Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

mengembangkan potensi diri mereka melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. demokratis serta bertanggung jawab (Syaiful Sagala, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan telah diatur

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi kebutuhan yang penting bagi manusia dalam kehidupannya, dikarenakan melalui pendidikan seseorang dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Pengembangan potensi nurani maupun potensi kompetensi menjadi dasar terbentuknya individu yang mampu menerapkan ilmu yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi masalah kehidupan sehari-hari maupun di masa yang akan datang. Menurut Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga menyatakan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Perndidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan yang diterapkan harus dinamis dan selalu berkembang sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi, serta sejalan dengan perubahan budaya masyarakat. Pembelajaran sains pada abad ke 21 bukan hanya berorientasi pada mengenal konsep, melainkan harus mulai memberikan kesempatan siswa untuk berpikir sains. Pembelajaran sains adalah pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, dapat memberikan pengalaman kepada siswa, dan mampu membentuk pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang dipelajari. Kemampuan siswa untuk mengkonstruksi pola pikirnya sendiri menjadi tujuan dari pembelajaran sains yang disesuaikan dengan tuntutan perkembangan jaman. Kemampuan berpikir kritis siswa adalah hal yang perlu dikembangkan agar kemampuan berpikir siswa dapat terlatih dalam proses pembelajaran (Redhana dan Liliasari, 2008). Kemampuan berpikir kritis saat mengumpulkan, mengevaluasi, menentukan solusi dari suatu masalah (Amri dan Ahmadi, 2010). 1

2 Pembelajaran biologi yang merupakan pembelajaran sains memiliki karakteristik yaitu belajar tentang bagaimana memperoleh informasi, menerapkan teknologi dalam sains, bekerja secara ilmiah, dan kemampuan berpikir. Sains tidak hanya berupa pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, melainkan juga meliputi cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Permasalahan dalam pembelajaran sains timbul dari rasa keingintahuan seorang individu terhadap benda-benda, makhluk hidup, dan hubungan sebab-akibatnya. Permasalahan ini kemudian dipecahkan dengan prosedur yang benar yakni berupa metode ilmiah yang meliputi perumusan hipotesis, perancangan percobaan, pembahasan dan hasil berupa fakta, teori, prinsip dan lainnya. Menurut Hungerford, Volk dan Ramsey (1980) berpendapat bahwa sains adalah kombinasi dari proses berpikir kritis yang menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan valid (Wenno, 2008). Konstruktivisme dalam pembelajaran sains lebih menekankan pada pengetahuan yang dikonstruk oleh siswa sendiri selama melakukan proses belajar. Pengetahuan tidak ditransfer dari guru kepada siswa melainkan diinterpretasikan oleh masing-masing siswa berdasarkan bahan ajar yang diberikan oleh guru, dengan tujuan mengurangi kemungkinan salah tangkap dan salah mengerti apabila pengetahuan atau teori-teori tersebut ditranfer langsung oleh guru kepada siswa. Pengetahuan yang dikonstruksikan oleh siswa akan dapat digunakan untuk menghadapi macam-macam fenomena dan permasalahan yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dipahami. Pembelajaran yang berasaskan konstruktivisme juga menitikberatkan pada keaktifan siswa. Siswa dituntut untuk aktif dalam mengembangkan pengetahuan awal mereka. Siswa yang kritis dalam menganalisis suatu hal atau suatu masalah berawal dari keaktifan serta kreativitas siswa tersebut dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan siswa selalu dituntut untuk berpikir selama proses pembelajaran berlangsung. Guru mampu membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri yaitu dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis terhadap bahan yang dipelajari, dan siswa bebas mengungkapkan gagasan dan ide terkait materi pelajaran yang dipelajari

3 (Soewandi, Widharyanto, Bram, dan Nugraha, 2005). Kemampuan berpikir tinggi peserta didik terdiri atas kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan mengambil keputusan (Liliasari, 2011). Proses kemampuan berpikir tingkat tinggi di antaranya meliputi kemampuan berpikir kritis (tajam dalam menganalisis) dan kreatif (bersifat daya cipta). Kemampuan berpikir kritis menurut Facione (2013) meliputi interpretation (interpretasi), analysis (analisis), inference (kesimpulan), evaluation (evaluasi), explanation (penjelasan), dan self-regulation (pengaturan diri). Kemampuan berpikir kritis maupun berpikir kreatif merupakan hal penting dan sangat diperlukan peserta didik untuk menghadapi persoalan hidup di masa yang akan datang. Berpikir kritis adalah proses berpikir yang terarah dan jelas yang berpengaruh besar dalam kegiatan mental seorang individu seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi maupun dalam melakukan penelitian ilmiah (Johnson, 2010). Pemecahan suatu masalah memerlukan data yang akurat agar dapat menghasilkan keputusan atau solusi yang logis dan tepat, diperlukan pula kemampuan berpikir kritis yang baik sebagai kemampuan dasar dalam menganalisis data yang ada (Amri dan Ahmadi, 2010). Menurut Panen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), indikasi seseorang memiliki kemampuan berpikir yang baik, adalah mampu menghadapi suatu fenomena baru dan mampu menemukan pemecahan atas suatu permasalahan. Kondisi proses pembelajaran biologi yang telah dilaksanakan selama ini pada pendidikan formal di sekolah, masih mengalami kecenderungan pada proses pembelajaran yang bersifat transfer ilmu dari guru kepada peserta didik. Proses pembelajaran yang satu arah, berpusat pada guru sebagai sumber informasi, mengkondisikan siswa menjadi pasif mendengarkan segala informasi yang disampaikan oleh guru. Guru biologi yang masih memiliki persepsi bahwa pembelajaran sains terbatas pada aspek produk, yaitu siswa yang mampu menghafal dan memahami materi pembelajaran biologi saja, membuat siswa belum mampu mengaplikasikan ilmu atau konsep yang diperoleh tersebut untuk memecahkan dan mencari solusi untuk suatu masalah. Masalah dalam pembelajaran juga diungkapkan oleh Trianto (2010) yaitu daya serap peserta didik

