PERBEDAAN MORDAN ASAM JAWA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENGULANGAN PENCELUPAN TERHADAP HASIL WARNA BAHAN SUTERA DENGAN EKSTRAK BATANG PISANG KEPOK (Musa paradiasiaca L. cv kepok) YULIYA ZULMI

Oleh: RIKA SYAFITRI 2008 / 06440

HASIL PENCELUPAN PADA BAHAN SUTERA MENGGUNAKAN EKSTRAK BIJI KESUMBA

PERBEDAAN TEKNIK MORDANTING TERHADAP HASIL PENCELUPAN ZAT WARNA ALAM EKSTRAK DAUN KELADI HIAS (Philodendron) DENGAN MORDAN AIR TAPAI PADA BAHAN SUTERA

PENGARUH TAWAS PADA PENCELUPAN BAHAN KATUN MENGGUNAKAN ZAT WARNA ALAM EKSTRAK DAUN PETAI CINA (LEUCAENA LEUCOCEPHALA) YULIANTI

PERBEDAAN MORDANTING TERHADAP HASIL PENCELUPAN ZAT WARNA ALAM AIR LIMBAH PENIRISAN GETAH GAMBIR PADA SUTERA MENGGUNAKAN MORDAN TUNJUNG (FESO4)

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA

PENGARUH GARAM TERHADAP HASIL PENCELUPAN BAHAN SUTERA DENGAN EKSTRAK KULIT POHON MAHONI DERISA

PENGARUH KONSENTRASI TAWAS TERHADAP PEWARNAAN KAIN MENGGUNAKAN EKSTRAK KULIT BAWANG MERAH

PENGARUH MORDAN AIR KELAPA PADA PENCELUPAN BAHAN KATUN MENGGUNAKAN EKSTRAK UMBI TEMULAWAK (CURCUMA XANTHORRIZA ROXB) 74285/2006

PENGARUH KOMPOSISI WARNA (PAGODA RED, WINDSOR PURPLE, MADONNA BLUE) TERHADAP KUALITAS WARNA UNGU PURPLE PADA KAIN KATUN DENGAN TEKNIK TIE DYE

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

ANALISIS CITRA PEWARNA ALAMI DARI EKSTRAK KULIT BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus)

PENGARUH FIKSASI TERHADAP KETUAAN WARNA DENGAN MENGGUNAKAN PEWARNA ALAMI BATIK DARI LIMBAH MANGROVE

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN

PEMANFAATAN ZAT WARNA ALAM DARI EKSTRAK KULIT AKAR MENGKUDU (Morinda citrifolia Linn) PADA KAIN KATUN

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN

PENGARUH FIKSATOR PADA EKSTRAK AKAR MENGKUDU TERHADAP PEWARNAAN JUMPUTAN

PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR

TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY

PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA

Emy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY)

Dosen Program Studi Teknik Batik Politeknik Pusmanu Pekalongan 2) Program Studi D3 Teknik Batik Politeknik Pusmanu Pekalongan

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta.

PERBEDAAN JUMLAH MASSA MORDAN KAPUR TERHADAP PEWARNAAN KULIT KECAMBAH KACANG HIJAU PADA BAHAN SUTERA

Titiek Pujilestari dan Irfa ina Rohana Salma Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Bahan Fiksasi dalam Pemanfaatan Daun Jati (Tectona grandis Linn.f ) sebagai Bahan Pewarna Alami Batik

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan praktikum merupakan kegiatan yang tidak akan pernah lepas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

BAB I PENDAHULUAN. Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

Prosiding Seminar Nasional Jurusan PTBB FT UNY, Volume 4, Tahun 2009

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. harus diselesaikan dalam proyek perancangan karya tekstil dengan eksplorasi eco

KUALITAS PEWARNAN BATIK YANG DIHASILKAN DARI PERBEDAAN KONSENTRASI dan BAHAN FIKASI BAHAN PEWARNA DAUN MANGGA ARUM MANIS (Mangifera Indica LINN)

Titiek Pujilestari Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

Agus Haerudin dan Farida Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

Yudi Satria dan Dwi Suheryanto Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara no. 7, Indonesia,

PENDAHULUAN Batik merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang saat ini telah berkembang pesat, baik lokasi penyebaran, teknologi maupun desainnya.

PENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN LUNTUR KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN LIMBAH TEH HIJAU

POTENSI DAUN KETAPANG, DAUN MAHONI DAN BUNGA KECOMBRANG SEBAGAI ALTERNATIF PEWARNAAN KAIN BATIK YANG RAMAH LINGKUNGAN

PENGEMBANGAN PROPAGUL KERING TANAMAN BAKAU (Rhizophora spp.) SEBAGAI PEWARNA ALAM DENGAN TEKNIK CELUP RINTANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

e-journal. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014, Edisi Yudisium Periode Pebruari 2014, Hal

BAB I PENDAHULUAN. kepala, kecuali pada bibir, telapak tangan dan telapak kaki. Batang-batang

PENGARUH TEKNIK MORDANTING TERHADAP HASIL JADI PEWARNAAN ALAMI PADA JILBAB BERBAHAN SUTERA DENGAN EKSTRAK GAMBIR MENGGUNAKAN TEKNIK TIE DYE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

UJI COBA PENGGUNAAN DAUN SIRIH GADING SEBAGAI BAHAN PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN

bahwa ternyata zat warna sintetis banyak mengandung azodyes (aromatic

SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PEMAKAIAN KULIT BUAH NAGA MERAH TERHADAP KUALITAS KUE KU

Pemanfaatan buah cengkeh untuk pewarna kain PEMANFAATAN BUAH CENGKEH UNTUK PEWARNA KAIN

I. PENDAHULUAN. dari daerah beriklim tropis. Pemanfaatan buah naga merah (Hylocereus

BAB II METODE PERANCANGAN

Ekstraksi Zat Warna dari Kulit Kayu Galam (Melaleuca leucadendron Linn) dan Evaluasi dalam Pewarnaan Kain Satin

e-journal. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, Edisi Yudisium Periode Mei 2014, Hal 65-70

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02)

BAB I PENDAHULUAN. lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. 1

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN DAN APLIKASI ZAT WARNA ALAMI DARI BUAH MANGROVE JENIS Rhizophora stylosa

APLIKASI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN SECARA PRE-MORDANTING.

BAB I PENDAHULUAN. baik di daerah tropis salah satunya yaitu tanaman munggur. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi buah ini dalam keadaan segar. Harga jual buah belimbing

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH FREKUENSI CELUPAN TERHADAP HASIL JADI PEWARNAAN BATIK DENGAN DAUN LAMTORO PADA KAIN KATUN

TEKNIK PENGOLAHAN ZAT WARNA ALAM (ZPA) UNTUK PEWARNAAN BATIK

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

ZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK

Titiek Pujilestari, Farida, Endang Pristiwati, Vivin Atika, Agus Haerudin Balai Besar Kerajinan dan Batik

PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT AKAR MENGKUDU SEBAGAI PEWARNA TEKSTIL PADA KAIN KATUN. Rameyza Arohman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus costaricensis)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

PENGARUH BAHAN FIKSASI TERHADAP INTENSITAS WARNA DAN KETAHANAN LUNTUR PEWARNAAN KULIT CRUST IKAN PARI DENGAN PEWARNA SECANG (Caesalpinia sappan L)

PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK KAYU MAHONI SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

Pewarna Alami untuk Pangan KUNING MERAH SECANG

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kelapa merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua

Prosiding Seminar Nasional Jurusan PTBB FT UNY, Volume 6, Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu

LAPORAN TUGAS AKHIR. PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU POHON MANGGA (Mangifera indica L.)

PENGARUH KONSENTRASI MORDAN KAPUR DENGAN ZAT WARNA DAUN PACAR KUKU (LAWSONIA INERMIS) KERING TERHADAP PEWARNAAN KAIN KNIT COTTON DENGAN TEKNIK TIE DYE

I. PENDAHULUAN. sehingga memberikan kesegaran bagi konsumen. Warna yang beraneka macam

EKSPLORASI TEKNIK ECO DYEING DENGAN TANAMAN SEBAGAI PEWARNA ALAM

PENGUJIAN KUALITAS PIGMEN ANTOSIANIN PADA BUNGA SENDUDUK(Melastoma malabathricum L.) DENGAN PENAMBAHAN PELARUT ORGANIK DAN ASAM YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang

Kata kunci: Kulit buah siwalan, Zat warna alam, Pre-mordating, Kain katun. ISBN

Transkripsi:

PERBEDAAN MORDAN ASAM JAWA (Tamarindus Indica Linn) DAN JERUK PURUT (Citrus Histrix) TERHADAP HASIL PENCELUPAN EKSTRAK BUAH SENDUDUK (Melastoma Candidium D. Don) PADA BAHAN SUTRA RIKA ANDRIANI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG WISUDA PERIODE 2016

Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi sebagai upaya penemuan warna-warna baru dalam pemakaian pewarna alami bagi industri tekstil. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan warna (hue), gelap terang warna (value), kerataan warna dan perbedaan gelap terang warna dan kerataan warna terhadap perbedaan mordan Asam Jawa dan Jeruk Purut. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Jenis data adalah data primer bersumber dari 15 orang panelis. Objeknya adalah kain sutera yang dicelupkan dengan ekstrakbuah Senduduk dengan mordan Asam Jawa dan Jeruk Purut. Dimana teknik analisis data dilakukan dengan teknik analysis of varianceone (ANOVA satu arah). Dari hasil pencelupan tanpa mordan menghasilkan warna Dark Purple #5C4150, gelap terang warna (value) berada pada kategori kurang terang dan kerataaan warna pada kategori kurang rata. Sedangkan pada pencelupan dengan mordan Asam Jawa menghasilkan warna Popstar Red Violet #7F4861 gelap terang warna (value) berada pada kategori cukup terang dan kerataaan warna pada kategori cukup rata. Dan pada pencelupan dengan mordan Jeruk Purut menghasilkan warna Popstar Red Violet #904F6C gelap terang warna (value) berada pada kategori sangat terang dan kerataaan warna pada kategori rata. Hasil uji hipotesis data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan perbedaan gelap terang warna ( value)) dengan F hitung >F tabel = 38.176 > 3.22 Maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan yang signifikan. Sedangkan untuk kerataan warna hasil penelitian menunjukkan perbedaan kerataan warna. Data yang diperoleh adalah F hitung >F tabel = 10.280 > 3.22 Maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan yang signifikan. Abstract The background of this research as an effort of finding new colors in the use of natural dyes for the textile industry. This study aims to reveal the color (hue ), dark-light color ( value), the flatness of color and light and dark color difference and color flatness of the difference mordant Tamarind and Kaffir Lime. This study was an experimental study. This type of data is a primary data sourced from the 15 panelists. The object is a silk cloth dipped with fruit extractssenduduk with mordant Tamarind and Kaffir Lime. Where the data analysis done by teknik analysis of varianceone (one-way ANOVA). From the results of dyeing without mordant produce color Dark Purple # 5C4150, light dark color (value) is in the category of less bright and less flatness of color on the category average. While the dyeing with mordant Tamarind generate color Red Violet # 7F4861 Popstar dark light color (value) is in the category is quite bright and flatness of pretty colors on the category average. And dyeing with mordant Kaffir Lime generate color Red Violet # 904F6C Popstar dark light color (value) are in the category of very bright and flatness of color on the category average. The results of hypothesis testing data obtained from the results showed differences in light and dark color ( value) ) with F count > F table = 38 176 > 3:22 Then Ho is rejected, meaning that there are significant differences. As for the color flatness flatness results showed differences in color. The data obtained is F count > Ftable = 10,280 > 3:22 Then Ho is rejected, meaning that there are significant differences ii

PERBEDAAN MORDAN ASAM JAWA (Tamarindus Indica Linn) DAN JERUK PURUT (Citrus Histrix) TERHADAP HASIL PENCELUPAN EKSTRAK BUAH SENDUDUK ( Melastoma Candidium D. Don) PADA BAHAN SUTRA Rika Andriani 1, Adriani 2,Sri Zulfia Novrita 3 Program Studi PendidikanKesejahteraan Keluarga Jurusan Ilmu Kesejahteran Keluarga FPP UniversitasNegeri Padang Email: rika.andriani09@gmail.com ABSTRAK The background of this research as an effort of finding new colors in the use of natural dyes for the textile industry. This study aims to reveal the color (hue ), dark-light color ( value), the flatness of color and light and dark color difference and color flatness of the difference mordant Tamarind and Kaffir Lime. This study was an experimental study. This type of data is a primary data sourced from the 15 panelists. The object is a silk cloth dipped with fruit extracts Senduduk with mordant Tamarind and Kaffir Lime. Where the data analysis done by teknik analysis of varianceone (one-way ANOVA). From the results of dyeing without mordant produce color Dark Purple # 5C4150, light dark color (value) is in the category of less bright and less flatness of color on the category average. While the dyeing with mordant Tamarind generate color Red Violet # 7F4861 Popstar dark light color (value) is in the category is quite bright and flatness of pretty colors on the category average. And dyeing with mordant Kaffir Lime generate color Red Violet # 904F6C Popstar dark light color (value) are in the category of very bright and flatness of color on the category average. The results of hypothesis testing data obtained from the results showed differences in light and dark color ( value) ) with F count > F table = 38 176 > 3:22 Then Ho is rejected, meaning that there are significant differences. As for the color flatness flatness results showed differences in color. The data obtained is F count > Ftable = 10,280 > 3:22 Then Ho is rejected, meaning that there are significant differences Kata Kunci : Perbedaan Mordan, Ekstrak Buah Senduduk A. Pendahuluan Pengolahan batik menggunakan pewarna sintetis yang limbahnya dibuang ke lingkungan akan merusak lingkungan. Karena zat kimia sisa 1 Prodi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Untuk Wisuda Periode Mei 2016 2 Dosen Jurusan Kesejahteraan Keluarga FPP- UNP 1

