Nama saya Yuni Ratna dan saya bekerja di Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA v

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

Permasalahan OPT di Agroekosistem

I. PENDAHULUAN. Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan penurunan hasil pertanian, perkebunan maupun sayursayuran.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman.

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi ke-empat terbesar di dunia. Data

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan

BAB I PENDAHULUAN. polifagus. Pada fase larva, serangga ini menjadi hama yang menyerang lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu roda penggerak pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Serangga merupakan hewan yang paling banyak jumlah dan ragamnya di

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

Menghindari kesalahan berbahasa contoh

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1

Berburu Kwangwung Di Sarangnya

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

BAB I PENDAHULUAN. seluruh bagian dari tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat bagi manusia (Deptan,

II. TINJAUAN PUSTAKA

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. diperkirakan, pengendalian hama pun menjadi sulit dilakukan.

*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tradisional hingga pasar modern. Selain itu, jambu biji juga penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU

Kebun Indah, Musuh Alami Datang Karena Ada Refugia

I. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan,

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

I. PENDAHULUAN. dan keanekaragaman agroklimat. Keadaan tersebut menyebabkan hampir setiap

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Berbah berada di dataran

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

I. P E N D A H U L U A N. empat bibit kelapa sawit dibawa dari Afrika dan ditanam di Kebun Raya Bogor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama

Tungau Karat Jeruk (Phyllocoptruta oleivora)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan,

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

Transkripsi:

Nama saya Yuni Ratna dan saya bekerja di Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia. Wereng batang padi cokelat (Nilaparvata lugens) telah menyerang tanaman padi di banyak Negara Asia dalam beberapa tahun terakhir. (Heong, K.L., 2011) Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya ledakan N. lugens dan salah satunya adalah intensifnya penggunaan insektisida pada tanaman padi. Penggunaan insektisida yang kurang bijaksana khususnya yang berspektrum luas akan berdampak negatif terhadap organisme non target, musuh alami, lingkungan dan manusia. Penggunaan insektisida pada konsentrasi subletal dapat mempengaruhi biokimia dan fisiologi tanaman inang, serta fisiologi dan perilaku serangga hama. Beberapa insektisida dapat meningkatkan kadar nutrisi tanaman yang berperan sebagai pemacu makan serangga. Insektisida juga dapat meningkatkan laju makan dan keperidian serangga. Penelitian yang saya lakukan menunjukkan bahwa aplikasi insektisida deltametrin pada konsentrasi subletal mempengaruhi periode perkembangan dan fungsi sistem reproduksi N. lugens. Semakin sering terpapar deltametrin maka potensi reproduksi N. lugens semakin meningkat, yang ditunjukkan dengan memendeknya periode preoviposisi dan meningkatnya periode oviposisi dan lama hidup imago betina, dan pada akhirnya meningkatkan viabilitas telur dan keperidian aktual N. lugens. Oleh karena resurjensi merupakan masalah yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, maka diperlukan indikator khusus untuk menentukan resurjensi secara dini. Hasil penelitian yang telah saya lakukan menunjukkan bahwa rasio jumlah keturunan dan keperidian aktual dapat digunakan sebagai indikator awal dalam menentukan resurjensi N. lugens. Oleh karena insektisida deltametrin masih digunakan secara luas oleh petani untuk mengendalikan walang sangit (Leptocorixa acuta), maka perlu pengawasan yang lebih ketat terkait dengan penggunaan insektisida ini. Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam mengawasi registrasi dan penggunaan pestisida.

