KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1976 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

KEPPRES 108/2003, ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

RGS Mitra 1 of 8 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2003 TANGGAL 31 DESEMBER 2003

TUGAS POKOK & FUNGSI PERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

PERWAKILAN RI DI LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1974 POKOK-POKOK ORGANISASI DEPARTEMEN TENTANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1998 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI LEMBAGA PEMERINTAH NON-DEPARTEMEN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1980 TENTANG BADAN TENAGA ATOM NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2008 Nomor 1 Seri D.1

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Nomor : 04/P/M.KOMINFO/5/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERS

peraturan perundang-undangan dan tugas pemerintahan umum lainnya yang merupakan bagian dari perangkat daerah. Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1976 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT PENGENDALIAN PEMERINTAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 27 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 15 TAHUN 2000 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1980 TENTANG BADAN TENAGA ATOM NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 81 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 12 TAHUN 2004 TENTANG

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1974 TENTANG ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPPRES 52/1997, SEKRETARIAT BADAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK *47366 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 52 TAHUN 1997 (52/1997)

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 57 TAHUN 2005 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURABAYA

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI NOMOR : 61 TAHUN : 2000 SERI : D NO.55 GUBERNUR BALI KEPUTUSAN GUBERNUR BALI NOMOR 78 TAHUN 2000

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2005 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN KOTA SURABAYA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 12 /PER/M.KOMINFO/03/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERS

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1976 TENTANG PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA DAN BADAN URUSAN PIUTANG NEGARA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 1998 TENTANG BADAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2000 TENTANG PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa berita rahasia negara yang dikirim melalui sarana komunikasi perlu dilindungi dari kebocoran;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR : 3 TAHUN 2001 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1994 (13/1994) TENTANG ORGANISASI SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TAHUN 1995 TENTANG BADAN URUSAN LOGISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

: PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI INSPEKTORAT

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 88 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT NEGARA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN KEHIDUPAN BERNEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 12 TAHUN 2000 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 143 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1981 TENTANG KOORDINASI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN DI DAERAH

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan dalam suatu Peraturan;

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 02 TAHUN 2008 TENTANG

2012, No PERWAKILAN KONSULER TEMPAT INDEKS PERWAKILAN. No.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT NEGARA

Transkripsi:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1976 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka penertiban aparatur negara, dipandang perlu menyempurnakan organisasi Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, dengan tujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan dan pembinaan hubungan Negara Republik Indonesia dengan negara lain serta dengan organisasi internasional ; b. bahwa untuk maksud tersebut pada huruf a dipandang perlu menetapkan pokok-pokok organisasi Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri ; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 ; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) ; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1974 ; 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1974 ; M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI BAB I PENGERTIAN Pasal 1 Yang dimaksud dalam Keputusan Presiden ini dengan : (1) Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, yang selanjutnya disebut Perwakilan, adalah satu-satunya aparatur negara yang mewakili kepentingan Negara Republik Indonesia secara keseluruhan di negara lain atau pada organisasi internasional. (2) Negara penerima adalah negara tempat adanya Perwakilan. (3) Organisasi Internasional penerima adalah organisasi internasional tempat adanya Perwakilan.

(4) Perwakilan Diplomatik adalah Perwakilan yang kegiatannya meliputi semua kepentingan Negara Republik Indonesia dan yang wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah negara penerima atau yang bidang kegiatannya melingkupi bidang kegiatan suatu organisasi internasional. (5) Perwakilan Konsuler adalah Perwakilan yang kegiatannya meliputi semua kepentingan Negara Republik Indonesia di bidang konsuler dan mempunyai wilayah kerja tertentu dalam wilayah negara penerima. (6) Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh adalah Pejabat Negara yang mewakili Negara dan Kepala Negara Republik Indonesia di satu negara tertentu atau lebih atau pada organisasi internasional. (7) Konsul Jenderal dan Konsul yang memimpin Perwakilan Konsuler adalah Pejabat yang mewakili Negara Republik Indonesia di bidang konsuler. (8) Kuasa Usaha Sementara adalah Pejabat Dinas Luar Negeri atau Pegawai Negeri lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Luar Negeri yang bertindak sebagai Kepala Perwakilan Diplomatik selama Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh tidak berada di wilayah kerjanya atau sama sekali berhalangan menjalankan tugasnya. (9) Wakil Kepala Perwakilan adalah Pejabat Dinas Luar Negeri atau Pegawai Negeri lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Luar Negeri untuk mewakili Kepala Perwakilan dan merupakan unsur pimpinan pada Perwakilan Diplomatik yang bersangkutan. (10) Pejabat Dinas Luar Negeri adalah Pegawai Negeri dalam lingkungan Departemen Luar Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat untuk melaksanakan tugas-tugas di Perwakilan. (11) Atase Pertahanan adalah Perwira Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dari Departemen Pertahanan-Keamanan, yang diperbantukan pada Departemen Luar Negeri dan yang ditempatkan di Perwakilan dengan status diplomatik untuk melaksanakan tugas-tugas Perwakilan di bidang pertahanan keamanan. (12) Atase Teknis adalah Pegawai Negeri suatu Departemen, selain Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan-Keamanan, atau Pegawai Negeri suatu Lembaga Pemerintah Non Departemen, yang diperbantukan pada Departemen Luar Negeri dan ditempatkan di Perwakilan dengan status diplomatik untuk melaksanakan tugas-tugas teknis, sesuai dengan tugas pokok Departemen atau Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bersangkutan.