pencelupan susah dihancurkan didalam tanah. Oleh karena itu harus ada upaya untuk mengurangi penggunaan zat warna sintetis dengan penggalian kembali pewarna alami yang lebih aman dan sisa pencelupannya tidak merusak lingkungan.sebagai upaya mengangkat kembali penggunaan zat warna alam untuk tekstil maka perlu eksplorasi sumber- sumber zat warna alam. Eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif warna yang dihasilkan oleh berbagai tanaman. Dengan demikian hasilnya dapat semakin memperkaya sumber pewarna alam sehingga ketersediaan zat warna alam selalu terjaga dan variasi warna yang dihasilkan semakin beragam. Zat warna alam mempunyai kelebihan dan kekurangan. Zat warna alam selain bebas zat kimia juga hemat biaya karena bisa dengan memanfaatkan tumbuhan yang diperoleh disekitar lingkungan yang tidak terpakai atau belum diketahui kegunaannya. Menurut Noor (2007:1) zat warna alam adalah zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam pada umumnya dari hasil ekstrak tumbuhan atau hewan. Pewarnaan pada bahan tekstil ini dilakukan melalui proses pencelupan. Menurut Sunarto (2008: 3) pencelupan adalah pemberian warna secara merata pada bahan tekstil. Jadi pencelupan merupakan pemberian warna pada bahan tekstil secara merata agar dapat meningkatkan nilai jual suatu produk. Proses pencelupan dapat dilakukan dengan memanfaatkan tumbuhan disekitar lingkungan yang mengandung pigmen penimbul warna. Noor (2007:3) mengemukakan bahwa : 2

eksplorasi zat warna alam ini bisa diawali dari memilih berbagai jenis tanaman yang ada di sekitar kita baik dari bagian daun, bunga, batang, kulit ataupun akar. Sebagai indikasi awal, tanaman yang kita pilih sebagai bahan pembuat zat pewarna alam adalah bagian tanaman tanaman yang berwarna atau jika bagian tanaman itu digoreskan ke permukaan putih meninggalkan bekas/goresan berwarna. Tumbuhan Senduduk (Melastoma Candidum D Don ) adalah tumbuhan yang menghasilkan warna yang diperoleh dari buahnya yang telah matang. Tanaman Melastoma Candidum D. Don memiliki nama yang bermacam-macam disetiap daerah. Seperti Harendong (Sunda), kluruk atau senggani (Jawa), Senduduk / kaduduak(sumatera). Kemanden (Madura). Tanaman ini tumbuh liar pada tempat-tempat yang mendapat cukup sinar matahari, seperti di lereng gunung, semak belukar atau lapangan yang tidak terlalu gersang. Tumbuhan ini biasanya tumbuh liar dan menjadi makanan burung. Buah yang telah masak berwarna ungu tua dan sedikit berair. Jika digoreskan pada bahan yang putih akan meninggalkan warna ungu. Buah Senduduk memiliki kandungan antosianin yang menimbulkan warna merah, oranye, ungu dan biru. Menurut Wikipedia Indonesia antosianin berasal dari bahasa Inggris yaitu anthocyanin, dari gabungan kata Yunani anthos yang artinya bunga, dan cyanos yang berarti biru adalah pigmen larut air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan. Antosianin termasuk komponen flavonoid, yaitu turunan polifenol pada tumbuhan yang mempunyai kemampuan antioksidan dan anti kanker. 3