Nama saya Jacqualine Arriani Bunga dan saya bekerja di Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Kelapa merupakan tanaman utama di Timor dan kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) adalah hama yang paling berbahaya. Insektisida kimia sangat mahal, karena itu petani setempat mengendalikan kumbang dengan cara menebang tanaman kelapa atau palem lain yang sudah tidak produktif dan terserang kumbang. Kumbang dikumpulkan dan dibunuh sebulan sekali serta tempat hidupnya dihancurkan. Batang yang tumbang dan membusuk dimanfaatkan sebagai kayu api atau dikubur. Sampah di areal pertanaman dibersihkan setiap 6 bulan. Di Timor, pengendalian menggunakan nematoda belum pernah dilakukan. Nematoda lokal dapat digunakan karena petani bisa melakukan perbanyakan massal sehingga mengurangi biaya pengendalian. Nematoda diisolasi dari habitat yang sama dengan kumbang, sehingga nematoda yang digunakan dapat lebih efektif karena sudah beradaptasi dengan lingkungan. Sebagai bio-insektisida, nematoda entomopatogen memiliki beberapa keunggulan, yaitu mempunyai reseptor kimia dan virulensi tinggi sehingga dapat menemukan dan membunuh inang dengan cepat. Nematoda juga dapat diproduksi dengan biaya murah, mudah diterapkan menggunakan sprayer standar, dan kompatibel dengan beberapa pestisida kimia. Selain itu, nematoda juga memiliki potensi untuk berkembang biak dengan baik di lingkungan. Meski nematoda entomopatogen ini memiliki kisaran inang yang luas, namun tidak berpengaruh negatif terhadap organisme bukan sasaran seperti lebah madu, burung, mamalia dan vertebrata lainnya. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan isolat nematoda entomopatogen dari Timor yang memiliki potensi untuk mengendalikan O. rhinoceros. Nematoda diisolasi dari tanah di enam desa di Timor. Sampel tanah diambil dari rhizosfer beberapa tanaman. Nematoda dari vegetasi rumput diidentifikasi sebagai Steinernematidae yang mampu bereproduksi dengan baik dan efektif mengendalikan O. rhinoceros di laboratorium. Di masa depan penelitian ini diharapkan dapat membantu petani mengembangkan alternatif lain dalam mengendalikan O. rhinoceros karena lebih mudah beradaptasi, murah dan ramah lingkungan.

Nama saya Araz Meilin dan saya bekerja untuk Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Wereng cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan hama penting pada tanaman padi di Indonesia, khususnya pada saat ini. Populasi hama dipengaruhi oleh luas tanaman, musuh alami, sistem pertanian dan penggunaan insektisida. Parasitoid adalah musuh alami yang potensial untuk pengendalian hayati hama wereng coklat. Jika pengendalian hayati berhasil, penggunaan insektisida seperti deltametrin dapat dikurangi. Tidak ada informasi yang tersedia saat ini tentang pengaruh insektisida deltametrin pada lama hidup, lama perkembangan dan keperidian parasitoid A. nilaparvatae (Hymenoptera: Mymaridae). Efek ini dapat dipelajari dengan mengaplikasikan insektisida konsentrasi subletal. Penelitian kami menanyakan pertanyaan berikut, apakah insektisida deltametrin konsentrasi subletal mengurangi lama hidup, lama perkembangan dan keperidian parasitoid? Parasitoid A. nilaparvatae dipapar dengan deltametrin konsentrasi subletal LC 10 (0,023 ppm) dan LC 40 (2,235 ppm) menggunakan metode kontak dalam tabung reaksi. Kontrol tidak diperlakukan dengan insektisida. A. nilaparvatae yang sudah terpapar digunakan untuk memarasit telur N. lugens pada bibit padi. Pengamatan dilakukan terhadap lama hidup, lama perkembangan dan keperidian parasitoid A. nilaparvatae. Penelitian kami menunjukkan bahwa aplikasi insektisida deltametrin konsentrasi subletal LC 10 dan LC 40 memiliki efek negatif terhadap lama hidup, lama perkembangan dan keperidian baik aktual maupun potensial A. nilaparvatae dewasa dan keturunannya. Pesan utamanya adalah tidak perlu penggunaan insektisida deltametrin pada pertanaman padi jika terdapat parasitoid (A. nilaparvatae).