(13) Konsul Jenderal Kehormatan atau Konsul Kehormatan adalah seorang yang diangkat oleh Presiden Republik Indonesia untuk mengurus kepentingan konsuler Negara Republik Indonesia di satu wilayah tertentu di suatu negara. (14) Pegawai Setempat adalah seorang yang dipekerjakan pada suatu Perwakilan untuk melakukan tugas-tugas tertentu. (15) Status Diplomatik adalah kedudukan dengan hak-hak. diplomatik yang didapat dari negara asing untuk pejabat-pejabat tertentu yang ditetapkan oleh Negara Republik Indonesia atas dasar azas timbal-balik. (1) Perwakilan dapat berupa : a. Perwakilan Diplomatik ; b. Perwakilan Konsuler ; BAB II JENIS PERWAKILAN DI LUAR NEGERI Pasal 2 (2) Pewakilan Diplomatik ialah : a. Kedutaan Besar Republik Indonesia ; b. Perutusan Tetap Republik Indonesia ; (3) Perwakilan Konsuler ialah : a. Konsulat Jenderal Republik Indonesia ; b. Konsulat Republik Indonesia ; BAB III KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI PERWAKILAN Pasal 3 (1) Kedutaan Besar Republik Indonesia dan Perutusan Tetap Republik Indonesia adalah Perwakilan Diplomatik Negara Republik Indonesia, dipimpin oleh seorang Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yang bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri Luar negeri. (2) Konsulat Jenderal Republik Indonesia atau Konsulat Republik Indonesia adalah Perwakilan Konsuler Negara Republik Indonesia, masing-masing dipimpin oleh seorang Konsul Jenderal atau Konsul yang bertanggungjawab kepada Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yang membawahkannya. (3) Konsul Jenderal pimpinan Konsulat Jenderal Republik Indonesia dan Konsul