Dalam pencelupan dengan zat warna alam, bahan yang digunakan harus dipilih yang memiliki daya tarik yang bagus terhadap warna alam. Karena tidak semua bahan memiliki daya tarik yang bagus pada warna alam. Pada penelitian ini, bahan yang digunakan adalah bahan sutera. Ini karena bahan sutera memiliki afinitas paling bagus terhadap zat warna alam. Selain itu sutra juga berkilau sehingga terlihat mewah. Hal ini sejalan dengan pendapat Budiyono (2008:64) Serat sutera adalah serat yang diperoleh dari sejenis serangga yang disebut lepidoptera. Serat sutera mempunyai sifat daya serapnya tinggi, kekuatanya tinggi, pegangannya lembut, tahan kusut dan kenampakannya mewah Pada proses pencelupan diperlukan juga zat mordan. Mordan berfungsi untuk meningkatkan daya lekatnya warna pada kain. Menurut Hendra dkk (2010:3) cairan yang dapat mengikat warna adalah tawas, jeruk nipis, kapur sirih, tunjung, gula kelapa, gula jawa, cuka, asam jawa, dan lain-lain. Pada penelitian ini penulis menggunakan mordan buah Asam Jawa dan Jeruk Purut. Asam jawa ( Tamarindus Indica L) adalah tanaman tropis yang termasuk tumbuhan berbuah polong. Daging buah tanaman ini mengandung 8-14% asam tartarat, 30-40% gula, serta sejumlah kecil asam sitrat dan kalium bitaetrat sehingga berasa sangat masam. Sedangkan Jeruk Purut adalah salah satu jenis jeruk yang percabangannya rendah. Buah jeruk ini memiliki kandungan saponin dan flavonoid. Pada kulitnya mengandung saponin, tannin 1%, steroid triterpenoid,dan minyak asiri 4

yang mengandung asam sitrat 2-2.5%. Penulis memilih Asam Jawa dan Jeruk Purut sebagai mordan karena buah ini sama-sama memiliki kandungan asam, merupakan tanaman lokal Indonesia sehingga mudah didapat dan merupakan bahan alami yang jika limbahnya dibuang ke lingkungan tidak akan merusak lingkungan. Dari hasil pra eksperimen ( uji coba penelitian) yang telah dilakukan oleh penulis diketahui bahwa hasil pencelupan bahan sutra menggunakan ekstrak buah Senduduk dengan mordan Asam Jawa menghasilkan warna ungu kemerahan dan pencelupan bahan sutra menggunakan ekstrak buak Senduduk dengan mordan Jeruk Purut menghasilkan warna ungu kemerahan dengan warna yang setingkat lebih terang dari pencelupan dengan menggunakan mordan Asam Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan warna (hue), gelap terang warna (value), kerataan warna dan perbedaan gelap terang warna (Value) dan kerataan warna yang dihasilkan dari pencelupan bahan sutra dengan ekstrak buah Senduduk (Melastoma Candidum D.Don) dengan mordan Asam Jawa (Tamarindus Indica Linn) dan Jeruk Purut (Citrus Hitrix). B. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Eksperimen. Objek penelitian adalah bahan sutra yang dicelup dengan zat ekstrak buah Senduduk ( Melastoma Candidum.Don) dengan perbedaan mordan Asam Jawa (Tamarindus Indica.Linn) dan Jeruk Purut (Citrus Histrix). Teknik 5

mordan yang digunakan adalah teknik post-mordanting dengan pengulangan pencelupan sebanyak 5 kali celup. Jenis data pada penelitian ini adalah data primer yang bersumber dari 15 orang panelis terdiri dari 5 orang dosen dan 10 orang mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Keluarga. Instrument pada penelitian ini berbentuk panduan penilaian terhadap perbedaan hasil pencelupan berupa gelap terang warna (value) dan kerataan warna. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis varians (ANOVA) satu arah untuk gelap terang warna (value) dan kerataan warna. Sedangkan untuk nama warna diperoleh dari aplikasi Colorblind Assisttand.Ridwan (2010:217) mengungkapkan bahwa tujuan uji anova satu jalur ialah untuk membandingkan lebih dari dua rata-ratanya dan untuk menguji kemampuan generalisasi. C. Hasil dan Pembahasan 1. Nama Warna Yang Di Hasilkan Pada Pencelupan Bahan Sutra Menggunakan Ekstrak Buah Senduduk (Melastoma Candidum. D.Don)Dengan Pencelupan Tanpa Mordan, Mordan Asam Jawa (Tamarindus Indica.Linn) Dan Mordan Jeruk Purut ( Citrus Histrix). Berdasarkan hasil eksperimen dan pengujian hasil terlihat bahwa hasil pencelupan bahan sutra mengunakan ekstrak Senduduk (Melastoma Candidum. D.Don) dengan pencelupan tanpa mordan, menggunakan mordan Asam Jawa dan Jeruk Purut menghasilkan perbedaan warna. Pencelupan tanpa mordan menghasilkan warna Dark Purple, pada pencelupan dengan mordan Asam Jawa 6