Nama saya, Siwi Indarti, staf pengajar pada Jurusan Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Nematoda Sista Kentang (NSK) merupakan salah satu hama yang sangat merusak pada tanaman kentang yang tersebar di seluruh dunia. Mempunyai ukuran mikroskopis, sista NSK menjadi sulit terdeteksi keberadaanya di dalam massa tanah dan mudah menyebar melalui bahan tanaman maupun partikelpartikel tanah. Kemampuan nematoda parasit tersebut membentuk sista untuk melindungi telur-telur yang ada didalam tubuhnya, menjadikan NSK bisa bertahan pada kondisi lingkungan yang ekstrim dalam kurun waktu yang lama sehingga sulit dikendalikan. Luas dan daerah penyebaran NSK di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, khususnya pada sentra pertanaman kentang di Provinsi Jawa Tengah. Pengendalian kimiawi hanya efektif untuk stadia larva, penggunaan varietas tahan akan mendorong terbentuknya patotipe baru NSK yang lebih virulen terhadap tanaman inangnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan alternatif teknik pengendalian untuk menekan populasi dan daerah penyebaran NSK di Indonesia. Para ahli nematologi mengantisipasi nematoda pembentuk sista dengan memanfaatkan musuh alami yang seringkali ditemukan pada ekosisitem nematoda. Penelitian yang kami lakukan adalah mengembangkan teknik pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami, terutama jamur parasit telur dan sista nematoda, untuk merusak stadia NSK yang resisten terhadap teknik-teknik pengendalian yang lain. Sista NSK (Nematoda Sista Kentang) (kiri) dan telur NSK (kanan) terinfeksi jamur parasit nematoda Hasil penelitian kami menemukan beberapa spesies jamur parasit nematoda dari lahan pertanaman kentang terserang NSK di Indonesia yang bersifat merusak dan menekan perkembangan telur dan sista nematoda, sehingga potensial untuk dikembangkan sebagai agens hayati pengendali NSK.

Nama saya Mofit Eko Poerwanto dan saya bekerja di Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta, Indonesia. Penyakit CVPD telah menyapu bersih kebun jeruk yang luas, produksi jeruk hancur, dan petani telah banyak merugi. Penyakit ini disebarkan oleh serangga yang disebut psylid. Penggunaan insektisida yang berlimpah telah gagal untuk membunuh mereka. Cara lain untuk mengurangi jumlah psyllid adalah dengan menyemprot pohon dengan minyak mineral. Penelitian kami menyelidiki bagaimana minyak ini membunuh psyllids. Kami menemukan bahwa minyak menghambat bau tanaman jeruk, mendorong tanaman untuk menghasilkan bau yang aneh sehingga tidak dapat dikenal oleh psyllid. Jadi psyllid menjadi bingung dalam mencari makanan, tempat untuk bertelur, dan membesarkan anak mereka. Temuan penelitian menunjukkan kemampuan minyak untuk menggantikan insektisida dalam memusnahkan penyakit CVPD dari dunia tanpa menyebarkan banyak polusi dan meningkatkan kesengsaraan manusia. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apa yang menyebabkan munculnya bau aneh, dan mengapa serta kapan bau aneh tersebut dihasilkan tanaman sehingga cocok untuk diaplikasikan ke tanaman dan mudah digunakan oleh petani.