pimpinan Konsulat Republik Indonesia yang tidak berada dibawah tanggungjawab Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, bertanggungjawab langsung kepada Menteri Luar Negeri. (4) Pembinaan Perwakilan-perwakilan tersebut dalam ayat-ayat (1), (2), dan (3) berada di bawah tanggungjawab Menteri Luar Negeri. Pasal 4 Tugas Pokok Perwakilan Diplomatik adalah mewakili Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan hubungan diplomatik dengan Negara penerima atau organisasi internasional serta melindungi kepentingan Negara dan Warganegara Republik Indonesia di Negara penerima, sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang ditetapkan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 5 Untuk menyelenggarakan tugas pokok pada Pasal 4, Perwakilan Diplomatik mempunyai fungsi : a. Mewakili Negara Republik Indonesia secara keseluruhan di Negara penerima atau organisasi internasional ; b. Melindungi kepentingan nasional Negara dan Warganegara Republik Indonesia di Negara penerima ; c. Melaksanakan usaha peningkatan hubungan persahabatan dan melaksanakan perundingan antara Negara Republik Indonesia dengan Negara penerima atau organisasi internasional serta memperkembangkan hubungan di bidang ekonomi, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan ; d. Melaksanakan pengamatan, penilaian, dan pelaporan ; e. Menyelenggarakan bimbingan dan pengawasan terhadap Warganegara Republik Indonesia yang berada di wilayah kerjanya ; f. Menyelenggarakan urusan pengamanan, penerangan, konsuler, protokol, komunikasi, dan persandian ; g. Melaksanakan urusan tata-usaha, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan urusan rumah-tangga Perwakilan Diplomatik ; Pasal 6 Tugas pokok Perwakilan Konsuler adalah mewakili Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan hubungan konsuler dengan Negara penerima di bidang perekonomian, perdagangan, perhubungan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang ditetapkan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 7 Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut dalam Pasal 6 Perwakilan Konsuler mempunyai fungsi : a. Melaksanakan usaha peningkatan hubungan dengan Negara penerima di bidang perekonomian, perdagangan, perhubungan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan ; b. Melindungi kepentingan nasional Negara dan Warganegara Republik Indonesia yang berada dalam wilayah kerjanya ; c. Melaksanakan pengamatan, penilaian, dan pelaporan ; d. Menyelenggarakan bimbingan dan pengawasan terhadap Warga Negara Republik Indonesia yang berada di wilayah kerjanya. e. Menyelenggarakan urusan pengamanan, penerangan, konsuler, protokol, komunikasi, dan persandian ; f. Melaksanakan urusan tata-usaha, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan urusan rumah-tangga Perwakilan konsuler ; BAB IV SUSUNAN ORGANISASI Pasal 8 (1) Organisasi Perwakilan Diplomatik terdiri dari : a. Unsur Pimpinan, ialah Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh ; b. Unsur Staf, ialah Bagian dan Sub Bagian ; c. Unsur Pelaksana, ialah Bidang dan Sub Bidang ; (2) Pada Perwakilan Diplomatik tertentu, unsur pimpinan dapat terdiri dari Kepala Perwakilan dan Wakil Kepala Perwakilan. (3) Organisasi Perwakilan Konsuler terdiri dari : a. Unsur Pimpinan, ialah Konsul Jenderal atau Konsul ; b. Unsur Staf, ialah Bagian dan/atau Sub Bagian ; c. Unsur Pelaksana, ialah Bidang dan/atau Sub Bidang ; (4) Setiap Bagian terdiri dari beberapa Sub Bagian dan setiap Bidang terdiri dari beberapa Sub Bidang yang jumlahnya bagi masing-masing Perwakilan disusun sesuai dengan beban kerjanya. BAB V KEPEGAWAIAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN Pasal 9 Formasi kepegawaian Perwakilan ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Pasal 10 (1) Kepala Perwakilan Diplomatik dan Kepala Perwakilan Konsuler diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. (2) Wakil Kepala Perwakilan Diplomatik diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Luar Negeri. (3) Kuasa Usaha Sementara ditunjuk oleh Menteri Luar Negeri. (4) Pejabat Dinas Luar Negeri diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Luar Negeri. (5) Atase Pertahanan diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Luar Negeri atas usul Menteri Pertalianan Keamanan. (6) Atase Teknis diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Luar Negeri atas usul Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bersangkutan. (7) Pegawai setempat diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Perwakilan. Pasal 11 Tata cara pengangkatan dan pemberhentian pejabat-pejabat dimaksud dalam Pasal 10, dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VI KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN Pasal 12 Pengelolaan keuangan dan perlengkapan pada perwakilan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 13 (1) Anggaran Atase Pertahanan dan Atase Teknis beserta stafnya merupakan bagian dari anggaran masing-masing Departemen atau Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bersangkutan. (2) Kecuali yang diatur dalam ayat (1), seluruh Anggaran Perwakilan merupakan bagian dari anggaran Departemen Luar Negeri. (3) Pelaksanaan dan penata-usahaan anggaran yang berasal dari anggaran

Departemen Luar Negeri di Perwakilan, maupun anggaran yang diperuntukkan bagi Atase Pertahanan dan Atase Teknis, atau yang berasal dari sumber-sumber lainnya, dilakukan oleh pegawai Perwakilan yang secara fungsionil bertanggungjawab di bidang tata usaha dan dengan mengikuti pedoman serta petunjuk yang ditetapkan oleh Menteri Luar Negeri. (4) Ketentuan ayat (3) berlaku juga bagi pengadaan dan penata usahaan seluruh perlengkapan di Perwakilan. BAB VII PENGAWASAN Pasal 14 Inspektur Jenderal Departemen Luar Negeri melakukan pengawasan di lingkungan Perwakilan terhadap pelaksanaan tugas semua unsur Perwakilan, agar dapat berjalan sesuai dengan rencana, program dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pasal 15 (1) Pengawasan terhadap hal-hal yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran keuangan dapat dilakukan oleh pejabat-pejabat dari badanbadan lain yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Pelaksanaan ketentuan ayat (1) dilakukan melalui Menteri Luar Negeri. BAB VIII PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN Pasal 16 Pembukaan dan Penutupan Perwakilan dilakukan Keputusan Presiden. BAB IX TATA - KERJA Pasal 17 (1) Semua unsur Perwakilan dalam melakukan tugasnya wajib melaksanakan azas koordinasi, integrasi dan sinkronisasi untuk menjamin tercapainya dayaguna dari hasilguna sesuai dengan tugas pokoknya. (2) Kepala Perwakilan memberikan petunjuk, membimbing, dan mengawasi pekerjaan satuan organisasi yang berada langsung dibawahnya.