menghasilkan warna Popstar Red Violet #7F4861 dan pencelupan dengan mordan Jeruk Purut menghasilkan warna Popstar Red Violet #904F6C. Pencelupan Warna Nama Warna Kode Warna RGB Tanpa Mordan Dark Purple #5C4150 R : 092 G : 065 B : 093 Asam Jawa Popstar Red Violet #7F4861 R : 127 G : 072 B : 097 Jeruk Purut Popstar Red Violet #904F6C R : 144 G : 079 B : 108 Sumber: Aplikasi Colorblind Assistand Pada pencelupan buah Senduduk tanpa mordan menghasilkan warna Dark Purple dengan kode #5C4150 memiliki nilai R (Red): 092( 36%),G (Green) 065 (25,4%) dan B (Blue) 093 ( 36,4%). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada warna Dark Purlple ini mengandung 36% warna merah, hijau sebanyak 25,4% dan biru sebanyak 36,4 %. Oleh karena itu pada pencelupan tanpa mordan ini warnanya menjadi gelap karena banyaknya unsur biru dan merah pada warna yang dihasilkan. Pada pencelupan buah senduduk dengan mordan Asam Jawa menghasilkan warna Popstar Red Violet dengan kode # 7F4861 yang memiliki nilai R (Red): 127 ( 49,8%),G (Green) 072 (38,2%) dan B 7

(Blue) 097 ( 38%). Dapat disimpulkan bahwa warna Popstar Red Violet # 7F4861 mengandung warna merah sebanyak 49,8%, warna hijau sebanyak 38,2% dan warna biru sebanyak 38%. Pada warna Popstar Red Violet # 7F4861 ini nilai warna tertinggi adalah merah, oleh karena itu warnanya menjadi ungu yang lebih mengarah ke merah. Untuk pencelupan buah Senduduk dengan mordan Jeruk Purut menghasilkan warna Popstar Red Violet dengan kode # 904F6C yang memiliki nilai R (Red): 144 ( 56,4%),G (Green) 079 (30%) dan B (Blue) 108 ( 42%). Dapat disimpulkan bahwa pada warna Popstar Red Violet # 904F6C mengandung warna merah sebanyak 56,4%, hijau sebanyak 30 % dan biru sebanyak 42%. Warna Popstar Red Violet # 904F6C ini warna yang paling dominan juga warna merah dan nilainya pun lebih tinggi dari nilai warna merah pada hasil warna pencelupan dengan mordan Asam Jawa. Oleh karena itu hasil pencelupan dengan mordan Jeruk Purut nampak lebih terang dari pencelupan Asam Jawa karena lebih banyak kandungan warna merahnya. 2. Gelap Terang Warna(Value) Yang Di Hasilkan Pada Pencelupan Bahan Sutra Menggunakan Ekstrak Buah Senduduk (Melastoma Candidum. D.Don) Dengan Pencelupan Tanpa Mordan, Mordan Asam Jawa (Tamarindus Indica.Linn) Dan Mordan Jeruk Purut ( Citrus Histrix). Berdasarkan hasil pencelupan bahan sutera menggunakan zat warna alam ekstrak buah Senduduk (Melastoma Candidum. D.Don) dengan pencelupan tanpa mordan menghasilkan warna kurang terang, pencelupan ekstrak buah Senduduk (Melastoma Candidum. D.Don) 8

dengan mordan Asam Jawa (Tamarindus Indica.Linn) yang memiliki PH 2,1-2,3 menghasilkan warna yang cukup terang dan pencelupan ekstrak buah Senduduk (Melastoma Candidum. D.Don) dengan mordan Jeruk Purut ( Citrus Histrix) yang memiliki PH 2,5-2,7 menghasilkan warna yang sangat terang. Dapat disimpulkan bahwa PH berpengaruh dalam gelap terang warna yang dihasilkan. Semakin tinggi PH asam yang dimiliki semakin terang warna yang dihasilkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosida (2015:106) dalam jurnalnya yang berjudul pengaruh variasi PH dan fiksasi pada pewarnaan kain kapas dengan zat warna alam dari kayu nangka terhadap kualitas hasil pewarnaannya menyatakan bahwa kain yang dicelup dengan PH yang berbeda akan diperoleh kain dengan ketuaan warna yang berbeda, dengan urutan tingkat ketuaan sebagai berikut : PH alkali untuk warna yang paling tua, PH netral untuk warna dengan ketuaan sedang dan PH asam untuk warna yang paling muda. 3. Kerataan Warna Yang Di Hasilkan Pada Pencelupan Bahan Sutra Menggunakan Ekstrak Buah Senduduk (Melastoma Candidum. D.Don) Dengan Pencelupan Tanpa Mordan, Mordan Asam Jawa (Tamarindus Indica.Linn) Dan Mordan Jeruk Purut ( Citrus Histrix). Berdasarkan hasil pencelupan bahan sutera menggunakan zat warna alam ekstrak buah Senduduk (Melastoma Candidum. D.Don) dengan pencelupan tanpa mordan menghasilkan warna cukup rata, pencelupan ekstrak buah Senduduk (Melastoma Candidum. D.Don) dengan mordan Asam Jawa (Tamarindus Indica.Linn) menghasilkan warna yang cukup rata dan pencelupan ekstrak buah Senduduk 9