APAKAH KEMURNIAN ITU PENTING? Halo, saya Susi Melina, salah seorang staff teknis dari Bidang Proteksi BBP2TP Surabaya. Di Filipina, kapas umumnya ditanam di Pulau Mindanau. Para petani yang berada di daerah ini menghadapi masalah serius dengan ulat penggerek buah kapas, yang serangannya dapat menyebabkan gagal panen. Biasanya mereka menggunakan insektisida untuk mengatasi masalah ini, meskipun tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang cara penggunaan yang tepat. Apa akibatnya? Serangan Mati dengan sepertiga atau setengah bagian tubuh menggantung kebawahmerupakan ciri khas gejala infeksi virus. Kulit serangga yang telah mati ini akan mudah pecah mengeluarkan cairan tubuh mengandung jutaan virus ke alam. hama meluas dan kerugian yang diderita petani menjadi tidak tertanggungkan. Selain itu, semakin tinggi dosis insektisida yang digunakan pada suatu lahan, semakin banyak residu beracun yang mengendap di lahan tersebut. Sebagaimana makhluk hidup lainnya, ulat penggerek buah kapas memiliki banyak musuh alami. Beberapa jenis virus dapat membunuh serangga ini (gejala yang ditimbulkannya seperti pada gambar). Keberadaan virus ini menjadi potensi yang dapat dikembangkan sebagai suatu cara efektif dan aman untuk mengendalikan penggerek buah kapas. Masalahnya, saat diekstrak dari serangga, virus dapat tercampur dengan berbagai virus lain yang dapat menurunkan kapasitasnya untuk mengendalikan hama ini. Karena itu dilakukan suatu penelitian untuk membandingkan efektivitas virus yang ada di alam dengan virus yang telah dimurnikan. Apakah kemurnian diperlukan untuk meningkatkan efektivitasnya? Dalam prosesnya virus alami diproduksi secara massal, diekstrak dan dipisahkan menjadi klon-klon virus. Virulensi klon-klon yang dihasilkan ini kemudian dibandingkan dengan campuran awal virus (virus alami) dalam hal kecepatan dan jumlah yang dibutuhkan untuk membunuh hama penggerek buah kapas. Semakin cepat dan semakin sedikit jumlah virus yang dibutuhkan semakin baik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa isolat-isolat dari virus yang ada secara alami terdiri dari dua klon yang berbeda. Akan tetapi virulensinya sama baiknya dengan virus alami. Karena itu petani dapat langsung menggunakan virus alami tanpa harus mengkhawatirkan efektivitasnya.

Nama saya Muryati, saya bekerja sebagai peneliti pada bidang hama dan penyakit tanaman di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok, Sumatra Barat. Lalat buah telah banyak menyebabkan kerusakan pada buah dan sayur di Indonesia. Petani lebih banyak bertumpu pada aplikasi insektisida sintetis untuk mengendalikan hama pada tanamannya termasuk lalat buah, meskipun pada sebagian petani cara lain juga digunakan. Bahan kimia ini dapat menyebabkan kerusakan lingkungan seperti terbunuhnya serangga berguna seperti halnya membunuh serangga hama. Saat ini kita harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan lingkungan dari kerusakan yang lebih parah. Indonesia, sebagai negara tropis mempunyai banyak sumber daya alam yang dapat dieksplorasi untuk mendapatkan bahan kimia alami untuk mengendalikan lalat buah. Jika kita dapat menemukan salah satu yang efektif diantaranya, maka hal ini akan menguntungkan baik bagi petani maupun lingkungan. Penelitian yang kami lakukan saat ini adalah untuk mendapatkan senjata alami yang ideal untuk melawan serangan lalat buah pada mangga. Kami melakukan eksperimen dengan cara memaparkan lalat buah pada buah mangga yang telah diperlakukan dengan bahan kimia asal tanaman sereh wangi yang diekstrak menggunakan pelarut yang berbeda dan membiarkannya memilih untuk meletakkan telur pada buah yang telah diperlakukan tersebut. Bahan kimia dari sereh wangi yang diekstrak dengan metanol menyebabkan jumlah telur yang diletakkan oleh betina lalat buah pada mangga lebih rendah dibandingkan pada buah dengan perlakuan yang lain. Hanya bahan kimia dari sereh wangi yang diekstrak dengan metanol yang dapat efektif bekerja sebagai pencegah peletakan telur lalat buah dan tentu saja dalam aplikasinya harus dipastikan bahwa buah terlindungi dengan sempurna dengan menyemprot secara merata. Dalam proses pencegahan peletakan telur ini, sepertinya bukan karena lalat buah tidak menyukai aroma dari bahan kimia tersebut tetapi kemungkinan karena rasanya yang tidak disukai. Bahan ini kemungkinan dapat menyelamatkan buah mangga dari serangan lalat buah. Karena eksperimen ini masih pada skala laboratorium, untuk selanjutnya hasil ini akan diuji untuk melihat efektivitasnya pada skala lapang.