4 yang masih rendah, dan berpengaruh pada rata-rata hasil belajar siswa yang juga masih rendah. Prestasi hasil belajar siswa yang masih rendah tentunya dipengaruhi pula oleh pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan belum mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dalam mengembangkan potensi siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kurang adanya kesempatan bagi siswa untuk mampu berkembang secara mandiri melalui penemuan-penemuan selama siswa melakukan proses berpikir. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan kemampuan berpikir kritis siswa tidak dilatih secara maksimal. Pengetahuan dapat terkonstruksi secara bermakna jika guru dapat melatih siswa agar berpikir secara kritis dalam menganalisis maupun dalam memecahkan suatu permasalahan. Proses pembelajaran yang demikian dirasa kurang mampu mengajarkan siswa tentang bagaimana cara belajar, berpikir dan memotivasi diri sendiri. Pembelajaran konvensional pada dasarnya tidak selalu buruk dari pada pembelajaran kontekstual, pembelajaran kooperatif maupun pembelajaran aktif. Pembelajaran konvensional juga masih banyak digemari oleh guru maupun siswa. Guru sering menerapkan pembelajaran konvensional karena tidak memerlukan banyak alat dan bahan praktek, cukup dengan menjelaskan konsep yang ada pada buku teks maupun referensi yang lain. Pembelajaran konvensional yang hanya menekankan pada menghafal konsep, dirasa tepat untuk diterapkan pada siswa yang memiliki kemampuan menghafal yang baik. Konsep dari materi menjadi penting untuk dihafal dan dipahami oleh siswa, dikarenakan pemahaman siswa terhadap konsep akan berpengaruh pada sikap, keputusan dan cara-cara siswa dalam memecahkan masalah (Trianto, 2010). Pembelajaran yang selalu menerapkan pembelajaran konvensional saja tidak cukup untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Kenyataan di lapangan juga menunjukkan bahwa siswa hanya mampu menghafal konsep tanpa mampu menggunakan konsep tersebut, jika menemukan masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep tersebut. Penerapan pembelajaran konvensional harus divariasikan dengan model pembelajaran lainnya, misalnya dengan menerapkan model pembelajaran aktif Student Created

5 Case Studies dengan harapan siswa lebih aktif terlibat saat proses pembelajaran berlangsung dan dapat melatih kemampuan berpikir kritisnya untuk menganalisis masalah yang dihadapinya. Guru mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki proses pembelajaran, yakni dalam memilih model pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat dan efektif, dengan tujuan agar materi pelajaran yang disampaikan dapat dipahami oleh peserta didik sekaligus mampu melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Proses pembelajaran juga ditentukan sampai sejauh mana guru dapat menggunakan model dan media pembelajaran yang efektif serta sesuai dengan tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Variasi dalam penggunaan media dan model pembelajaran diharapkan mampu meminimalisir kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas, serta dapat mengembangkan seluruh potensi yang terdapat dalam diri siswa secara optimal termasuk kemampuan berpikir kritis siswa. Model pembelajaran aktif yang efektif dan inovatif mampu mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis siswa. Model pembelajaran aktif yang mampu melatih kemampuan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran Student Created Case Studies. Model pembelajaran Student Created Case Studies ini menjadikan siswa sebagai subjek belajar, sehingga pembelajaran akan lebih fokus pada keaktifan siswa (student-centered). Model pembelajaran ini, diawali dengan guru membagi siswa untuk berkelompok, selanjutnya setiap kelompok menganalisis kondisi lingkungan yang ada untuk merumuskan suatu kasus yang harus didiskusikan solusi pemecahannya. Kasus yang telah ditentukan, kemudian dikembangkan oleh siswa dengan tujuan untuk mengetahui penyebab dan cara penanggulangannya. Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok, dengan tujuan untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok yang lain. Peran guru adalah membimbing dalam kegiatan pembelajaran dengan memberikan kesimpulan, refleksi, evaluasi (Silberman, 1996). Model pembelajaran ini menuntut siswa memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, kemandirian belajar serta kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan suatu kasus yang to didiskusikan. user