(Melastoma Candidum. D.Don) dengan mordan Jeruk Purut ( Citrus Histrix) menghasilkan warna yang rata. Menurut Hafild dan Brodadust dalam Noor (2012:59) menyatakan kerataan warna merupakan pigmen zat warna yang larut di dalam air sangat mudah terserap oleh serat, sedangkan bagian-bagian yang tidak larut merupakan timbunan zat warna yang sewaktu-waktu akan larut untuk mempertahankan keseimbangannya. Selanjutnya Dimas (2010:1) menyatakan Kerataan warna disebut juga kepenuh warna (colorfulness) karena chromaticity merupakan ukuran identifikasi hue dalam suatu warna. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kerataan warna adalah pigmen zat warna yang larut dan mudah terserap oleh serat dan dapat diamati secara visual dari suatu permukaan kain dan tampak lebih atau berkurangnya warna pada permukaan kain tersebut. Menurut Arifin (2009 : 3) hal- hal yang mempengaruhi pencelupan antara lain pengaruh elektrolit, pengaruh suhu, perbandingan larutan celup dan pengaruh PH. Pada pencelupan buah Senduduk ini PH berpengaruh dalam kerataan warna. Hasil pencelupan pada bahan sutra dengan buah Senduduk tanpa mordan menghasilkan warna yang cukup rata. Pada pencelupan dengan mordan Asam Jawa yang memiliki PH 2,1-2,3 juga menghasilkan warna yang kurang rata. Hasil pencelupan yang terbaik diperoleh dari pencelupan dengan mordan Jeruk Purut yang memiliki PH 10

2,5-2,7 dengan kategori rata. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi PH asam yang dimiliki semakin rata warna yang dihasilkan. 4. Perbedaan Gelap Terang Dan Kerataan Warna Yang Di Hasilkan Pada Pencelupan Bahan Sutra Menggunakan Ekstrak Buah Senduduk (Melastoma Candidum. D.Don) Dengan, Mordan Asam Jawa (Tamarindus Indica.Linn) Dan Mordan Jeruk Purut ( Citrus Histrix). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan gelap terang dan kerataan warna yang di hasilkan pada pencelupan bahan sutra menggunakan ekstrak buah Senduduk (Melastoma Candidum. D.Don) dengan, mordan Asam Jawa (Tamarindus Indica.Linn) dan mordan Jeruk Purut ( Citrus Histrix). Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan PH pada masing-masing zat mordan. Asam Jawa yang memiliki PH 2,1-2,3 menghasilkan warna yang cukup terang dan dengan kategori kerataan cukup rata sedangkan pada mordan Jeruk Purut yang memiliki PH 2,5 2,7 menghasilkan warna yang terang dan warna yang rata. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi PH menghasilkan warna yang semakin terang dan semakin tinggi PH menghasilkan warna yang semakin rata. D. Kesimpulan dan saran 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah : a) Nama Warna (Hue) 11

Nama warna untuk pencelupan bahan sutra dengan ekstrak buah senduduk ( Melastoma Candidum. D. Don) dengan pencelupan tanpa mordan adalah Dark Purple # 5C4150. Nama warna untuk pencelupan bahan sutra dengan ekstrak buah Senduduk ( Melastoma Candidum. D. Don) dengan mordan Asam Jawa ( Tamarindus Indica Linn) adalah Popstar Red Violet # 7F4861 dan untuk mordan Jeruk Purut (Citrus Histrix) adalah Popstar Red Violet # 904F6C b) Gelap Terang Warna (Value) Gelap terang warna (value) untuk pencelupan bahan sutra dengan ekstrak buah Senduduk ( Melastoma Candidum. D. Don)dengan pencelupan tanpa mordan adalah kurang terang. Gelap terang warna untuk pencelupan bahan sutra dengan ekstrak buah Senduduk ( Melastoma Candidum. D. Don) dengan mordan Asam Jawa ( Tamarindus Indica Linn) adalah cukup terang dan untuk mordan Jeruk Purut (Citrus Histrix) sangat terang. c) Kerataan Warna Kerataan warna untuk pencelupan bahan sutra dengan ekstrak buah Senduduk ( Melastoma Candidum. D. Don) dengan pencelupan tanpa mordan adalah cukup rata. Kerataan warna untuk pencelupan bahan sutra dengan ekstrak buah Senduduk ( Melastoma Candidum. D. Don) dengan mordan Asam Jawa ( 12