(3) Kepala Bagian dan Kepala Bidang bertanggungjawab kepada Kepala Perwakilan. (4) Kepala Sub Bagian dan Kepala Sub Bidang bertanggungjawab kepada Kepala Bagian atau Kepala Bidang yang bersangkutan. (5) Pada Perwakilan yang tidak mempunyai Bagian atau Bidang, maka Kepala Sub Bagian dan Kepala Sub Bidang bertanggungjawab kepada Kepala Perwakilan. (6) Kepala Perwakilan wajib menyampaikan laporan tentang keadaan dan perkembangan negara penerima dan atau tentang kegiatan perwakilannya kepada Presiden, melalui Menteri Luar Negeri. (7) Dengan kuasa Usaha sementara wajib menyampaikan laporan tentang keadaan dan perkembangan negara penerima serta tentang kegiatan perwakilannya kepada Menteri Luar Negeri. (8) Kepala Perwakilan Konsuler yang berada dibawah tanggungjawab Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh wajib menyampaikan laporan mengenai keadaan dan perkembangan di wilayah kerjanya serta tentang kegiatan perwakilannya kepada Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa penuh yang bersangkutan. (9) Konsul Jenderal atau Konsul yang tidak berada dibawah tanggungjawab Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa penuh wajib menyampaikan laporan mengenai keadaan dan perkembangan di wilayah kerjanya serta kegiatan perwakilannya langsung kepada Menteri Luar Negeri. (10)Hubungan antara Atase Pertahanan atau Atase Teknis dan Departemen atau Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bersangkutan, dilakukan melalui Kepala Perwakilan dan Menteri Luar Negeri. BAB X KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 18 Di wilayah Negara yang sudah mendapat pengakuan dari Pemerintah Republik Indonesia tapi belum dibuka Perwakilan Diplomatik, dapat dibuka Perwakilan Konsuler Republik Indonesia.

Pasal 19 Penentuan adanya jabatan Wakil Kepala Perwakilan pada suatu Perwakilan Diplomatik tertentu serta perumusan tugas-tugasnya ditetapkan oleh Menteri Luar Negeri dengan persetujuan Menteri yang bertanggungjawab dalam bidang penertiban dan penyempurnaan aparatur negara. Pasal 20 (1) Penentuan adanya jabatan Atase Pertahanan pada suatu Perwakilan ditetapkan oleh Menteri Luar Negeri atas usul Menteri Pertahanan Keamaman. (2) Penentuan adanya jabatan Atase Teknis pada suatu Perwakilan ditetapkan oleh. Menteri. Luar Negeri setelah mendapat persetujuan Menteri yang bertanggungjawab dalam bidang penertiban dan penyempurnaan aparatur negara serta Menteri Keuangan atas usul Menteri bidang teknis yang bersangkutan. Pasal 21 Presiden dapat mengangkat seorang Konsul Jenderal Kehormatan atau Konsul Kehormatan untuk suatu negra atau wilayah negara tertentu atas usul Menteri Luar Negeri. BAB XI PENUTUP Pasal 22 Perumusan tugas, fungsi, jenjang, susunan organisasi, dan tatakerja masingmasing Perwakilan, ditetapkan oleh Menteri Luar Negeri setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggungjawab dalam bidang penertiban dan penyempurnaan aparatur negara. Pasal 23 Peralihan dari susunan organisasi Perwakilan lama dalam susunan organisasi Perwakilan menurut Keputusan Presiden ini diselesaikan selambat-lambatnya tanggal 31 Maret 1977. Pasal 24 Dengan berlakunya Keputusan presiden ini, maka ketentuan-ketentuan yang bertentangan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 25 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 15 Desember 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd S O E H A R T O JENDERAL TNI