6 Diagram yang dipadu dalam proses diskusi, dapat mengarahkan siswa dalam melakukan suatu proses diskusi secara sistematis. Diskusi menjadi tidak terarah dan tidak mempunyai tujuan yang jelas, apabila pembahasan yang dilakukan tidak sesuai atau menyimpang dari topik yang dibahas. Sebuah diagram sebab akibat dapat berperan sebagai fokus atau inti dari proses diskusi yang dilakukan. Setiap individu yang terlibat dalam diskusi tersebut akan mengetahui topik yang didiskusikan serta batasan-batasan dari diskusi tersebut. Penyimpangan pembahasan dari topik dapat dicegah dan kesimpulan mengenai tindakan yang akan dilakukan dapat cepat diambil (Ishikawa, 1988). Fishbone Diagram (diagram tulang ikan) atau disebut juga diagram sebab-akibat (cause-effect diagram) digagas oleh Dr. Kaoru Ishikawa. Diagram yang menempatkan efek atau akibat pada ujung kanan atau pada kepala ikan dan sebab-sebab atau akar permasalahan sebagai tulang ikannya. Fishbone Diagram dalam pembelajaran diharapkan dapat menyajikan materi secara keseluruhan, dan mampu merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan suatu, permasalahan yang ada dan sekaligus mencari solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Diagram sebab akibat menuntut siswa untuk mengumpulkan sebanyak mungkin ide mengenai kasus yang dianalisis (Ishikawa, 1988). Siswa menjadi aktif dalam berpikir dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi sebab terjadinya masalah tersebut, dan berdasarkan sebab-sebab tersebut siswa mencoba memikirkan langkah-langkah yang tepat untuk dilakukan, yang dapat menjadi solusi dalam mengatasi masalah tersebut. Guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Guru memperhatikan dan memeriksa setiap kelompok, untuk memastikan bahwa siswa mampu mengatur pekerjaannya dan membantu setiap permasalahan yang dihadapi di dalam interaksi kelompok. Guru dapat memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari melalui Fishbone Diagram. Fishbone Diagram pada pembelajaran aktif Student Created Case Studies diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran biologi pada pokok bahasan pencemaran lingkungan. Fishbone Diagram dimanfaatkan untuk menganalisis kasus pencemaran lingkungan. Siswa berusaha memecahkan

7 kasus atau permasalahan yang diberikan oleh guru, dengan cara menganalisis permasalahan tersebut dan mencari literatur atau sumber belajar yang relevan. Penelitian yang mendukung penjelasan di atas antara lain, menurut Kusumawati (2013), diketahui bahwa model pembelajaran Student Created Case Studies dipadu dengan Diagram Ishikawa mampu melatih kemampuan berpikir kreatif dan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran biologi. Danisa (2012) menyatakan bahwa penerapan model Guided Inquiry disertai Fishbone Diagram berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar pada pembelajaran biologi. Penelitian yang telah dilakukan oleh Nopitasari (2012) menyatakan bahwa pembelajaran Student Created Case Studies disertai media gambar memiliki pengaruh yang baik dalam melatihkan keterampilan proses sains (KPS) siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran biologi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu, Apakah ada perbedaan hasil dari penerapan pembelajaran Student Created Case Studies dan pembelajaran Student Created Case Studies dipadu Fishbone Diagram terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri Kebakkramat tahun pelajaran 2012/2013? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil dari penerapan pembelajaran Student Created Case Studies dan pembelajaran Student Created Case Studies dipadu Fishbone Diagram terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri Kebakkramat tahun pelajaran 2012/2013.

8 D. Manfaat Penelitian antaranya: Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, di 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori yang sudah ada dalam dunia pendidikan mengenai penerapan model pembelajaran Student Created Case Stusies dan Student Created Case Stusies yang dipadu Fishbone Diagram terhadap kemampuan berpikir kritis siswa serta mengetahui perbedaan hasil dari penerapan kedua pembelajaran tersebut. Penelitian ini juga dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran biologi sebagai model pembelajaran yang diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh dari proses pembelajaran, untuk memecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peserta didik 1) Memberikan suatu pengalaman belajar yang baru siswa melalui model pembelajaran Student Created Case Studies yang dipadu dengan Fishbone Diagram untuk meningkatkan keaktifan siswa, kemampuan berpikir kitis, serta menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan inovatif sehingga proses pembelajaran biologi menjadi lebih menarik dan tidak membosankan. 2) Melatih kemampuan berpikir kritis siswa melalui proses pemecahan masalah, bertanggung jawab akan tugas yang diberikan, serta kemampuan bekerja sama dengan orang lain. 3) Membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran, terutama terhadap materi-materi yang berbasis pada masalah dan memerlukan kemampuan untuk berpikir kritis.

9 b. Bagi guru 1) Memberikan referensi bagi guru biologi untuk memperoleh gambaran penggunaan model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa 2) Menambah pengetahuan tentang pembelajaran Student Created Case Studies dan Student Created Case Studies dipadu Fishbone Diagram. 3) Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam penggunaan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran biologi. c. Bagi Institusi Penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi bagi SMA Negeri Kebakkramat dalam upaya mengembangkan proses pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan mencetak generasi baru dengan pemikiran yang kritis.