Tamarindus Indica Linn) adalah cukup rata dan untuk mordan Jeruk Purut (Citrus Histrix) rata. d) Analisis Perbedaan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan gelap terang dan kerataan warna yang di hasilkan pada pencelupan bahan sutra menggunakan ekstrak buah Senduduk (Melastoma Candidum. D.Don) dengan, mordan Asam Jawa (Tamarindus Indica.Linn) dan mordan Jeruk Purut ( Citrus Histrix). Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan PH pada masing-masing zat mordan. Asam Jawa yang memiliki PH 2,1-2,3 menghasilkan warna yang cukup terang dan dengan kategori kerataan cukup rata sedangkan pada mordan Jeruk Purut yang memiliki PH 2,5 2,7 menghasilkan warna yang terang dan warna yang rata. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi PH menghasilkan warna yang semakin terang dan semakin tinggi PH menghasilkan warna yang semakin rata. 2. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut : a) Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa tata busana. b) Dalam pelaksanaan proses mendapatkan ekstrak buah Senduduk (Melastoma Candidum. D.Don) sebaiknya buah di peram 13

(fermentasi) terlebih dahulu agar buah masak sempurna sehingga pigmen warnanya lebih keluar. c) Dalam pelaksanaan proses pencelupan zat warna alam selanjutnya, dapat menggunakan bahan tekstil selain bahan sutera atau bisa juga menggunakan bahan lain yang berasal dari serat alam seperti katun, linen, wol dan lainnya. d) Diharapkan pada penelitian selanjutnya, agar dapat melakukan eksperimen menggunakan buah Senduduk (Melastoma Candidum. D.Don) dengan mordan yang berbeda sehingga memperoleh warna baru dalam pencelupan menggunakan buah Senduduk. e) Bagi mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Keluarga Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga konsentrasi Tata Busana agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang eksperimen pewarnaan ekstrak zat warna alam karena masih banyak sumber daya alam yang dapat menghasilkan warna yang berbeda. Catatan: artikel ini disusun berdasarkan skripsi penulis dengan pembimbingi Dra. Adriani, M.Pd dan pembimbing II Sri Zulfia Novrita, S.Pd,M.Si 14

DAFTAR PUSTAKA Ainil, rosida. 2015. Pengaruh Variasi PH Dan Fiksasi Pada Pewarnaan Kain Kapas Dengan Zat Warna Alam Dari Kayu Nangka Terhadap Kualitas Hasil Pewarnaannya http://psp-kumkm.lppm.uns.ac.id/files/2016/01/ainur-rosyida-prosidingsme-s-combinedpdf_1.pdf diakses tanggal 28 April 2016 Chatib, Winarni. 1980. Pengetahuan Bahan Tekstil I. Department Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta Devi, Marzelina. 2012. Senyawa Antosianin http://devimarzel.blogspot.co.id/2012/10/senyawa-antosianin_19.html diakses 13 Oktober 2015 Deska, Prayoga. 2014. Ekstraksi Pigmen Antosianin Buah Senggani ( Melastoma Malabat) https://prezi.com/ic2loz_42o0g/ekstraksi-pigmen-antosianin-buahsenggani-melastoma-malabat/ diakses 13 Oktober 2015 Noor Fitrihana.2008. Proses PenyempurnaanTekstil www.batik.yogya.wordpress.comdiakses 30 maret 2015 Noor Fitrihana.2007. Jurnal Sekilas Tentang Warna Alam Untuk Tekstil. www.batik.yogya.wordpress.comdiakses 30 maret 2015 Sunarto.2008.Teknologi Pencelupan dan Pencapan SMK jilid II.DirektoratPembinaanSekolahMenengahKejuruan. Jakarta Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Bandung. Alfabeta Wikipedia (2016) Kerataan Warna https://id.wikipedia.org /wiki/kerataan warnadiakses 10 april 2016 15