Nama saya adalah Vivi Yuskianti. Saya bekerja di Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan di Indonesia. Mempertahankan tingkat keragaman genetik yang tinggi dikebun benih merupakan hal yang penting agar tanaman dapat beradaptasi terhadap berbagai perubahan lingkungan. Kebun benih adalah tempat untuk memproduksi benih yang berkualitas. Benih tersebut berasal dari serangkaian kegiatan yang meliputi koleksi dari beberapa populasi, penanaman dan beberapa kali seleksi. Pada akhir proses seleksi, hanya tersisa pohon-pohon dengan penampilan pertumbuhan yang terbaik. Biji yang dihasilkan dari pohon-pohon tersebut kemudian diambil dan digunakan untuk pembangunan perkebunan. Tingkat keragaman genetik dapat diukur menggunakan karakteristik pertumbuhan fisik seperti tinggi, panjang batang dan bentuk pohon. Tetapi cara ini membutuhkan waktu dan hasil pengukurannya juga sulit untuk diinterpretasikan karena adanya pengaruh lingkungan tempat tumbuh. Analisa DNA merupakan alat yang tepat untuk mengukur keragaman genetik karena tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Penelitian saya adalah untuk mengetahui tingkat keragaman genetik kebun benih sengon (Falcataria moluccana) yang berada di Candiroto, Jawa Tengah, Indonesia. Analisa dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai keragaman genetik dan hubungan kekerabatan antar populasi yang ada di kebun benih tersebut. Analisa DNA menunjukkan bahwa kebun benih sengon tersebut mempunyai tingkat keragaman genetik yang tinggi. Analisa hubungan kekerabatan menunjukkan bahwa populasi sengon di Jawa Timur tidak berasal dari Jawa tetapi kemungkinan merupakan hasil introduksi dari Papua. Studi ini juga menemukan bahwa dua populasi sengon di Papua (Wamena dan Biak) kemungkinan berasal dari sumber benih yang sama. Hasil penelitian ini akan mempengaruhi strategi pembangunan dan pengelolaan kebun benih sengon. Secara keseluruhan, sengon di kebun benih tersebut beragam secara genetik dan produksi benih yang berkualitas dapat diharapkan dari kebun benih tersebut. Tetapi karena beberapa populasi mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat maka kehati-hatian diperlukan dalam mendesain kebun benih sengon yang baru agar tidak terjadi perkawinan sendiri atau inbreeding.

Nama saya Eliana Wulandari. Saya bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia. Indonesia kaya akan sumber daya alam khususnya sumber daya pertanian. Risiko dalam pertanian tidak dapat dihindari, tapi kita bisa menguranginya dengan memahami dan mengelola sumber-sumber risiko tersebut. Cabai merupakan salah satu tanaman di Indonesia yang mempunyai risiko yang tinggi. Risiko, terutama perubahan iklim, mengakibatkan produksi dan harga cabai yang berfluktuasi. Harga cabai yang tinggi di pasar berkontribusi sekitar 0,3% dengan tingkat inflasi, kontribusi ini merupakan kedua terbesar setelah padi. Produksi cabe di Indonesia telah mengalami penurunan sebesar hampir 4%, padahal konsumsi cabai meningkat 3%. Penurunan produksi cabai ini mengakibatkan berkurangnya pendapatan petani cabai. Risiko apa saja yang dihadapi oleh petani cabai? Risiko apa yang paling dominan terjadi dan bagaimana seharusnya petani mengelola risiko-risiko tersebut? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan ditelaah lebih lanjut. Risiko dapat dibagi menjadi risiko internal dan eksternal. Risiko internal terkait dengan aktivitas disekitar petani, input-input pertanian yang diperlukan oleh petani dan pemasok. Risiko eksternal berhubungan dengan lingkungan, kebijakan pemerintah, pasar dan lembaga lainnya yang terkait dengan aktivitas petani. Risiko-risiko yang perlu mendapat prioritas untuk segera ditangani adalah pencurian cabe, jumlah pemasok yang sedikit, kontinuitas pasokan, pengendalian hama dan penyakit, intensitas curah hujan yang tinggi, periode pembayaran oleh lembaga keuangan (misalnya bank, koperasi) dan periode kekeringan yang panjang. Pengelolaan risiko-risiko ini dapat dilakukan dengan menerapkan Prosedur Operasi Standar (SOP), menyediakan penampungan air untuk mengatasi kekeringan, pengendalian hama dan penyakit dapat ditingkatkan dengan penerapan pengelolaan hama terpadu yang efektif dan ramah lingkungan, penerapan pertanian organik dengan memanfaatkan sumber daya lokal sehingga mengurangi ketergantungan pada pasokan yang dibeli, dan ketersediaan pinjaman. Kami terus bekerja untuk menciptakan sistem peringatan dini untuk mengingatkan petani akan berbagai risiko ini. Kami juga mencoba untuk membuat petani menyadari untuk mengadopsi strategi dalam mengurangi dampak dari risiko-risiko ini.

Nur Asbani, peneliti entomologi di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas). Kebijakan pemerintah Indonesia untuk mengurangi subsidi harga bahan bakar minyak akan mendorong penggunaan bahan pengganti alternatif. Jarak pagar merupakan salah satu sumber bahan baku untuk pengganti BBM. Budidaya tanaman ini mengalami beberapa kendala, di antaranya yang cukup penting adalah permasalahan serangan hama. Jarak pagar termasuk komoditas pertanian yang relatif baru dikembangkan sehingga jenis hama dan cara pengendaliannya belum banyak dipahami. Keterbatasan informasi tentang hama ini berakibat pada pengembangan teknik pengendaliannya. Penelitian saya diharapkan dapat menjawab jenis-jenis hama penting yang menyerang dan bagaimana cara pengendaliannya yang efektif namun tetap ramah lingkungan. Pengendalian hayati menjadi salah satu pilihan dan penggunaan pestisida menjadi pilihan yang terakhir. Pada awal pengembangan jarak pagar, ada kepercayaan bahwa tanaman ini tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Hal ini cukup beralasan karena tanaman ini mengandung beberapa bahan yang bersifat racun. Selama beberapa tahun pengembangan jarak pagar telah terbukti bahwa kepercayaan tersebut tidak benar. Jarak pagar dapat mengalami kerusakan yang cukup serius akibat serangan thips dan tungau. Mereka menyerang daun, tunas, dan buah sehingga menurunkan produksi dan mutu. Penelitian selama beberapa tahun terakhir telah berhasil untuk mendapatkan musuh alami. Beberapa di antaranya adalah tungai predator Amblyseius, Mymarothrips, Blepyrus, Scolothrips dan Chrysopa.

Nama saya Suputa dan saya bekerja sebagai staf di Universitas Gadjah Mada, Indonesia. Lalat buah merupakan salah satu kelompok hewan darat yang dominan di daerah tropis. Masingmasing spesies memiliki peranan dan fungsi penting di dalam ekosistem pertanian. Lalat buah ordo Diptera famili Tephritidae tersebar luas di seluruh dunia dan beberapa spesiesnya merupakan hama penting secara ekonomi serta dapat mengakibatkan penurunan hasil pada tanaman buah dan sayur. Di Indonesia pengetahuan tentang lalat buah masih sangat terbatas. Apakah spesies lalat buah tersebut merupakan hama atau bukan? adalah pertanyaan yang perlu dijawab, konsekuensinya adalah bahwa eksplorasi keberadaan spesies lalat buah di Indonesia dan mengamati peranan masing-masing spesies lalat buah di dalam sistem pertanian merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Penelitian ini akan menjawab dua pertanyaan penting, yaitu Apa sajakah spesies lalat buah yang ada di Indonesia? dan Apakah fungsi dan peranan masing-masing lalat buah tersebut di dalam ekosistem pertanian? Pemerangkapan lalat buah yang telah dilakukan mendapatkan 24 spesies lalat huah; 7 spesies diantaranya adalah berperan sebagai hama tanaman dan 17 spesies lainnya bukan berperan sebagai hama. Berdasarkan pengamatan karakter morfologi dan sidik DNA menunjukkan bahwa terdapat satu spesies lalat buah baru di Indonesia. Spesies baru tersebut bukan merupakan spesies lalat buah hama yang diberi nama Bactrocera gamais Suputa nov.sp.; oleh karena tidak ada yang spesifik pada karakter spesies ini maka nama spesiesnya adalah gamais yang berasal dari GAMA yang dilatinkan. GAMA adalah kata singkatan Universitas Gadjah Mada di masa lampau. Hasil penelitian jelas menunjukkan bahwa tidak semua spesies lalat buah yang ada di Indonesia adalah hama tanaman. Sebagian besar spesies lalat buah di Indonesia adalah bukan hama dan mempunyai peranan penting sebagai jejaring pakan di dalam ekosistem. Informasi ini akan mengubah pengetahuan masyarakat umum tentang lalat buah dan akan memberikan pemahaman dalam rangka pengambilan keputusan pada tindakan penanganan lalat buah secara ekonomi di dalam bidang pertanian.

Hai, nama saya Arini Wahyu Utami, biasa dipanggil Ayuk. Saya staf muda di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada masa sekarang ini, kita seringkali sulit membedakan antara musim hujan dan kemarau. Terkadang musim hujan lebih panjang atau sebaliknya, musim kemarau yang lebih panjang. Bahkan pernah juga terjadi saat dimana hujan turun hampir setiap hari meskipun semestinya musim kemarau. Fenomena cuaca ekstrim ini disebut El Nino dan La Nina, yang saya yakin sudah sering kita dengar di televisi atau kita baca di surat kabar. Berlebihnya hujan maupun kekeringan akan menyebabkan gagal panen. Hujan yang terus menerus turun dapat menyebabkan banjir di lahan, sementara kekeringan menyebabkan tanaman mati. Hingga kini, kita masih bergantung pada pertanian untuk pemenuhan kebutuhan pangan kita sehari-hari. Kejadian cuaca ekstrim akan mengganggu ketersediaan pangan kita. Riset kami menganalisis bagaimana dampak cuaca ekstrim terhadap stok beras. Seperti kita tahu, beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Dengan menggunakan 14 tahun data deret waktu, mulai tahun 1992, dari Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan di Indonesia, kami menganalisis pengaruh kejadian El Nino dan La Nina terhadap produksi beras. Hasilnya menunjukkan bahwa stok beras di keempat provinsi produsen beras nasional terancam oleh kejadian La Nina. Berlebihnya hujan pada saat La Nina ternyata menurunkan stok beras kita. Di lain pihak, El Nino, cuaca ekstrim yang identik dengan kekeringan karena menyebabkan berkurangnya hujan, tidak berpengaruh apa-apa terhadap stok beras. Jadi, perlukah kita merasa khawatir dengan kejadian cuaca ekstrim? Menurut pendapat kami, tidak perlu. Ada masa-masa dimana cuaca ekstrim tidak mengancam produksi beras. Selain itu, petani di Indonesia tampaknya masih sangat termotivasi untuk menanam padi karena memadainya harga yang mereka peroleh.